DaftarPustaka.................................................................................................................
Rangkuman.....................................................................................................................
Glosarium………………………………………………………………………………
SKI Pendahuluan
SKI
pengembangan yang disesuaikan dengan potensi, sumber belajar, dan
lingkungan.
Kompetensi Inti (KI),
Rumusan Kompetensi Dasar (KD) Sejarah
Kebudayaan Islam MTS Kelas VIII
A. Semester Ganjil
KI – 2
2 KI – 3 2.1 ; .3.3 ; 3.4 ; 4.2.
KI – 4
KI – 2
3 KI – 3 2.2 ; 3.2; 4.3
KI – 4
K.1
4 K.2 1.1; 1.2; 2.2; 2.3; 3.1; 3.2; 3.4;
K.3 4.3
K.4
KI – 2
5 KI – 3 2.1; 3.3; 3.5; 4,4
KI – 4
13
SEMESTER I
BAB 1
JEJAK PERADABAN DINASTI
ABBASIYAH
BAB 2
CEMERLANGNYA ILMUWAN
DINASTI ABBASIYAH
BAB 3
PERADABAN EMAS DINASTI
ABBASIYAH
14
JEJAK PERADABAN
BAB 1
DINASTI ABBASIYAH
Kompetensi Inti
KI :Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
K2 :Meghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
K3 :Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
K4 :Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang semua dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati upaya Dinasti Bani Abbasiyah mendirikan Daulah
merupakan bagian dari perkembangan kebudayaan Islam.
1.2 Menghargai nilai-nilai positif dari khalifah Dinasti Bani
Abbasiyah yang menonjol.
2.3 Menghargai keteladanan yang berupa ketekunan dan kegigihan
khalifah Dinasti Bani Abbasiyah yang terkenal
3.1 Memahami latar belakang berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah
4.1 Menceritakan silsilah kekhalifahan Dinasti Abbasiyah.
Tujuan Pembelajaran
Setelah proses mengamati, menanya, mengeksplorasi dan
mengkomunikasikan, peserta didik mampu:
1. Menghayati upaya Dinasti Bani Abbasiyah mendirikan Daulah
merupakan bagian dari perkembangan kebudayaan Islam
2. Menghargai nilai-nilai positif dari khalifah Dinasti Bani
Abbasiyah yang menonjol
3. Menghargai keteladanan yang berupa ketekunan dan kegigihan
khalifah Dinasti Bani Abbasiyah yang terkenal.
4. Memahami latar belakang berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah
5. Menceritakan silsilah kekhalifahan Dinasti Abbasiyah.
15
PETA KONSEP
JEJAK PERADABAN
DINASTI ABBASIYAH
PROSES KHALIFAH-
KERUNTUHAN TERBENTUKNYA SILSILAH DINASTI KHALIFAH BESAR
DINASTI UMAYYAH DINASTI ABBASIYAH DINASTI
ABBASIYAH ABBASIYAH
16
PROSES PEMBELAJARAN
17
Duta besar Bizantium, John Si Ahli Tatabahasa pada 829M
kepada al-Makmun (kiri) dari Theophilos (kanan)
Sumber Gambar : http://id.wikipedia.org
2.Pertanyaanku
No Tentang Pertanyaan
.
1 Apa Apa hubungan kermunduran Bani Umayyah
dengan proses berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah?
2 Apakah Apakah kejayaan Dinasti Abbasiyah merupakan
kemajuan kebudayaan/peradaban Islam?
3 Bagaimana Bagaimana membangun sebuah negara menjadi
besar, aman, damai, tentram dan makmur?
4 Mengapa Mengapa menjadi pemimpin itu harus berakhlak
mulia, tegas, cerdas, berani dan bijaksana?
5 Bagaimana jika Bagaimana jika pemimpin tidak berakhlak mulia,
tegas, cerdas, berani dan bijaksana?
6 Dst….
3. Wawasanku
Tentu kalian ingin lebih jelas dan detil memahami bagaimana proses
terbentuknya dinasti-dinasti besar, termasuk Dinasti Bani Abbasiyah dalam
perjalanan sejarah kebudayaan Islam. Untuk memahami proses berdirinya
Dinasti Abbasiyah, baca dan fahami teks-teks dalam ‘wawasankot, diawali
. dengan membaca teks ‘Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah’.
19
mencapai puncaknya, karena para khalifah berpihak kepada suku Arab
Yamani.
(f) Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab, yakni pendatang baru
dari bangsa-bangsa yang dikalahkan yang disebut “Mawali”. Mereka
bersama-sama bangsa Arab mengalami beratnya peperangan, tetapi
diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua. Golongan non Arab, terutama
di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status
Mawali menggambarkan inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa
Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
(g) Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan
dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa kekhalifahan Khulafaur
Rasyidin yang terakhir, yaitu Khalifah Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa kaum
Syi`ah (pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi.
Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan
pemerintah.
(h) Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah adalah
munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas Ibn
Abd. Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani
Hasyim. golongan Syi`ah dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan
oleh pemerintahan Bani Umayyah
Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah benar-benar terjadi dengan
kemenangan pasukan Abul Abbas yang didukung oleh pasukanAbu Muslim Al-
Khurasani dalam pertempuran Zab Hulu melawan pasukan Khalifah Marwan
pada tahun 748 M. Kekalahan ini menjadi akhir dari kekuasaan Dinasti Bani
Umayyah dan menjadi awal berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah mulai tahun
750 M -1258 M.
20
peradaban dan kebudayaan Islam sehingga kota Baghdad dikenal sebagai pusat
peradaban dunia. Untuk lebih jelas, uraiannya sebagai berikut.
22
Pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memerintah kurang lebih lima
setengah abad (132-656 H/750-1258 M), mempunyai 37 orang khalifah, yaitu :
Dari Bani Abbas :
1. Abul Abbas As-Saffah (133-137 22. Al-Musaktafi al-Allah (tahun
H/750-754 M) 333-335 H/944-946 M)
2. Abu Ja’far Al-Mansur (137-159 23. Al-Muthi’ Lillah (tahun 335-364
H/754-775 M) H/946-974 M)
3. Al-Mahdi (159-169 H/775-785 24. Al-Thai’i Lillah (tahun 364-381
M) H/974-991 M)
4. Musa Al-Hadi (169-170 H/785- 25. Al-Qadir Billah (tahun 381-423
786 M) H/991-1031 M)
5. Harun Ar-Rasyid (170-194 26. Al-Qa’im Bi Amrillah (tahun 423-
H/786-809 M) 468 H/1031-1075 M)
6. Al-Amin (194-198 H/809-813 Dari Bani Saljuk :
M) 27. Al Mu’tadi Biamrillah (tahun 468-
7. Al-Makmun(198-318 H/813- 487 H/1075-1094 M)
933 M) 28. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-
8. Al-Mu’tasim (833-845 M) 512 H/1094-1118 M)
9. Al-Watiq (223-228 H/842-847 29. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-
M) 530 H/1118-1135 M)
10. Al-Mutawakkil (233-297 H/847- 30. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531
861 M) H/1135-1136 M)
11. Al-Muntashir Billah (tahun 247- 31. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-
248 H/861-862 M) 555 H/1136-1160)
12. Al-Musta’in Billah (tahun 248- 32. Al Mustanjid Billah (tahun 555-
252 H/862-866 M 566 H/1160-1170 M)
13. Al-Mu’taz Billah (tahun 252-256 33. Al Mustadhi’u Biamrillah (tahun
H/866-869 M) 566-576 H/1170-1180 M)
14. Al-Muhtadi Billah (tahun 256- 34. An Naashir Liddiinillah (tahun
257 H/869-870 M) 576-622 H/1180-1225 M)
15. Al-Mu’tamad ‘Ala al-Allah 35. Adh Dhahir Biamrillah (tahun
(tahun 257-279 H/870-892 M) 622-623 H/1225-1226 M)
16. Al-Mu’tadla Billah (tahun
279-290 H/892-902 M)
17. Al-Muktafi Billah (tahun
290-296 H/902-908 M)
18. Al-Muqtadir Billah (tahun
296-320 H/908-932 M)
Dari Bani Buwaihi:
19. Al-Qahir Billah (tahun
320-323 H/932-934 M)
20. Al-Radli Billah (tahun
Abu al-Abbas as-Saffah,
323-329 H/934-940 M) Sang Pendiri Dinasti Abbasiyah
21. Al-Muttaqi Lillah (tahun Sumber : http://medievalhistoryfacebook.wikispaces.com
329-333 H/940-944 M)
23
36. Al Mustanshir Billah (tahun 623- 37. Al Mu’tashim Billah ( tahun 640-
640 H/1226-1242 M) 656 H/1242-1258 M).
25
Pohon Silsilah Kekhalifahan Bani Abbasiyah
26
D. KHALIFAH-KHALIFAH BESAR DINASTI ABBASIYAH
27
Dari 37 khalifah Dinasti bani Abbasiyah, terdapat beberapa orang
khalifah yang terkenal, di antaranya Abu Ja’far Al-Mansur, Harun Ar-
Rasyid dan Al-Makmun. Pada masa pemerintahan ketiganya merupakan
masa-masa keemasan peradaban Islam. Para khalifah agung tersebut dikenal
sebagai penguasa adil dan bijaksana serta memiliki perhatian dan kecintaan
yang kuat terhadap ilmu pengetahuan. Dukungan dan kegigihan mereka
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan perdaban Islam
tercermin dalam berbagai kebijakan pemerintahannya. Untuk mengetahui lebih
jelas, bacalah uraian berikut.
1. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (136-158 H/754-775 M), Pendiri
Kota Baghdad
a. Biografi Singkat Al-Mansur.
Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al-Mansur adalah Khalifah
kedua Bani Abbasiyah, putera Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn
Abbas bin Abdul Muthalib, dilahirkan di Hamimah pada tahun 101 H.
Ibunya bernama Salamah al-Barbariyah, adalah wanita dari suku Barbar.
Al-Mansur adalah saudara Ibrahim Al-Imam dan Abul Abbas As-Saffah.
Al-Mansur memiliki kepribadian
kuat, tegas, berani, cerdas, dan
otak cemerlang.
Ia dinobatkan sebagai putera
mahkota oleh kakaknya, Abul
Abbas As-Saffah. Selanjutnya,
ketika As-Saffah meninggal, Al-
Mansur dilantik menjadi khalifah,
saat itu usianya 36 tahun. Patung Abu Ja’far al-Mansur di Baghdad
Sumber: www.republika.co.id
Al-Mansur seorang khalifah
yang tegas, bijaksana, alim,
berpikiran maju, baik budi, dan
pemberani. Ia tampil dengan
gagah berani dan cerdik
menyelesaikan berbagai
persoalan yang tengah melanda pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Al-
Mansur juga sangat mencintai ilmu pengetahuan. Kecintaannya terhadap
ilmu pengetahuan menjadi pilar bagi pengembangan peradaban Islam di
masanya.
Setelah menjalankan pemerintahan selama 22 tahun lebih, pada
tanggal 7 Zulhijjah tahun 158 H/775 M, al-Mansur wafat dalam
perjalanan ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji, di suatu tempat
bernama “Bikru Maunah” dalam usia 57 tahun. Jenazahnya dimakamkan
di Makkah.
28
diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balk, Persia. Al-Mansur
juga membentuk lembaga protokoler negara, sekretaris negara, dan
kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia
menunjuk Muhammad ibn Abd Al-Rahman sebagai hakim pada lembaga
kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani
Umayyah ditingkatkan peranannya untuk menghimpun seluruh informasi
dari daerah-daerah, sehingga administrasi kenegaraan berjalan dengan
lancar sekaligus menjadi pusat informasi khalifah untuk mengontrol para
gubernurnya
Untuk memperluas jaringan politik, Al-Mansur menaklukkan
kembali daerah-daerah yang melepaskan diri, dan menertibkan keamanan
di daerah perbatasan. Di antara usaha-usaha tersebut adalah merebut
benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Cappadocia, dan Cicilia
pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan
Taurus dan mendekati selat Bosporus.
Selain itu, Al-Mansur membangun hubungan diplomatik dengan
wilayah-wilayah di luar jazirah Arabia. Dia membuat perjanjian damai
dengan kaisar Constantine V dan mengadakan genjatan senjata antara
tahun 758-765 M. Khalifah Al-Manshur juga mengadakan penyebaran
dakwah Islam ke Byzantium dan berhasil menjadikan kerajaan
Bizantium membayar upeti tahunan kepada Dinasti Abbasiyah. Juga
mengadakan kerjasama dengan Raja Pepin dari Prancis. Saat itu,
kekuasaan Bani Umayyah II di Andalusia dipimpin oleh Abdurrahman
Ad-Dakhil. Al-Mansur juga berhasil menaklukan daerah Afrika Utara itu
pada tahun 144 H, meski kadang kota Kairawan silih berganti bertukar
wali. Kadang di kuasai oleh bangsa Arab, di lain waktu jatuh ke tangan
Barbar lagi. Baru pada tahun 155 H barulah kota itu dikuasai penuh oleh
Daulat Abbasiyah.
29
Dalam membangun kota ini, khalifah mempekerjakan ahli
bangunan yang terdiri dari arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu,
ahli lukis, ahli pahat, dan lain-lain yang didatangkan dari Syria, Mosul,
Basrah, dan Kufah yang berjumlah sekitar 100.000 orang. Kota ini
berbentuk bundar. Di sekelilingnya dibangun dinding tembok yang besar
dan tinggi. Di sebelah luar dinding tembok, digali parit besar yang
berfungsi sebagai saluran air sekaligus benteng.
Ada empat buah pintu gerbang di seputar kota ini, disediakan
untuk setiap orang yang ingin memasuki kota. Keempat pintu gerbang itu
adalah Bab al-Kufah, terletak di sebelah Barat Daya, Bab al -Syam,
terletak di Barat Laut, Bab al-Bashrah, di Tenggara, dan Bab al-
Khurasan, di Timur Laut. Diantara masing-masing pintu gerbang ini,
dibangun 28 menara sebagai tempat pengawal negara bertugas
mengawasi keadaan di luar. Di atas setiap pintu gerbang dibangun tempat
peristirahatan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran yang indah dan
menyenangkan. Di tengah-tengah kota terletak istana khalifah dengan
seni arsitektur Persia. Istana ini dikenal dengan Al-Qashr al -Zahabi,
berarti ‘istana emas’. Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid,
tempat pengawal istana, polisi, dan tempat tinggal putra-putri dan
keluarga khalifah.
Di sekitar istana dibangun pasar tempat perbelanjaan. Jalan raya
menghubungkan empat pintu gerbang. Sejak awal berdirinya, kota ini
sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam
Islam. Itulah sebabnya, Philip K. Hitti, seorang peneliti Sejarah Arab,
menyebut Baghdad sebagai kota intelektual. Menurutnya, di antara kota-
kota di dunia, Baghdad merupakan profesor masyarakat Islam. Bahkan
dalan cerita 1001 malam, Baghdad menjadi kota impian.
Al-Mansur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru
dibangunnya, yaitu Baghdad, tahun 762 M. Baghdad, selanjutnya bukan
hanya menjadi pusat pemerintahan yang strategis, sekaligus juga menjadi
pusat kebudayaan dan peradaban.
30
bahasa dan ilmu sastra. Pada masanya lahir juga para pujangga,
pengarang dan penterjemah yang hebat, termasuk Ibnu Muqaffak yang
menterjemahkan buku Khalilah dan Dimnah dari bahasa Parsi.
2. Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809M), Pemimpin Bijaksana dan
Peletak Dasar Pemerintahan Modern
Khalifah Harun Ar-Rasyid (145-193 H/763-809 M) dilahirkan di Ray
pada bulan Pebruari 763 M/145 H. Ayahnya bernama Al-Mahdi dan ibunya
bernama Khaizurran. Ia dibesarkan
di lingkungan istana mendapat
bimbingan ilmu-ilmu agama dan
ilmu pemerintahan di bawah
bimbingan seorang guru yang PEREMPUAN BERPENGARUH
terkenal, Yahya bin Khalid Al- MASA ABASYIAH
Barmaki, seorang ulama besar di ZUBAIDAH BINTI JA’FAR
Zubaidah binti Ja’far adalah istri
zamannya, dan ketika Ar-Rasyid Khalifah Harun Ar-Rasyid dan ibu dari Khalifah
menjadi khalifah, menjadi Perdana Al-Amin. Dia adalah simbol wanita yang penuh
menterinya, sehingga banyak semangat, dan penuh contoh keteladan. Nama
nasihat dan anjuran kebaikan aslinya Amatul Aziz binti Ja’far.
Wanita mulia ini selalu dimanjakan
mengalir dari Yahya.
dengan curahan kasih sayang. Kakeknya Abu
Ja’far Al-Mansur dan pamannya Al-Mahdi,
membesarkannya dengan penuh cinta.
Kakeknya sangat mengagumi sang cucu, se
hingga memanggilnya “Zubaidah” yang berarti
“buih nan jernih”.
Zubaidah adalah seorang wanita yang
cerdas, bijaksana, setia dan penyayang.
Pendapatnya selalu dihormati dan dia menjadi
penasehat pribadi Khalifah.
Dia juga wanita yang fasih dan banyak
menghafalkan syair dan gurindam. Dia juga
pandai mengubah syair, dan senantiasa bersedia
untuk berdebat dengan kaum lelaki dalam
berbagai bidang ilmu dan seni. Disamping itu,
dia juga terkenal sebagai wanita yang cantik
rupawan, yang menyebabkan ia sangat dikasihi
oleh Harun Ar-Rasyid serta diletakkannya di
tempat yang tinggi lagi mulia.
31
Tanggung jawab yang berat sudah
dipikul Harun Ar-Rasyid sejak sang Ayah ,
Khalifah Al-Mahdi melantiknya sebagai
gubernur di Saifah pada tahun 163 H.
Kemudian pada tahun 164 H diberikan
wewenang untuk mengurusi seluruh
wilayah Anbar dan negeri-negeri di
wilayah Afrika Utara. Khalifah Harun Ar-Rasyid
Harun Ar-Rasyid menunjukkan Sumber:www.republika.co.id
32
menjadi alat komunikasi umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua
pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing itu segera diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab, sehingga bisa dikaji dan difahami masyarakat luas.
Dewan penerjemah dibentuk diketuai oleh seorang pakar bernama Yuhana
bin Musawih.
Kota Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak
ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Selain itu, pada masa
kehalifahannya wilayah kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah membentang
dari Afrika Utara sampai ke Hindukush,
India. Kekuatan militer yang dimilikinya
juga sangat luar biasa.
Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid,
hidup seorang cerdik pandai yang sering
memberikan nasihat-nasihat kebaikan
kepada Khalifah, yaitu Abu Nawas.
Nasihat-nasihat kebaikan dari Abu Nawas
disertai dengan gayanya yang lucu, menjadi Khalifah Al-Makmun
bagian tak terpisahkan dari kehidupan http://static.republika.co.id
33
yang sangat singkat, Al-Makmuntelah menguasai Ilmu-ilmu kesusateraan, tata
Negara, hukum, hadits, falsafah, astronomi, dan berbagai ilmu pengetahuaan
lainnya. Ia juga hafal Al-Qur’an dan ahli juga menafsirkannya.
Setelah ayah mereka, khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal, jabatan
kekhalifahan sebagaimana wasiat dari Harun Ar-Rasyid diserahkan kepada
saudaranya dan Al-Makmun mendapatkan jabatan sebagai gubernur di daerah
Khurasan. Setelah Al-Amin meninggal, Al-Makmun menggantikannya menjadi
Khalifah.
Sebagaimana ayahnya, Khalifah Harun Ar-Rasyid, Al-Makmun adalah
Khalifah Dinasti Bani Abbasiyyah yang besar dan menonjol. Ia memiliki sifat-
sifat yang agung, diantaranya, tekadnya kuat, penuh kesabaran, menguasai
berbagai keilmuan, penuh ide, cerdik, berwibawa, berani dan toleran. Pada
masa kekhalifahannya, Dinasti Bani Abbasiyah mengalami masa
kegemilangan. Beberapa pencapaian kejayaan dan gemilangan peradaban Islam
daantaranya:
b. Bidang Pendidikan
Perhatian besar terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
sebagaimana yang dimulai oleh Khalifah Al-Mansur, dilanjutkan Khalifah
Harun Ar-Rasyid, semakin mendapat puncaknya oleh Al-Makmun. Ia
mendorong dan menyediakan dana besar untuk melakukan gerakan
penerjemahan karya-karya kuno dari Yunani dan Syria ke dalam bahasa
Arab, seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, filsafat , dan lain-
lain. Para penerjemah yang termasyhur adalah Yahya bin Abi Manshur,
Qusta bin Luqa, Sabian bin Tsabit bin Qura, dan Hunain bin Ishaq yang
digelari Abu Zaid Al-Ibadi. Selain itu, Hunain bin Ishak, ilmuwan Nasrani
menerjemahkan buku-buku Plato dan Aristoteles atas permintaan Al-
Makmun. Al-Makmun juga mengirim utusan kepada Raja Roma, Leo
Armenia, untuk mendapatkan karya-karya ilmiah Yunani Kuno yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Al-Makmun mengembangkan perpustakaan Bait Al-Hikmah yang
didirikan sang ayah, Khalifah Harun Ar-Rasyid, menjadi pusat ilmu
pengetahuan, yang berhasil melahirkan sederet ilmuwan Muslim yang
melegenda. Selanjutnya dibangun Majlis Munazharah, sebagai pusat kajian
agama. Pada masanya muncul ahli Hadis termasyhur, Imam Bukhori dan
sejarawan terkenal, al-Waqidi.
34
c. Perluasan Daerah Islam dan penertiban Administrasi Negara
Di era kekhalifahan Al-Makmun, Dinasti Abbasiyah menjelma
menjadi negara adikusa yang sangat disegani. Wilayah kekuasaan dunia
Islam terbentang luas mulai dari Pantai Atlantik di Barat hingga Tembok
Besar Cina di Timur. Dalam mengembangkan wilayah kekuasaan di zaman
Al-Makmun, ada beberapa peristiwa besar yang dicapai, diantaranya
penaklukan Pulau Kreta (208 H/ 823 M), dan juga penaklukan Pulau Sicily
(212 H/ 827 M).
Kemudian pada tahun 829 M, wilayah Islam mendapat serangan dari
Imperium Bizantium (Romawi). Di penghujung tahun 214 H/ 829 M,
dengan pasukan yang besar menyerang kekuasaan imperium Bizantium ,
pada tahun 832 M berhasil menduduki wilayah Kilikia dan Lidia. Tetapi
belum seluruhnya menaklukkan Bizantium Al-Makmun mennggal pada
tahun 218 H/ 833 M dan perjuangan selanjutnya dilanjutkan oleh
saudaranya, Al-Mu’tashim.
4. Aktivitasku
35
dari para khalifah besar Dinasti Abbasiyah?
7 Dst…
f. Paparkan hasil diskusi kalian di depan kelas!
g. Searah jarum jam tiap kelompok bergeser menilai hasil kelompok lain dari
segi ketepatan peran, banyaknya/ kelengkapan peran, dan kejujuran peran/
tidak mencontek!
h. Berilah nilai pada kelompok yang paling baik aksi pemeranannya!
5. Analisaku
Bandingkan hasil diskusimu dengan contoh berikut!
1. Identifikasikan sifat-sifat positif dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari
Dinasti Bani Umayyah dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid dari Dinasti
Abbasiyah!
2. Bandingkan gaya kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari
Dinasti Bani Umayyah dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid dari Dinasti
Abbasiyah!
3. Bandingkan kejayaan kebudayaan/peradaban yang dicapai masa Khalifah
Umar bin Abdul Aziz dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid!
4. Apa pengaruh pemimpin yang berani dan bijaksana terhadap kehidupan
rakyat?
5. Apa peran pemimpin terhadap kemajuan bangsa dan negaranya?
36
6. Ceritaku
Kegiatan
a. Carilah cerita/ fenomena dalam masyarakat yang berkaitan dengan dampak
positif sikap kepemimpinan yang baik!
b. Ceritakan secara berantai di depan kelas! (semua anggota kelompok diberi
bagian untuk bercerita di depan kelas!
c. Sementara kelompok lain bercerita kelompok yang lain menilai dengan
panduan berikut!
N HAL YANG DINILAI SKOR
O
1 Ketepatan isi fenomena
2 Kepercayaan diri penampil
3 Keruntutan penyampaian
4 Ketaatan pada prosedur penceritaan yang telah
disepakati
5 Kreativitas menyajikan
7. Refleksi Pemahamanku
37
38
8.Refleksi Penerimaan Suatu
Perilaku
No Kasus Komentar
.
1 Pemimpin yang otoriter akan membawa
rakyatnya menderita.
9. Rencana Aksiku
Pemimpin yang tegas, berani, bijaksana, adil, tidak emosional, penuh
percaya diri, dermawan, cinta ilmu pengetahuan adalah pemimpin yang
dibutuhkan untuk zaman kini dan masa depan.
Sekarang saatnya kalian merancang kegiatan untuk dapat berlatih
mempraktekkan apa yang alian pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Buatlah rencana tindakan untuk meningkatkan dirimu.
Rencana perilaku (dimulai dari sekarang) yang akan kalian lakukan.
Akulah Al-Mansur
SEKARANG !!!
Akulah Harun Ar-Rasyid
MASA KINI !!!
Akulah Al-Makmun
MASA DEPAN !!!
39
No Yang akan saya Kepemimpinan Hasil
. lakukan melakukan
1 Di rumah Menghormati orang tua,
menyayangi saudara
2 Di sekolah Menghormati guru,
menghargai teman,
mencintai sekolah
3 Di organisasi Bijaksana, adil, percaya
diri
4 Di lingkungan bermain Toleran, menghargai
teman
5 Untuk Negara Cinta tanah air
6 Untuk Agama Cinta agama
7 Dst…..
Tugas Portopolio
Buatlah pohon silsilah khalifah-khalifah Bani Abbasiyah di karton dan tempel di
mading kelas!
Ibrah
Mutiara Hikmah
Histiroria Vitae Magistra
“Sejarah adalah guru kehidupan”
40
Keruntuhan Dinasti Bani Umayyah pada tahun 750 M, menjadi tonggak
awal berdirinya kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah. Khalifah pertama dari
Dinasti ini adalah Abdullah As- Saffah bin Muhammad bin Ali Bin Abdulah
bin Abbas bin Abdul Muthalib. Dinamakan Dinasti Bani Abbasiyah karena
para pendiri dan khalifah dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas ibn Abdul
Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Masa kekuasaan Dinasti Bani
Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H
(750 M) s/d 656 H (1258).
Dari 37 khalifah Dinasti Bani Abbasiyah, terdapat beberapa orang
khalifah yang terkenal, di antaranya Abu Ja’far Al-Mansur, Harun Ar-
Rasyid dan Al-Makmun.
Al-Mansur merupakan khalifah kedua, merupakan khalifah yang
menetapkan dasar-dasar pemerintahan Daulat Bani Abbas.Masa pemerintahan
Abu Ja’far Al-Mansur merupakan masa awal perkembangan ilmu pengetahuan
yang merupakan cikal bakal perkembangan kejayaan Abbasyiah di masa
pemerintahan setelahnya. Kota Baghdad yang dibangunya menjadi ibu kota
Dinasti Abbasiyah dan selain merupakan pusat perdagangan juga kebudayaan
dan ilmu pengtahuan. Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia dan
menjadi salah satu pusat peradaban dunia.
Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah Al-Makmun,
peradaban Islam mencapai masa keemasan. Kebudayaan India dan Yunani juga
telah memberi sumbangan yang berarti bagi perkembangan kebudayaan Islam.
Kota-kota Jundisapur, Harran, dan Iskandariyah adalah pusat-pusat
peradaban Yunani sebelum Islam. Setelah Islam datang tradisi keilmuwan
Yunani terjaga bahkan mengalami perkembangan yang semakin pesat.
Beberapa sastrawan dan budayawan yang muncul pada masa itu adalah Ibnu
Maskawaih dan Al-Kindi.
Al-Mansur, Harun Ar-Rasid dan Al-Makmunmerupakan masa-masa
keemasan peradaban Islam. Para khalifah agung tersebut dikenal sebagai
penguasa adil dan bijaksana serta memiliki perhatian dan kecintaan yang kuat
terhadap ilmu pengetahuan. Dukungan dan kegigihan mereka dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan perdaban Islam
tercermin dalam berbagai kebijakan pemerintahannya.
GLOSARIUM
41
Rasyid untuk pengembangan ilmu
pengetahuan
Eufrat(furat) dan Tigris : Dua sungai yang mengapit istana Baghdad
(Dajlah)
Himyariyah : Suku Arab Selatan (Yamani)
Hunain bin Ishak : Ilmuwan Nasrani, yang menerjemahkan karya
Plato dan Aristoteteles atas permintaan Al-
Makmun
Khalid bin Barmak : Wazir pertama, masa Al-Mansur
Marwan Bin Muhammad : Khalifah terakhir Dinasti bani Umayyah
Majlis Munazharah : pusat kajian agama.
Muhammad bin Ali : Tokoh awal gerakan penentang Bani
Umayyah
Mudariyah : Suku Arab Utara (Quraisy)
Silk Road : Jalan Sutera
Yahya bin Barmak : Perdana menteri kepercayaa Harun Ar-Rasyid,
sekaligusguru Al-Amin dan Al-Makmum
Uji Kompetensi
42
CEMERLANGNYA ILMUWAN
BAB 2 MUSLIM DINASTI ABBASIYAH
Kompetensi Inti
KI : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
K2 : Meghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
K3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata
K4 : Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang semua dalam
sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar
2.1 Menghargai semangat belajar para ilmuan muslim di masa Dinasti Abbasiyah
sehingga mampu membawa puncak kejayaan kebudayaan dan peradaban Islam.
3.3 Memahami tokoh ilmuwan muslim: Ali bin Rabban at-Tabari, Ibnu Sina, al-Razi (ahli
kedokteran), Al Kindi, Al Ghazali, Ibnu Maskawaih (ahli filsafat), Jabir bin Hayyan
ahli kimia), Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (ahli Astronomi) dan perannya
dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbasiyah.
3.4 Memahami para ulama’: penyusun kutubussittah (ahli Hadis), empat imam madhab
(ahli fikih), Imam At-Thabari, Ibnu Katsir (ahli Tafsir) dan perannya dalam kemajuan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbasiyah.
4.2 Menceritakan biografi dan karya para ilmuan muslim pada masa Dinasti Abbasiyah
Tujuan Pembelajaran
Setelah proses mengamati, menanya, mengeksplorasi dan men gkomunikasikan peserta didik
mampu:
1.Menghargai semangat belajar para ilmuwan muslim di masa Dinasti Abbasiyah sehingga
mampu membawa puncak kejayaan kebudayaan dan peradaban Islam.
2.Memahami tokoh ilmuwan muslim: Ali bin Rabban at-Tabari, Ibnu Sina, al-Razi (ahli
kedokteran), Al Kindi, Al Ghazali, Ibn Maskawaih (ahli filsafat), Jabir bin Hayyan ahli
kimia), Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (ahli Astronomi) dan perannya dalam
kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbasiyah
3.Memahami para ulama’: penyusun kutubussittah (ahli Hadis), empat imam madzhab
(ahli fikih), Imam At-Thabari, Ibnu Katsir (ahli Tafsir) dan perannya dalam kemajuan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa Abbasiyah.
4.Menceritakan biografi dan karya para ilmuwan muslim pada masa Dinasti Abbasiyah.
43
PETA KONSEP
44
PROSES PEMBELAJARAN
Secara umum pembelajaran pada
kegiatan inti dilakukan dengan
pendekatan saintifik (mengamati,
menanya, mencoba/menggali
data, menalar,
mengkomunikasikan, hubungan
antar fenomena, refleksi dan
rencana aksi).
1. Pengamatanku
Amati gambar, dan berikan tanggapanmu!
Halaman sampul ke enam kitab hadits dari Kutubus sittah.
. Sumber : http://id.wikipedia.org
Sumber: http://helmimediadakwah.blogspot.com
Empat Ulama Madzhab
45
Sumber gambar:
http://sejarahpejuangkhilafah.files.wordpress.com
2. Pertanyaanku
3. Wawasanku
Dinasti Bani Abasiyiah, yang berkuasa lebih dari lima abad, sejak 132-656
H/750-1258 M, merupakan dinasti Islam yang memberikan sumbangan besar bagi
kegemilangan peradaban Islam. Dengan dukungan para khalifah yang memiliki
perhatian besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban, melahirkan
banyak ilmuan dan para ulama cemerlang yang karya-karyanya abadi sepanjang
sejarah sekaligus membuktikan bahwa peradaban dan kebudayaan Islam
46
memberi sumbangan besar bagi peradaban dunia. Untuk mengenal lebih dekat,
ilmuwan dan ulama ulama besar tersebut, berikut uraiannya.
b. Abu Ali Al-Husayn bin Abdullah bin Sina/ Ibnu Sina (370 H – 428 H /
980 M – 1037 M)
47
Bukhara. Orang tuanya pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman.
Ibnu Sina dibesarkan di Bukhara. Pada usia sepuluh tahun telah banyak
mempelajari ilmu agama Islam dan berhasil menghafal Al-Qur’an. Dari Abu
Abdellah Natili, Ibnu Sina belajar ilmu logika untuk mempelajari buku
Isagoge dan Porphyry, Euclid dan Al-Magest Ptolemus. Setelah itu ia
mendalami metafisika Plato dan Arsitoteles.
Ibnu Sina mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, ilmuwan
Kristen. Pada usia 17 tahun telah dikenal sebagai dokter dan pernah
mengobati pangeran Nuh Ibnu Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya.
Sejak itu, Ibnu Sina mendapat akses untuk mengunjungi perpustakaan istana
yang terlengkap yaitu Kutub Khana.
Dalam dunia kedokteran, Ibnu Sina adalah ilmuwan muslim pertama
yang menemukan peredaran darah manusia, dimana enam ratus tahun
kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia juga yang pertama kali
mengatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil
makanannya lewat tali pusarnya. Dia juga yang mula-mula mempraktekkan
pembedahan dan menjahitnya. Dan dia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa
yang kini disebut psikoterapi .
Ibnu Sina adalah ilmuwan produktif, menulis buku mencapai 200
buah yang meliputi filsafat, kedokteran, geometri, astronomi, teologi, filologi,
dan kesenian. Karya monumentalnya berjudul Al-Qanun fit-Tibb. Buku ini
merupakan kumpulan pemikiran kedokteran Yunani-Arab. Karya Ibnu Sina
ini dipakai sebagai buku panduan bagi para mahasiswa yang mempelajarai
kedokteran dari abad ke-12 sampai abad ke-17 M. Buku ini membedakan
antara mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru); mengenai
kemungkinan penalaran wabah penyakit phthisis (penyakit saluran
pernafasan, utamanya asma dan TBC) melalui pernafasan dan penyebaran
berbagai penyakit melalui air dan debu. Ibnu Sina juga memberikan diagnosis
ilmiah tentang penyakit ankylostomisis dan menyebutkan cacing pita sebagai
penyebabnya. Sekitar 170 jenis obat-obatan disebutkan dalam buku ini.
Karya-karya lain Ibnu Sina adalah :
1. Buku mengenai politik seperti: Risalah As-Siyasah, Fi Isbati an-Nubuwah,
Al-Arzaq,
2. Buku mengenai Tafsir seperti: Surah al-Ikhlas, Surah al-Falaq, Surah an-
Nas, Surah al-Mu’awizataini, Surah al-A’la.
3. Buku Psikologi seperti: An-Najat.
4. Buku ilmu kedokteran selain Al-Qanun fi al-Thibb, adalah al-Urjuzah fi
At-Tibi, al-Adwiyah al-Qolbiyah, Kitabuhu al-Qoulani, Majmu’ah Ibnu
Sina al-Kubra, Sadidiyya.
5. Buku tentang Logika seperti: Al-Isyarat wat Tanbihat, al-Isyaquji, Mujiz,
Kabir wa Shaghir
6. Buku tentang musik seperti: Al-Musiqa.
7. Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli.
8. Buku Fisika seperti: fi Aqsami al-Ulumi al-Aqliyah
9. Qamus el Arabi, terdiri atas lima jilid.
10. Buku filsafat seperti As-Syifa’, Hikmah al-Masyiriqiyyin, Kitabu al-
Insyaf, Danesh Nameh, Kitabu al-Hudud, Uyun-ul Hikmah
11.dan sebagainya.
48
49
c. Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Ar-Razi (251-313H/864-930M)
Abu bakar Muhammad bin Zakaria ar Razi, berasal dari Persia, lahir di
Ray pada tahun 865 M di dunia Barat dikenal dengan panggilan ‘Ar-Razes.
Ar-Razi adalah murid cemerlang dari Ali bin Sahl Rabban At-Tabari.
Setelah mempelajari matematika, astronomi, logika, sastra, dan kimia, ia
memusatkan perhatiannya pada kedokteran, dan filsafat. Ia menjadi seorang
dokter dan filosof besar pada zamannya.
Ar-Razi sangat rajin melakukan penelitian dan menuliskan berbagai
hasil penelitiannya. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20.000
lembar kertas. Karya ar-Razi
mencapai 232 buku atau risalah dan
kebanyakan dalam bidang
kedokteran.
Karya tulis hasil
penelitiannya yang termashur
adalah al-Hawi, Ensiklopedi
Kedokteran berjumlah 20 jilid.
Buku ini berisi ilmu kedokteran
Yunani, Arab, dan diterjemahkan ke
Sumber: www.aliefkamil.blogspot.com dalam bahasa latin pada tahun 1279
M. Sejak saat itu, buku tersebut
menjadi rujukan di universitas
-universitas Eropa sampai abad ke-
17 M. Bukunya yang lainnya yang
terkenal adalah Fi al-Judari wa al-
Hasbat yang membahas penyakit campak dan cacar dan diterjemahkan juga
ke dalam bahasa latin. Pada tahun 1866 M, buku itu dicetak untuk yang ke-40
kalinya. Ar-Razi wafat pada tahun 932 M di kota kota kelahirannya.
50
(775 M – 785 M) dan Harun Ar-Rasyid (786 M – 809 M). Kakeknya, Asy’ats
bin Qais, dikenal sebagah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW.
Al-Kindi sosok yang dikenal berotak encer. Tiga bahasa penting, yaitu
Yunani, Suryani, dan Arab dikuasainya, sebuah kelebihan yang jarang
dimiliki orang pada era itu. Al-Kindi adalah filosof muslim pertama, karena
ia adalah orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Pada saat
itu, sampai abad ke-7 M, pengetahuan filsafat masih didominasi orang-orang
Kristen Suriah. Al-Kindi menerjemahkan dan menyimpulkan karya-karya
filsafat Helenisme. Ia juga dikenal sebagai pemikir muslim pertama yang
menyelaraskan filsafat dan agama. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu
yang mulia. Ia melukiskan filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu dan kearifan
dari segala kearifan. Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama
dan merupakan bagian dari kebudayaan Islam.
Al-Kindi menguasai beragam ilmu pengetahuan. Karyanya berjumlah
kurang lebih 270 buah, yang dapat dikelompokkan dalam bidang filsafat,
logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, psikologi,
politik, dan meteorologi. Salah satu karya Al Kindi di bidang filsafat adalah
Risalah fi Madkhal al Mantiq bi Istifa al Qawl fih yang berisi tentang sebuah
pengatar logika.
Al-Kindi mengalami kehidupan tidak kurang dari lima periode khalifah
Dinasti Abbasyiah, yakni, Al-Amin, Al-Makmun, Al-Mu’tasim, Al-Wasiq
dan Al-Mutawakkil. Dia menjadi salah satu ilmuwan besar sekaligus bukti
hidup kegemilangan kebudyaaan Islam era kejayaan Islam Baghdad di bawah
kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Ia juga diangkat sebagai guru dan tabib
kerajaan. Al-Kindi meninggal pada tahun 869 M.
51
E. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Tusi Al-Syafi’i
(450-505H/1058-1111M)
52
termasyhur dan banyak menjadi rujukan di lembaga-lemba pendidikan di
Indonesia adalah:
a) Ihya Ulum Ad-Din, yang membahas ilmu-ilmu agama.
b) Tahafut al-Falasifah, menerangkan pendapat para filsuf ditinjau dari segi
agama.
c) Al-Munqidz min adh-Dhalal, menjelaskan tujuan dan rahasia-rahasia ilmu.
d) Al-Iqtashad fi Al-‘Itiqad (inti ilmu ahli kalam),
e) Jawahir Al-Qur’an (rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an)
f) Mizan Al-‘Amal (tentang falsafah keagamaan)
g) Al-Maqasshid Al-Asna fi Ma’ani Asma’illah Al-Husna (tentang arti nama-
nama Tuhan).
h) Al-Basith (fiqh).
i) Al-Mustasfa (ushul fiqh), dan lain-lain.
A-Ghazali wafat di Tusia, sebuah kota tempat kelahirannya pada tahun
505 H (1111 M) dalam usianya yang ke 55 tahun.
53
keterangan Ibnu Miskawaih belajar sejarah dari Abu Bakr Ahmad Ibnu Kamil
Al-Qadi, mempelajari filsafat dari Ibnu Al-Akhmar, dan mempelajari kimia
dari Abu Thayyib. Ia juga berkawan dengan para ilmuwan diantaranya Ibnu
Sina.
Ibnu Miskawaih dikenal sebagai sejarawan besar yang kemasyhurannya
melebihi pendahulunya, At-Thabari. Ia juga seorang dokter, penyair, dan ahli
bahasa serta seorang filosof muslim yang mampu memadukan tradisi
pemikiran Yunani dan Islam, di samping juga ahli dalam filsafat Romawi,
India, Arab, dan Persia. Selanjunya yang menjadi perhatian terbesarnya
adalah filsafat etika Islam, hal ini terlihat pada banyak buku-buku karyaya,
diantaranya: Risalah fi al-Lazzat wa al-Alam, Risalah fi at-Thabi'at, Risalah
fi Jaubar an-Nafs, Maqalat an-Nafs wa al-'Aql, Fi Isbat as-Shuwar al-
Ruhaniyat allati la Yabula Lama, min Kitab al-'Aql wa al-Ma'qul, Ta'rif li
Miskawaih Yumayyizu bihi bain ad-Dahr wa az-Zaman, Tahzib al-Akhlaq wa
Tathhir al-A'raq dan Risalah fi Jawab fi Su'ali li 'Ali Ibnu Miskawaih Ila Abi
Hayyan as-Shauli fi Haqiqat al-'Adl.
Oleh sebab itu, Ibnu Miskawaih menjadi ilmuwan muslim pertama di
bidang filsafat akhlak.
Orang Barat
mengenalnya dengan sebutan
‘Geber’. Abu Musa Jabir bin
Hayyan lahir di Kufah pada
tahun 750 M. Sumbangan
terbesar Jabir dalam dunia ilmu
pengetahuan adalah dalam
bidang kimia. Keahliannya itu Jabir Ibnu Hayyan, Bapak Kimia Modern
didapatnya dari seorang guru Sumber:
www.chem-is-try.org
bernama Barmaki Vizier pada
era pemerintahan Harun Ar-
Rasyid di Baghdad. Ia
mengembangkan teknik
eksperimentasi sistematis di
dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi
kembali.
Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi
kimia yang terjadi. Jabir dapat dipandang telah merintis ditemukannya hukum
perbandingan tetap.
Sumbangan lainnya yang penting antara lain dalam penyempurnaan
proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi, dan penguapan serta
pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.
Jabir menulis kitab-kitab penting bagi pengembangan ilmu kimia,
antara lain; Kitab Al-Kimya, Kitab Al-Sab’een, Kitab Al Rahmah, Al Tajmi,
Al Zilaq al Sharqi, Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan
Book of Balance.
54
55
H. Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi (780-850M)
56
g) Mengembangkan sistem nilai-tempat desimal dengan angka 1 sampai 9
sebagai angka sekaligus pengisi nilai tempat dan angka nol sebagai angka
saja.
Karya-karya Al-Khawarizmi di bidang aljabar telah diterjemahkan oleh
Gerard of Gremano dan Robert of Chaster kedalam bahasa Eropa pada abad
ke 12.
a. Imam Bukhori
57
lain Basrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baqhdad sampai Asia
Barat.
Di antara ulama Hadist yang yang termasuk guru Imam Bukahri
adalah Ali-bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Makki bin
Ibrahim al-Bakhi, dan Muhammad bin Yusuf Al-Baikandhi. Selain itu,
banyak ahli Hadist yang berguru kepadanya, diantaranya Syekh Abu Zahrah,
Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibnu Nazr, dan Imam Muslim.
Imam Bukhari merupakan ulama Hadist yang banyak menulis kitab-
kitab Hadist. Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh
dunia, termasuk di Indonesia. Sebagian diantara karya-karya adalah: Sahih
Bukhari, al-Adab al-Mufrad, adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir,
at- Tharikh al- Aushat. At- thrikh al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful
yadain fi as-Salah, Birrul al-Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah. Diantara karya-
karya tersebut yang termashur adalah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al-
Mukhtasar min Umur Rasul Allah was Sunanih wa Ayyamih.
Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H dalam usia
62 tahun. Jenazahnya dikuburkan di Khartank, sebuah desa di Samarkand.
b. Imam Muslim
58
Imam Muslim banyak menulis kitab-kitab Hadist, diantaranya yang
termashur adalah, al-Jami’ ash-Sahih atau dikenal sebagai Shahih Muslim, al-
Musnad al-Kabir , al-Asmah Wal-kun,al-Ilal, al-Qaran, Sualat Ahmad bin
Hambal, al-intifa’ bi Uhubis-Siba’, Al-Muhadramain, Man laisa lahu Illa
Rawin Wahid, kitab
Auladish-shaba , dan kitab
Auham al-Muhaddisin.
Selain itu, yang paling
mashur adalah ash-Sahih,
yang judul lengkapanya Memandang Tinggi Kedudukan Ilmu
adalah al-Musnad as-Shahih dan Ulama
al- Mukhtashar Min as-
Sunan bin Naql al-Adl’an Dituturkan oleh Imam al-Khattabi, “Aku
Rasul Allah, berisi 3,033 bersama Abu Dawud tinggal di Baghdad. Pada
Hadist. suatu ketika selesai menunaikan shalat
Beliau wafat pada hari Maghrib, datang Amir Abu Ahmad al-
Ahad sore, dimakamkan di Muwaffaq. Abu Dawud menemuinya seraya
berkata: “Gerangan apakah yang membawamu
Nasr Abad, salah satu daerah
datang ke sini pada saat seperti ini?”
di luar Nisabur, pada hari
Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei “Tiga kepentingan,” jawab Amir. “Kepentingan
875 M, dalam usia 55 tahun. apa?” tanyanya.
59
Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin
Syidad bin ‘Amr Al-Azdi As-Sijistani, dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di
Sijistan. Sejak kecil, Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama. Belum
cukup dewasa, sudah mengunjungi dan mengelilingi berbagai negeri seperti
Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain,
untuk belajar Hadist dari para ulama. Hadist-Hadist yang diperolehnya
disaring dan hasil penyaringannya dibukukan dalam kitab As-Sunan.
Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali untuk mengajarkan
Hadist dan fiqh kepada penduduk dengan menggunakan kitab Sunan sebagai
pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama
fiqh termasyhur dalam empat Imam Madzhab.
Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gubernur
setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi pusat bagi para ilmuwan
dan peminat Hadist.
Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat banyak
jumlahnya, diantaranya Ahmad bin Hanbal,
Al-Qa’nabi, Abu ‘Amr Ad-Darir, Muslim bin
Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu’l Walid
At-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian dari
gurunya ada yang menjadi guru Imam
Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad
bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan
Qutaibah bin Sa’id. Adapun para ulama yang
menjadi muridnya atau mengambil ilmunya,
antara lain Abu ‘Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur
Rahman An-Nasa’i, putranya sendiri Abu
Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu
Shahih Sunan Abi Dawud Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu
http://rifaielhafeez354.blogspot.com
Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad
bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.
Abu Dawud adalah salah seorang
ulama besar yang prilakunya wara’, saleh
dan bijksana. Sifat-sifat mulianya
diungkapkan oleh sebahagian ulama dengan menyatakan:
“Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya,
ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad
dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki’, Waki menyerupai Sufyan as-Sauri,
Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim An-Nakha’i, Ibrahim
menyerupai ‘Alqamah dan ia menyerupai Ibnu Mas’ud. Sedangkan Ibnu
Mas’ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut.”
Imam Abu Dawud menulis banyak kitab Hadist, antara lain: Kitab As-
Sunnan (Sunan Abu Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab Al-Qadar, An-Nasikh
wal-Mansukh, Fada’il al-A’mal, Kitab Az-Zuhd. Dala’il an-Nubuwah, Ibtida’
al-Wahyu, Ahbar al-Khawarij. Kitabnya yang banyak dikenal di kalangan umat
muslim Indonesia adalah Kitab As-Sunan Abu Dawud.
Abu Dawud meninggal di Basrah pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889
M.
60
d. Imam At-Tirmidzi
e. Imam An-Nasai
61
Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh Hadist di Khurasan, Hijaz, Irak,
Mesir, Syam dan Jazirah Arab.
Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadistnya. Kitab Sunan
An-Nasa’i mengandung lebih sedikit Hadist Dhaifnya, setelah Hadist Sahih
Bukhari dan Shahih Muslim. Diantara para gurunya adalah Qutaibah bin
Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih Al-Harist bin Miskin, Ali bin
Kasyram, Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. Adapun ulama-
ulama yang pernah berguru kepadanya diantaranya: Abu Al-Qasim At-
Tabarani (pengarang kitab Mu’jam), Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin
Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahamr An-Dalusi,
Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin Ahmad As-Sunni.
Kitab-kitab Hadist karya Iman An-Nasa’i diantaranya: As-Sunan al-
Kubra yang dikenal dengan Sunan An-Nasa’i, As-Sunan al-Mujtaba, Kitab
at-Tamyiz, Kitab Adh-Dhu’afa, Khasa’is Ali, Musnad Ali, Musnad Malik dan
Manasik al-Hajji .
Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 H/915 M dan dimakamkan di
Bait Al-Maqdis, Palestina.
62
f. Imam Ibnu Majah
63
mengatakan dalam kitabnya, Al-Bidayah: “Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah)
adalah pengarang kitab sunan yang masyhur. Kitabnya itu merupakan bukti
atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, serta
kredibilitas dan loyalitasnya kepada Hadis dan usul serta furu’.”
Ibnu Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M, di
tanah kelahirannya, Qazwin, Irak.
a. Imam Hanafi
Nu’man
bin Tsabit
bin Zuta
bin Mahan
At-Taymi,
dikenal
sebagai
Abu
Ḥanifah,
lahir di
Imam Abu Hanifa Kufah, Masjid Imam Abu Hanifah, Baghdad Irak.
Sumber : http://adilkurnia.wordpress.com
Irak pada Sumber : http://en.wikipedia.org
80 H / 699
M dan
wafat di
Baghdad, Irak, 148 H / 767 M, sebagai
pendiri Madzhab Hanafi.
Pada masa remajanya, telah
menunjukkan kecintaannya kepada ilmu. Disamping menuntut ilmu fiqh, juga
mendalami ilmu tafsir, hadits, bahasa arab dan ilmu hikmah. Meski anak
seorang saudagar kaya, kehidupannya sangat sederhana. Abu Hanifah seorang
yang takwa dan soleh, seluruh waktunya lebih banyak diisi dengan amal
ibadah. Jika berdoa air matanya bercucuran mengharapkan keridhaan Allah
SWT.
Abu Hanifah merupakan seorang Tabi’in, generasi setelah sahabat Nabi,
karena pernah bertemu dengan sahabat Nabi, diantaranya bernama Anas bin
Malik, dan meriwayatkan Hadist darinya.
Selanjutnya, Imam Hanafi disebut sebagai tokoh yang pertama kali
menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok mulai dari bab kesucian
(taharah), salat dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama
sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari,
Muslim dan lainnya.
Madzab Hanafi dan fatwa-fatwanya disebarluaskan oleh murid-muridnya
sehingga tersebar luas dan dikenal sebagai salah satu madzab yang empat. Di
64
antara muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani,
guru dari Imam Syafi’i.
Karya-karya yang ditinggalkan oleh Imam Hanafi diantaranya Fiqh
Akhbar, Al ‘Alim Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar.
Dalam menetapkan hukum, Imam Hanafi menggunakan metode
berdasarkan Al Quran, Sunnah Rasul, Fatwa sahabat, Qiyas, Istihsan, Ijma’
dan ‘Urf. 'Urf maksudnya adalah adat kebiasaan orang muslim dalam suatu
masalah tertentu yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an, Sunnah dan belum
ada prakteknya pada masa sahabat.
b. Imam Maliki
Nama lengkapnya Abu abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir
bin Amr bin Al-Haris bin Ghaiman bin Jutsail bin Amr bin Al-Haris Dzi Ashbah,
dilahirkan di Madinah al Munawwaroh pada tahun 93 H (pendapat lain tahun 90
H, 94 H dan 95 H).
Imam Malik menerima Hadist dari 900 orang (guru), 300 dari golongan
Tabi’in dan 600 dari Tabi’ut tabi’in.
Imam Malik belajar di Madinah dan menulis kitab Al-Muwatta, yang
disusun selama 40 tahun, dan telah ditunjukan kepada 70 ahli Fiqh di kota
Madinah. Kitab Al Muwaththa’ berisi 100.000 hadits, yang diriwayatkan oleh
lebih dari seribu orang dan yang paling masyhur adalah riwayat dari Yahya bin
Yahyah Al-Laitsi Al-Andalusi Al-Mashmudi.
Kitab Al-Muwaththa berisi Hadist-hadist serta pendapat para sahabat dan
ulama-ulama Tabi’in yang membahas tentang ilmu dan hukum-hukum agama
Islam. Kitab ini ditulis atas anjuran Khalifah Al-Mansur.
Imam Malik menyusun mazhabnya atas empat dasar rujukan: Kitab Suci,
Sunnah Rasul, Ijma’, dan Qias. Pada masanya Imam Malik paling berpengaruh di
seluruh Hijaz, dikenal dengan sebutan “Sayyid Fuqaha Al-Hijaz” (pemimpin ahli
fiqih di seluruh daerah Hijaz). Ia mempunyai banyak sahabat (murid), di
antaranya yang terkenal ialah Muhammad bin Idris bin Syafii, Al-Laisy bin Sa’ad,
Abu Ishaq Al-Farazi.
Pengikut mazhab Imam Malik yang terbanyak terdapat di Tunisia, Tripoli,
Magribi, dan Mesir.
Imam Malik menderita sakit selama 22 hari, kemudian 10 hari setelah itu
ia wafat. Sebagian meriwayatkan
Imam Malik wafat pada 14
Rabiul awwal 179 H pada usia 87
tahun.
c. Imam Syafi’i
65
Imam Syafi’i merupakan keturunan Quraisy, dari Bani Muththalib,
nasabnya bertemu Rasulullah di Abdul Manaf. Dilahirkan di Khuzzah tahun
150 H. Perjalanan hidupnya dimulai sejak wafat ayahnya. Sang ibu
membawanya ke Mekah. Sejak kecil Imam Syafi’i cepat menghafal syair,
pandai bahasa Arab dan sastra. Saat usia 7 tahun, telah hafal Al-Qur’an, dan
pada usia10 tahun, hafal Al-Muwatta). Imam Syafi’i berguru fiqh kepada
Imam Syafi’i
Sumber gambar:
http://www.danyalmin..wordpress.com
66
Imam Syafi’i dapat menyusun pandangan-pandangannya, yang dikenal dengan
‘’qaul qadim” (pendapat yang pertama).
Kemudian ia kembali ke Mekah hingga tahun 198 H. Pada tahun yang
sama pergi ke Mesir. Di Mesir inilah, Imam Syafi’i menyusun pendapatnya
yang baru, yang dikenal dengan istilah ‘’qaulul jadid’’.
Imam Syafi’i seorang mujtahid mutlak, Ulama Fiqh, Ulama Hadist, dan
Ushul. Ia mampu memadukan Fiqh ahli Irak dan Fiqh ahli Hijaz. Dasar
madzhabnya ialah Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Diantara karya
monumentalnya adalah “Ar- Risalah” buku pertama tentang ushul fiqh dan
kitab “Al -Umm” yang berisi Madzhab Fiqhnya yang baru.
Wasiatnya yang penting, terutama bagi ulama yang mendukung dan
mengikuti mazhab Syafi’i, ialah “Apabila hadits itu sah, itulah mazhabku, dan
buanglah perkataanku yang timbul dari ijtihadku”.
Pengikut mazhab Syafi’i yang terbanyak adalah di Mesir, Kurdistan,
Yaman, Aden, Hadramaut, Mekah, Pakistan, dan Indonesia. Imam Syafi’i wafat
di akhir bulan Rajab pada tahun 204 H, di Mesir.
d. Imam Hambali
Nama lengkapnya, Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin
Asad Al-Marwazi Al Baghdadi, lahir
pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 H di
Baghdad. Pada usia 15 tahun hafal Al-
Qur’an. Dia juga dikenal sebagai orang
yang paling indah tulisannya.
Imam Ahmad bin Hambal
mempunyai hafalan yang kuat, hafal lebih
dari satu juta Hadist. Banyak pujian dari
para ulama tetang keistimewaan hafalan
Imam Hambali, sebagaimana dikatakan
Imam Asy-Syafi’i, bahwa “Ahmad bin
Hambal adalah imam dalam delapan
www.demundus.com
hal: Imam dalam Hadist, Imam dalam
Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam
Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam
dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan
Imam dalam Sunnah”.
Kezuhudannya pun sangat terkenal, seperti yang diceritakan oleh Al-
Maimuni bahwa rumah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil. Ia
memakai peci yang dijahit sendiri dan kadang ke tempat membawa kampak
untuk bekerja dengan tangannya. Begitu juga sifat tawadhu'nya. Yahya bin
Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad
bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak
pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya
kepada kami”.
67
Guru-guru Imam Ahmad bin Hambal jumlahnya lebih dari 280 ulama
yang berasal dari berbagai tempat seperti Mekkah Kufah, Bashrah, Baghdad,
Yaman dan lainnya. Guru-guru tersebut diantaranya Ismail bin Ja’far, Abbad
bin Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin
Qasim bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin
Ulayyah, Sufyan bin ‘Uyainah, Abdurrazaq, Ibrahim bin Ma’qil. Adapun para
muridnya diantaranya Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam
Nasa’i, Imam Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Asy-Syafi’i, Shalih bin Imam
Ahmad bin Hambal, Abdullah bin Imam Ahmad bin Hambal, Hambal bin Ishaq
dan lainnya.
Kitab-kitab karyanya sangat banyak, diantaranya: Kitab Al -Musnad
yang berisi lebih dari dua puluh tujuh ribu Hadist, Az-Zuhud, Fadhail Ahlil
Bait, Jawabatul Qur’an, Al -Imaan, Ar-Radd ‘alal Jahmiyyah, Al-Asyribah dan
Al-Faraidh.
Imam Hambali meninggal pada umur 77 tahun hari Jum’at, 12 Rabi’ul
Awwal tahun 241 H. Dalam proses penguburannya dihadiri oleh 800.000
orang pelayat lelaki dan 60.000 orang pelayat perempuan.
3. Ulama Tafsir
Nama lengkapnya Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir
bin Ghalib Al-Amali At-Tabari, lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau At-
Tabari. Lahir di daerah Amol, Tabaristan (sebelah selatan Laut Kaspia) pada
tahun 838 M. Hidup dan tumbuh di lingkungan keluarga berada dan
perhatian penuh terhadap pendidikan, terutama bidang keagamaan. Pada
masanya, perkembangan kebudayaan Islam di
bidang ilmu pengetahuan sedang mengalami
kejayaan dan kemajuannya. Kondisi ini semakin
mengembangkan kecintaannya terhadap ilmu
pengetahuan. Kegiatan menghafal Al-Qur’an
dimulainya sejak usia 7 tahun, dan melakukan
pencatatan hadis dimulai sejak usia 9 tahun.
Semangatnya luar biasa dalam menuntut ilmu
sekaligus juga semangat untuk melakukan
ibadah. Pada usia 8 tahun, memperoleh
kepercayaan menjadi imam salat.
Ia melakukan perjalanan keilmuan ke kota
Ray, Baghdad, Suriah dan juga di Mesir. Ke
Rayy berguru kepada al-Razi, di bidang Hadist Sampul depan salah satu karya At-Tabari
kepada Al-Musanna bin Ibrahim al-Ibili. Ke Sumber:http:Bp.blogspot.com
68
Di Basrah berguru kepada Muhammad bin’Abd Al-A’la Al-San’ani (w.
245 H/ 859 M), Muhammad bin Musa Al-Harasi (w. 248 H/ 862 M) dan Abu
Al-‘As’as Ahmad bin Al-Miqdam (w. 253 H/ 857 M), dan Abu Al-Jawza’
Ahmad bin ‘Usman (w. 246 H/ 860 M). Khusus di bidang tafsir ia berguru
kepada seorang Basrah Humayd bin Mas’adah dan Bisr bin Mu’az Al-‘Aqadi
(w.akhir 245 H/ 859-860 M), meski sebelumnya pernah banyak menyerap
pengetahuan tafsir dari seorang Kufah Hannad bin Al-Sari (w. 243 H/ 857 M).
Setelah beberapa waktu di dua kota tersebut, kemudian kembali ke
Baghdad dan menetap untuk waktu yang lama. Ia memusatkan perhatian
pada qira’ah (cara baca) dan fiqh dengan bimbingan guru, seperti Ahmad bin
Yusuf Al-Sa’labi, Al-Hasan Ibnu Muhammad Al-Sabbah Al-Za’farani dan Abi
Sa’id al-Astakhari. Kemudian, melakukan perjalanan keilmuan lagi ke
berbagai kota untuk mendalami gramatika, sastra dan qira’ah. Hamzah dan
Warasy termasuk orang-orang yang memberikan kontribusi ilmunya kepada
At-Tabari. Keduanya tidak saja dikenal di Baghdad, tetapi juga di Mesir,
Syam, Fustat, dan Beirut. Dorongan kuat untuk menulis kitab tafsir diberikan
oleh salah seorang gurunya Sufyan Ibnu ‘Uyainah dan Waqi’ Ibnu Al-Jarrah,
Syu’bah bin Al- Hajjaj, Yazid bin Harun dan ‘Abd Ibnu Hamid.
At-Tabari banyak menulis kitab berkaitan dengan berbagai bidang ilmu,
seperti ilmu Tafsir, Ilmu Sejarah, Hadist, hukum, teolgi, etika, dan lain-lain.
Di antara karyanya yang terkenal adalah Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk
(Sejarah Para Rasul dan Raja), atau lebih dikenal sebagai Tarikh at-Tabari.
Kitab ini berisi sejarah dunia hingga tahun 915, dan terkenal karena
keakuratannya dalam menuliskan berbaga peristiwa dalam sejarah Arab dan
Muslim.
Karya lainnya yang juga terkenal berupa tafsir Quran bernama Tafsir
Al-Tabari, yang sering digunakan sebagai sumber oleh pemikir muslim
lainnya, seperti Baghawi, As-Suyuthi dan juga Ibnu Katsir.
At-Tabari wafat pada hari Senin, 27 Syawal 310 H bertepatan dengan
17 Pebruari 923 M dalam usia 85 tahun.
69
3. Ahmad bin Abi Thalib, terkenal dengan nama Ibnu Syahnah (walat 730H),
4. Ibnul Hajjar yang (wafat 730 H),
5. Baha-uddin al-Qasim bin Muzhaffar Ibnu Asakir, ahli hadis negeri Syam
yang wafat pada tahun 723 H,
6. Ibnu Asy-Syirazi,
7. Ishaq bin Yahya Al-Amidi Afifuddin ulama Zhahiriyah (wafat 725 H),
8. Muhammad lbnu Zarrad, menyertai Syaikh Jamaluddin Yusuf bin Az-Zaki
Al’Mizzi (wafat 742H), beliau mendapat banyak faedah dan menimba
ilmu darinya dan akhirnya beliau menikahi puterinya.
9. Syaikhul Islam Taqiyyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin Abdis Salam
bin Taimiyyah (wafat 728 H),
10. Syaikh al-Hafizh, seorang ahli tarikh (sejarah), Syamsuddin Muhammad
bin Ahmad bin ‘Utsman bin Qayimaz Adz-Dzahabi (wafat pada tahun
748 H).
11.Ulama Mesir yang memberi beliau ijazah adalah Abu Musa al-Qarafi,
12. Abul Fath Ad-Dabbusi
13. Ali bin Umar As-Sawani dan lain-lain.
Beberapa pandangan para ulama tentang Ibnu Katsir, diantaranya Al-
Hafizh Adz-Dzahabi dalam Al-Mu’jam al-Mukhtashsh mengatakan:
“Ia adalah seorang imam lagi pemberi fatwa, ahli hadis yang pakar,
ahli fiqih yang berwawasan luas, ahli tafsir dan memiliki banyak tulisan
yang bermanfaat.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani dalam ad-Duraral-Kaaminah
mengatakan:
“Ia selalu menyibukkan diri dengan Hadits, menelaah matan dan
rijal hadis. Beliau adalah orang yang memiliki hafalan yang banyak,
kecerdasannya bagus, memiliki banyak karya tulis semasa hidupnya dan
telah memberikan manfaat yang sangat banyak kepada orang-orang selepas
meninggal.”
Murid-murid yang belajar kepadanya sangatlah banyak, diantaranya
Ibnu Haji.
Beberapa karyanya yang terkenal adalah:
1. Tafsir al-Qur-an, kitab tafsir dengan riwayat, telah diterbitkan berulang
kali dan telah diringkas oleh banyak ulama.
2. Al-Bidaayah wan Nihayah, terdiri dari 14 jilid, berisi kisah-kisah para
Nabi dan umat-umat terdahulu, sirah Nabawiyah, sejarah Islam.
3. At-Takmiil fi Ma’rifatis Siqat wa Dhu’afa wal Majaahil. Di dalamnya
terangkum dua kitab dari tulisan guru beliau, yaitu al-Mi zzi dan adz-
Dzahabi(Tahdzibul Kamal fi Asma Rijal) dan (Liizan I’tidal fii Naqdir
Rijal) dengan disertai beberapa tambahan yang bermanfaat dalam masalah
al-jarh wat ta’dil.
4. Jami’ al-Masanid, berisi Musnad Imam bin Hanbal, A|-Bazzar, Abu Ya’la
Al-Mushili, Ibnu Abi Syaibah, beserta Kutubus Sittah. Disusun
berdasarkan bab-bab fiqih
5. Thabaqaat asy-Syafi’iyyah, berisi biografi Imam Asy-Syafi’i.
6. Sirah Nabawiah, berisi sejarah Nabi Muhammad saw. Dan lain-lain.
70
Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani, Ibnu Katsir hilang
penglihatan di akhir hayatnya dan wafat di Damaskus, Syam pada tahun 77 4
H/ 1373 M.
4. Aktivitasku
71
h. Berilah nilai pada kelompok yang paling baik hasilnya!
5. Analisaku
Bandingkan hasil diskusimu dengan contoh berikut!
1. Coba bandingkan ilmuwan masa Dinasti Abbasiyah dengan ilmuwan masa
Bani Umayyah!
2. Bandingkan juga ulama masa Dinasti Abbasiyah dengan ulama masa Bani
Umayyah!
3. Bandingkan peran ilmuwan dan ulama masa Dinasti Abbasiyah dengan peran
ilmuwan dan ulama masa Bani Umayyah!
4. Apa pengaruh ilmuwan dan ulama dalam membangun kesejahteraan bangsa?
5. Apa peran pengaruh ilmuwan dan ulama terhadap kemajuan bangsa dan
negaranya?
6. Dst…
6. Ceritaku
Kegiatan
a. Carilah cerita/ fenomena dalam masyarakat yang berkaitan dengan dampak
positif sikap adanya ilmuwan dan ulama di suatu bangsa/negara .
b. Ceritakan secara berantai di depan kelas! (semua anggota kelompok diberi
bagian untuk bercerita di depan kelas!
c. Sementara kelompok lain bercerita kelompok yang lain menilai dengan
panduan berikut!
N HAL YANG DINILAI SKOR
O
1 Ketepatan isi fenomena
2 Kepercayaan diri penampil
3 Keruntutan penyampaian
4 Ketaatan pada prosedur penceritaan
yang telah disepakati
5 Kreativitas menyajikan
7. Refleksi Pemahamanku
72
1. Sudahkah kita memahami tujuan dan manfaat mengenal lebih dekat ilmuwan
dan ulama masa Dinasti Abbasiyah sebagai bagian dari perkembangan
kebudayaan Islam?
2. Bisakah kita meniru menjadi ilmuwan dan ulama yang berguna untuk
membangun kejayaan kebudayaan dan peradaban Islam di Indonesia?
3. Sudahkah kita menunjukkan perhatian dan kecintaan terhadap warisan
khazanah ke ilmuwan dari ilmuwan dan ulama masa Dinasti Abbasiyah?
4. Sudahkan kita menjadi bagian dari orang-orang yang mengambil pelajaran
dari kegigihan para ilmuwan dan ulama masa Dinasti Abbasiyah ?
73
Kalian sudah belajar banyak tentang Ilmuwan dan Ulama Masa Dinasti
Abbasiyah.
Bacalah dengan seksama pernyataan berikut!
Pilihlah SY = Saya Yakin, Y = Yakin, KY= Kurang Yakin
No Pendapat/pernyataan SY Y KY
.
1 Saya yakin para ilmuwan berjasa besar membawa
kemajuan Dinasti Abbasyiah.
2 Saya yakin kitab kutubussitah sangat berguna untuk
mengenal dan memahami ajaran-ajaran Nabi
Muhammad SAW
Saya yakin ulama 4 madzhab ember kemudahan kita
3 untuk menjalankan ritual ibadah dalam kehidupan
sehari-hari
4 Saya yakin kitab-kitab tafsir sangat membantu kita
untuk memamahmi kitab suci al-Qur’an
5 Saya yakin ilmu pengetahuan akan membawa kejayaan
suatu bangsa
6 Dst…
8. Refleksi Prilakuku
74
9. Rencana Aksiku
75
martabat bangsa
6 Untuk Agama Ilmu menambah Banyak berbuat
ketaqwaan dan kebaikan dan
menegakkan bermanfaat
kebesaran agama
7 Dst…
Tugas Kelompok
1. Buatlah pohon Ilmuwan Bani Abbasiyah di karton dan tempel di mading
kelas!
2. Buatlah Pohon Ulama Bani Abbasiyah di Karton dan temple di mading kelas!
Ibrah
Adapun Ibrah yang dapat kita ambil dari Mengenal Lebih Dekat Ilmuwan
dan Ulama Masa Abbasiyah adalah:
Aku bersyukur menjadi bagian dari umat muslim
Aku Bangga dunia muslim sejak zaman dahulu telah memilki ilmuwan
dan ulama genius.
Aku kagum mengetahui denngan jelas bahwa ilmuwan dan ulama
muslim telah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan khazanah keagamaan sejak zaman dahulu sampai
sekarang.
Aku sadar bahwa kesungguhan, keuletan, kegigihan dalam belajar akan
menjadikan kita orang berilmu dan bermanfaat
Memberikan inspirasi bahwa riset-riset yang melahirkan penemuan-
penemuan baru dalam berbagai bidang illmu akan merubah dan
membawa suatu bangsa menuju zaman keemasan.
Aku bangga memiliki tokoh identifikasi ilmuwan dan ulama muslim
yang sangat cemerlang.
Mutiara Hukmah
Aku bangga memilki role model ilmuwan-ilmuwan dan ulama-ulama
muslim yang genius.
Rangkuman
Bani Abbasiyah adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di
Baghdad. Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam
sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi
76
keilmuan Yunani dan Persia. Periode Abbasiyah adalah era baru dengan
simbol kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dengan berbagai
bidangnya, termasuk science, tingginya peradaban, dan kultur pada zaman ini
bukan hanya identik dengan ke-emasan Islam saja melainkan era ini mengukur
dengan gemilang kemajuan peradaban dunia.
Kemajuan ilmu pengetahuan diawali dengan penerjemahan naskah-
naskah asing terutama yang berbahasa Yunani kedalam bahasa Arab, pendirian
pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan Bait al-Hikmah, dan terbentuknya
mazhab-mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari
kebebasan berpikir
Bait al-Hikmah menjelma sebagai pusat kegiatan intelektual yang tidak
tertandingi dimana penelitian ilmu-ilmu sosial maupun sains, meliputi
metematika, astronomi, kedokteran, kimia, zoologi, geografi dan lain-lain
dilakukan. Melalui lembaga ini pula berbagai buku penting (ummahat al-kutub)
warisan peradaban pra-Islam (Persia, India dan Yunani) diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab, seperti buku-buku Pythagoras, Plato, Aristoteles,
Hippocrates, Euclid, Plotinus, Galen, Sushruta, Charaka, Aryabhata maupun
Brahmagupta. Tidak heran Philip K. Hitti, ahli sejarah Arab menyatakan
bahwa Bait al-Hikmah merupakan lembaga keilmuan paling penting yang
pernah dibangun peradaban manusia setelah Perpustakaan Alexandria yang
didirikan sekitar paruh pertama abad ketiga sebelum Masehi. Dengan gerakan
penerjemahan ini Baghdad menjadi sebuah kota yang mengoleksi berbagai
karya keilmuan yang sangat agung.
Dinasti Bani Abasyiah, yang berkuasa lebih dari lima abad, sejak 132-
656 H/750-1258 M, merupakan dinasti Islam yang memberikan sumbangan
besar bagi kegemilangan peradaban Islam khususnya dan peradaban dunia
umumnya. Dengan dukungan para khalifah yang memiliki kecintaan dan
perhatian besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban,
melahirkan banyak ilmuan dan para ulama cemerlang yang karya-karyanya
abadi sepanjang sejarah sekaligus membuktikan bahwa peradaban dan
kebudayaan Islam memberi sumbangan besar bagi peradaban dunia. Diantara
para ilmuwan, antara lain, Jabir bin Hayyan, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, dan,
Ibnu Miskawaih. Sedangkan para ulama yang pandangan-pandangan
keagamaannya menjadi rujukan umat muslimin di seluruh dunia antara lain
ulama kutubussittah, empat imam Madzhab dan mufassirin sekaligus sejarawan
seperti At-Tabari dan Ibnu Katsir.
77
GLOSARIUM
Al-Khazin : Bendaharawan
Al-Muwatta : Kitab Hadist karangan Imam Malik yang membahas
tentang hukum-hukum Islam
Al-Qanun Fi Al- : Karya monumental Ibnu Sina dalam bidang kedokteran
Tibb yang menjadi rujukan ilmu kedokteran dunia, termasuk
Barat. Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berjudul
Materia Medic.
Al –Umm : Karangan Imam Syafei’i tentang Fiqh
Ar- Risalah : Karangan Imam Syafi’i tentang ushul fiqh
Matan : Isi/kalimat dari Hadist (sabda Nabi)
Muhammad : penulis Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks
Fuad Abdul Alquran).
Baqi
Philip K. Hitti, : Ahli sejarah Arab
Rawi : Orang yang meriwayatkan Hadist-hadist Rasul
Sanad : Orang yang menerima/mendengar Hadist dari Nabi dan
menceritakannya kepada orang lain
Thabaqaat asy- : Biografi Imam asy-Syafi’i, karangan Ibnu Katsir
Syafi’iyyah
Tarikh ar-Rusul : Karangan Ibnu Jarir At-Tabari berisi sejarah Para Rasul
wa al-Muluk dan Raja, dikenal sebagai Tarikh at-Tabari
'Urf : Adat kebiasaan orang muslim dalam suatu masalah
tertentu
yang tidak ada nashnya dalam Al Quran, Sunnah dan
belum ada prakteknya pada masa sahabat.
Uji Kompetensi
78
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Kompetensi Inti
KI : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
K2 : Meghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
K3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
K4 : Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang semua dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar
2.2 Menghargai nilai-nilai ajaran dari perkembangan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah untuk
masa kini dan yang akan datang.
3.2 Memahami perkembangan kebudayaan/ peradaban Islam pada masa
Dinasti Abbasiyah.
4.3 Menunjukkan contoh keindahan kota Baghdad sebagai wujud
kemajuan budaya di masa Dinasti Abbasiyah.
Tujuan Pembelajaran
Setelah proses mengamati, menanya, mengeksplorasi dan
mengkomunikasikan, peserta didik mampu:
1. Menghargai nilai-nilai ajaran dari perkembangan kebudayaan /
peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah untuk masa kini dan
yang akan datang.
2. Memahami perkembangan kebudayaan/ peradaban Islam pada
masaDinasti Abbasiyah.
3. Menunjukkan contoh keindahan kota Baghdad sebagai wujud
kemajuan budaya di masa Dinasti Abbasiyah.
79
PETA KONSEP
80
PROSES PEMBELAJARAN
Secara umum pembelajaran pada kegiatan inti dilakukan dengan pendekatan
saintifik (mengamati, menanya, mencoba/menggali data, menalar,
mengkomunikasikan, hubungan antar fenomena, refleksi dan rencana aksi).
1. Pengamatanku
81
Masjid Ibnu Thulun, di Mesir
id.wikipedia.org
2. Bertanya
No Tentang Pertanyaan
.
1 Mengapa Mengapa kita perlu mempelajari perkembangan
kebudayaan/peradaban Dinasti Abbasiyah?
Apa Apa tujuan mempelajari perkembangan
2 kebudayaan/peradaban Dinasti Abbasiyah?
3. Wawasanku
Tentu kalian ingin lebih jelas dan detil memahami bagaimana perkembangan
kebudayaan. peradaban Dinasti Bani Abbasiyah dan meliputi kemajuan dibidang
apa saja.. Untuk memahaminya dengan lebih jelas dan detil baca dan pahami
uraian berikut:
Perkembangan kebudayaan/peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah
mengalami masa keemasan dan dikenang sebagai masa golden age atau
peradaban emas kebudayaan dan peradaban Islam. Diantara kemajuan-
kemajuan- tersebut meliputi berbagai bidang, meliputi hampir seluruh aspek
kehidupan mulai dari kemajuan di bidang politik dan pemerintahan, kemajuan
di bidang sosial budaya, kemajuan ekonomi dan pertanian, kemajuan pengetahun
82
dan teknologi dan kemajuan ilmu-ilmu keagamaan. Kemajuan-kemajuan
tersebut melahirkan berbagai bentuk-bentuk wujud kebudayaan yang kemudian
menjadi bukti pencapaian kemajuan kebudayaan/peradaban Islam. Untuk lebih
jelas, berikut uraiannya.
83
Afrika Utara, Syam, dan India, dan lainnya. Hal ini dikarenakan dinasti
ini menerapkan sistim demokrasi yang merata, bukan dipegang oleh
bangsa Arab sendiri. Sehingga setiap daerah memiliki wewenang untuk
memimpin daerahnya masing-masing.
2. Sistem Politik
84
1. Sistem Sosial
b. Sistem Ekonomi
Koin masa Abbasiyah
Sumber: en.wikipedia.org
Perekonomian Abbasiyah
digerakkan oleh perdagangan dan
pertanian. Di berbagai wilayah
kekuasaan Abbasiyah terdapat kegiatan-
kegiatan industri diantaranya, Industri
kain linen di Mesir, sutra di Syiria dan
irak, kertas di Samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum
dari Mesir dan Kurma dari Irak Hasil-hasil industri dan pertanian ini
diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.
Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina
juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan
85
antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
Hubungan dagang dengan dunia luar jazirah Arab telah membuktikan bahwa
masa Abbasiah hubungan diplomatik dalam bidang ekonomi perdagangan
sudah dibangun sebelum orang Arab terjun ke dunia perdagangan. Selain itu,
perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia
dan Sudan Barat semakin melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Untuk mendukung kegiatan perdagangan berbagai sarana pendukung
didirikan seperti: membangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-
jalan yang dilewati kafilah dagang, membangun armada-armada dagang,
membangun armada pertahanan laut untuk melindungi parta-partai negara
dari serangan bajak laut, dan lain-lain. Usaha-usaha tersebut sangat besar
pengaruhnya dalam meningkatkan perdagangan dalam dan luar negeri,
karena para kafilah-kafilah dagang dapat leluasa melintasi segala negeri,
bahkan kapal-kapal dagang Abbasiyah dikenal mampu mengarungi tujuh
lautan.
Dalam bidang pengembangan perdagangan Khalifah membela dan
menghormati kaum petani, bahkan meringankan pajak hasil bumi dan ada
beberapa yang dihapuskan sama sekali. Pertanian berkembang pesat karena
pemerintahannya berada pada pemerintahan yang subur di tepi sungai Sawad.
Tanaman asli terdiri dari gandum, padi, kurma, wijen kapas dan rami.
Sayuran segar sepert, kacang, jeruk,terong, tebu dan anek ragam bunga.
Dinasti Abbasiyah juga sudah mengenal mata uang dinar. Khalifah
Abbasiyah yang pertama menerbitkan dinar adalah Abu Al-Abbas Abdullah
bin Muhammad, pada 749 M. Ia mengganti corak koin, kalimat Muhammad
Rasulullah dipakai mengganti Allah Ahad, Allah Al-Samad, lam Yalid wa lam
yulad, pada sisi belakang koin. Selama masa Abbasiyah dinar emas juga
diterbitkan di Mesir dan Damaskus dengan menggunakan kata-kata yang
sama dengan gambar dan cetakan yang ditulis dalam dinar Bani Umayyah,
kecuali tanggal penerbitan. Selama masa Abu Jafar Al-Mansur, koin baru
diterbitkan di Teheran dan Provinsi-provinsi lain (145 H). Pada koin-koin
tersebut terlihat nama dan gelar putra Mahkota (diperintahkan oleh Al-Mahdi
Muhammad bin Amir Al-Mukminin).
c. Sistem Budaya
86
2. Kebudayaan India; pengaruh India dalam membentuk kebudayaan Islam
terjadi dengan dua cara:
a.Secara langsung, kaum muslimin berhubungan dengan orang-orang India
diantaranya melalui perdagangan.
b.Secara tidak langsung, kebudayaan India masuk ke dalam kebudayaan
Islam lewat kebudayaan Persia.
3. Kebudayaan Yunani; pusat-pusat kebudayaan Yunani setelah berada di
tangan kaum muslimin dilakukan perubahan dan pengembangan
diantaranya:
a. Jundaisabur, sekolah tinggi kedokteran berbahasa Yunani.
b. Harran, pusat pertemuan berbagai peradaban
c. Iskandariyyah, Ibukota Mesir waktu menjadi jajahan Yunani,
4. Kebudayaan Arab; pengaruh kebudayaan Arab masuk melalui penggunaan
Bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan bahasa agama.
a. Al-Farabi
87
politik, musik, dan lain-lain. Dari Baghdad Al-Farabi pindah ke Harran
(Iran) dan mempelajari filsafat Yunani kepada beberapa guru diantaranya
Yuhana bin Hailan. Dari Harran kemudian pindah lagi ke Baghdad.
Selama di Baghdad waktunya dihabiskan untuk mengajar dan menulis.
Hasil karyanya meliputi ilmu logika, fisika, ilmu jiwa,
metafisika, kimia, ilmu politik,
musik, dan lain-lain. Banyak dari
karya–karyanya yang ditulis
dalam bahasa Arab telah hilang.
Diperkirakan hanya sekitar 30
buah yang masih ada,
diantaranya:
1. Agrad al Kitab ma Ba’da
Tabi’ah (Intisari Buku Al Farabi
Metafisika) Sumber: http://dedekusn.wordpress.com
2. Al–Jam’u Baina Ra’yai al–
Hakimaini (Mempertemukan
dua pendapat Filusuf : Plato
dan Aristoteles).
3. ‘Uyun al Masa’il (Pokok–
pokok persoalan)
4. Ara’u Ahl al–Madinah (Pikiran–pikiran Penduduk Kota)
5. Ihsa’ al– ‘Ulum (Statistik Ilmu)
Al-Farabi terkenal dengan filsafat kenabian dan filsafat politik
kenegaraannya. Dalam hal filsafat kenabian, Al-Farabi disebut sebagai
filosof pertama yang membahas soal kenabian. Al-Farabi berkesimpulan
bahwa para nabi/rasul maupun para filosof sama–sama dapat
berkomunikasi dengan akal Fa’al, yakni akal ke sepuluh (malaikat).
Perbedaannya, komunikasi nabi/rasul dengan akal kesepuluh terjadi
melalui perantaraan imajinasi (al-mutakhayyilah) yang sangat kuat,
sedangkan para filosof berkomunikasi dengan akal kesepuluh melalui
akal Mustafad, yaitu akal yang mempunyai kesanggupan dalam
menangkap inspirasi dari akal kesepuluh yang ada di luar diri manusia.
Filsafat politiknya yang terkenal tentang kenegaraan yang
dibedakannya menjadi lima macam:
1. Negara Utama (al-madinah al-fadilah), yaitu negara yang
penduduknya berada dalam kebahagiaan. Menurutnya negara terbaik
adalah negara yang dipimpin oleh rasul dan kemudian oleh para
filosuof;
2. Negara orang–orang bodoh (al-madinah al-jahilah), yaitu negara yang
penduduknya tidak mengenal kebahagiaan;
3. Negara orang–orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara yang
penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan akal Fa’alal-
madinah al-fadilah), tetapi tingkah laku mereka sama dengan
penduduk negeri yang bodoh.
4. Negara yang berubah–ubah (al-madinah a-lmutabaddilah), ialah
negara yang penduduknya semula mempunyai pikiran dan pendapat
88
seperti yang dimiliki negara utama, tetapi kemudian mengalami
kerusakan;
5. Negara sesat (al-madinah ad-dallah), yaitu negara yang penduduknya
mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akal
Fa’al, tetapi kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya mendapat
wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan
perbuatannya.
Para ilmuan Barat memanggilnya dengan nama Alfarabius atau
Avennasar dan menjulukinya sebagai pendiri filsafat Arab. Juga
menyebut Al-Farabi sebagai guru kedua (The Second Master, Muallim
At-Tsani), sedangkan Aristoteles
sebagai Guru Pertama (The First
Master, al–Mu’allim al–
Awwal)). Al-Farabi bekerja di
Istana Saif Ad-Daulah Al-
Hamdani.
Al-Farabi wafat di
Halb (Aleppo) pada tahun 339 H
/ 950 M.
b. Ibn Rusyd
Ibnu Bajjah
serunaihati.blogspot.com
89
Pikiran dan pendapat (filsafat)Ibn Rusyd berpengaruh di Eropa, yang
dikenal dengan Averoisme. Dari karya-karyanya dunia Barat mendapat
pencerahan, sehingga karyanya dan karya-kaya para filosof dan ilmuwan
muslim lainnya diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Dunia Barat mencapai
masa kejayaan, dikenal dengan istilah Aufklarung, Renesaince, yang
melahirkan zaman industri (revolusi industri). Ibnu Rusyd meninggal pada
tahun 595 H /1196 M.
90
c. Ibnu Bajjah
Nama lengkap Ibnu Bajjah adalah Abu Bakr Muhammad Ibnu Yahya bin
As-Sa’igh At-Tujibi As-Sarakusti, tapi lebih populer dengan nama Ibnu Bajjah
atau Ibnu Saligh. Di Barat, Ibnu Bajjah dikenal dengan nama Avempace,
Avenpace, atau Aben Pace, lahir pada tahun 1802 di Saragosa, Spanyol,
sebagai anak dari seorang pandai emas.
Selain sebagai filosof muslim Arab terbesar dari Spanyol, Ibnu
Bajjah dikenal sebagai seorang astronom, musisi, dokter, fisika, psikologi,
pujangga, ahli logika, matematikus, penyair dan juga juga sebagai musisi. Ia
piawai bermain musik terutama gambus. Yang lebih mengesankan lagi, Ibnu
Bajjah adalah ilmuwan yang hafal Al-Quran.
Selain menguasai beragam ilmu, Ibnu Bajjah dikenal sebagai
politikus ulung. Kehebatannya dalam berpolitik mendapat perhatian dari Abu
Bakar Ibrahim, gubernur Saragosa, dan Ia pun diangkat sebagai menteri semasa
Abu Bakr Ibrahim berkuasa di Saragossa.
Pandangan filsafat Ibn Majah tentang berbagai hal sangat banyak.
Diantaranya dia membahas tentang perbuatan manusia. Menurutnya,
perbuatan manusia dibagi dua, yaitu perbuatan hewani dan manusiawi.
Perbuatan hewani didasarkan atas dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dan keiginan hawa nafsu, sedangkan perbuatan manusiawi yaitu
perbuatan yang didasarkan pada rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur.
Adapun yang berkaitan dengan filsafat politik Ibnu Bajjah, membahas
tentang konsep negara. Ia membagi Negara menjadi Negara utama (al-madinat
al- fadilat) atau Negara sempurna dan Negara yang tidak sempurna. Pendapat
Ibnu Bajjah ini sejalan dengan Al-Farabi, perbedaannya hanya terletak pada
penekanannya, Al-Farabi titik tekannya pada kepala Negara, sedangkan Ibnu
Bajjah titik tekannya pada warga Negara (masyarakat).
Beberapa karya penting dalam bidang Filsafat, ialah:
a. Kitab takbir al-mutawahhid, ini adalah kitab yang paling popular dan
penting dari seluruh karya tulisnya. Kitab ini berisikan akhlak dan politik
serta usaha-usaha individu menjauhkan diri dari segala macam keburukan-
keburukan dalam masyarakat negara, yang disebut sebagai insan muwahhid
(manusia penyendiri)
b. Risalat al-wada’, risalah ini membahas penggerak pertama (Tuhan),
manusia, alam, dan kedokteran.
c. Risalat al-ittishal, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia
dengan akal fa’al.
d. kitab al-nafs, kitab ini menjelaskan tentang jiwa.
Ibnu Bajjah meninggal dunia pada tahun 55 H/ 1138 M.
91
d. Ibnu Thufail
92
Kitab al-Hai’ah, dan karya Ibn Rusyd berjudul fi al-Buqa’ al-Maskunah wa al-
Ghair al-Maskunah.
Ibnu Thufail meninggal di kota Marraqesh, Maroko pada 581 H /1185
M.
2. Kedokteran
llmu kedokteran mendapatkan perhatian paling besar dan kedudukan
terhormat. Mulai berkembang pada akhir masa Abbasiyah I, yaitu masa
Khalifah Al-Watsiq, sedangkan puncaknya terjadi pada masa Abbasiyah II,
III, dan IV. Buku-buku karya Ar-Razi banyak dijumpai di museum-museum
Eropa dan banyak digunakan sebagai buku rujukan untuk dunia kedokteran .
Semua khalifah memiliki dokter pribadi. Khalifah Al-Mansur memindahkan
pusat kedokteran dari Jundisapur ke Baghdad. Pada masa khalifah Harun Ar-
Rasyid, tercatat sebanyak 800 orang dokter, mencerminkan kemajuan
pengetahuan dalam bidang kedokteran. Rumah sakit-rumah sakit didirikan
sekaligus dijadikan sebagai pusat kegiatan praktek ilmu kedokteran,
sementara teorinya diajarkan di masjid dan madrasah. Pada masa itu telah
didirikan apotik yang pertama di dunia yaitu tempat menjual obat.
Beberapa ilmuwan di bidang kedokteran yang terkenal diantaranya:
1. Ali bin Rabban At-Tabbari adalah orang pertama yang mengarang buku
kedokteran yiatu Firdaus al-Hikmah (850 M).
2. Ar-Razi atau Razes (809-873 M), menulis buku terkenal mengenai cacar
dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
3. Ibnu Sina, menemukan sistem peredaran darah pada manusia dan menjadi
sangat termasyhur karena bukunya Qanun fi al-Thibb, diterjemahkan di
Eropa pada pertengahan kedua bad 15 M dan dijadikan pegangan dalam
bidang kedokteran hingga sekarang. Dia dijuluki Ibnu “Raja Obat” serta
dianggap sebagai perintis tentang penyakit syaraf dan berbagai macam
penyakit.
4. Hunain bin Ishaq Al Abadi (810-878 M), dokter dari ahlu Dzimmah,
penganut agama Kristen dari mazhab Nastarian, Ahli mata, Dia
mengabdikan keahliannya pada masa
Al-Makmun, Al-Mu’tashim, Al-
Watsiq, dan Al-Mutawakil. Dia
adalah satu-satunya dokter yang
berhasil menyembuhkan Al-
Mutawakkil setelah para dokter
istana yang lain gagal mengobatinya.
http://1.bp.blogspot.com
3. Matematika
93
karya termasuk dalam bidang matematika. Selanjutnya ilmu matematika/ilmu
hisab berkembang karena kebutuhan dasar pemerintah untuk menemukan
waktu yang tepat dalam setiap pembangunan. Setiap sudut harus terukur
secara tepat supaya tidak terjadi kesalahan hitung dalam pembangunan
gedung-gedung.
Di antara ahli matematika muslim yang terkenal adalah Al-
Khawarizmi, pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung), dan
penemu angka nol. Kemudian Abu Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin
Ismail bin Al-Abbas (940-998) terkenal sebagai ahli matematika. .Tokoh-
tokoh lain yang juga dikenal ahli matematika dan memberikan sumbangan
signifikan bagi pengembangan matematika adalah:
1. Al-Biruni meliputi aritmatika teoritis dan praktis, penjumlahan seri, analisis
kombinatorial, kaidah angka 3, bilangan irasional, teori perbandingan,
definisi aljabar, metode pemecahan penjumlahan aljabar, geometri.
teorema Archimedes, sudut segitiga.
2. Umar Khayyam (1048 – 1131 M) mengarang buku tentang aljabar, yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh F. Woepeke (1857),
yaitu Reatise on Algabera.
4. AstronomiIlmu astronomi, dalam Islam disebut ilmu falak, yaitu ilmu yang
mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan bintang dan planet-
planet lain. Ilmu ini ditemukan sekitar 3000 tahun SM di Babylonia. Dalam
perkembangan ilmu astronomi, muncullah sistem penanggalan. Dalam dunia
Islam lmu astronomi sangat penting karena sangat mendukung penentuan
waktu ibadah, terutama waktu salat, penentuan arah kiblat dan penanggalan
Qamariyah. Khalifah Al-Mansur ketika menentukan letak ibukota yang ingin
dibangunnya, menggunakan bantuan ilmu astronom. Beliau banyak dibantu
oleh ahli astronomi dari India.
Ilmuwan muslim mendirikan observatorium dilengkapi dengan
peralatan yang maju, untuk melakukan kajian pengembangkan ilmu tersebut.
Habasyi Al-Hasib Al-Marwazi melakukan observasi sejak usia 15 tahun. Ia
memimpin penyusunan 3 tabel Zij Al-Makmun (Tabel Al-Makmun) pada masa
pemerintahan khalifah Al-Makmun. Tabel pertama mengkritik metode Al-
Khawarizmi, kedua menulis tentang Al-Ziz Al-Mumtahan, ketiga Al-Zij As-
Syah.
Tokoh astronomi muslim pertama adalah Muhammad Al-Fazani,
dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat mempelajari ilmu perbintangan
pertama di kalangan muslim. Tokoh-tokoh lainnya antara lai:
1. Nasiruddin Al-Thusi (pendiri Observatorium di Maragha, Asia kecil)
2. Ali bin Isa Al-Usturlabi, tokoh pertama penulis risalah astrolobe.
3. Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi tokoh ilmu falak, yang juga ahli
dalam bidang matematika.
4. Al- Fargani (Al-Faragnus), menulis ringkasan ilmu astronomi yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes
Hispalensis.
94
5. Al-Battani (Albatenius), bapak Ilmu Astronomi, menemukan bahwa garis
bujur terjauh matahari mengalami peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak
perhitungan yang dilakukan oleh Ptolemy. Ini membuahkan penemuan yang
penting mengenai gerak lengkung matahari. Al-Battani juga menentukan
secara akurat kemiringan ekliptik, panjangnya musim, dan orbit matahari,
Iapun berhasil menemukan orbit bulan dan planet dan menetapkan teori baru
untuk menentukan sebuah kondisi kemungkinan terlihatnya bulan baru. Ini
terkait dengan pergantian dari satu bulan ke bulan lainnya. Hasil
penelitiannya, Kitab al-Zij diterjemahkan oleh Plato dari Tivoli ke dalam
bahasa Latin pada abad ke-12 dengan judul De Scienta Stellerum De Numeris
Stellerum et Motibus. Terjemahan tertua itu masih ada di Vatikan. Terjemahan
bukunya keluar tahun 1116, sedangkan edisi cetaknya beredar tahun 1537 dan
tahun 1645.
6. Al-Biruni menulis karya besar bidang Astronomi, Masudic Canon yang
didedikasikan kepada putra Mahmud, yaitu Ma’sud. Al-Biruni juga banyak
menulis buku astrologi, yaitu The Elements of Astrology. Pada tahun 1031,
dia merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang, Al-
Qanun Al-Mas’udi. Al-Biruni berpendapat bahwa galaksi Bima Sakti
adalah kumpulan sejumlah bintang. Dia merupakan ilmuwan yang pertama
kali membedakan istilah astronomi dengan astrologi.
7. Nasiruddin At-Thusi, 1201 – 1274 M), berhasil membuat table pergerakan
planet yang akurat. Kontribusi lainnya yang amat penting bagi
perkembangan astronomi adalah kitab Zij-Ilkhani yang ditulis dalam
bahasa Persia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kitab itu disusun
stelah 12 tahun memimpin observatorium Maragha. Selain itu Nasiruddin
juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya yang berjudul At-Tadhkira
fi’ilm Al-hay’a (Memoar Astronomi). Nasiruddin mampu memodifikasi
model semesta apisiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika
untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Nasiruddin
meningal dunia pada tahun 672 H / 1274 M di kota Baghdad, yang pada
saat itu di bawah pemrintahan Abaqa (Pengganti Hulagu).
5. Sejarah
Pada masa Dinasti Abbasiyah, kajian sejarah masih terfokus pada
tokoh atau peristiwa tertentu misalnya, sejarah hidup Nabi Muhammad SAW.
Minat terhadap kajian sejarah sangat besar dan mendapat dukungan dari
khalifah. Ilmuwan dalam bidang sejarah pada masa Abbasiyah diantaranya
adalah Muhammad bin Ishaq bin Yasar, lebih dikenal sebagai Ibnu Ishaq,
sejarawan muslim pertama, lahir pada tahun 85H / 704 M dan meninggal
pada tahun 151 H / 768 M. Dialah yang pertama kali menulis Sirah al-
Nabawiyah lil Ibn Ishaq yang merupakan biografi Rasulullah pertama yang
paling komprehensif. Kemudian disunting oleh muridnya Ibn Hisyam (w.230
H/845 M) menjadi Sirah al-Nabawiyah lil Hisyam. Muhammad Ibnu Sa'ad,
(w.230 H/845 M) yang menulis karya al-Thabaqat al-Kubra (8 jilid) berkata
tentang Ibnu Ishaq, "Ia merupakan yang pertama mengumpulkan sejumlah
ekspedisi dari Utusan Allah (Muhammad) dan mencatatnya."
95
Al-Biruni juga disebut sejarawan masa Abbasiyah, dia telah menulis
buku sejarah yang berjudul Chronology.
96
6. IlmuBumi/geografi
97
13. Al-Idrisi (1100 M), membuat peta dunia, menulis kitab Nazhah Al-
Muslak fi Ikhtira Al-Falak (Tempat Orang yang Rindu Menembus
Cakrawala).. Kitab ini. diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, menjadi
Geographia Nubiensis.
14. Dan lain-lain.
1. Ilmu Hadits
98
sendiri di dalam menyeleksi Hadist-hadist yang dimasukan ke dalam kitab
Shahih-nya. Dengan demikian pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah
meninggalkan khazanah yang yang tak ternilai harganya yakni, para ahli Hadist
yang termashur.
a) Imam Bukhari, karyanya adalah kitab Jami’ Sahih Al-Bukhari.
b) Imam Muslim, kitab karangannya Sahih Muslim.
c) Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
d) Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud.
e) Imam Tirmizi, karyanya Sunan At-Tirmizi.
f) Imam Nasa’i, karyanya Sunan An-Nasa’i
2. llmu Tafsir
3. Ilmu Fikih
Dalam sejarah perkembangan Ilmu fikih, pada masa Dinasti Abbasiyah
mengalami perkembangan gemilang. Dipandang sebagai periode
kesempurnaan, yakni periode munculnya imam-imam mujtahid besar. Pada
masa ini juga disebut sebagai periode pembinaan dan pembukuan hukum
Islam. Penulisan dan pembukuan hukum Islam dilakukan secara intensif, baik
berupa penulisan Hadist-hadist nabi, fatwa-fatwa para sahabat dan tabi’in,
tafsir Al-Qur’an, kumpulan pendapat-pendapat imam-imam fiqih, dan
penyusunan ilmu ushul fiqh.
99
Munculah ulama yang dikenal dengan sebutan “Empat Imam Mazhab’’,
yang menyusun kitab-kitab fiqih terkenal dan mengembangkan
faham/mazhabnya, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan
Imam Ahmad bin Hambal.
1. Imam Abu Hanifah, karyanya Fiqhu Akbar, Al-Alim Wal Musta’an, dan Al-
Masad.
2. Imam Malik, karyanya Kitab Al-Muwatta’, dan Al-Usul As-Sagir.
3. Imam Syafi’I, karyanya Al-Umm, Al-Ar-Risalah, dan Usul Fiqih.
4. Imam Ahmad Ibnu Hambal, karyanya Al-Musnad, Jami’ As-Sagir, dan Jami’
Al-Kabir.
Fuqaha dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Ahl al-hadis yaitu golongan yang menyadarkan kepada hadis dalam
mengambil hukum (istinbath al-hukum)
2. Ahl-al-Ra’yi adalah golongan yang menggunakan akal di dalam mengambil
hokum (istinbath al-hukm). Tokoh dalam bidang ini adalah Imam Abu
Hanifah.
Diantara faktor lain yang sangat menentukan pesatnya perkembangan ilmu fiqh
khususnya atau ilmu pengetahuan umumnya, pada periode ini adalah sebagai
berikut:
1. Adanya perhatian pemerintah (khalifah) yang besar tehadap ilmu fiqh
khususnya.
2. Adanya kebebasan berpendapat dan berkembangnya diskusi-diskusi ilmiah
diantara para ulama.
3. Telah terkodifikasinya referensi-referensi utama, seperti Al-Qur’an (pada
masa khalifah rasyidin), Hadist (pada masa Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz),
Tafsir dan Ilmu tafsir pada abad pertama hijriah, yang dirintis Ibnu Abbas
(w.68H) dan muridnya Mujahid (w104H) dan kitab-kitab lainnya.
4. Ilmu Tasawuf
100
3. Ma’rifat, adalah pengalaman ketuhanan. Pada ucapan Zun Nun Al-Misri dan
Junaid Al-Baghdadi. Zun Nun Al–Misri lahir di Akhmim pada tahun 155-
245 H / 772-860 M.
4. Fana dan baqa, adalah suatu keadaan dimana seorang sufi belum dapat
menyatukan dirinya dengan Tuhan sebelum menghancurkan dirinya. Tokoh
pertama kali adalah Abu Yazid al-Bustami (w.874 M).
5. Ittihad dan hulul, adalah fase dimana seorang sufi telah merasakan dirinya
bersatu dengan Tuhan. Tokohnya adalah Abu Yazid al-Bustami
Tokoh-tokoh sufi terkenal lainnya, yang memberikan sumbangan besar
dalam karya tasawuf adalah: Al-Ghazali diantara karyanya dalam ilmu tasawuf
adalah Ihya ulum al-din lmu Tasawuf, al Bashut, al Wajiz; Al Qusyairy (wafat
465 H), karyanya: Ar Risalatul Qusyairiyah; Syahabuddin (wafat 632 H),
karangannya, Awariful Ma’arif.
Pada masa Bani Umayyah hanya mengenal dunia syair sebagai titik
puncak ekspresi seni, dikarenakan Bani Umayyah sangat resisten terhadap
pengaruh selain Arab. Berbeda dengan zaman Abbasiyah interaksi peradaban
dan budaya dengan bangsa non Arab, dimana heterogintas etnis, suku bangsa,
dan bahasa yang ada dilindungi, membawa pada heterogonitas bahasa dan
bentuk sastra. Heterogenitas ini membawa pada kekayaan khazanah Islam pada
masa Abbasiyah. Bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara semakin menyebar,
dan mendapatkan penyeimbang dari bahasa-bahasa lainnya, seperti bahasa
Persia, Turki, dan India. Kemajemukan bahasa membuka ruang bagi tumbuh
suburnya karya-karya kesusastraan. Bermunculanlah para sastrawan yang ahli
di bidang seni bahasa ini baik puisi maupun prosa. Wilayah kajian sastra tidak
hanya puisi dan prosa tetapi sudah meluas dalam bidang karya tulis lainnya.
Sastrawan pada masa ini dianggap sebagai gudangnya ilmu pengetahuan.
Masa golden age Abbasiah pada berbagai bidang membawa kemajuan
pesat dalam bidang sastra. Masa Abbasiyah dapat dikatakan sebagai masa
keemasan kesusastraan Muslim masa klasik.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadi perkembangan
dunia sastra pada masa dinasti Abbasiyah, yakni 1) stabilitas politik, 2)
kemajuan sektor ekonomi (kesejahteraan masyarakat), 3) Berkembangnya
sistem pendidikan dan meningkatnya semangat pengembangan ilmu
pengetahuan, 4) interaksi antar budaya dan peradaban yang semakin
meningkat, dan 5) Popularitas para sastrawan, 6) kualitas karya sastra semakin
meningkat, dan 7) perkembangan variasi genre sastra, 8) apresiasi masyarakat
dan pemerintah yang tinggi terhadap karya sastra.
101
1. Genre Sastra masa Abbasiyah
a. Perkembangan Prosa
Secara garis besar sastra arab dibagi atas dua bagian yaitu prosa dan syair.
Prosa terdiri atas beberapa bagian, yaitu:
1. Kisah (Qisshah), adalah cerita tentang berbagai hal, baik yang bersifat
realistis maupun fiktif, disusun menurut urutan penyajian yang logis dan
menarik. Kisah meliputi Hikayat, Qissah Qasirah dan Uqushah. Kisah yang
berkembang pada masa abbasiyah tidak hanya terbatas pada cerita
keagamaan, tetapi sudah berkaitan dengan hal lain yang lebih luas, seperti
kisah filsafat.
2. Amsal (peribahasa) dan Kata mutiara (al-hikam) adalah ungkapan singkat
yang bertujuan memberikan pengarahan dan bimbingan untuk pembinaan
kepribadian dan akhlak. Amsal dan kata mutiara pada masa Abbasiyah dan
sesudahnya lebih menggambarkan pada hal yang berhubungan dengan
filsafat, sosial, dan politik. Tokoh terkenal pada masa ini adalah Ibnu Al-
Muqoffal.
3. Sejarah (tarikh),atau riwayat (sirah). Sejarah atau riwayat mencakup
sejarah beberapa negeri dan kisah perjalanan yang dilakukan para tokoh
terkenal. Karya sastra yang terkenal dalam bidang ini antara lain: adalah
mu’jam al Buldan (ensiklopedi kota dan negara) oleh Yaqut Al-Rumi (1179-
1229). Tarikh Al-Hindi (sejarah India) oleh Al- Biruni (w.448 H/ 1048 M).
Karya Ilmiah (Abhas ‘Ilmiyyah) mencakup berbagai bidang ilmu,
diantaranya yang terkenal berkenaan dengan hal ini adalah kitab al
Hawayan (buku tentang hewan).
Pada masa pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah telah terjadi
perkembangan yang sangat menarik dalam bidang prosa. Banyak buku sastra
novel, riwayat, kumpulan nasihat, dan uraian-uraian sastra yang dikarang atau
disalin dari bahasa asing. Muncul sastrawan-sastrawan dengan berbagai
karyanya:
1. Abdullah bin Muqaffa (wafat tahun 143 H) buku prosa yang dirintisnya
diantaranya Kalilab wa Dimnab, terjemahan dari bahasa Sansekerta, karya
seorang filosof India bernama Baidaba, yang kemudian disalinnya
dalambahasa Arab.
2. Abdul Hamid Al-Katib, sebagai pelopor seni mengarang surat.
3. Al-Jabidb (wafat 255H), karyanya memiliki nilai sastra tinggi, sehingga
menjadi bahasa rujukan dan bahan bacaan bagi para sastrawan kemudian.
4. Ibnu Qutaibab (wafat 276 H). dikenal sebagai ilmuwan dan sastrawan yang
sangat cerdas dan memiliki pengetahuan yang sangat luas tentang bahasa
kesusastraan.
5. Ibnu Abdi Rabbib (wafat 328 H), seorang penyair yang berbakat memiliki
kecendrungan ke sajak drama. Sesuatu yang sangat langka dalam tradisi
sastra Arab. Karya terkenalnya adalah Al-Aqdul Farid, semacam
ensiklopedia Islam yang memuat banyak Ilmu pengetahuan Islam.
6. Salah satu prosa terkenal dari masa ini ialah ‘Kisah Seribu Satu Malam’.
102
b. Perkembangan Puisi
Seni musik berkembang pesat di era keemasan Dinasti Abbasiyah. Hal ini
tidak lepas dari gencarnya penerjemahan risalah musik dari bahasa Yunani ke
dalam bahasa Arab. Selain itu, sokongan dan dukungan para penguasa terhadap
musisi dan penyair membuat seni musik makin berkembang. Para khalifah dan
pembesar istana Bani Abbas memiliki perhatian yang sangat besar terhadap
musik.
Apalagi di awal perkembangannya, musik dipandang sebagai cabang dari
matematika dan filsafat. Boleh dibilang, peradaban Islam melalui kitab yang
ditulis Al-Kindi merupakan yang pertama kali memperkenalkan kata ‘musiqi’.
103
Al-Isfahani (897 M-976 M) dalam Kitab Al-Aghani mencatat beragam
pencapaian seni musik di dunia Islam.
Selain itu, pada umumnya orang Arab memiliki bakat musik, sehingga seni
suara atau seni musik menjadi suatu keharusan bagi mereka sejak zaman
jahiliyah. Diantara para pengarang kitab musik adalah sebagai berikut:
1. Yunus bin Sulaiman (wafat tahun 765 M), pengarang teori musik pertama
dalam Islam. Karya musiknya sangat bernilai, sehingga banyak musikus
Eropa yang meniru.
2. Kbalib bin Abmad (wafat tahun 791 M). mengarang buku-buku teori musik
mengenai not dan irama. Dijadikan sebagai bahan rujukan bagi sekolah-
sekolah tinggi musik di seluruh dunia.
3. Ishak bin Ibrahim Al-Mousuly (wafat tahun 850 M), telah berhasil
memperbaiki musik jahiliyah dengan sistim baru. Dia mendapat gelar ‘Raja
Musik’.
4. Hunain bin Isbak (wafat tahun 873 M). berhasil menerjemahkan buku-buku
teori musik karangan Plato dan Aristoteles.
5. Al-Farabi selain sebagai seorang filosof, ia juga dikenal sebagai seniman
dan ahli musik. Karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa dan
menjadi bahan rujukan bagi para seniman dan pemusik Eropa.
Masa keemasan Abbasiyah telah menyumbangkan beragam warisan
penting bagi masyarakat modern. Peradaban dunia ternyata tak hanya berutang
budi karena telah menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan umat Islam di zaman kekhalifahan, tapi juga di bidang musik
dan seni rupa. Pencapaian yang tinggi di bidang musik menunjukkan betapa
masyarakat muslim telah mencapai peradaban yang sangat tinggi di abad
pertengahan.
Perkembangan arsitektur pada masa Dinasti Bani yang berkuasa lebih dri
500 tahun telah meninggalkan warisan arsitektur Islam yang mengagumkan.
Pembeda arsitektur Abbasiyah dan Umayyah adalah pengaruh budaya lokal.
Bangunan Umayyah bercorak Arab-Romawi, sedangkan bangunan Abbasiyah
bercorak Persia dan Asia Tengah. Pada era itu, perkembangan arsitektur Islam
yang begitu besar terlihat pada berikut.
104
Apabila datang waktu sholat muadzin menuju ke atas menara
dengan menaiki jalan spiral. Hingga kini masjid unik ini masih berdiri
dengan kokoh di Samarra
dan menjadi masjid terbesar
di dunia serta salah satu
kebanggaan kebudayaan
Islam. .
2. Masjid Ibn Thulun
Didirikan pada tahun 876 M
oleh Ahmad bin Thulun,
Masjid Ibn penguasa dinasti Thulun di
Thulun di Mesir, Mesir. Masjid ini terletak di
Sumber: kalipaksi.wordpress.com Sayyeda Zainab, Kairo dan
merupakan masjid ketiga
terbesar di Mesir sejak
penaklukan Mesir oleh
Islam.
Masjid ini dihiasi oleh sejumlah
ornamen khas Islam, disamping menaranya yang spesifik dengan
tangga yang melingkar.
a. Kota Baghdad
Pada 30 Juli 762 M, Khalifah
Al-Mansur menemukan sebuah lokasi
di tepian Sungai Tigris yang cocok
untuk menjadi ibu kota baru. Khalifah
memberi nama kota tersebut Madinat
al-Salaam, berarti Kota Perdamaian,
sekaligus menjadi nama resmi yang
tercetak di koin dinar dan dirham
serta dalam penggunaan resmi.
Namun penduduknya menyebut nama
kota itu Baghdad, nama desa terdekat Kota Baghdad Masa Abbasiah
Sumber gambar: www.republika.co.id
dari kota tersebut.
Empat tahun sebelum
pembangunan Baghdad, tepatnya
pada 758 M, Al-Mansur
mengumpulkan para insinyur,
seniman, dan teknokrat dari seluruh negeri untuk merancang kota
perdamaian. Lebih dari 100 ribu pekerja konstruksi terlibat dalam
pembangunan kota itu.
Desain kotanya berbentuk lingkaran dengan istana setinggi 39
meter dan Masjid Agung sebagai pusatnya. Ketersediaan air terjamin.
105
Dibangun kanal pengangkut air dari Sungai Tigris yang memenuhi
kebutuhan kota.
Baghdad dikelilingi empat tembok besar. Baghdad tumbuh menjadi
kota yang makmur dan sejahtera, bergelimang gading, emas, sutra,
rempah-rempah, mutiara, serta permata dari Afrika, India, dan timur jauh.
Lokasi Baghdad di tepian Sungai Tigris yang berhubungan dengan laut
Arab menjadikan Baghdad pusat perdagangan.
Terinspirasi oleh perpustakaan Persia yang memiliki koleksi
lengkap, Al-Mansur menginginkan adanya perpustakaan di kota baru itu.
Buku-buku ilmu pengetahuan dari umat Hindu, bangsa Persia, dan Yunani
kuno dikumpulkan, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, yang
menghabiskan waktu seratus tahun.
b. Kota Samara
Kota Samara pernah
menjdi Ibu kota Dinasti
Abbasiyah menggantikan kota
Baghdad. Pembangunan
besar-besaran terjadi pada
zaman Khalifah Al-Mu;tasim
pada 221 H/836 M. Samarra
Istana kota Samara kemudian menjadi pusat
Sumber: www.republika.co.id
pemerintahan tujuh khalifah
Abbasiyah dan kota
kebanggaan dengan istana-
istana indahnya. Khalifah Al-
Mu’tasim mendirikan istana
al-Jawsaq dan Khalifah Al-
Wasiq, membangun istana al-Haruni. Khalifah Al-Mutawakkil bahkan
sempat membangun 24 istana, di antaranya adalah Balkawari, alArus, al-
Mukhtar dan al-Wahid. Sementara Al-Mutamid, khalifah terakhir
membangun istana al-Masyuq.
Samarra, sekitar 124 km utara Baghdad, adalah salah satu dari
empat Kota Suci Islam Irak, dan dianggap sebagai kota kuno terbesar yang
diketahui di seluruh Dunia dengan reruntuhan yang megah yang
memanjang sekitar 9 km dan 34 km horisontal vertikal di sepanjang timur
tepi Tigris.
Seni bangunan istana khalifah Abbasiyah mempunyai ciri khas dan gaya
tersendiri, dalam pintu pilar, lengkung kubah, hiasan lebih bergantung
(muqarnas hat). Pemerintah dinasti Abbasiyah adalah kota Baghdad, yang
dibangun Al-Mansur (136-158 H/754-775). Tempat lokasi di tepi sungai Eufrat
(Furat) dan Dajlah (Tigris). Pembangunan ini diarsiteki oleh Hajjaj bin Artbab
dan Amran bin Wadldlah.
106
Tepat di tengah Kota Baghdad didirikan istana khalifah yang bernama
Al-Qasr Az-Zahabi (Istana Emas), melambangkan keagungan dan kemegahan,
luasnya sekitar 160.000 Hasta persegi. Dibangun juga masjid raya bernama
Masjid Jami' Al-Mansur, di depannya memiliki luas areal sekitar 40.000 hasta
persegi. Tak ketinggalan dibangun perumahan penduduk, pasar, dan kantor-
kantor pemerintahan.
Sekitar tahun 157 H, Al-Mansur membangun istana baru di luar kota
yang diberi nama Istana abadi (Qasbrul Khuldi) khalifah Al-Mansur membagi
kota Baghdad menjadi empat daerah, yang masing-masing daerah dikepalai
oleh seorang Naib Amir (wakil gubernur) dan tiap-tiap daerah diberi hak
mengurusi wilayah sendiri yaitu daerah otonom.
1. Pendidikan
Pada masa Abbasiyah, yang disebut lembaga pendidikan dasar
(kuttab) umumnya merupakan bagian terpadu dengan masjid, bahkan
memfungsikan masjid sebagai sekolah dasar. Kurang lebih 30.000
masjid yang digunakan sebagai lembaga pendidikan dasar. Selain itu,
terdapat kegiatan pendidikan di rumah-rumah pendudukan dan di
tempat-tempat lain, seperti maktab, zawiyah dan halaqah. Kurikulum
utamanya dipusatkan pada Al-Quran sebagai bacaan utama para siswa,
selain belajar membaca dan menulis. Anak-anak perempuan mendapat
kesempatan yang sama dengan anak laki-laki untuk mempelajari ajaran-
ajaran agama pada tingkatan yang lebih rendah sesuai dengan
kemampuannya.
Untuk pendidikan lanjutan,
dilakukan di Bait al-Hikmah, sebagai
lembaga pendidikan menengah
pertama dalam Islam, didirikan oleh
Khalifah Al-Makmun (830 M).
Kurikulumnya meliputi pelajaran
tafsir, Hadis, ushul fiqh, ilmu kalam,
ilmu matiq dan kesusasteraan. Bait
al-Hikmah, selain berfungsi sebagai Bayt Hikmah modern di Baghdad
pusat penerjemahan, dikenal sebagai Sumber:www.republika.co.id
pusat kajian akademis, dan
perpustakaan umum, serta memiliki
sebuah observatorium. Bahkan, pada
saat itu observatorium-observatorium
bermunculan sebagai pusat
pembelajaran astronomi. Adapun untuk pendidikan sejenis perguruan
tinggi didirikan Madarasah Nizhamiyah oleh Nizham al-Mulk (1065-
1067). Madarasah ini dibangun sebagai pusat studi teologi (mdrasah),
khususnya untuk mempelajari ajaran-ajaran Mazhab Syafi’i dan teologi
Asy’ariyah. Alquran dan puisi-puisi Arab kuno menjadi sumber utama
pengembangan dan penngkajiann ilmu-ilmu humaniora dan sastra (‘ilm
107
al-adab), hal yang sama dilakukan oleh orang Eropa klasik beberapa
abad kemudian. Sebagian sejarawan mengatakan bahwa berbagai
kegiatan Madarasah Nizhamiyah ini ditiru oleh orang Eropa untuk
membangun universitas-universitas Eropa yang pertama.
2. Perpustakaan
4. Aktivitasku
108
ajaran kebudayaan/peradaban masa
Dinasti Abbasiyah?
2 Apa saja nilai-nilai ajaran yang terdapat
dalam kebudayaan/peradaban masa
Dinasti Abbasiyah?
3 Bagaimana perkembangan
kebudayaan/peradaban Dinasti
Abbasiyah?
4 Apa wujud-wujud kegemilangan budaya
masa Abbasiyah?
5 Apa teladan yang kamu tangkap dari
memamahi perkembangan
kebudayaan/peradaban masa Dinasti
Abbasiyah?
6 Apa contoh dalam kehidupan sehari-
harimu yang menunjukkan nilai–nilai
ajaran yang diambil dari kegemilangan
masa Bani Abbasiyah?
7 Dst…
5. Analisaku
Bandingkan hasil diskusimu dengan contoh berikut!
1. Coba bandingkan kebudayaan/peradaban Islam masa Dinasti Abbasiyah
dengan kebudayaan/peradaban Islam masa Bani Umayyah
2. Bandingkan bentuk arsitektur masjid yang ada pada masa Dinasti
Abbasiyah dengan arsitektur masjid masa Dinasti Umayyah.
3. Bandingkan bentuk kegemilangan kebudayaan masa Dinasti Abbasiyah
dengan bentuk kebudayaan/peradaban Islam di Indonesia!
4. Apa pengaruh kegemilangan kebudayaan/peradaban Islam Dinasti
Abbasiyah dan ulama dalam membangun kesejahteraan bangsa?
5. Apa manfaat kegemilangan kebudayaan.peradaban Dinasti Abbasiyah
terhadap kemajuan bangsa dan negaranya?
109
6. Ceritaku
Kegiatan
a. Carilah cerita/ fenomena dalam masyarakat/di lingkunganmu yang
berkaitan dengan nilai-nilai ajaran kebudyaan/peradaban Islam?
b. Ceritakan secara berantai di depan kelas! (semua anggota kelompok diberi
bagian untuk bercerita di depan kelas!
c. Sementara kelompok lain bercerita kelompok yang lain menilai dengan
panduan berikut!
N HAL YANG DINILAI SKOR
O
1 Ketepatan isi fenomena
2 Kepercayaan diri penampil
3 Keruntutan penyampaian
4 Ketaatan pada prosedur penceritaan yang telah disepakati
5 Kreativitas menyajikan
7. Refleksi Pemahamanku
No Pendapat/pernyataan SY Y K
. Y
1 Saya yakin kebudayaan/peradaban Islam pada masa
Dinasti Abbasiyah sangat gemilang.
2 Saya yakin mengambil nilai-nilai ajaran dari
perkembangan/peradaban Islam masa Bani
Abbasiah akan bermanfaat untuk kehidupan kini
dan masa yang akan datang.
110
Saya yakin perkembangan kebudayaan/peradaban
3 Islam mencapai kegemilangan pada masa bani
Abbasiyah.
4 Saya yakin keindahan wujud-wujud
kebudayaan//peradaban Islam masa Abbasiyah
merupakan karya budaya dan sejarah yang agung.
5 Saya yakin keindahan kota Baghdad masa
Abbasiyah contoh kongkrit kegemilangan budaya
masa Dinasti Abbasiyah?
9. Refleksi Perilakuku
Bacalah kasus berikut! Tuliskan komentarmu terhadap kasus tersebut!
No Kasus Komentar
.
1 Peserta didik yang tidak mengapresiasi
nilai-nilai ajaran dari suatu peristiwa
sejarah.
2 Peserta didik yang tidak suka dengan
pelajaran sejarah.
3 Peserta didik yang merasa bangga
dengan sejarah kebudayaan/peradaban
Islam.
4 Peserta didik yang tidak bangga dengan
sejarah kebudayaan/peradaban Islam
5 Peserta didik yang selalu ingin tahu dan
empati dengan sejarah
6 Dst…
9. Rencana Aksi
111
peradaban emas Dinasti
Abbasiyah
2 Di sekolah Membuat mading masjid-
majid, peninggalan lain yang
menggambarkan keindahan
arsitektur masa Abbasiyah
3 Di organisasi Mempraktekkan nilai-nilai
kepemimpinan para ulama,
ilmuwan dan pemimpin besar
masa Abbasiyah
4 Di lingkungan Penuh percaya diri
bermain memperkenalkan khazanah
peradaban emas Abbasiyah
5 Untuk Negara Aku akan membuat negaraku
bangga dengan karyaku
6 Untuk Agama Aku akan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dalam
kehidupanku
Tugas Kelompok
1. Carilah gambar-gambar arsitektur masjid masa kemajuan Bani Abbasiyah,
kemudian tempel di mading kelas!
2. Carilah gambar kota dan istana yang dibangun pada masa Bani Abbasiyah,
kemudian tempel di mading kelas!
Ibrah
Rangkuman
112
Dinasti Bani Abbasiyah berkuasa lebih dari lima abad, kurang lebih 508
tahun sejak 132-656 H/750-1258 telah banyak memberikan sumbangan besar
bagi pengembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Kegiatan keilmuan
yang kreatif, dinamis, dan kritis serta keberadaan para ilmuwan dan ulama
yang melahirkan karya-karya monumental ditambah dukungan penuh dari
kebijakan-kebijakan khalifah menjadi kunci bagi keberhasilan pengembangan
keilmuan sekaligus tercapainya peradaban dan kebudayaan yang gemilang.
Diantara kemajuan-kemajuan tersebut meliputi berbagai bidang, meliputi
hampir seluruh aspek kehidupan mulai dari kemajuan di bidang politik dan
pemerintahan, kemajuan di bidang sosial budaya, kemajuan ekonomi dan
pertanian, kemajuan pengetahun dan teknologi dan kemajuan ilmu-ilmu
keagamaan. Kemajuan-kemajuan tersebut melahirkan berbagai bentuk-bentuk
wujud kebudayaan yang kemudian menjadi bukti pencapaian kemajuan
peradaban dan kebudayaan Islam. Kebesaran dan keindahan wujud
kebudayaan tersebut masih bisa dilihat dan dinikmati sepanjang sejarah bahkan
sampai hari ini. Diantaranya seni bangunan dan arsitektur, baik untuk
bangunan istana, masjid, maupun bangunan kota. Istana Qashrul Dzahabi,
Qashrul Khuldi, masjid agung Samara, masji Ibn Thulun dan pembangunan
kota Baghdad dan kota Samara. Keindahan kebudayaan lainnya tercermin
pada bidang sastra, bahasa dan seni musik. Sastrawan dan budayawan terkenal
Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-
lain. Karya dan buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti
kitab Kalilah wa Dimna. Sementara dalam bidang musik yang sampai kini
karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad,
Al-Farabi dan lain-lain.
Selain bidang-bidang tersebut diatas, kemajuan dalam bidang
pengembangan pengetahuan dan keilmuan tercermin pada pendirian
lembaga-lembaga pendidikan, perpustakaan, majlis kajian agama, dan lain-lain.
GLOSARIUM
113
Bakhtishu penting di masa Dinasti Abbasiyah
Kuttab : Pendidikan dasar
Madinat al-Salaam : Kota Perdamaian, nama yang diberikan Al-mansur
untuk kota Baghdad
Mu’jam al Buldan : Ensiklopedi kota dan negara, karangan Yaqut Ar-Rumi
Naib amir : Wakil gubernur
Qasru Adz-Dzahab : Istana emas yang dibangun Khalifah Al-Mansur di
pusat kota Baghdad dengan luas sekitar 160.000 hasta
persegi
Qasrul Khuldi : Istana keabadian yang dibangun Khalifah Al-Mansur
pada tahun 157 H, di luar kota Baghdad
Samara : Ibu kota baru yang dibangun Khalifah Al-Mu’tasim
Billah pada tahun 221 H, terletak di sebelah sungai
Tigris. Kata Samara, singkatan dari Sarru m an ra’a,
berarti orang yang memandangnya akan terpesona.
Uji Kompetensi
114
SEMESTER 2
BAB 4
JEJAK PERADABAN DINASTI
AYYUBIYAH
BAB 5
KEGEMILANGAN PERADABAN
DINASTI AYYUBIYAH
Secara umum pembelajaran pada kegiatan inti dilakukan dengan pendekatan saintifik
MENELUSURI JEJAK SEJARAH
(mengamati, menanya, mencoba/menggali data, menalar, mengkomunikasikan,
BAB 4 BERDIRINYA
hubungan antar fenomena, refleksi DINASTI AL-
dan rencana aksi).
Penguasa Ayyubiah
Keteladanan
Proses Berdirinya Para Penguasa terkenal,
Salahuddin Al-
Dinasti Ayyubiah Dinasti Ayyubiah Salahuddin Al-
Ayyubi
Ayyubi
2. Pertanyaanku
116
peristiwa. Pertanyaan apa yang muncul dari pikiran kalian tentang gambar-
gambar tersebut?
Daftarlah sejumlah pertanyaan dengan menggunakan apa, mengapa,
bagaimana, dan bagaimana jika.
6 Dst…
3. Wawasanku
2. Memahami Teks
Tentu kalian ingin lebih jelas dan detil memahami bagaimana Jejak Peradaban
Dinasti Ayyubiah, yang meliputi sejarah berdirinya Bani Ayyubiah, para
penguasanya dan ketokohan Salahahuddin Al-Ayyubi. Untuk memahaminya
dengan lebih jelas dan detil baca dan fahami teks-teks berikut:
117
A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI AL-AYYUBIYAH
118
5. Malik Al-Kamil Muhammad (615-635 H/ 1218-1238 M)
6. Malik Al-Adil Saifuddin (635-637 H/ 1238-1240 M)
7. Malik As-Saleh Najmuddin (637-647 H/ 1240-1249 M)
8. Malik al-Mu’azzam Turansyah (647 H/ 1249-1250 M)
9. Malik al-Asyraf Muzaffaruddin (647-650 H/ 1250-1252 M)
Diantara urutan 9 (sembilan) penguasa tersebut terdapat beberapa
penguasa yang menonjol, yaitu: Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M),
Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M), dan Malik Al-Kamil
Muhammad (1218-1238 M)
1. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (596-615 H /1200-1218 M)
Sering dipanggil Al-Adil, nama lengkapnya Al-Malik Al-Adil
Saifuddin Abu Bakar bin Ayyub, menjadi penguasa ke 4 Dinasti Ayyubiah
yang memerintah pada tahun 596-615 H/1200-1218 M berkedudukan di
Damaskus. Beliau putra Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara muda
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, dia menjadi Sultan menggantikan Al-Afdal
yang tewas dalam peperangan.
Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan pengatur
strategi yang berbakat dan efektif.
Prestasi Al Malik Al-Adil antara lain :
1. Antara tahun 1168 – 1169 M mengikuti pamannya ( Syirkuh ) ekspedisi
militer ke Mesir
2. Tahun 1174 M, menguasai Mesir atas nama Salahuddin Yusuf Al Ayyubi,
sedangkan Salahuddin Yusuf Al Ayyubi mengembangkan pemerintahan
di Damaskus
3. Tahun 1169 M, dapat memadamkan pemberontakan orang-orang Kristen
Koptik di Qift-Mesir
4. Pada tahun 1186-1195 M, kembali ke Mesir untuk memerangi pasukan
Salib
5. Pada tahun 1192-1193 M, menjadi gubernur di wilayah utara Mesir
6. Pada tahun 1193 M, menghadapai pemberontakan Izzuddin di Mosul
7. Menjadi gubernur Syiria di Damaskus
8. Menjadi Sultan di Damaskus
119
Selain itu beberapa peristiwa yang
dialami Al-Malik Al-Kamil, antara
Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi
lain: http://generasimuslimprestasi.blogspot
1. Pada tahun 1218 M, memimpin
pertahanan menghadapi pasukan
Salib yang mengepung kota Dimyat
( Damietta )
2. Menjadi Sultan Dinasti Ayyubiyah
pada tahun 1218 M, menggantikan
Al-Adil yang meninggal
3. Pada tahun 1219 M, ia hampir
kehilangan tahtanya.
4. Pada tahun 1219 M, kota Dimyat
akhirnya jatuh ke tangan orang-
orang Kristen
5. Al-Kamil telah beberapa kali menawarkan perdamaian dengan pasukan
Salib yaitu dilakukan perjanjian damai dengan imbalan :Mengembalikan
Yerussalem kepada pasukan Salib.
6. Membangun kembali tembok di Yerussalem yang dirobohkan oleh Al-
Mu’azzam saudaranya.
7. Mengembalikan salib asli yang dulu terpasang di Kubah batu Baitul
Maqdis kepada orang Kristen.
Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M. Kedudukannya sebagai
Sultan digantikan oleh Salih Al-Ayyubi.
120
teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin.
Dari kecil sudah terlihat karakter kuat Salahudin yang rendah hati,
santun serta penuh belas kasih. Salahudin tumbuh di lingkungan keluarga
agamis dan dalam lingkungan keluarga ksatria.
Dunia kemiliteran semakin diakrabinya setelah Sultan Nuruddin
menempatkan ayahnya sebagai kepala divisi milisi di Damaskus dan pada
umur 26 tahun, Shalahuddin bergabung dengan pasukan pamannya
(Asaduddin Syirkuh), dalam memimpin pasukan muslimin ke Mesir atas
tugas dari gubernur Suriah (Nuruddin Zanki), untuk membantu perdana
menteri Dinasti Fathimiyah (Perdanana Menteri Syawar) menghadapi
pemberontak Dirgam. Misi tersebut berhasil Perdana menteri Syawar
kembali kepada kedudukannya semula tahun 560 H/1164 M.
Tiga tahun kemudian, Nuruddin Zanki kembali menugaskan
Panglima Asaduddin Syirkuh dan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi untuk
menaklukkan Mesir. Hal ini dikarenakan Perdana Menteri Syawar telah
mengadakan perjanjian dengan Amauri, Panglima tentara Salib, yang dulu
pernah membantu Dirgam. Perjanjian tersebut dipandang membahayakan
posisi Suriah dan umat Islam pada umumnya. Setelah penyerangan kelima
kali, tahun 1189 Mesir dapat dikuasai. Shirkuh kemudian meninggal.
Selanjutnya Salahudin diangkat oleh Nuruddin menjadi pengganti Shirkuh.
Pada tahun 1169 ia diangkat sebagai wazir atau panglima gubernur
menggantikan pamannya.
Shalahuddin semakin menunjukkan kepiawaiannya dalam
kepemimpinan. Ia mampu melakukan mobilisasi dan reorganisasi pasukan
dan perekonomian di Mesir, terutama untuk menghadapi kemungkinan
serbuan balatentara Salib. Berkali-kali serangan pasukan Salib ke Mesir
dapat dipatahkan. Akan tetapi keberhasilan Shalahuddin dalam memimpin
Mesir mengakibatkan Nuruddin merasa khawatir tersaingi. Akibatnya
hubungan mereka memburuk. Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan pasukan
untuk menaklukan Mesir. Tetapi Nuruddin meninggal saat armadanya
sedang dalam perjalanan. Akhirnya penyerangan dibatalkan. Tampuk
kekuasaan diserahkan kepada putranya yang masih sangat muda.
Shalahudin berangkat ke
Damaskus untuk mengucapkan
Makam Salahudin Al-Ayubi bela sungkawa.
http://bujangmasjid.blogspot.com Kedatangannya banyak disambut
dan dielu-elukan. Shalahuddin
yang santun berniat untuk
menyerahkan kekuasaan kepada
raja yang baru yang masih belia
ini. Pada tahun itu juga raja muda
ini sakit dan meninggal. Posisinya
digantikan oleh Salahudin yang
diangkat menjadi pemimpin
kekhalifahan Suriah dan Mesir.
Tiga tahun kemudian, ia
menjadi penguasa Mesir dan Syria
menggantikan Sultan Nuruddin yang wafat. Suksesi yang ia lakukan
121
sangat terhormat, yaitu dengan menikahi janda mendiang Sultan demi
menghormati keluarga dinasti sebelumnya. Ia memulai dengan revitalisasi
ekonomi, reorganisasi militer, dan menaklukan Negara-negara muslim
kecil untuk dipersatukan melawan pasukan salib.
Impian bersatunya bangsa muslim tercapai setelah pada September
1174, Shalahuddin berhasil menundukkan Dinasti Fatimiyah di Mesir
untuk patuh pada kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Dinasti Ayyubiyah
akhirnya berdiri di Mesir menggantikan dinasti sebelumnya yang
bermazhab syi’ah.
Pada usia 45 tahun, Shalahuddin telah menjadi orang paling
berpengaruh di dunia Islam. Selama kurun waktu 12 tahun, ia berhasil
mempersatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, wilayah barat jazirah
Arab dan Yaman di bawah kekhalifahan Ayyubiyah. Kota Damaskus di
Syria menjadi pusat pemerintahannya.
Shalahuddin meninggal di Damaskus pada tahun 1193 M dalam
usia 57 tahun.
1. Kepemimpinan
Selain itu Shalahuddin merupakan salah seorang Sultan yang memiliki
kemampuan memimpin, dibuktikan
dengan caranya dalam memilih para
Wazir. Shalahuddin mengangkat para
pembantunya (Wazir) orang-orang Saladin, dalam codex Arab abad ke-1
122
10. Keamiran Ayyubiyah di Kerak
Dalam kegiatan perekonomian, ia bekerja sama dengan penguasa
muslim di wilayah lain dan menggalakan perdaganggan dengan kota-kota di
laut tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan.
Selain itu, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu
di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab sunni. Untuk
keberhasilannya, Khalifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberi gelar
Al-Mu’izz li Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah Al-Mustadi
juga memberikan Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib
sebagai wilayah kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pada tahun 1175
M. sejak saat itulah Shalahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal
Muslimiin (Pemimpin umat Islam dan kaum muslimin).
2. Keperwiraan
Shalahuddin Yusuf Al-
Citadel of Salah al-Din al-Ayyubi (Qal’atulJabal)
Sumber: www.explorewithmwnf.net – Ayyubi, dikenal sebagai perwira
yang memiliki kecerdasan tinggi
dalam bidang militer. Pada masa
pemerintahannya kekuatan
militernya terkenal sangat
tangguh, diperkuat oleh pasukan
Barbar Turki, dan Afrika. Ia
membangun tembok kota di
Kairo dan bukit muqattam
sebagai benteng pertahanan.
Salah satu karya monumental
yang disumbangkannya selama
beliau menjabat sebagai Sultan
adalah bangunan sebuah
benteng pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang dibangun di
Kairo pada tahun 1183 M.
Kehidupan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi penuh dengan perjuangan
dalam rangka menunaikan tugas negara dan agama. Perang yang
dilakukannya dalam rangka membela negara dan agama. Shalahuddin
seorang kesatria dan memiliki toleransi yang tinggi.
a. Ketika menguasai Iskandariyah, tetap mengunjungi orang-orang Kristen
b. Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengijinkan orang-
orang kristen berziarah ke Baitul Makdis.
Sebagai khalifah pertama Dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin Yusuf Al-
Ayyubi berusaha untuk menyatukan propinsi-propinsi Arab terutama di
Mesir dan Syam pada satu daulah kekuasaan. Usaha Shalahuddin Yusuf Al-
Ayyubi ini banyak mendapat tantangan dari orang-orang yang
kedudukannya merasa terancam dengan kepemimpinannya. Maka usaha-
usaha yang dilakukan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pertama kali adalah
menumpas segala bentuk pemberontakan dan memperluas wilayah
kekuasaannya dengan tujuan agar kekuatan umat Islam terorganisir dengan
baik dan mampu menangkal musuh. Usaha-usaha tersebut adalah:
123
a. Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga Khalifah Al-
Adhid, sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai selatan Nubiah (568
H/1173 M)
b. Perluasan wilayah Al-Ayyubiyah ke Yaman (569 H/1173 M)
c. Perluasan wilayah Al-Ayyubi ke Damaskus dan Mosul (570 H/1175 M).
Tujuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi menyatukan Mesir, Suriah,
Nubah, Yaman, Tripoli, dan wilayah-wilayah yang lainnya di bawah
komando Al-Ayyubiyah adalah terjadinya koalisi umat Islam yang kuat
dalam melawan gempuran-gempuran tentara salib. Usaha-usaha yang
dilakukan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tersebut menuai hasil yang
gemilang.
Perang Salib yang terjadi pada masa Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
adalah Perang Salib periode kedua yang berlangsung sekitar tahun1144-
1192 M. Periode ini disebut periode reaksi umat Islam, terutama bertujuan
membebaskan kembali Baitul Maqdis (Al-Aqsha).
Berikut peperangan terpenting yang telah dilalui oleh Shalahuddin
Yusuf al-Ayyubi:
a. Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M)
b. Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M)
c. Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187 M).
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah pahlawan besar bagi umat Islam.
Kecintaannya terhadap agama dan umat Islam telah menempatkan sebagian
lembaran hidupnya untuk menegakkan harga diri umat Islam. Kehadiran
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam perang salib merupakan anugerah.
Strategi yang dikembangkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam
membangun koalisi umat Islam benar-benar telah menyatukan kekuatan
umat Islam dalam membela agamanya.
Keperwiraan Shalahuddin terukir dalam sejarah, tidak hanya diakui
oleh kaum muslimin tetapi juga oleh kaum Kristen.
4. Aktivitasku
Bermain Peran (role playing) dan berdiskusi
a. Bentuk 3 kelompok
b. Tunjuk 3 orang pengamat
c. Memilih peran
d. Pemeranan
1. Keperwiraan Shalahuddin Al-Ayyubi
2. Kezuhudan Shalahuddin Al-Ayyubi
3. Kedermawanan Shalahuddin Al-Ayyubi
e. Diskusikan hal-hal berikut dengan saling menghargai pendapat temanmu!
124
Dinasti Ayyubiyah?
2 Bagaimana sifat-sifat kepemimpinan para khalifah
Dinasti Ayyubiyah ?
3 Bagaimana peran para khalifah dalam
membangun kejayaan peradaban Islam sampai
kepada puncaknya?
4 Apa teladan yang kamu tangkap dari kehidupan
dan kepemimpinan para Khalifah Dinasti
Ayyubiyah?
5 Apa contoh dalam kehidupan sehari-harimu yang
menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik?
6
4. Paparkan hasil diskusi kalian di depan kelas!
5. Searah jarum jam tiap kelompok bergeser menilai hasil kelompok lain
dari segi ketepatan peran, banyaknya/ kelengkapan contoh, dan kejujuran
peran/ tidak mencontek!
6. Berilah nilai pada kelompok yang paling baik hasilnya!
5. Analisaku
Setelah melakukan diskusi, kalian melanjutkan kegiatan kelompoknya untuk
menganalisa lingkungan sekitar dengan menjawab pertanyaan berikut
1. Coba bandingkan sejarah berdirinya Dinasti Ayyubiah dengan Dinasti
Abbasiyah!
2. Bandingkan Kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi dengan kepemimpinan
Harun Ar-Rasyid!
3. Bandingkan bentuk kegemilangan kekuasaan Dinasti Ayyubiah dengan
Dinasti Abbasiyah
4. Apa pengaruh kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi dalam membawa
kemajuan Dinasti Ayyubiah?
5. Apa nilai-nilai keteladanan dari para penguasa Ayyubiah yang terkenal?
6. Ceritaku
Kegiatan
a. Carilah cerita/ fenomena dalam masyarakat/di lingkunganmu yang
berkaitan dengan nilai-nilai ajaran keteladanan Shalahuddin Al-Ayyubi?
b. Ceritakan secara berantai di depan kelas! (semua anggota kelompok diberi
bagian untuk bercerita di depan kelas!
c. Sementara kelompok lain bercerita kelompok yang lain menilai dengan
panduan berikut!
N HAL YANG DINILAI SKOR
O
1 Ketepatan isi fenomena
2 Kepercayaan diri penampil
125
3 Keruntutan penyampaian
4 Ketaatan pada prosedur penceritaan yang telah
disepakati
5 Kreativitas menyajikan
126
7. Refleksi Pemahamanku
No Pendapat/pernyataan SY Y K
. Y
1 Saya yakin kemajuan Dinasti Ayyubiah merupakan
bagian dari kemajuan kebudayaan/peradaban Islam.
2 Saya yakin mengambil nilai-nilai keteladanan dari
para pemimpin Dinasti Ayyubiah akan bermanfaat
untuk kehidupan kini dan masa yang akan datang.
Saya yakin Shalahuddin Al-Ayyubi adalah
3 panglima yang gagah berani dan kesatria.
4 Saya yakin sikap toleransi yang ditunjukkan
Shalahuddin terhadap agama lain, sangat
bermanfaat dalam kehidupan masyarakat kita yang
majemuk.
5 Saya yakin Shalahuddin Al-Ayyubi sangat zujud
dan dermawan.
8.Refleksi Perilakuku
Bacalah kasus berikut! Tuliskan komentarmu terhadap kasus tersebut!
127
muslim
5 Peserta didik yang pengecut dan penakut.
6 Dst…
9. Rencana Aksiku
Keteladanan sikap Shalahuddin Al-Ayyubi telah menjadikan namanya dikenang,
tidak hanya oleh oleh sejarah masyarakat muslim, tapi juga masyarakat non
muslim.
Sekarang saatnya kalian merancang kegiatan untuk dapat berlatih
mempraktekkan apa yang kalian pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Buatlah rencana tindakan untuk meningkatkan dirimu.
Rencana perilaku (dimulai dari sekarang) yang akan kalian lakukan.
Tugas Kelompok
a. Cari dan Tontonlah video /film sejarah kepahlawanan Shalahuddin Al-
Ayyubi kemudian buat drama singkat dan pentaskan di depan kelas!
b. Mengumpulkan kliping yang berkaitan dengan Dinasti Ayyubiyah.
c. Membuat dan menyebutkan tokoh-tokoh para penguasaDinasti Ayyubiyah
dengan kertas karton
d. Mengidentifikasi khalifah-khalifah yang berjasa besar membangun kejayaan
dinasti Ayyubiyah dan menjelaskan peran masing-masing khalifah.
128
Ibrah
Umat Islam memerlukan pemimpin umat yang bisa membangun rasa aman,
damai dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama.
Aku bangga dan kagum dengan pemimpin pemberani dan berjiwa besar
seperti sosok Shalahuddin Al-Ayyubi
Aku akan menjadikan tokoh idolaku Shalahuddin Al-Ayyubi
Mutiara Hikmah
Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah
pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah
pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin
dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelolaharta
tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“
Rangkuman
GLOSARIUM
129
Al-Adid : Khalifah Dinasti Fatimah, yang terakhir wafat
pada tahun 1171 M.
Al-Malik an-Nasr : Penguasa yang bijaksana, gelar untuk Shalahuddin
dari Dinasti Fatimiyyah ketika dianggkat menjadi
wazir menggantikan pamannya, Assaduddin
Syirkuh
Al-Mu’izz li Amiiril : Gelar untuk Shalahuddin Al-Ayyubi dari Khalifah
mu’miniin Abbasiyah yang berarti ‘penguasa yang mulia’.
Asaduddin Syirkuh : Paman Shalahuddin Al-Ayyubi, yang pertama dari
keluarga Bani Ayyubiah yang diangkat menjadi
Wazir
Bahruddin bin : Sekretaris pribadi Shalahuddin Al-Ayyubi,
Syadad sekaligus dikenal sebagai penulis Biografinya
Migrasi : Hijrah
Najmuddin bin : Ayah Shalahuddin Al-Ayyubi.
Ayyub
Salahuddin Yusuf Al- : Pendiri dan sultan pertama dari Dinasti Ayyubiah
Ayyubi
Qal’atul Jabal : Benteng pertahanan yang dibangun di Kairo pada
tahun 1183 M oleh Sultan Shalahuddin Al-
Ayyubi.
Wazir : Gubernur
Uji Kompetensi
KEGEMILANGAN PERADABAN
BAB 5 DINASTI ALAYYUBIYAH
130
Kompetensi Inti
PETA KONSEP
KEGEMILANGAN
PERADABAN DIN
ASTI AYYUBIAH
Kemajuan
Sejarah dan
Pendidikan dan Al-Azhar Masa Ilmuwan Muslim
perkembangan Al-
Kebudayaan Masa Dinasti Ayyubiah Masa Ayyubiah
Azhar
Ayyubiah
131
PROSE PEMBELAJARAN Wilayah kekuasaan Dinasti Ayyubiah
Kegemilangan Peradaban
Dinasti Ayyubiah
1. Pengamatanku
132
2.Pertanyaanku
No Tentang Pertanyaan
.
1 Mengapa Mengapa kita perlu mempelajari perkembangan
kebudayaan/peradaban Bani Ayyubiah?
2 Apa Apa tujuan mempelajari perkembangan
kebudayaan/peradaban Ayyubiah?
6 Dst…
3. Wawasanku
Tentu kalian ingin lebih jelas dan detil memahami bagaimana perkembangan
2. Memahami Teks
kebudayaan/peradaban Dinasti Ayyubiah dan peranan ilmuwan muslim dalam
membawa kemajuan Dinasti Ayyubiah. Untuk memahaminya dengan lebih jelas
dan detil baca dan fahami uraian berikut:
1. Pendidikan
Pemerintahan dinasti Ayyubiyah terutama pada masa kekuasaan
Nuruddin dan Shalahuddin telah berhasil menjadikan Damaskus
sebagai kota pendidikan. Damaskus, ibu kota Suriah, masih
menyimpan bukti yang menunjukkan jejak arsitektur dan pendidikan
yang dikembangkan kedua penguasa tersebut. Nuruddin tidak hanya
merenovasi dinding-dinding pertahanan kota, menambahkan beberapa
133
pintu gerbang dan menara, serta membangun gedung-gedung
pemerintahan yang masih bisa digunakan hingga kini, tetapi juga
mendirikan madrasah sebagai sekolah pertama di Damaskus yang
difokuskan untuk pengembangan ilmu hadist. Madrasah ini terus
berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok Suriah.
Madrasah yang dibangun merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari masjid atau sebagai sekolah masjid. Lembaga pendidikan ini secara
formal menerima murid-murid dan
mengikuti model madrasah yang
dikembangkan pada masa Lukisan inskripsi Basmalah dalam skrip Kufi,
Nizhamiyah. Madrasah yang abad ke-9. di Muzium Islam, Kaherah, Mesir
didirikan Nuruddin di Aleppo
(Halb), Emessa, Hamah dan
Ba’labak mengikuti madzhab
Syafi’i.
Nuruddin juga membangun
rumah sakit yang terkenal dengan
memakai namanya,yaitu Rumah
sakit al-Nuri. Rumah Sakit Al-Nuri
ini, menjadi rumah sakit kedua di Damaskus setelah rumah sakit al-
walid dan ditambah fungsinya tidak hanya sebagai tempat pengobatan,
juga sebagai sekolah kedokteran.
Pada bangunan monumen-monumen, Nuruddin menorehkan seni
menulis indah. Prasasti-prasasti yang ditulisnya menjadi daya tarik
para ahli paleografi (ilmu tulisan kuno) Arab. Sejak saat itu
diperkirakan seni kaligrafi (khat) Arab gaya Kufi muncul dan
berkembang. Kaligrafi gaya Kufi kemudian diperbaharui dan
melahirkan gaya kaligrafi Naskhi.
Salah satu prasasti yang sampai saat ini masih bisa dilihat dan
dibaca terdapat di menara benteng Aleppo. Disebutkan dalam catatan
orang Suriah dan Hittiyah, benteng pertahanan tersebut merupakan
mahakarya arsitektural Arab kuno dan terus ada berkat jasa
pemeliharaan dan renovasi Nuruddin. Di samping itu, makam
Nuruddin, yang terletak di akademi Damaskus Al-Nuriyah, hingga kini
masih dihormati dan diziarahi.
Pengembangan masjid sebagai lembaga pendidikan atau sekolah
masjid, juga sebagai mausoleum menunjukkan pada masa Nuruddin
terbangun konsep multifungsi yang berhubungan dengan masjid di
Suriah. Bahkan pada pemerintahan selanjutnya, setelah Dinasti
Ayyubiah, yaitu masa pemerintahan Mamluk, melahirkan satu tradisi
baru, yaitu menguburkan para pendiri sekolah masjid di bawah kubah
bangunan yang mereka dirikan.
Selanjutnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga mencurahkan
perhatian pada bidang pendidikan dan aristektur. Ia memperkenalkan
pendidikan Madrasah ke berbagai wilayah di bawah kekuasaannya,
seperti ke Yerusalem, Mesir dan lain-lain. Ibnu Jubayr menyebutkan
ada beberapa juga madrasah di kota Iskandariah. Di antara madrasah
terkemuka dan terbesar berada di Kairo dan memakai namanya sendiri,
134
yaitu Madrasah al-Shalahiyah. Menurut sejarah Islam, jika Nizam al-
Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikan madrasah, yaitu
Madarasah Nizhamiyah, maka setelah Madrasah Nizamiah ini,
madrasah terbesar adalah yang didirikan oleh Shalahuddin al- Ayyubi.
Sekarang, madrasah-madrasah tersebut tidak bisa ditemukan lagi,
namun sisa-sisa arsitekturalnya masih bisa dilihat. Pada tahun-tahun
berikutnya, gaya arsitektur ini melahirkan beberapa monument Arab
yang indah di Mesir. Salah satunya yang terindah dan menjadi model
terbaik adalah Madrasah Sultan Hasan di Kairo.
Di samping mendirikan sejumlah madrasah, Shalahuddin Yusuf
al-Ayyubi juga membangun dua rumah sakit di Kairo. Bangunan kedua
rumah sakit itu dirancang mengikuti model rumah sakit Nuriyah di
Damaskus, yakni selain sebagai tempat pengobatan, sekaligus sebagai
sekolah kedokteran. Salah seorang dokter terkenal yang juga menjadi
dokter pribadi Shalahuddin adalah Ibnu Maymun, beragama Yahudi.
Pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi, mulai dikenal perayaan hari
lahir Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan Maulud Nabi di
Indonesia.
135
benteng Qal’al Jabal Sultan Salahuddin al-Ayubi atau lebih dikenal
dengan sebutan benteng Salahuddin Al-Ayubi, yang sampai hari ini masih
berdiri dengan megahnya.
Benteng ini terletak bersebelahan Bukit Muqattam dan
berhampiran dengan Medan Saiyyidah Aisyah. Ide membuat benteng ini
hasil pemikirannya sendiri yang
direalisasikan pada tahun 1183M.
Shalahuddin melihat bahwa Kota
Kaherah begitu luas dan besar, dan Benteng Shalahuddin
dan Masjid Ali Pasha
membutuhkan sistem pertahanan Sumber:www.tranungkite.net
benteng yang kokoh sebagaimana di
Halab dan Syria.
Salahuddin Al-Ayubi
menyuruh bahan batu yang digunakan
untuk membangun pondasi benteng
tersebut diambil dari batu-batu yang
terdapat di Piramid di Giza. Benteng
ini dikelilingi pagar yang tinggi dan
kokoh.
Untuk memasuki benteng,
terdapat beberapa pintu utama
diantaranya pintu Fath, pintu Nasr,
pintu Khalk dan pintu Luq. Kemudian terdapat saluan air berasal dari
sungai Nil, yang pada masa itu menjadi bekal minum para tentara. Pada
zaman kerajaan Usmaniyyah benteng ini mengalami perluasan. Di
bahagian utara benteng terletak Masjid Mohammad Ali Pasha yang
terbuat dari marmar dan granit.
Terdapat juga di dalam kawasan benteng ini Muzium Polis, Qasrul
Jawhara (Muzium Permata) yang menyimpan perhiasan raja-raja Mesir.
Terdapat juga Mathaf al-Fan al-
Islami (Muzium Kesenian Islam)
Masjid Al-Azhar yang terletak di bab (pintu)
Sumber: http://kalipaksi.wordpress.com
Khalk yang menyimpan ribuan
barang yang melambangkan
kesenian Islam semenjak zaman
Nabi Muhammad SAW,
termasuk diantaranya surat
Rasulullah SAW untuk penguasa
Mesir saat itu bernama
Maqauqis, agar beriman kepada
Allah SWT.
136
Lidinillah, sebagai tempat ibadah (masjid), tempat mengembangkan ajaran-
ajaran Syi’ah dan lambang kepemimpinan spiritual umat Islam. Sebelumnya,
masjid Al-Azhar bernama masjid Al-Qahirah atau Al-Jami’al-Qahirah, dan
sekarang dikenal dengan Al-Azhar. Pembangunan dimulai pada tanggal 4 April
970 M/24 Jumadil Ula 359 H dan selesai pada tanggal 7 Ramadhan 361 H/22
Juni 972 M, sekaligus diresmikan sebagai tempat pelaksanaan ibadah.
Peresmian itu ditandai dengan pelaksanaan salat Jumat bersama.
Tidak dapat diketahui dengan jelas, perubahan nama dari masjid Al-
Qahirah menjadi masjid Al-Azhar. Sebagian para ahli, misalnya Saniyah
Qura’ah berpendapat bahwa penamaan tersebut berawal dari usulan Ya’kub
Ibnu Killis, seorang wazir Khalifah al-Aziz Billah. Penamaan yang diusulkan
dinisbatkan dengan nama istana Khalifah al-Qhusur Al-Zahirah, atau dikaitkan
dengan nama putri Nabi Muhammad Fatimah Al-Zahra. Ada pendapat lain
yang mengatakan bahwa penamaan tersebut dikaitkan dengan nama sebuah
planet (Venus) yang memiliki cahaya cemerlang. Selain itu, Al-Azhar
dinisbahkan kepada bunga, yang kemudian menjadi simbol dari ‘kemegahan’
peradaban muslim Kairo Apapun latar belakang penamaan tersebut, yang jelas
menggambarkan harapan para pendirinya agar Masjid Al-Azhar membawa
cahaya terang dan kejayaan umat Islam yang dapat menyinari dunia. Harapan
itu dapat disaksikan dalam perjalanan sejarah masjid ini, fungsinya terus
digandakan, tidak lagi hanya sebagai tempat ibadah dan propaganda ajaran
Syi’ah, tetapi berfungsi juga sebagai Madrasah Tinggi di Kairo, Mesir.
Setelah Al-Azhar resmi menjadi masjid Negara, kegiatan ilmiah pertama
kali dilakukan dengan berkumpulnya para ulama, terdiri dari para fuqaha
terkenal dan pejabat pemerintahan Fathimiyah di Al-Azhar untuk
mendengarkan ceramah umum (Studium Generalle) dari Abu al-Hasan
Nu’man Ibnu Muhammad Al-Qirawaniy sebagai Qadi al-Qudat (Hakim
Agung) Dinasti Fathimiyah), terjadi pada bulan Oktober 975 M/ Shafar 365 H.
137
ajaran-ajaran Syi’ah. Shalahuddin juga menunjuk seorang Qadhi, Sadruddin
Abdul Malik bin Darabas menjadi Qadhi tertinggi, yang berhak mengeluarkan
fatwa-fatwa hukum mazhab Syafi’i. Diantara fatwa yang dikeluarkan adalah
melarang umat Islam saat itu untuk
melakukan salat Jumat di masjid al-Azhar,
Dekoratif Masjid Al-Azhar
Sumber: http://kalipaksi.wordpress.com
dan hanya boleh melakukannya di masjid
al-Hakim. Alasannya, masjid al-Hakim
lebih luas, selain itu dalam mazhab Syafi’i
tidak boleh ada dua khutbah Jumat dalam
satu kota yang sama.
Masjid Al-Azhar tidak dipakai untuk
shalat Jum’at dan kegiatan pendidikan
selama lebih kurang seratus tahun, yaitu
sejak Salahuddin berkuasa (1171-1267 M)
sampai dihidupkan kembali pada zaman
138
sebagian dari mereka yang meninggalkan al-Azhar. Pada masa pemerintahan
Sultan Malikul Aziz Imadudin Usman, putra Shalahudin Yusuf al-Ayyubi,
tepatnya tahun 1193 M/589 H datang seorang ulama bernama Abdul Latif al-
Bagdadi dan mengajar di Al-Azhar selama Sultan al-Malikul Aziz berkuasa.
Materi yang diajarkan al-Baghdadi dimeliputi mantiq dan bayan.
Kedatangan al- Baghdadi menambah semangat beberapa ulama yang
masih menetap di al-Azhar, di antara mereka adalah Ibn al-Farid, ahli sufi
terkenal, Syeikh Abu al-Qosim al-Manfaluti,
Syeikh Jama al-Din al- Asyuyuti, Syeikh basrikamil.blogspot.com
Shahabu al-Din al-Sahruri, dan Syams al-Din
Ibn Khalikan, seorang ahli sejarah yang
mengarang kitab wafiyyat al-‘Ayan.
Selain mengajar mantiq dan bayan,
al- Baghdadi mengajar hadits dan fiqh.
Materi-materi itu diajarkan kapada para
muridnya di pagi hari, sementara dari siang
hingga sore hari mengajar kedokteran dan
ilmu-ilmu lainnya. Ini merupakan upaya al-
Baghdadi untuk memberikan informasi,
sekaligus mensosialisasikan mazhab Sunni
kepada masyarakat Mesir
Selama masa pemerintahan dinasti
Ayyubiyah di Mesir (1171-1250 M),
perkembangan aliran atau mazhab Sunni
sangat pesat, termasuk model dan sistem
pendidikan yang dikembangkan berorientasi
Sunni. Maka dalam perjalanan sejarahnya, di
masa Dinasti Ayyubiah, Al-Azhar menjadi
masjid, lembaga pendidikan, sekaligus pusat
pengembangan ajaran-ajaran Sunni.
Para penguasa dinasti Ayyubiyah, sebagai penguasa yang setia kepada
pemerintahan khalifah Abbasiyah di Baghdad, maka orientasi kebijaksanaan
pemerintahannya adalah sebagaimana Baghdad, bermadzhab Sunni. Oleh karena
itu, salah satu lembaga strategis yang dapat diandalkan sebagai tempat
pembelajaran, penyebaran dan pengembangan ajaran-ajaran mazhab Suni adalah
Al-Azhar.
1. As-Suhrawardi al-Maqtul
Nama lengkapnya Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin Amirak Shihab al-
Din as-Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/ 1153 M di Suhraward,
sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki
banyak gelar diantaranya, Shaikh al-Ishraq, Master of Illuminationist, al-
Hakim, ash-Shahid, the Martyr, dan al-Maqtul.
Suhrawardi melakukan banyak perjalanan untuk menuntut ilmu. Ia pergi
ke Maragha, bdi kawasan Azerbaijan. Di kota ini, Suhrawardi belajar filsafat,
139
hukum dan teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili. Juga memperdalam filsafat
kepada Fakhr al-Din al-Mardini. Selanjutnya ke Isfahan, Iran Tengah dan
belajar logika kepada Zahir Al-Din Al-Qari. Juga mempelajari logika dari buku
al-Basa’ir al-Nasiriyyah karya Umar ibn Sahlan Al-Sawi. Dari Isfahan
dilanjutkan ke Anatolia Tenggara dan diterima dengan baik oleh pangeran Bani
Saljuq. Setelah itu pengembaraan Suhrawardi berlanjut ke Persia, pusat
lahirnya tokoh-tokoh sufi. Di sini Suhrawardi tertarik seorang sufi sekaligus
filosof.
140
a. Ajaran Tarekat Suhrawardi
Dalam kitab Awarif al-Ma’arif dibahas tentang latihan rohani praktis,
terdiri dari:
1) Ma’rifah, yaitu mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah, bahwa Allah saja-
lah Wujud Hakiki dan Pelaku Mutlak.
2) Faqr, yaitu tidak memiliki harta; seorang penempuh jalan hakikat tidak
akan sampai ke tujuan, kecuali jila sudah melewati tahap ke-zuhud-an.
3) Tawakkul, yaitu mempercayakan segala urusan kepada Pelaku Mutlak
(Allah).
4) Mahabbah, artinya Cinta kepada Allah.
5) Fana’ dan Baqa’; Fana’ artinya akhir dari perjalanan menuju Allah,
sementara Baqa’ artinya awal dari perjalanan dalam Allah.
141
2. Ibn Al-Adhim (588-660 H/ 1192-
1262 M)
Nama lengkapnya, Kamaluddin Abu gemuruhsepi.blogspot.com
al Qosim Umar bin Ahmad bin
Haibatullah bin Abi Jaradah Al Aqil,
berasal dari bani Jaradah yang bermigrasi
dari Bashrah ke Allepo karena wabah
penyakit. Al-Adhim lahir di Allepo,
ayahnya menjadi Qadhi Madzhab Hanafi
di kota itu. Sejak tahun 616 H/ 1219
M, mulai mengajar di Allepo,
setelah mendalami berbagai pengetahuan
di Allepo, Baitul Maqdis, Damaskus,
Hijaz dan Irak.
Kemudian menjadi Qadhi di Allepo pada
zaman Amir Al- Aziz dan Al-Nashir dari
dinasti Ayubiyah di Allepo, dan menjadi
dubes kedua penguasa ini di Baghdad dan
Kairo.
Karya-karya Al-Adhim diantaranya,
Zubdah al hallab min tarikh Hallaba, Bughyah at Thalib fi Tharikh Halaba,
tentang sejarah Allepo / Halaba yang disusun secara alfabetik terdiri dari 40
juz atau 10 jilid.
Al-Adhim, melarikan diri ke Kairo hingga wafat, ketika tentara Mongol
menguasai halaba/ Allepo pada tahun 658 H / 1160 M.
3. Al-Bushiri
Nama lengkapnya Sarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah as
Shanhaji al Bushiri, lahir pada tahun 1212 M di Maroko. Al-Bushiri seorang
sufi besar, pengikut Thariqat Syadziliyah, dan menjadi salah satu murid
Sulthonul Auliya Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily, r.a. Gurunya yang lain
beberapa ulama tasawuf seperti Abu Hayyan, Abu Fath bin Ya’mari dan Al ‘Iz
bin Jama’ah al Kanani Al Hamawi.
Sejak masa kanak-kanak, dididik olek ayahnya sendiri dalam mempelajati
Al-Qur’an untuk memperdalam ilmu agama dan kesusastraan Arab.
Al-Bushiri dikenal sebagai orang yang wara’ (takut dosa). Pernah suatu
ketika ia akan diangkat menjadi pegawai pemerintahan kerajaan Mesir, akan
tetapi melihat perilaku pegawai kerajaan membuatnya menolak.
Al-Bushiri lebih menonjol dalam bidang sasra dengan hasil karyanya
yang terkenal yaitu Kasidah Burdah yang diciptakannya pada abad 7 Hijrah
dan dibaca dalam berbagai acara. Kasidah Burdah adalah mutiara syair
kecintaan kepada Rasulullah. Puisi Pujian Al-Bushiri kepada Nabi tidak
terbatas pada sifat dan kualitas pribadi Nabi, tetapi mengungkap kelebihan
Nabi yang utama yaitu mukjizat Al-Quran.
Beberapa ulama sufi yang menjadi guru Al-Bushiri, diantaranya, terutama
pada bidang Imam Abu Hayyan, Abul Fath bin Sayyidunnas Al-Ya’mari Al
Asybali Al Misri pengarang kitab ‘Uyunul Atsar fi Sirah Sayyidil Basyar, Al
‘Iz bin Jama’ah Al Kanani Al Hamawi salah seorang hakim di Mesir, dan
142
masih banyak lagi kalangan ulama besar Mesir yang memberikan ilmu
pengetahuannya kepada Al-Bushiri.
Al Bushiri sebenamya tak hanya, terkenal dengan karya Burdahnya saja. la
juga dikenal sebagai seorang ahli fikih, ilmu kalam dan ahli tasawuf.
7. Ad-Dawudi
Seorang ahli botani, pengarang kitab Nuzhah an-Nufus wa al- Afkar
Ma’rifah wa al-Ahjar wa al-Asyjar (kitab komprehensif tentang Identifikasi
Tanaman, Bebatuan, dan Pepohonan).
143
4. Aksiku
144
5.Analisaku
http://kalipaksi.me http://wwwdakwahtarbiyah.blogspot.com
Masjid Ibnu Thulun, Dibangun masa Abbasiyah Masjid Al-Aqsa, dibangun masa Bani Umayyah
http://kalipaksi.me
1. Coba identifikasi
kegemilangan peradaban Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah dan Dinasti
Ayyubiah!
2. Bandingkan aristektur bangunan ketiga masjid dan Identifikasi masing-
masing corak arsiteksturnya!
3. Apa fungsi masjid pada masing-masing Dinasti?
4. Bagaimana peranan masjid dalam membangun kemajuan peradaban
masing-masing Dinasti!
5. Bagaimana keberadaan warisan sejarah tersebut hari ini!
6. Apa manfaat bagi kita mengenal warisan peradaban masing-masing
Dinasti!
145
6. Ceritaku
Kegiatan
7. Refleksi Pemahamanku
No Pendapat/pernyataan SY Y KY
.
1 Saya yakin kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Dinasti Ayyubiah sangat gemilang.
146
2 Saya yakin mengambil nilai-nilai ajaran dari
perkembangan/peradaban Islam masa Dinasti
Ayyubiah akan bermanfaat untuk kehidupan kini
dan masa yang akan datang.
Saya yakin perkembangan
3 kebudayaan/peradaban Islam mencapai
kegemilangan pada masa Dinasti Ayyubiah.
4 Saya yakin keindahan wujud-wujud
kebudayaan//peradaban Islam masa Dinasti
Ayyubiah merupakan karya budaya dan sejarah
yang agung yang akan terus dikenang sepanjang
zaman.
5 Saya yakin keindahan arsitektur masjid Al-
Azhar, Al-Hakimiyah, kekokohan benteng
Shalahuddin, dan lain-lain masa Dinasti
Ayyubiah bukti nyata kegemilangan
budaya/peradaban masa Dinasti Ayyubiah?
8. Refleksi Perilakuku
Bacalah kasus berikut! Tuliskan komentarmu terhadap kasus tersebut!
9. Rencana Aksiku
Kegemilangan peradaban masa Dinasti Ayyubiah merupakan bagian dari
kemajuan kebudayaan/peradaban Islam.
Sekarang saatnya kalian merancang kegiatan untuk dapat berlatih
mempraktekkan apa yang kalian pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Buatlah rencana tindakan untuk meningkatkan dirimu.
Rencana perilaku (dimulai dari sekarang) yang akan kalian lakukan.
No Yang akan saya Peradaban gemilang Hasil
. lakukan melakukan
147
1 Di rumah Menonton film dan berdiskusi
tentang kegemilangan budaya
dengan keluarga
148
2 Di sekolah Membuat mading bentuk-
bentuk kegemilangan
peradaban Dinasti Ayyubiah,
aristektur, kisah-kisah
kepahlawanan, dana lain-lain
Tugas Kelompok
1. Cari dan kumpulkan masjid atau bangunan yang menunjukkan sisa
kegemilangan arsitektur masa Dinasti Ayyubiah.
2. Mengidentifikasi ilmuwan dan ulama yang berjasa besar membangun
kejayaan dinasti Ayyubiyah dan menjelaskan karyanya masing-masing.
Ibrah
Adapun Ibrah yang dapat kita ambil dari Kegemilangan Peradaban Dinasti
Ayyubiah:
Mengetahui bahwa dunia Islam memiliki jejak kebudayaan/peradaban
gemilang sejak zaman dahulu.
Mutiara Hikmahinspirasi
Memberikan bahwa jejak sejarah masa lalu dapat menjadi
149
perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat, ditandai dengan kota Damaskus
menjadi salah satu kota pengetahuan yang tercatat sepanjang sejarah. Jika
Nizam Al-Mulk termasyhur dengan lembaga pendidikan monumentalnya
Madrasah Nizhamiyah, maka setelah Madrasah Nizamiah ini, madrasah
terbesar dalam sejarah pendidikan Islam adalah yang didirikan oleh
Shalahuddin al- Ayyubi.
Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang di bidang-
bidang lainnya. Dalam bidang arsitektur dapat dilihat pada seni Arab klasik
pada bangunan-bangunan yang terdapat di Aleppo (halb) dan Damaskus, juga
pada benteng pertahanan yang dikenal dengan benteng Shalahuddin.
Dalam bidang perdagangan dan perindustrian, sudah terjalin perdagangan
lintas wilayah dan internasional yang berpengaruh di Eropa, termasuk memiliki
pabrik-pabrik industri, seperti pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas dan
juga bangunan irigasi.
Di masa Dinasti Ayyubiah, Al-Azhar tidak digunakan sebagai masjid dan
pusat kegiatan pendidikan (madrasah), akan tetapi Shalahuddin melakukan
pembangunan madrasah dan kulliyat-kuliiyat hampir di seluruh wilayah
kekuasaannya, sehingga pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu
agama maupun ilmu pengetahuan terus berkembang.
Ada banyak ilmuwan/ulama termasyhur yang berpengaruh membawa
kemajuan kebudayaan/peradaban Dinasti Ayyubiah, sekaligus menjadi bagian
dari kemajuan kebudayaan/peradaban Islam, diantaranya adalah Abdul Latief
Al Baghdadi, seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama
lainnya. Dia bukan hanya ahli di bidang ilmu-ilmu keagamaan seperti ilmu
mantiq, bayan, hadist, fiqh, melainkan juga menguasai ilmu kedokteran, dan
ilmu-ilmu lainya, juga sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam
pengembangan dan penyebaran madzhab Sunni di Mesir.
Bahkan al-Azhar, dalam perkembangan selanjutnya, walaupun dibangun
oleh kaum Syi’ah, namun kemudian difungsikan menjadi pusat ilmu
pengetahuan dan pusat pengajaran madzhab Sunni.
GLOSARIUM
150
Qal’al Jabal : Benteng Shalahuddin
Qasrul Jawhara : Muzium Permata
Sanadus Sihah : Perawi Hadis-Hadis Sahih
Studium Generalle : Ceramah umum
Uji Kompetensi
151
Daftar Pustaka
Armando, Ade, dkk., 2001. Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar. Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve.
Arsyad, Natsir. 1990. Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah. Bandung: Mizan
Ash–shalih. Subhi, 1993. Membahas Ilmu-Ilmu Hadist. Jakarta: Pustaka Firdaus
Chalil, Moenawar, 1955. Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab. Jakarta:
Bulan Bintang
Chair, Abdul, 2002, Dinasti Umayyah, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeve.
Darsono, 2004. Tonggak Sejarah Kebudyaan Islam. Surakarta: Tiga Serangkai.
Dasuki, Hafidz, Dkk, 1993. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Hasan, Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Penerbit
Kota .
Hamka, 1989. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Hasan, Ibrahim Hasan, 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota
Kembang.
Hasan, Ibrahim Hasan, 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2. Jakarta:
Kalam Mulia.
Hasymi,A. 1986. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Hitti, Philip K.. 2010. History Of The Arabs. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta
Kembang
Kartanegara, Mulyadi, 2000. Mozaik Khazanah Islam. Jakarta: Penerbit
Paramadina.
Lapidus,Ira M., 2000. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Madjid, Nurcholish (ed.), 1985. Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Miskawaih, Ibn, 1995. Menuju Kesempurnaan Akhlak (terj.). Jakarta: Penerbit
Mizan.
Meriya, Abu, H. 1982. Sejarah Islam, Jakarta: Mutiara.
Mufrodi, Ali, 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
152
Solahuddin ,M, dan Agus Suyadi, 2011. Ulumul Hadist. Bandung: Pustaka
Setia,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Smith, Margareth, 2000. Pemikiran dan Doktrin Mistis Imam al-Ghazali. Jakarta :
Penerbit Riora Cipta.
Syalabi, Ahmad,1987.Sejarah Kebudayaan Islam Jilid II. Jakarta: Pustaka Al-
Husna.
Syukur , Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Bogor: Prenada Media.
Sutarmadi, Ahmad, Al-Imam Al-Tirmidzi Peranannya dalam Pegembangan
Hadits dan Fiqh. Suryadilaga, M. Alfatih (editor), 2003.. Studi Kitab Hadis,
Yogyakarta: Teras.
Thohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia Islam. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Watt, Montgomery, 1988. Politik Islam Dalam Lintasan Sejarah.J akarta: P3M.
153
Rangkuman
154
sekaligus membuktikan bahwa peradaban dan kebudayaan Islam memberi
sumbangan besar bagi peradaban dunia. Diantara para ilmuwan, antara lain,
Jabir bin Hayyan, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, dan, Ibnu Miskawaih. Sedangkan
para ulama yang pandangan-pandangan keagamaannya menjadi rujukan umat
muslimin di seluruh dunia antara lain ulama kutubussittah, empat imam Madzhab
dan mufassirin sekaligus sejarawan seperti At-Tabari dan Ibnu Katsir.
Dinasti Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, kurang lebih
508 tahun sejak 132-656 H/750-1258 telah banyak memberikan sumbangan
besar bagi pengembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Kegiatan keilmuan
yang kreatif, dinamis, dan kritis serta keberadaan para ilmuwan dan ulama yang
melahirkan karya-karya monumental ditambah dukungan penuh dari kebijakan-
kebijakan khalifah menjadi kunci bagi keberhasilan pengembangan keilmuan
sekaligus tercapainya peradaban dan kebudayaan yang gemilang. Diantara
kemajuan-kemajuan- tersebut meliputi berbagai bidang, meliputi hampir seluruh
aspek kehidupan mulai dari kemajuan di bidang politik dan pemerintahan,
kemajuan di bidang sosial budaya, kemajuan ekonomi dan pertanian, kemajuan
pengetahun dan teknologi dan kemajuan ilmu-ilmu keagamaan. Kemajuan-
kemajuan tersebut melahirkan berbagai bentuk-bentuk wujud kebudayaan yang
kemudian menjadi bukti pencapaian kemajuan peradaban dan kebudayaan
Islam. Kebesaran dan keindahan wujud kebudayaan tersebut masih bisa dilihat
dan dinikmati sepanjang sejarah bahkan sampai hari ini. Diantaranya seni
bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, maupun bangunan
kota. Istana Qashrul Dzahabi, Qashrul Khuldi, masjid agung Samara, masji Ibn
Thulun dan pembangunan kota Baghdad dan kota Samara. Keindahan
kebudayaan lainnya tercermin pada bidang sastra, bahasa dan seni musik.
Sastrawan dan budayawan terkenal Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al-Mutanabby,
Abdullah bin Muqaffa dan lain-lain. Karya dan buah pikiran mereka masih dapat
dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara dalam bidang
musik yang sampai kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman,
Khalil bin Ahmad, Al-Farabi dan lain-lain.
Disamping Dinasti Abbasiyah, dalam sejarah kebudayaan Islam, yang
memberikan sumbangan berharga bagi perkembangan dan pencapaian
kegemilangan kebudayaan dan peradaban Islam adalah Dinasti Ayyubiah. Dinasti
Ayyubiyah didirikan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi . Selama lebih kurang 75
tahun dinasti Al-Ayyubi yah berkuasa, terdapat 9 orang penguasa. Dan diantara
yang termasyhur adalah sang pendiri, yakni Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-
1193 M), Malik Al-Adil Saifuddin (1200-1218 M) dan Malik Al-Kamil
Muhammad (1218-1238 M).
Selama masa kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi , Dinasti Al-Ayyubi
yah mengalami kemajuan, baik dari segi perluasan wilayah, kestabilan
pemerintahan, ekonomi, maupun pendidikan. Shalahuddin juga memberikan
perhatian serius bagi kebutuhan masyarakat, baik muslim maupun non muslim.
Sikap toleransi dikembangkan, sehingga masyarakat non muslim memperoleh
hak-hak yang sama dengan masyarakat muslim. Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi
juga membangun salah satu benteng pertahanan yang kuat, yaitu benteng
Qal’atul Jabal, dibangun di Kairo pada tahun 1183 M, yang hingga kini masih
bisa dilihat kemegahannya.
155
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi tidak hanya dikenal sebagai seorang
panglima perang yang gagah berani dan disegani, tetapi juga seorang yang sangat
memperhatikan kemajuan pendidikan. Pada masanya, perkembangan ilmu
pengetahuan sangat pesat, ditandai dengan kota Damaskus menjadi salah satu kota
pengetahuan yang tercatat sepanjang sejarah. Jika Nizam al-Mulk termasyhur
dengan lembaga pendidikan monumentalnya Madrasah Nizhamiyah, maka setelah
Madrasah Nizamiah ini, madrasah terbesar dalam sejarah pendidikan Islam adalah
yang didirikan oleh Shalahuddin al- Ayyubi, diantaranya Madrasah Al-
Shalahiyah.
Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang di bidang-
bidang lainnya. Dalam bidang arsitektur dapat dilihat pada seni Arab klasik pada
bangunan-bangunan yang terdapat di Aleppo (Halb) dan Damaskus, juga pada
benteng pertahanan yang dikenal dengan benteng Shalahuddin.
Dalam bidang perdagangan dan perindustrian, sudah terjalin perdagangan
lintas wilayah dan internasional yang berpengaruh di Eropa, termasuk memiliki
pabrik-pabrik industri, seperti pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas dan juga
bangunan irigasi.
Di masa Dinasti Ayyubiah, Al-Azhar tidak digunakan sebagai masjid dan
pusat kegiatan pendidikan (madrasah), akan tetapi Shalahuddin melakukan
pembangunan madrasah dan kulliyat-kuliiyat hampir di seluruh wilayah
kekuasaannya, sehingga pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu agama
maupun ilmu pengetahuan terus berkembang.
Ada banyak ilmuwan/ulama termasyhur yang berpengaruh membawa
kemajuan kebudayaan/peradaban Dinasti Ayyubiah, sekaligus menjadi bagian dari
kemajuan kebudayaan/peradaban Islam, diantaranya adalah Abdul Latief Al
Baghdadi, seorang ulama berpengaruh yang menginspirasi ulama-ulama lainnya.
Dia bukan hanya ahli di bidang ilmu-ilmu keagamaan seperti ilmu mantiq, bayan,
hadist, fiqh, melainkan juga menguasai ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu lainya,
juga sekaligus sebagai tokoh berpengaruh dalam pengembangan dan penyebaran
madzhab Sunni di Mesir.
Bahkan al-Azhar, dalam perkembangan selanjutnya, walaupun dibangun
oleh kaum Syi’ah, namun kemudian difungsikan menjadi pusat ilmu pengetahuan
dan pusat pengajaran madzhab Sunni.
GLOSARIUM
156
wazir menggantikan pamannya, Assaduddin
Syirkuh
Al-Mu’izz li Amiiril : Gelar untuk Shalahuddin Al-Ayyubi dari Khalifah
mu’miniin Abbasiyah yang berarti ‘penguasa yang mulia’.
Asaduddin Syirkuh : Paman Shalahuddin Al-Ayyubi , yang pertama dari
keluarga Bani Ayyubiah yang diangkat menjadi
Wazir
Abu Ja’far Al- : Khalifah kedua Abbasiyah, pendiri kota Baghdad
Mansur
Abu Muslim Al- : Panglima pendukung utama, Abul Abbas
Khurasani
Abu Nawas : Penasehat Bijaksana, Masa Khalifah Harun Ar-
Rasyid
Akal Fa’al : Akal ke sepuluh (malaikat).
Akal Mustafad : Akal yang mempunyai kesanggupan menangkap
inspirasi dari akal kesepuluh yang ada di luar diri
manusia.
Al–Kulliya : Karangan Ibn Rusyd, yang membahas tentang ilmu
kedokteran, hingga kini masih bisa ditemukan.
Al-Khazin : bendaharawan
Al-Muwatta : Kitab Hadist karangan Imam Malik yang
membahas tentang hukum-hukum Islam
Al-Qanun Fi Al-Tibb : Karya monumental Ibnu Sina dalam bidang
kedokteran yang menjadi rujukan ilmu kedokteran
dunia, termasuk Barat. Diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris berjudul Materia Medic.
Al –Umm : Karangan Imam Syafei’i tentang Fiqh
Anbar : kota Kuno di Persia, pusat pemerintahan Abbasiyah
masa Abul Abbas
Ar- Risalah : Karangan Imam Syafi’i tentang ushul fiqh
Bahruddin bin Syadad : Sekretaris pribadi Shalahuddin Al-Ayyubi
,sekaligus dikenal sebagai penulis Biografinya
Baghdad : Taman keadilan
Baitul Hikmah : Perpustakaan besar yang didirikan Harun Ar-Rasyid
untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Bidayah al–Mujtahid : Karangan Ibnu Rusyd, yang membahas tentang
ilmu hukum, dan kitab ini masih bisa ditemukan.
Dewan at-tawqi : Dewan korespondensi/kearsipan, yang menangani
surat menyurat dan ketetapan khalifah, pada masa
Khalifah Al-Mansur.
Khat : Seni menulis indah/kaligrafi
Kuttab : Tempat belajar-Pendidikan dasar
Eufrat(furat) dan : Dua sungai yang mengapit istana Baghdad
Tigris (Dajlah)
Gabriel bin Bakhtishu : Orang non muslim yang pernah menduduki jabatan
penting di masa Dinasti Abbasiyah
Himyariyah : Suku Arab Selatan (Yamani)
Hunain bin Ishak : Ilmuwan Nasrani, yang menerjemahkan karya Plato
157
dan Aristoteteles atas permintaan Al-Makmun
Khalid bin Barmak : Wazir pertama, masa Al-Mansur
Madinat al-Salaam : Kota Perdamaian, nama yang diberikan Al-mansur
untuk kota Baghdad
Madrasah : Lembaga pendidikan tinggi
Majlis Munazharah : pusat kajian agama.
Marwan Bin : Khalifah terakhir Dinasti bani Umayyah
Muhammad
Mathaf al-Fan al- : Muzium Kesenian Islam
Islami
Matan : Isi/kalimat dari sabda Nabi (Hadist)
Musoleum : Makam orang-orang terkenal/berjasa
Migrasi : Hijrah
Muhammad bin Ali : Tokoh awal gerakan penentang Bani Umayyah
Mudariyah : Suku Arab Utara (Quraisy)
Muhammad Fuad : penulis Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran
Abdul Baqi (Indeks Alquran).
Mu’jam al Buldan : Ensiklopedi kota dan negara, karangan Yaqut Ar-
Rumi
Naib amir : wakil gubernur
Najmuddin bin Ayyub : Ayah Shalahuddin Al-Ayyubi .
Paleografi : Ilmu Tulisan Kuno
Philip K. Hitti, : Ahli sejarah Arab
Qal’atul Jabal : Benteng pertahanan yang dibangun di Kairo pada
tahun 1183 M oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi .
Qadhi al-Qudat : Hakim Agung
Qal’al Jabal : Benteng Shalahuddin
Qasrul Jawhara : Muzium Permata
Qasru Adz-Dzahab : Istana emas yang dibangun Khalifah Al-Mansur di
pusat kota Baghdad dengan luas sekitar 160.000
hasta persegi
Qasrul Khuldi : Istana keabadian yang dibangun Khalifah Al-
Mansur pada tahun 157 H, di luar kota Baghdad
Rawi : Orang-orang yang meriwayatkan Hadist
Salahuddin Yusuf Al- : Pendiri dan sultan pertama dari Dinasti Ayyubiah
Ayyubi
Samara : Ibu kota baru yang dibangun Khalifah Al-Mu’tasim
Billah pada tahun 221 H, terletak di sebelah sungai
Tigris. Kata Samara, singkatan dari Sarru man ra’a,
berarti orang yang memandangnya akan terpesona.
Sanad : Orang yang mendengar/menerima Hadist dari
Rasulullah SAW dan menceritakannya kembali
kepada orang lain.
Sanadus Sihah : Perawi Hadis-Hadis Sahih
Silk Road : Jalan Sutera
Studium Generalle : Ceramah umum
Thabaqaat asy- : Biografi Imam asy-Syafi’i, karangan Ibnu Katsir
Syafi’iyyah
158
Tarikh ar-Rusul wa al- : Karangan Ibnu Jarir At-Tabari berisi sejarah Para
Muluk Rasul dan Raja, dikenal sebagai Tarikh at-Tabari
'Urf : Adat kebiasaan orang muslim dalam suatu masalah
tertentu yang tidak ada nashnya dalam Al Quran,
Sunnah dan belum ada prakteknya pada masa
sahabat.
159