Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan :

Shalom Ibu Ros dan teman-teman yang saya kasihi di dalam Tuhan Yesus
Kristus. Jika kepada seseorang ditanyakan “apa keinginan terbesarmu?” tak
sedikit yang menjawab, “saya ingin jadi orang sukses.” Banyak orang berdoa
setiap harinya agar Tuhan memberikan berkat yang melimpah dan agar
hidupnya bahagia dan penuh dengan kelimpahan, tetapi sedikit yang berdoa
agar Tuhan memberikan berkat yang cukup, seperti yang Tuhan Yesus ajarkan
dalam Doa Bapa Kami. Menjadi orang kaya tentunya bukan sebuah kesalahan,
seseorang yang sudah bekerja keras tentunya berhak untuk menikmati
kesuksesannya. Tetapi ketika sudah menjadi sukses, apakah kita akan bertanya
pada Tuhan tentang apa yang Tuhan mau kita lakukan dengan kelimpahan
yang Tuhan berikan? Dalam Ibrani 13:16, tertulis “Dan janganlah kamu lupa
berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah
yang berkenan kepada Allah.” Tuhan mau agar kita menjadi saluran berkatnya,
Tuhan mau, lewat kita orang lain juga ikut merasakan kasihnya. Tuhan mau
agar berkat yang Ia berikan pada kita tidak tersumbat di kita, tetapi terus
mengalir untuk orang lain.
Isi Khotbah:

Banyak orang berasumsi bahwa untuk memberi kita harus


berkelimpahan. Banyak juga yang merasa takut untuk menolong sesama
karena takut bahwa setelah memberi, dirinya akan kekurangan dan hartanya
akan habis. Kita tidak perlu merasa takut kekurangan karena di Amsal 28:27
Tuhan berkata “Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan,
tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.” Kita juga tidak
harus berkelimpahan untuk bisa memberi, kisah tentang janda miskin di
Markus 12: 41-44 dapat menjadi contoh. Ketika banyak orang kaya memberi
jumlah yang besar, janda miskin tersebut hanya memberikan dua peser uang.
Tetapi Tuhan Yesus berkata bahwa janda tersebut memberi lebih dari pada
semua orang yang lain, karena semua orang memberi dari kelimpahannya
tetapi janda miskin itu memberi dari kekurangannya.

Ada sebuah cerita tentang sebuah keluarga yang ingin pergi menonton
sirkus. Keluarga ini tidak memiliki banyak harta, tetapi mereka punya cinta dan
kasih sayang. Pakaian mereka tidak mahal tetapi bersih dan rapi. Mereka selalu
menjalin kebersamaan dan kebersatuan. Terkadang, kegembiraan dan
keceriaan yang mereka miliki melebihi kegembiraan orang dengan harta
berlimpah. Ketika mereka akan membeli tiket, anak-anak sangat gembira
karena ini adalah peristiwa yang sangat langka untuk mereka karena mereka
tidak memiilliki banyak uang. Sang suami dan isterinya juga sangat bahagia. Ini
menjadi momen yang sangat berharga bagi mereka. Ketika tiba giliran untuk
membeli tiket, sang petugas loket bertanya, “berapa tiket yang bapak
butuhkan?” lalu sang bapak menjawab dengan semangat, “3 tiket untuk anak-
anak dan 2 untuk dewasa,” kemudian ia juga bertanya, “berapa semuanya?”
petugas loket menjawab, “total 55 ribu rupiah.” Mendengar itu, si bapak
seperti mendapat serangan jantung karena uang yang ia miliki tidak cukup.
Mereka hannya memiliki uang 35 ribu rupiah. Kekecewaan dan kesedihan
meliputi hati sang bapak. Ia menyesal karena tidak bisa membawa keluarganya
menonton sirkus. Ia juga gagal memberi kebahagiaan untuk anaknya. Ia hanya
berpikir keras tentang bagaimana cara berterus terang kepada isteri dan
anaknya bahwa uang yang mereka miliki tidak cukup dan mereka harus
kembali ke rumah. Ia berpikir bahwa anak-anaknya akan sangat kecewa.
Seorang bapak yang sedang antre di belakang mereka melihat dan mendengar
jelas apa yang sedang terjadi. Ia segera mengambil 20 ribu rupiah dari
dompetnya, mejatuhkannya dan mengambilnya kembali, lalu berkata “pak, ini
uang bapak yang jatuh dari kantong bapak tadi?” si bapak dengan 3 anak
tersebut tahu bahwa uang itu bukan miliknya. Tapi ia mengerti bahwa bapak
yang dibelakangnya itu tidak mau mempermalukannya di depan umum.
Dengan merasa sangat berterima kasih, ia mengambil uang tersebut lalu
menangis dan mengatakan, “Terima kasih, terima kasih banyak atas kebaikan
dan kemurahannya, dengan ini saya bisa membawa keluarga saya untuk
menonton sirkus.” Dengan cerita ini kita bisa belajar bahwa kita dipanggil
untuk menolong orang lain entah kita mengenalnya atau tidak, entah memiliki
kepercayaan yang sama atau tidak, entah suku yang sama atau tidak. Ketika
menjadi berkat, Tuhan juga mau agar kita melakukannya bukan dengan pamrih,
bukan dengan motivasi bahwa dengan melakukan hal ini, saya akan
mendapatkan hal yang lebih selanjutnya.

Lebih baik merasa kaya daripada menjadi kaya. Ketika seorang yang kaya,
memiliki banyak harta, tidak merasa kaya, maka ia tidak akan mau
memberikan miliknya kepada orang lain. Tetapi ketika seorang yang hidup
sederhana merasa kaya, ia akan bersedia memberikan miliknya untuk
membantu orang lain. Maka dari itu, kita tidak harus menjadi kaya untuk bisa
menolong orang lain, tetapi kita harus merasa kaya sehingga mau untuk
memberi.

Materi bukan satu-satunya hal yang dapat kita berikan untuk menjadi
berkat bagi orang lain. Kita juga dapat memberikan waktu kita untuk orang lain.
Contohnya adalah ketika seseorang sedang mengalami masalah, sebagai
seorang Kristen yang baik, kita dapat meluangkan waktu kita untuk
mendengarkan dan membantu mereka. Dengan melakukan itu, kita juga sudah
menjadi berkat bagi orang lain. Banyak orang yang salah mengartikan berkat
bahwa berkat hanya berbentuk materi atau uang, padahal berkat dapat
berwujud banyak hal. Kita bisa menjadi berkat bagi orang lain lewat perkataan
dan perbuatan kita yang membawa damai bagi orang lain.

Dalam 1 Raja-Raja 10, kita dapat melihat bagaimana Ratu Syeba


mengagumi hikmat dan kemakmuran yang dimiliki Raja Salomo dan bagaimana
sikap Raja Salomo akan hal tersebut. Ratu Syeba dapat melihat bagaimana Raja
Salomo begitu diberkati oleh Allah dan bagaimana Salomo dapat mensyukuri
dan mengolah berkat yang diberikan Tuhan kepadanya. Bahkan Ratu terkaya
pada zamannya itu memberikan sebagian hartanya karena ia tahu bahwa
Salomo akan menggunakannya dengan bijak.

Kita dapat belajar dari Salomo tentang bagaimana kita harus bersikap
akan berkat yang Tuhan berikan. Kita
Sebagai orang Kristen, sejak kecil kita diajarkan untuk saling mengasihi. Seperti
di Matius 22: 37-40, kita diajarkan untuk mengasihi Allah dan juga mengasihi
sesama kita. Di ayat tersebut Tuhan berkata bahwa mengasihi sesama adalah
sama pentingnya dengan mengasihi Allah. Maka dari itu, wajib hukumnya bagi
kita untuk saling mengasihi. Ketika seorang Kristen mengatakan bahwa ia
mengasihi Allah tetapi masih mengatakan hal tidak baik tentang sesamanya,
maka ia sudah melanggar perintah Allah. Tuhan mau kita untuk menjadi berkat
bagi sesama kita. Tuhan mau lewat kita, orang lain juga ikut merasakan kasih-
Nya. Tetapi bagaimana caranya agar kita dapat menjadi berkat bagi orang lain?
Apa yang harus kita persiapkan agar kita dapat menjadi berkat?

Anda mungkin juga menyukai