Anda di halaman 1dari 3

Berbagi Pada Sesama, Ibrani 13:16

Shalom teman-teman yang saya kasihi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Jika
kepada seseorang ditanyakan “apa keinginan terbesarmu?” tak sedikit yang
menjawab, “saya ingin jadi orang sukses.” Banyak orang berdoa setiap harinya
agar Tuhan memberikan berkat yang melimpah dan agar hidupnya bahagia dan
penuh dengan kelimpahan, tetapi sedikit yang berdoa agar Tuhan memberikan
berkat yang cukup, seperti yang Tuhan Yesus ajarkan dalam Doa Bapa Kami.
Menjadi orang kaya tentunya bukan sebuah kesalahan, seseorang yang sudah
bekerja keras tentunya berhak untuk menikmati kesuksesannya. Tetapi ketika
sudah menjadi sukses, apakah kita akan bertanya pada Tuhan tentang apa
yang Tuhan mau kita lakukan dengan kelimpahan yang Tuhan berikan? Dalam
Ibrani 13:16, tertulis “Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi
bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada
Allah.” Tuhan mau agar kita menjadi saluran berkatnya, Tuhan mau, lewat kita
orang lain juga ikut merasakan kasihnya. Tuhan mau agar berkat yang Ia
berikan pada kita tidak tersumbat di kita, tetapi terus mengalir untuk orang
lain.

Isi Khotbah:

Banyak orang berasumsi bahwa untuk memberi kita harus


berkelimpahan. Banyak juga yang merasa takut untuk menolong sesama
karena takut bahwa setelah memberi, dirinya akan kekurangan dan hartanya
akan habis. Kita tidak perlu merasa takut kekurangan karena di Amsal 28:27
Tuhan berkata “Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan,
tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.” Kita juga tidak
harus berkelimpahan untuk bisa memberi, kisah tentang janda miskin di
Markus 12: 41-44 dapat menjadi contoh. Ketika banyak orang kaya memberi
jumlah yang besar, janda miskin tersebut hanya memberikan dua peser uang.
Tetapi Tuhan Yesus berkata bahwa janda tersebut memberi lebih dari pada
semua orang yang lain, karena semua orang memberi dari kelimpahannya
tetapi janda miskin itu memberi dari kekurangannya.

Saya ingin sedikit bercerita saat saya berada di madiun bersama keluarga saya,
kami mampir ke rumah makan, di rumah makan tersebut kami melihat seorang
bapak-bapak yang seperti kebingungan, waktu itu ayah saya menduga bahwa
bapak tersebut tersesat, dari situ ayah saya tergerak hatinya untuk menolong
bapak-bapak tersebut, ayah saya mengajak bapak tersebut untuk makan
bersama kami, sambil makan ayah saya bertanya pada bapak tersebut,
ternyata memang benar beliau tersesat, beliau ke madiun untuk perjalanan
pergi ke jogja untuk mencari kerja, tapi kehabisan uang di tengah jalan bapak
tersebut berasal dari banyuwangi, akhirnya kami mengantarnya ke terminal
bus, untuk mengantar nya pulang ke banyuwangi.Dengan cerita ini kita bisa
belajar bahwa kita dipanggil untuk menolong orang lain entah kita
mengenalnya atau tidak, entah memiliki kepercayaan yang sama atau tidak,
entah suku yang sama atau tidak. Ketika kita menjadi berkat, Tuhan juga mau
agar kita melakukannya bukan dengan pamrih, bukan dengan motivasi bahwa
dengan melakukan hal ini, saya akan mendapatkan hal yang lebih selanjutnya.

Lebih baik merasa kaya daripada menjadi kaya. Ketika seorang yang
kaya, memiliki banyak harta, tidak merasa kaya, maka ia tidak akan mau
memberikan miliknya kepada orang lain. Tetapi ketika seorang yang hidup
sederhana merasa kaya, ia akan bersedia memberikan miliknya untuk
membantu orang lain. Maka dari itu, kita tidak harus menjadi kaya untuk bisa
menolong orang lain, tetapi kita harus merasa kaya sehingga mau untuk
memberi.

Materi bukan satu-satunya hal yang dapat kita berikan untuk menjadi
berkat bagi orang lain. Kita juga dapat memberikan waktu kita untuk orang
lain. Contohnya adalah ketika seseorang sedang mengalami masalah, sebagai
seorang Kristen yang baik, kita dapat meluangkan waktu kita untuk
mendengarkan dan membantu mereka. Dengan melakukan itu, kita juga sudah
menjadi berkat bagi orang lain. Banyak orang yang salah mengartikan berkat
bahwa berkat hanya berbentuk materi atau uang, padahal berkat dapat
berwujud banyak hal. Kita bisa menjadi berkat bagi orang lain lewat perkataan
dan perbuatan kita yang membawa damai bagi orang lain.

Dalam 1 Raja-Raja 10, kita dapat melihat bagaimana Ratu Syeba


mengagumi hikmat dan kemakmuran yang dimiliki Raja Salomo dan bagaimana
sikap Raja Salomo akan hal tersebut. Ratu Syeba dapat melihat bagaimana Raja
Salomo begitu diberkati oleh Allah dan bagaimana Salomo dapat mensyukuri
dan mengolah berkat yang diberikan Tuhan kepadanya. Bahkan Ratu terkaya
pada zamannya itu memberikan sebagian hartanya karena ia tahu bahwa
Salomo akan menggunakannya dengan bijak.

Kita dapat belajar dari Salomo tentang bagaimana kita harus bersikap
akan berkat yang Tuhan berikan.

Kita sebagai orang Kristen, sejak kecil kita diajarkan untuk saling mengasihi.
Seperti di Matius 22: 37-40, kita diajarkan untuk mengasihi Allah dan juga
mengasihi sesama kita. Di ayat tersebut Tuhan berkata bahwa mengasihi
sesama adalah sama pentingnya dengan mengasihi Allah. Maka dari itu, wajib
hukumnya bagi kita untuk saling mengasihi. Ketika seorang Kristen
mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi masih mengatakan hal tidak baik
tentang sesamanya, maka ia sudah melanggar perintah Allah. Tuhan mau kita
untuk menjadi berkat bagi sesama kita. Tuhan mau lewat kita, orang lain juga
ikut merasakan kasih-Nya. Tetapi bagaimana caranya agar kita dapat menjadi
berkat bagi orang lain? Apa yang harus kita persiapkan agar kita dapat menjadi
berkat?

Anda mungkin juga menyukai