Anda di halaman 1dari 25

BAB I

KONSEP DASAR TEORI

1.1 PENGERTIAN
Batu ginjal adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat. Batu
ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit
(Tambayong, 2000 ).
Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang membatu pada
ginjal, mengandung komponen kristal, dan matriks organik (Soeparman, 2001).
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di
ginjal.Batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks,infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruhkaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks
ginjalmembrikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut
batustaghorn (Muttaqin, 2012).

1.2 KLASIFIKASI

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,


kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan
sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam
usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif. Terdapat beberapa
macam jenis batu yang terdapat didalam ginjal antara lain :

1. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak
ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluruh batu saluran kemih. Faktor
tejadinya batu kalsium adalah :
a. Hiperkalsiuria
Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi
karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria
absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus
ginjal (hiperkalsiuria renal), adanya peningkatan resorpsi tulang
(hiperkalsiuria resoptif) yang banyak terjadi pada hiperparatiridisme
primer atau tumor paratiroid dan abnormalitas struktur biasanya
pada daerah pelvikalises ginjal.
b. Hiperoksaluria
Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai
pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan
kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk
sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
c. Hiperurikosuria
Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam
urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat
bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari
metabolisme endogen.
d. Hipositraturia
Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis
tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik
golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
e. Hipomagnesiuria
Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium
akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga
mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
2. Batu Struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu
ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini memudahkan
garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat membentuk
batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman kuman
pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter,
pseudomonas, dan stapillokokus
3. Batu Asam Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak
dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan
obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat).
Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar
untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya
batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2
liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
4. Batu Cystin
Batu cystin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan
orang tua, jarang ditemukan pada usia remaja. Cystunuria
mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi
penghambat atosomonal.

1.3 ETIOLOGI
Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal,
kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium
sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa dibuktikan yang sering menjadi
predisposisi adalah infeksi saluran kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia,
hipervitaminosis D dan hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta
alkali cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine (Tambayong,
2000).
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Menurut Brunner dan Suddath (2002), ada beberapa faktor yang


dapatmenyebabkan batu ginjal, yaitu :
1) Infeksi
2) Stasis urin
3) Periode imobilitas (drainase renal yang lambat dari perubahanmetabolism
kalsium)
4) Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan hiperkalsuira (kalsiumurin
tinggi).

1.4 PATOFISIOLOGI
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus
darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal
bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin
dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan
juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau urin
ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan
adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang
berakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat (Tambayong, 2000).
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori ;
1. Teori supersaturasi Tingkat kejenuhan komponen-komponen
pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang
banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian
timbul menjadi batu.
2. Teori matriks Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65%
protein, 10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks
menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori kurang inhibitor Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir
dalam jumlah yang melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat
penghambat pengendapat. Phospat mukopolisakarida dan dipospat
merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi
kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori epistaxi Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara-
bersama-sama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang
merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam
urat yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu
kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori kombinasi Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam
teori di atas.

1.5 MANIFESTASI KLINIS

Menurut Purnomo (2014) dan Brunner & Suddarth (2002) beberapatanda dan
gejala yang dapat ditemukan dan dirasakan pada pasien batuginjal yaitu :
a. Nyeri Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik.
Nyerikolik terjadi akrena aktivitas peristaltic otot polos sistem
kalisesataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu
darisaluran kemih.
b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.
c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemihkarena
batu.
d. Demam
e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
gangguan pada pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakter
isitiknya.Akibat dari gangguan ini,maka terjadilah perubahan dalam
frekuensi buang air kecil.mungkin buang air kecil lebih sering dan
lebih banyakdari pada biasanya dengan warna urin yang pucat. Dan
mungkin buangair kecil dalam jumlah sedikit dari biasanya dengan urin
yang berwarna gelap.
f. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya,
yaknimengeluarkan cairan atau toksin dalam tubuh , maka
tubuh akandipenuhi cairan yang mengakibatkan pembengkakan
terhadap beberapa bagian tubuh , diantaranya di bagian kaki,
pergelangan kaki,wajah dan atau tangan.
g. Tubuh cepat lelah / kelelahan
Ginjal yang sehat memproduksi hormon yang disebut
denganerythropoietin yang mempunyai fungsi sebagai memerintahkan
tubuhuntuk membuat oksigen yang membawa sel darah merah.
Ketikatubuh mengalami gagal ginjal, maka
ginjal hanya memproduksisedikit. Dengan demikian karena sel-sel darah
merah pembawaoksigen tadi berkurang sehingga otot dan otak
tubuh menjadi cepatlelah. Kondisi ini disebut juga sebagai anemia. Oleh
karena itu,apabila mengalami anemia yang berkelanjutan, hati-hati karena
haltersebut bisa saja merupakan gejala penyakit ginjal.
h. Bau Mulut / ammonia breath
Penumpukan limbah dalam darah (disebut juga sebagai
uremia)karena adanya gagal ginjal dapat membuat rasa tidak enak
dalammakanan dan bau mulut yang busuk.juga bisa mendadak
berhentimenyukai daging dan kehilangan berat badan drastis. Di
beberapakasus ada juga yang merasa bau mulutnya seperti meminum
cairan besi.

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Purnomo (2014) pemeriksaan penunjang untuk mengetahui batu
ginjal dapaat dilaksanakan melalui beberapa pemeriksaan, yaitu :
a. Foto polos abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara
batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
b. Pielografi Intra Vena (IVU)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal. Selain
itu IVU dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akbiat adanya penurunan
fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograde.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU,
yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat
menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai
echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal.
Diagnosis dapat juga ditegaakan dengan uji kimia darah dan urin 24 jam
untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium, pH, dan
volume total merupakan bagian dari upaya diagnostic. Riwayat diet dan
medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga didapatkan
untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu pada
pasien (Brunner & Suddarth, 2002).

1.7 PENATALAKSANAAN
Menurut Purnomo (2014) beberapa penatalaksanaan pada batu ginjal yaitu :
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang
dari 5 mm, karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine
dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong
batu keluar dari saluran kemih.

b. ESWL (Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)


Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang sedang
keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan hematuria.

c. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu
dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi
gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi
yaitu :
1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan
batu yang berada di dalam saluran ginjal degna cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
2) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3) Ureteroskopi atau ureto-renoskopi adalah dengan memasukkan alat
utereskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem
pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada
di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntutan uteroskopi/uterorenoskopi ini.
4) Ektraksi dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
e. Bedah terbuka
Di klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi, maupun ESWL, pengambilan
batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka
itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi unutk mengambil batu
pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang
pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena
ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteks
sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih
yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.

1.8 PENCEEGAHAN
Setelah batu dikeluarkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya
adalah upaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu
yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan
adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi
urine 2-3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan
adalah:
5. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine
dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
6. Rendah oksalat
7. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuria
8. Rendah purin
9. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria
absorbtif type II

1.9 KOMPLIKASI
1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan
atau pengangkatan batu ginjal.
4. Obstruksi
5. Hidronephrosis.
1.10 WOC
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Konsep Keperawatan


2.1 Pengkajian
a. Identitas
Nama : Dengan inisial
Umur : Paling sering 30 – 50 tahun
Jenis kelamin : Lebih banyak pada pria
Alamat : Tinggal di daerah panas
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama : Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik
dan kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.
2) Riwayat Penyakit Dahulu : Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal,
pernah menderita penyakit infeksi saluran kemih.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga menderita batu ginjal dan hipertensi
c. Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan management
Pola ini akan menjelaskan bagaimana penderita batu ginjal ini mengatasi
penyakit yang di deritanya,apakah langsung di bawa ke rumah sakit atau tidak.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Menjelaskan bagaimana makan klien, apakah mengalami muntah. Dan
biasanya klien sering mengalami hidrasi
3) Pola eliminasi
Klien akan mengalami gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit. Dan biasanya klien terserang diare
4) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan klien akan terganggu, karena klien mengalami
nyeri dan bengkak pada tungkai
5) Pola kognitif dan perceptual
Biasanya klien yang menderita batu ginjal tidak mengalami gangguan
pada penglihatan, dan pendengaran
6) Pola istirahat dan tidur
Biasanya tidur dan istirahat klien terganggu, karena merasakan nyeri
yang sangat hebat pada daerah tungkai

7) Pola konsep diri dan persepsi


Biasanya klien sering merasa cemas akan penyakitnya
8) Pola peran dan hubungan
Klien lebih sering menutup diri, dan sering mengabaikan perannya baik
sebagai suami, maupun ayah.
9) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya klien yang menderita batu ginjal mengalami gangguan
reproduksi dan seksual nya, sehingga iya tidak dapat memenuhi kebutuhan
seksualnya.
10) Pola coping dan toleransi
Klien yang menderita batu ginjal cenderung stres, karena cemas
memikirkan penyakitnya, yang tak kunjung sembuh.
11) Pola nilai dan keyakinan
Klien agak susah melakukan aktivitas ibadah nya, karena dirumah sakit
klien menggunakan kateter.

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu


dikaji adalah:
1) Aktivitas/istirahat:
Gejala:
a) Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk.
b) Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi.
c) Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama).

2) Sirkulasi
Tanda:
a) Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
b) Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3) Eliminasi
Gejala :
a) Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
b) Penurunan volume urine
c) Rasa terbakar, dorongan berkemih
d) Diare
Tanda:
a) Oliguria, hematuria, piouria
b) Perubahan pola berkemih
c) Makanan dan cairan:
4) Nutrisi
Gejala:
a) Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
b) Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
c) Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
a) Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
b) Muntah
5) Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
a) Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu
(batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
a) Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
b) Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6) Keamanan:
Gejala:
a) Penggunaan alkohol
b) Demam/menggigil
7) Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
a) Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis
b) Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
c) Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul,
fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) pasien yang diduga mengalami batu ginjal
dikaji terhadap adanya nyeri dan ketidaknyamanan. Keparahan dan lokasi nyeri
ditentukan bersamaan dengan radiasi nyeri. Pasien juga dikaji akan adanya gejala yang
berhubungan seperti mual, muntah, diare, dan distensi abdomen. Pengkajian
keperawatan mencakup obserasi tanda-tanda infeksi traktus urinarius (menggigil,
demam, disuria, sering berkemih, dan hesitancy) dan obstruksi (berkemih sering
dengan jumlah urin sedikit, oliguria, atau anuria). Selain itu, urin diobsevrasi akan
adanya darah dan disaring untuk kemungkinan adanya batu atau kerikil.
Riwayat difokuskan pada faktor predisposisi penyebab terbentuknya batu di
traktus urinarius atau faktor pencertus episode kolik renal atau ureteral. Faktor
predisposisi penyebab terbentuknya batu mencakup riwayat adanya batu dalam
keluarga, kanker atau gangguan pada sumsum tulang,atau diet tinggi kalsium atau
purine. Faktor yang dapat mencetuskan pembentukan batu pada pasien yang terkena
batu ginjal mencakup episode dehidrasi, imobilisasi yang lama dan infeksi.
Pengetahuan pasien tentang batu renal dan upaya unutk mencegah kejadian dan
kekambuan juga dikaji.

2.2 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Kekurangan volume cairan
Definisi : Penurunan cairan intravascular, interstitial, dan/atau intraseluler. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
c. Gangguan eliminasi urin
Definisi : disfungsi eliminasi urin
d. Risiko infeksi
Definisi : Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organism patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan.
e. Ansietas
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.

2.3 Intervensi Keperawatan


NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1 Nyeri Akut Kontrol Nyeri 1. Catat lokasi, 1. Membantu
Klien diharapkan lamanya/intensitas nyeri evaluasi tempat
mampu untuk : (skala 1-10) dan obstruksi dan
 Menilai factor penyebarannya. kemajuan gerakan
penyebab Perhatiakn tanda non batu.
 Menilai gejala dari verbal seperti:
nyeri peningkatan TD dan DN, 2. Melaporkan nyeri
 Gunakan tanda gelisah, meringis, secara dini
tanda vital merintih, menggelepar. memberikan
memantau kesempatan
perawatan pemberian

 Laporkan tanda / analgesi pada

gejala nyeri pada 2. Jelaskan penyebab nyeri waktu yang tepat

tenaga kesehatan dan pentingnya dan

professional melaporkan kepada staf

 Gunakan catatan perawatan setiap 3. Meningkatkan

nyeri perubahan karakteristik relaksasi dan

Tingkat nyeri yang terjadi. menurunkan

Kenyamanan ketegangan otot.

 Klien diharapkan
mampu untuk 3. Lakukan tindakan yang 4. Mengalihkan
mendukung kenyamanan perhatian dan
 Melaporkan
(seperti masase membantu
Perkembangan
ringan/kompres hangat relaksasi otot.
Fisik
pada punggung,
 Melaporkan lingkungan yang tenang)
perkembangan 5. Aktivitas fisik dan
kepuasan 4. Bantu/dorong hidrasi yang
 Melaporkan pernapasan dalam, adekuat
perkembangan bimbingan imajinasi dan meningkatkan
psikologi aktivitas terapeutik. lewatnya batu,
 Mengekspresikan mencegah stasis
perasaan dengan 5. Batu/dorong urine dan
lingkungan fisik peningkatan aktivitas mencegah
sekitar (ambulasi aktif) sesuai pembentukan batu

 Mengekspresikan indikasi disertai asupan selanjutnya.

kepuasan dengan cairan sedikitnya 3-4

Kontrol nyeri liter perhari dalam batas 6. Obstruksi lengkap

Tingkatan Nyeri toleransi jantung. ureter dapat

Klien diharapkan menyebabkan

mampu untuk: 6. Perhatikan perforasi dan

 Melaporkan Nyeri peningkatan/menetapnya ekstravasasiurine

 Ekspresi nyeri keluhan nyeri abdomen. ke dalam area

lisan perrenal, hal ini


merupakan
 Ekspresi
kedaruratan bedah
wajah saat nyeri
7. Kolaborasi pemberian akut.
 Melindungi bagian
obat sesuai program
tubuh yang nyeri
terapi: 7. Analgetik (gol.
 Perubahan
- Analgetik narkotik) biasanya
frekuensi
diberikan selama
pernapasan
episode akut
untuk
- Antispasmodik menurunkan kolik
ureter dan
meningkatkan
- Kortikosteroid relaksasi
otot/mental.
2 Kekurangan Keseimbangan 1. Awasi asupan dan 1.Mengevaluasi
volume Elektrolit Asam haluaran adanya stasis
cairan dan Basa urine/kerusakan
Klien diharapkan ginjal.
mampu untuk: 2. Catat insiden dan
 Denyut jantung karakteristik muntah, 2.Mual/muntah dan
 Irama jantung diare. diare secara umum
 Pernapasan berhubungan

 Irama napas dengan kolik ginjal

 Kekuatan otot karena saraf

Keseimbangan 3. Tingkatkan asupan ganglion seliaka

Cairan cairan 3-4 liter/hari. menghubungkan

Klien diharapkan kedua ginjal

mampu untuk: dengan lambung.

 Tekanan darah 4. Awasi tanda vital.

 Tekanan arteri
3.Mempertahankan
 Tekanan vena
5. Timbang berat badan keseimbangan
sentral
setiap hari. cairan untuk
 Palpasi nadi
homeostasis, juga
perifer
dimaksudkan
 Kesimbangan
6. Kolaborasi pemeriksaan sebagai upaya
intake & output
HB/Ht dan elektrolit. membilas batu
(24jam)
keluar.
 Kestabilan berat
7. Berikan cairan infus
badan
sesuai program terapi. 4.Indikator
 Konfusi yang
hiddrasi/volume
tidak tampak
8. Kolaborasi pemberian sirkulasi dan
 Hidrasi kulit
diet sesuai keadaan kebutuhan
Hidrasi
klien. intervensi.
Klien diharapkan
mampu untuk: 5.Peningkatan BB
 Hidrasi kulit yang cepat
 Kelembaban 9. Berikan obat sesuai mungkin
membran program terapi berhubungan
mukosa (antiemetik misalnya dengan retensi.
 Haus yang Proklorperasin/
abormal (-) Campazin). 6. Mengkaji hidrasi

 Perubahan suara dan efektiviatas

napas (-) intervensi.

 Napas pendek (-)


 Mata yang 7. Mempertahankan

cekung (-) volume sirkulasi


(bila asupan per
 Demam (-)
oral tidak cukup)
 Keringat

8. Makanan mudah
cerna menurunkan
aktivitas saluran
cerna, mengurangi
iritasi dan
membantu
mempertahankan
cairan dan
keseimbangan
nutrisi.

9. Antiemetik
mungkin
diperlukan untuk
menurunkan
mual/muntah.
3 Gangguan Eliminasi Urin 1. Awasi asupan dan 1. Memberikan
Eliminasi Klien diharapkan haluaran, karakteristik informasi tentang
Urin mampu untuk: urine, catat adanya fungsi ginjal dan
 Pola eliminasi keluaran batu. adanya
 Bau urin komplikasi.
 Jumlah urin 2. Tentukan pola berkemih Penemuan batu

 Warna urin normal klien dan memungkinkan

 Partikel urin perhatikan variasi yang identifikasi tipe

yang bebas terjadi. batu dan

 Kejernihan urin mempengaruhi


pilihan terapi.
 Pencernaan
yang 3. Dorong peningkatan 2. Batu saluran kemih
cairan
asupan cairan. dapat
adekuat
menyebabkan
 Keseimbangan
4. Observasi perubahan peningkatan
intake dan output
status mental, perilaku eksitabilitas saraf
dalam 24 jam
atau tingkat kesadaran. sehingga
 Urin yang keluar
menimbulkan
tidak disertai
sensasi kebutuhan
nyeri
5. Pantau hasil berkemih segera.
 Urin yang tak
pemeriksaan Biasanya frekuensi
lancar keluar
laboratorium (elektrolit, dan urgensi
 Urin yang keluar
BUN, kreatinin) meningkat bila
dengan tergesa-
batu mendekati
ge
6. Berikan obat sesuai pertemuan
 Pengawasan urin
indikasi: uretrovesikal.
 Pengosongan
- Asetazolamid 3. Peningkatan
kandung kemih
(Diamox), Alupurinol hidrasi dapat
dengan lengkap
(Ziloprim) membilas bakteri,
 Tahu akan
- Hidroklorotiazid darah, debris dan
keluarnya urin
(Esidrix, Hidroiuril), membantu
Klortalidon lewatnya batu.
(Higroton)
- Amonium klorida, 4. Akumulasi sisa
kalium atau natrium uremik dan
fosfat (Sal-Hepatika) ketidakseimbanga
- Agen antigout mis: n elektrolit dapat
Alupurinol (Ziloprim) menjadi toksik
- Antibiotika pada SSP.
- Natrium bikarbonat 5. Peninggian BUN,
kreatinin dan
7. Pertahankan patensi elektrolit
kateter tak menetap menjukkan
(uereteral, uretral atau disfungsi ginjal.
nefrostomi). 6. Meningkatkan ph
urine (alkalinitas)
8. Irigasi dengan larutan untuk menurnkan
asam atau alkali sesuai pembentukan batu
indikasi. asam.
7. Mengasamkan
urine untuk
9. Siapkan klien dan bantu mencegah
prosedur endoskopi. berulangnya
pembentukan batu
alkalin.
8. Mengubah ph
urien dapat
membantu
pelarutan batu dan
mencegah
pembentukan batu
selanjutnya.
9. Berbagai prosedur
endo-urologi dapat
dilakukan untuk
mengeluarkan
batu.

4 Risiko Kontrol Resiko 1. Cuci tangan setiap 1. Meminimalisir


infeksi  Mengetahui sebelum dan sesudah resiko terjadinya
resiko tindakan keperawatan infeksi.
2. Batasi pengunjung bila
 Memonitor 2. Mengurangi tingkat
perlu
faktor resiko kontaminasi pasien
3. Intruksikan kepada
lingkungan dengan orang lain.
pengunjung untuk
3. Mencegah terjadinya
 Memonitor mencuci tangan saat
infeksi silang
faktor resiko dari berkunjung dan setelah
4. Mengetahui
tingkah laku berkunjung
terjadinya infeksi
 Mengembangkan meninggalkan pasien
dan menjadi dasar
strategi control 4. Inspeksi kulit dan
penentuan intervensi
secara efektif membran mukosa
selanjutnya
terhadap kemerahan,
5. Nutrisi yang adekuat
panas, drainase
dapat memperkuat
5. Tingkatkan intake nutrisi
sistem imunitas
6. Instruksikan kepada
tubuh
pasien untuk minum
6. Mencegah terjadinya
antibiotik sesuai resep
infeksi
5 Ansietas a. Anxiety control NIC 1. Memberikan rasa
b. Coping Anxiety Reduction nyaman kepada
c. Impulse control (penurunan kecemasan) pasien
1. Gunakan pendekatan
Setelah dilakukan yang menenangkan 2. Agar klien dapat
tindakan 2. Jelaskan semua mengerti dan
keperawatan selama prosedur dan apa yang memahami
…. Pasien dirasakan selama prosedur yang
bertoleransi prosedur akan dilaksanakan
terhadap aktivitas 3. Instruksikan kepada 3. Dapat mengurangi
dengan Kriteria pasien untuk kecemasan pasien
Hasil : menggunakan teknik 4. Support dari
1. Klien mampu relaksasi keluarga dapat
mengidentifikasi 4. Libatkan keluarga mengurangi
dan untuk mendampingi kecemasan pasien
mengungkapkan pasien 5. Pemberian obat
gejala cemas 5. Kolaborasi pemberian cemas dapat
2. Mengidentifikasi, obat anti cemas menurunkan
mengungkapkan kecemasan pasien
dan menunjukkan
tehnik untuk
mengontol cemas
3. Vital sign dalam
batas normal
Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras
seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Batu ginjal terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis
serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering
terjadi. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau
kalsium. Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin.
Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan
kemungkinan timbulnya batu residif.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih
yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Tetapi batu ginjal dapat
dicegah dengan menghindari dehidrasi dengan minum cukup upayakan produksi urine
2 - 3 liter per hari, diet rendah zat/komponen pembentuk batu, aktivitas harian yang
cukup dan medikamentosa.

3.2 SARAN
1. Sebagai perawat kita harus selalu sigap dalam penanganan penyakit batu
ginjal. Selain itu perawat juga memberi health education kepada klien dan keluarga
agar mereka paham dengan batu saluran kemih dan bagaimana pengobatannya
2. sebagai perawat diharapkan agar dapat meningkatkan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan serta pengetahuannya sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang optimal terkhususnya pada pasien dengan
penyakit batu ginjal
3. Diharapkan makalah tentang batu ginjal ini dapat terus diperbaiki kekurangannya
sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan,
serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Muttaqin Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.
Salemba medika. Jakarta.

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. EGC. Jakarta

Purnomo, Basuki. 2014. Dasar-dasar Urologi. Sagung Seto. Jakarta

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai