1.1 PENGERTIAN
Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu
ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit
(Tambayong, 2000 ).
Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang membatu pada
ginjal, mengandung komponen kristal, dan matriks organik (Soeparman, 2001).
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di
ginjal.Batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks,infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruhkaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks
ginjalmembrikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut
batustaghorn (Muttaqin, 2012).
1.2 KLASIFIKASI
1. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak
ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluruh batu saluran kemih. Faktor
tejadinya batu kalsium adalah :
a. Hiperkalsiuria
Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi
karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria
absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus
ginjal (hiperkalsiuria renal), adanya peningkatan resorpsi tulang
(hiperkalsiuria resoptif) yang banyak terjadi pada hiperparatiridisme
primer atau tumor paratiroid dan abnormalitas struktur biasanya
pada daerah pelvikalises ginjal.
b. Hiperoksaluria
Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai
pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan
kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk
sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
c. Hiperurikosuria
Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam
urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat
bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari
metabolisme endogen.
d. Hipositraturia
Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis
tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik
golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
e. Hipomagnesiuria
Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium
akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga
mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
2. Batu Struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu
ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini memudahkan
garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat membentuk
batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman kuman
pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter,
pseudomonas, dan stapillokokus
3. Batu Asam Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak
dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan
obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat).
Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar
untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya
batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2
liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
4. Batu Cystin
Batu cystin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan
orang tua, jarang ditemukan pada usia remaja. Cystunuria
mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi
penghambat atosomonal.
1.3 ETIOLOGI
Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal,
kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium
sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa dibuktikan yang sering menjadi
predisposisi adalah infeksi saluran kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia,
hipervitaminosis D dan hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta
alkali cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine (Tambayong,
2000).
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
1.4 PATOFISIOLOGI
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus
darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal
bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin
dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan
juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin
ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan
adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang
berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Tambayong, 2000).
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori ;
1. Teori supersaturasi Tingkat kejenuhan komponen-komponen
pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang
banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian
timbul menjadi batu.
2. Teori matriks Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65%
protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks
menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori kurang inhibitor Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir
dalam jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat
penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat
merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi
kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori epistaxi Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara-
bersama-sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang
merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam
urat yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu
kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori kombinasi Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam
teori di atas.
Menurut Purnomo (2014) dan Brunner & Suddarth (2002) beberapatanda dan
gejala yang dapat ditemukan dan dirasakan pada pasien batuginjal yaitu :
a. Nyeri Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik.
Nyerikolik terjadi akrena aktivitas peristaltic otot polos sistem
kalisesataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu
darisaluran kemih.
b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.
c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemihkarena
batu.
d. Demam
e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
gangguan pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakter
isitiknya.Akibat dari gangguan ini,maka terjadilah perubahan dalam
frekuensi buang air kecil.mungkin buang air kecil lebih sering dan
lebih banyakdari pada biasanya dengan warna urin yang pucat. Dan
mungkin buangair kecil dalam jumlah sedikit dari biasanya dengan urin
yang berwarna gelap.
f. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya,
yaknimengeluarkan cairan atau toksin dalam tubuh , maka
tubuh akandipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan
terhadap beberapa bagian tubuh , diantaranya di bagian kaki,
pergelangan kaki,wajah dan atau tangan.
g. Tubuh cepat lelah / kelelahan
Ginjal yang sehat memproduksi hormon yang disebut
denganerythropoietin yang mempunyai fungsi sebagai memerintahkan
tubuhuntuk membuat oksigen yang membawa sel darah merah.
Ketikatubuh mengalami gagal ginjal, maka
ginjal hanya memproduksisedikit. Dengan demikian karena sel-sel darah
merah pembawaoksigen tadi berkurang sehingga otot dan otak
tubuh menjadi cepatlelah. Kondisi ini disebut juga sebagai anemia. Oleh
karena itu,apabila mengalami anemia yang berkelanjutan, hati-hati karena
haltersebut bisa saja merupakan gejala penyakit ginjal.
h. Bau Mulut / ammonia breath
Penumpukan limbah dalam darah (disebut juga sebagai
uremia)karena adanya gagal ginjal dapat membuat rasa tidak enak
dalammakanan dan bau mulut yang busuk.juga bisa mendadak
berhentimenyukai daging dan kehilangan berat badan drastis. Di
beberapakasus ada juga yang merasa bau mulutnya seperti meminum
cairan besi.
1.7 PENATALAKSANAAN
Menurut Purnomo (2014) beberapa penatalaksanaan pada batu ginjal yaitu :
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang
dari 5 mm, karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine
dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong
batu keluar dari saluran kemih.
c. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu
dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi
gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi
yaitu :
1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan
batu yang berada di dalam saluran ginjal degna cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
2) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3) Ureteroskopi atau ureto-renoskopi adalah dengan memasukkan alat
utereskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem
pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada
di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntutan uteroskopi/uterorenoskopi ini.
4) Ektraksi dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
e. Bedah terbuka
Di klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi, maupun ESWL, pengambilan
batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka
itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi unutk mengambil batu
pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang
pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena
ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteks
sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih
yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.
1.8 PENCEEGAHAN
Setelah batu dikeluarkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya
adalah upaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu
yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan
adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi
urine 2-3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan
adalah:
5. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine
dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
6. Rendah oksalat
7. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuria
8. Rendah purin
9. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria
absorbtif type II
1.9 KOMPLIKASI
1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan
atau pengangkatan batu ginjal.
4. Obstruksi
5. Hidronephrosis.
1.10 WOC
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2) Sirkulasi
Tanda:
a) Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
b) Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3) Eliminasi
Gejala :
a) Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
b) Penurunan volume urine
c) Rasa terbakar, dorongan berkemih
d) Diare
Tanda:
a) Oliguria, hematuria, piouria
b) Perubahan pola berkemih
c) Makanan dan cairan:
4) Nutrisi
Gejala:
a) Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
b) Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
c) Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
a) Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
b) Muntah
5) Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
a) Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu
(batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
a) Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
b) Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6) Keamanan:
Gejala:
a) Penggunaan alkohol
b) Demam/menggigil
7) Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
a) Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis
b) Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
c) Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul,
fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) pasien yang diduga mengalami batu ginjal
dikaji terhadap adanya nyeri dan ketidaknyamanan. Keparahan dan lokasi nyeri
ditentukan bersamaan dengan radiasi nyeri. Pasien juga dikaji akan adanya gejala yang
berhubungan seperti mual, muntah, diare, dan distensi abdomen. Pengkajian
keperawatan mencakup obserasi tanda-tanda infeksi traktus urinarius (menggigil,
demam, disuria, sering berkemih, dan hesitancy) dan obstruksi (berkemih sering
dengan jumlah urin sedikit, oliguria, atau anuria). Selain itu, urin diobsevrasi akan
adanya darah dan disaring untuk kemungkinan adanya batu atau kerikil.
Riwayat difokuskan pada faktor predisposisi penyebab terbentuknya batu di
traktus urinarius atau faktor pencertus episode kolik renal atau ureteral. Faktor
predisposisi penyebab terbentuknya batu mencakup riwayat adanya batu dalam
keluarga, kanker atau gangguan pada sumsum tulang,atau diet tinggi kalsium atau
purine. Faktor yang dapat mencetuskan pembentukan batu pada pasien yang terkena
batu ginjal mencakup episode dehidrasi, imobilisasi yang lama dan infeksi.
Pengetahuan pasien tentang batu renal dan upaya unutk mencegah kejadian dan
kekambuan juga dikaji.
Klien diharapkan
mampu untuk 3. Lakukan tindakan yang 4. Mengalihkan
mendukung kenyamanan perhatian dan
Melaporkan
(seperti masase membantu
Perkembangan
ringan/kompres hangat relaksasi otot.
Fisik
pada punggung,
Melaporkan lingkungan yang tenang)
perkembangan 5. Aktivitas fisik dan
kepuasan 4. Bantu/dorong hidrasi yang
Melaporkan pernapasan dalam, adekuat
perkembangan bimbingan imajinasi dan meningkatkan
psikologi aktivitas terapeutik. lewatnya batu,
Mengekspresikan mencegah stasis
perasaan dengan 5. Batu/dorong urine dan
lingkungan fisik peningkatan aktivitas mencegah
sekitar (ambulasi aktif) sesuai pembentukan batu
Tekanan arteri
3.Mempertahankan
Tekanan vena
5. Timbang berat badan keseimbangan
sentral
setiap hari. cairan untuk
Palpasi nadi
homeostasis, juga
perifer
dimaksudkan
Kesimbangan
6. Kolaborasi pemeriksaan sebagai upaya
intake & output
HB/Ht dan elektrolit. membilas batu
(24jam)
keluar.
Kestabilan berat
7. Berikan cairan infus
badan
sesuai program terapi. 4.Indikator
Konfusi yang
hiddrasi/volume
tidak tampak
8. Kolaborasi pemberian sirkulasi dan
Hidrasi kulit
diet sesuai keadaan kebutuhan
Hidrasi
klien. intervensi.
Klien diharapkan
mampu untuk: 5.Peningkatan BB
Hidrasi kulit yang cepat
Kelembaban 9. Berikan obat sesuai mungkin
membran program terapi berhubungan
mukosa (antiemetik misalnya dengan retensi.
Haus yang Proklorperasin/
abormal (-) Campazin). 6. Mengkaji hidrasi
8. Makanan mudah
cerna menurunkan
aktivitas saluran
cerna, mengurangi
iritasi dan
membantu
mempertahankan
cairan dan
keseimbangan
nutrisi.
9. Antiemetik
mungkin
diperlukan untuk
menurunkan
mual/muntah.
3 Gangguan Eliminasi Urin 1. Awasi asupan dan 1. Memberikan
Eliminasi Klien diharapkan haluaran, karakteristik informasi tentang
Urin mampu untuk: urine, catat adanya fungsi ginjal dan
Pola eliminasi keluaran batu. adanya
Bau urin komplikasi.
Jumlah urin 2. Tentukan pola berkemih Penemuan batu
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras
seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Batu ginjal terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis
serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering
terjadi. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau
kalsium. Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin.
Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan
kemungkinan timbulnya batu residif.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih
yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Tetapi batu ginjal dapat
dicegah dengan menghindari dehidrasi dengan minum cukup upayakan produksi urine
2 - 3 liter per hari, diet rendah zat/komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang
cukup dan medikamentosa.
3.2 SARAN
1. Sebagai perawat kita harus selalu sigap dalam penanganan penyakit batu
ginjal. Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga
agar mereka paham dengan batu saluran kemih dan bagaimana pengobatannya
2. sebagai perawat diharapkan agar dapat meningkatkan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan serta pengetahuannya sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang optimal terkhususnya pada pasien dengan
penyakit batu ginjal
3. Diharapkan makalah tentang batu ginjal ini dapat terus diperbaiki kekurangannya
sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan,
serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.
Salemba medika. Jakarta.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. EGC. Jakarta