Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

HYPEREMISIS GRAVIDARUM

Disusun oleh :

1. Bagas Pratama A
2. Cindy Nilasari S
3. Gunawan Sudarmono
4. Ilfi Nur Diana A
5. Laily Nurhanita
6. Mariatul Qiptiyah
7. Maulana Risky

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterimakasih pada Bapak/Ibu
dosen yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenandan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................

Daftar Isi.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................
1.3 Tujuan ......................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hyperemesis Gravidarum ..........................................................................
2.2 EtiologiHyperemesis Gravidarum ...........................................................................
2.3 Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum...................................................................
2.4 WOC Hyperemesis Gravidarum ..............................................................................
2.5 Manifestasi Klinis Hyperemesis Gravidarum..........................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang Hyperemesis Gravidarum .................................................
2.7 Penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum.............................................................
2.8 Komplikasi Hyperemesis Gravidarum ....................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan .......................................................................................
3.2 Analisa Data Keperawatan ....................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan ..........................................................................................
3.4 Intervensi Keperawatan .........................................................................................
3.5 Implementasi Keperawatan ...................................................................................
3.6 Evaluasi Keperawatan ...........................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN .....................................................................................................
4.2 SARAN .................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
terdapat pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2007).
Mual muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga darah
menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah ke jaringan terlambat. Jika hal itu
terjadi,maka konsumsi oksigen dan makanan kejaringan juga ikut berkurang. Kekurangan
oksigen dan makanan ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat
mengurangi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya.Kasus semacam ini
memerlukan penanganan yang serius (Hidayati, 2009).
Hiperemesis gravidarum dapat menimbulkan dampak psikologis berupa kecemasan,
rasa bersalah dan marah jika gejala mual dan muntah semakin memberat.Selain itu dapat
terjadi konflik antara ketergantungan terhadap pasangan dan kehilangan kontrol jika wanita
sampai berhenti bekerja. Kontak dengan orang lain juga berubah karena wanita mengalami
perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya. Hal ini dapat menimbulkan
perasaan terisolasi dan kesendirian yang menyatakan bahwa satu dari tiga wanita dengan mual
dan muntah mengalami stres dan perpecahan dalam keluarga, gangguan emosional dan
gangguan fungsi sosial. Hal ini terjadi pada wanita yang bekerja di mana hampir 50%
mengalami penurunan efisiensi kerja dan 25% membutuhkan waktu untuk istirahat
Bekerja.Stres dianggap sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum
dimana stres ini merupakan bentuk psikologik yang memegang peranan yang penting pada
penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum
diketahui dengan pasti. Kondisi rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagaipelarian karena kesukaran hidup
(Mitayani,2009).
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari
kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.
Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami
hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Mual dan muntah yang
berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya
pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur
kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan gejala-gejala dapat berlanjut
melampaui 20-22 minggu. Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. J.
Fitzgerald (1938-1953) melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia,
menemukan bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko untuk
terjadinya hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita
yang kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7 dari
19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari hiperemesis gravidarum?
2. Apa saja etiologi dari hiperemesis gravidarum?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit hiperemesis gravidarum ?
4. Bagaimana WOC dari hiperemesis gravidarum?
5. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit hiperemesis gravidarum?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada hiperemesis gravidarum?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit hiperemesis gravidarum?
8. Apa saja komplikasi yang di timbulkan hiperemesis gravidarum?
9. Bagaimana asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari penyakit hiperemesis gravidarum.
2. Mengetahui etiologi penyakit hiperemesis gravidarum.
3. Mengetahui patofisiologi dari hiperemesis gravidarum.
4. Mengetahui WOC hiperemesis gravidarum.
5. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit hiperemesis gravidarum.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada hiperemesis gravidarum.
7. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit hiperemesis gravidarum.
8. Mengetahui komplikasi yang di timbulkan hiperemesis gravidarum.
9. Mengetahui asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
1.4 Manfaat
Diharapkan mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis
gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang
mengalami hiperemesis gravidarum
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu
hamil,seseorang itu menderita hipermesis gravidarum jika seseorang ibu memuntahkan segala
macam yang dimakan dan diminumkan hingga berat badan ibu sangat turun, tugor kulit
kurang deureseskurang dan timbul aseton dalam air kencing. (Wiknjosastro,2010)
Hipermisis Gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20
minggu,muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan
sehingga memengaruhi keadaan umum dan perkerjaan sehari-hari, BB menurun,
dehidrasi,dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendicitis, pileititis,
dan sebagainya ( Joseph HK, M. Nugroh,.2016 ).
Hipermisis gravidarum adalah emisis gravidarumyang telah berlebihan sehingga
menimbulkan gejala klinis serta menggangu kehidupan sehari-hari. (Mauaba,2014 ).

2.2 Etiologi
Hiperemesis Gravidarum dapat disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi dan
hipertiroidisme, yang mungkin disebabkan peningkatan kadar gonadotropin korionik manusia.
Beberapa faktor predisposisi (Goodwin mentero,2010) :
1. Primigravida, mola hidotidosa, diabetes, dan kehamilan ganda akibaT peningkatan kadar
HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasI maternal dan perubahan
metabolik.
3. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab.
4. Faktor Endokrin : Hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.
Mual muntah disebabkan oleh masuknya bagian vilus ke dalam peredaran darah
ibu,perubahan endokrin misalnya hipofungsi cortex gi suprarenalis perubahan metabolik
dan kurangnya pergerakan lambung.
2.3 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini
terjadi trisemester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin
berasal dari sistem saraf akibat berkurangnya pengosongan lambung. (Wiknjosastro.2006).
Peningkatan hormon progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal
mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung
melambat. Refluks egofagus, penurunan motilitas lambung dan peningkatan sekresi asam
hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat
dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan dan
social cultural. Faktor Psikologis ini merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormone.
(Runiari.2010).

Kekurangan intake dan kekurangan cairan karena muntah menyababkan dehidrasi,


sehingga cairan ekstraselular dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah
maupun dalam urine turun, selain itu dehidrasimenyebabkan homokonsentrasi sehingga
menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang. Kurangnya kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah
banyak, sehingga dapat merusak hati. (Runiari.2010).
Pencernaan serta absorbsi Karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat
mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika
tidak ada karbohidrat maka lemak digunakan untuk menghasilkan energy, akibatnya beberapa
hasil pembakaran dari metabolism lemak terdapat dalam darah dan urine (Terdapat atau
kelebihan keton dalam urin). (Runiari.2010)
2.4 Woc

Faktor organik,faktor psikologi dan faktor endokrin

Penurunan pengosongan lambung

Peningkatan tekanan gastrer

Hiperemesis gravidarum

Mual mutah Iritasi pada Kehilangan cairan berlebih


selaput lendir
esofagus
dehidrasi
Intake cairan
menurun
Lidah kering
hemokonsentrasi
Tubuh
kekurangan Penurunan sensasi
cairan kecap Aliran darah ke jaringan menurun

Hipovolemia Penurunan kesadaran


Nafsu makan
menurun

Perfusi
Defisit Nutrisi Perifer Tidak
Efektif
Metabolisme intra
sel menurun

Perubahan
Otot lemah
status kesehatan

Kurang pengetahuan Kelemahan tubuh

Koping tidak efektif Intoleransi Aktivitas

Ansietas
2.5 Manifestasi Klinis

Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis gravidarum
belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah tersebut sampai
mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari sudah dapat
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya
gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium.
Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
menurun, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah mengering
dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit
ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,
oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan, karena mempunyai
aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.

2.6 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan


menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah, tes
fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat
dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis
gravidarum dengan hipertiroid 5060 % terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi
infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan
berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.
Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun
mola hidatidosa.
2.7 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi
lebih sering.
 ·Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
 Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
 Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
2. Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan
Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin
hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin,
Avomin
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat
ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
5. Diet
a) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat I.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam
semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari.
b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua
zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
c) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis gravidarum alntara lain


1. Komplikasi ringan:
Kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kekurangan gizi, alkalosis,
hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik, tetani, dan gagguan
psikologis.
2. Komplikasi yang mengancam kehidupan:
Rupture oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat, encephalophaty wernicke’s,
mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage, kerusakan ginjal, pneumomediastinum
secara spontan, keterlambatan pertumbuhan didalam kandungan, dan kematian janin.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Ilustrasi Kasus


Suatu hari di Rumah Sakit Ratih kota Malang, Ny.S hamil 10minggu datang dengan
keluhan nyeri pada epigastrium mual muntah sehari 10x. Ny.S merasa lemah lesu, nafsu
makan menurun dan tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Setelah dilakukan
pengkajian didapatkan hasil ttv dengan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 100x/menit,
RR 20x/menit, suhu 38oC. Berat badan pasien menurun dari 56kg menjadi 54kg,
konjungtiva anemis, turgor kulit menurun, crt < 3detik.
3.2 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 20 agustus 2017

HPMT :18 Juli 2017

Diagnosa Medis : Hyperemesis Gravidarum

a. Identitas Pasien
1. Pasien
Nama : Ny S

Umur : 21

Alamat : Papar

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku Bangsa : jawa

2. Suami
Nama : Tn Z

Umur : 35

Alamat : Papar

Agama : Islam
Pekerjaan : PNS

Suku Bangsa : Jawa

b. Riwayat haid
1. Apakah Haid Teratur.
Pasien mengatakan haid teratur setiap bulan sebelum ia mengalami kehamilan.

2. Siklus berapa.
Pasien mengatakan siklus haid pasien kurang lebih 30 hari.

3. Apakah ada masalah dengan haid.


Pasien mengatakan tidak ada masalah haid sebelumnya.

4. HPHT / HPMT
18 Juli 2017

c. Riwayat perkawinan
1. Menikah / Belum
Pasien mengatakan menikah pada awal bulan tahun lalu dengan pasangannya.

2. Menikah berapa lama


Pasien mengatakan menikah kurang lebih 1 tahun lalu.

LEOPOLD

Tujuan : Menentukan bagian terbawah janin.

Bagian bawah sudah masuk PAP.

a. Riwayat Kehamilan lalu


Hamil Ke Masalah dalam Kehamilan
Pertama Mual muntah berlebih

b. Riwayat persalinan lalu


Partus Proses Lama Tempat Penolong Masalah
Ke persalinannya persalinan persalinan persalinan persalian
- - - - - -
c. Riwayat nifas lalu
Masalah nifas yang Masalah bayi yang pernah Keadaan anak
dialami dialami
- - -

d. Riwayat Keluarga Berencana


1. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan
Pasien mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sama sekali.

2. Jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalian.


Pasien mengatakan berencana menggunakan implan

3. Jumlah anak yang direncanakan.


Pasien mengatakan berencana memiliki 1 anak

e. Riwayat Psikososial
1.Alasan ibu datang ke klinik.
Pasien mengatakan datang ke rumah sakit mengeluhkan mual muntah lebih dari 10x/
hari.

2.Perubahan yang timbul saat kehamilan.


Pasien mengatakan saat hamil sering mengalami nyeri pada epigastrium sehingga nafsu
makan berkurang

3.Harapan tentang kehamilannya


Pasien mengatakan berharap mual dan muntahnya berkurang.

4.Orang yang tinggal bersama


Pasien mengatakan tinggal di rumah dengan suaminya dan pembantu.

5.Orang yang terpenting


Pasien mengatakan orang terpenting adalah anaknya.

6.Dampak yang terjadi pada keluarga dengan kunjungan ke klinik.


Keluarga mengatakan panik dengan keadaan yang di alami pasien.
7.Apa suami mau menemani ke klinik.
Pasien mengatakan datang dengan suami .

8.Rencana tempat melahirkan.


Pasien mengatakan rencana melahirkan dirumahsakit.

9.Rencana menyusui.
Pasien mengatakan ingin memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

f. Kebutuhan Dasar Khusus


1. Ketidaknyamanan.
Pasien mengatakan nyeri pada epigastrium.

2. Istirahat tidur
Pasien mengatakan istirahat tidak teratur selama kehamilannya.

3. Hygiene prenatal
Pasien mengatakan membersihkan organ kewanitaannya dengan teratur.

4. Pergerakan
Pasien mengatakan sulit untuk melakukan mobilisasi selama kehamilannya.

5. Penglihatan
Pasien mengatakan pengelihataanya normal.

6. Pendengaran
Pasien mengatakatan tidak ada masalah dengan pendengarannya selama
kehamilannya.

7. Cairan
Pasien mengatakan sering merasa lemas.

8. Nutrisi
Pasien mengatakan kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi selama masa kehamilan.

9. Eliminasi
Pasien mengatakan bisa BAB dan buang air kecilnya dengan normal.

10. Oksigenasi
Pasien mengatakan pola oksigenasinya normal.

11. Seksual
Pasien mengatakan seksualitasnya tidak terganggu.

g. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah

Kelainan bentuk badan :normal

Kesadaran : Comosmetis

Keadaan Vital sign : 100/70mmHg

Nadi : 100x/m

Respirasi : 20x/m

Suhu : 38derajat

2. Pemeriksaan kebidanan
 Muka

Bentuk oval, warna kulit sawo matang, tidak ada chloasma, tidak ada bekas operasi,
tidak ada edema.

 Leher

tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

 Dada

Inspeksi : normal

Palpasi : normal

Perkusi : normal

Auskultasi : normal

 Perut

Tidak ada bekas luka operasi.

Palapsi Leopold I : TFU ½ pusat symphisis.

Leopold II : tidak dilakukan.


Leopold III : tidak dilakukan.

Leopold IV : dilakukan.

Aukultasi DJJ : teratur 138x/menit.

 Ekstermitas

Atas : simetris, gerkan aktif, kuku tidak anemis

Bawah : simetris, gerkan ternganggu , kuku tidak anemis, tidak sianosis, reflek
patella aktif.

 Genetalia : normal

3.4 Analisa Data

NO Data Etiologi Problem


1. Ds : Mual muntah Hipovolemia
 Pasien mengatakan
lemas

Intek cairan
Do : menurun
 Conjungtiva anemis
 Crt  3 detik
 N : 100x/menit
 S : 38 C Tubuh kekurangan
 TD : 100/70 mmHg cairan
 RR : 20x/menit
2. DS: Hiperemesis Defisit Nutrisi
- Pasien mengatakan gravidarum
muntah 10x /hari
- Pasien mengatakan
lemah dan lesu Iritasi pada selaput
- Pasein mengatakan lendir esofagus
tidak nafsu makan.
DO:
- BB awal 52 kg, BB Lidah kering
sekarang 50 kg
- Paisen mau makan hanya
2 sendok / jam Penurunan sensasi
- N:100xmenit kecap
- TD:110/70 mmHg
- S:38C
- RR:20x/menit Nafsu makan
menurun

3. DS: Metabolisme intra Intoleransi aktifitas


- Pasien mengatakan sel menurun
lemas dan tidak
beraktifitas apapun
seharian
DO: Otot lemah
- Pasien tampak lemas
- Pasien anemis
- N:100x/menit
- S:38C Kelemahan tubuh
- TD:100/70 mmHg
- RR:20x/menit

3.5 Diagnosa Keperawatan

1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorsi nutrien
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

3.6 Intervensi

NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intek
b.d 3x24 jam diharapkan output yang akurat
kehilangan kebutuhan cairan terpenuhi 2. Monitor status dehidrasi.
cairan aktif dengan kriteria hasil : 3. Monitor vital sign
4. Monitor masukan
1. TTV dalam batas normal makanan/cairan dan
Tidak ada tanda-tanda hitung intake kalori
dehidrasi, elastis turgor kulit harian.
baik, membran mukosa 5. Kolaborasi pemberian
lembab, tidak ada rasa haus cairan IV.
yang berlebihan. 6. Monitor status nutrisi.
7. Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar).
8. Kaji ttv pasien.
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan status gizi
b.d ketidak 3x24 jam diharapkan pasien dan kemampuan
mampuan pemenuhan nutrisi dapat pasien untuk memenuhi
mengabsorsi terpenuhi dengan kriteria hasil kebutuhan gizi
nutrien : 2. Identifikasi adanya alergi
atau intoleransi makanan
1. Mempertahankan berat yang dimiliki pasien
badan. 3. Tentukan jumlah kalori
2. Masukan oral adekuat. dan jenis nutrisi yang
Nafsu makan kembali normal dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan
gizi
4. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunn dan
kenaikan berat badan
5. Pastikan diet mencakup
makanan tinggi
kandungan serat untuk
mencegah konstipasi.
6. Mengedukasi pasien untuk
makan makanan sedikit
tapi sering.
7. kolaborasi pemberian
antihistamin.
8. kaji ttv pasien

3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Kolaborasi dengan tenaga


aktifitas b.d 3x24 jam diharapkan pasien rehabilitasi dalam
kelemahan mampu beraktifitas dengan merencanakam progam
kriteria hasil : terapi yang tepat.
2. Bantu klien untuk
1. berpartisipasi dalam mengidentifikasi aktifitas
aktivitas fisik tanpa disertai yang mampu dilakukan.
peningkatan tekanan darah, 3. Bantu untuk memilih
nadi dan RR. aktifitas yang konsisten
2. mampu melakukan aktifitas yang sesuai dengan
sehari hari secara mandiri. kemampuan fisik,
3. TTV normal. psikologi, sosial.
4. mampu berpindah dengan 4. Bantu untuk
atau tanpa bantuan alat. mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diperlukan.
5. Bantu klien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
6. Monitor respon fisik,
emosi sosial, spiritual
klien.

3.7 Implementasi

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1 Hipovolemia berhubungan 1. mempertahankan catatan intakr output yang
dengan kehilangan cairan akurat
aktif. 2. Memonitor status dehidrasi.
3. Memonitor vital sign
4. Memonitor masukan makanan/cairan dan hitung
intake kalori harian.
5. mengkolaborasi pemberian cairan IV.

2 Defisit nutrisi berhubungan 1. menentukan status gizi pasien dan


dengan ketidak mampuan kemampuan pasien untuk memenuhi
mengabsorsi nutrien. kebutuhan gizi
2. mengidentifikasi adanya alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki pasien
3. menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi
4. Memonitor kecenderungan terjadinya
penurunn dan kenaikan berat badan.
5. memastikan diet mencakup makanan tinggi
kandungan serat untuk mencegah konstipasi
6. Mengedukasi pasien untuk makan makanan
sedikit tapi sering.
7. mengkolaborasi pemberian antihistamin.
8. menkaji ttv pasien

3 Intoleransi aktifitas 1. mengolaborasi dengan tenaga rehabilitasi dalam


berhubungan dengan merencanakam progam terapi yang tepat.
kelemahan 2. membantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas
yang mampu dilakukan.
3. membantu untuk memilih aktifitas yang
konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, sosial.
4. membantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diperlukan.
5. membantu klien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

3.8 Evaluasi

No Diagnosa Tanggal Evaluasi


1 Hipovolemia 23/07/2017 S:
berhubungan dengan Pasien mengatakan sudah tidak lemas lagi
kehilangan cairan O:
aktif Crt kembali dalam 3 detik
Conjungtiva sudah tidak anemis lagi
TD : 110/80
Nadi : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37 derajat
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 2,3 dan 5
2 Defisit nutrisi 23/07/2017 S:
berhubungan dengan pasien mengatakan sudah mau makan satu
ketidak mampuan porsi
mengabsorsi nutrien pasien menagtakan muntah sudah berkurang
pasien mengtakan perutnya sudah tidak sakit
lagi
O:
Pasien tampak segar
Bb bertambah 0,5 kg
TD : 110/80
Nadi : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37 derajat
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 1 dan 3
3 Intoleransi aktifitas 23/07/2017 S:
berhubungan dengan Pasien mengatakan sudah bisa berjalan sendiri
kelemahan tanpa merasa lemah
O:
Pasien tampak tenang
Pasien terlihat segar
TD : 110/80
Nadi : 60 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37 derajat
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 1,4 dan 5
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hyperemesis Gravidarum adalah memuntahkan segala apa yang dimakan dan


diminum hingga berat badan sangat turun, turgor kulit kurang, dan timbul aceton
dalam air kencing. Hyperemesis Gravidarum disebabkan oleh kadar estrogen yang
tinggi dan hipertroidisme yang mungkin disebabkan peningkatan kadar gonadotropin
korionik manusia.
Menurut berat ringannya gejala hyperemesis dibagi 3 tingkatan yaitu :
- Tingkatan 1 : Ringan, mual muntah sehingga penderita lemah.
- Tingkatan 2 : Sedang, mual dan muntah yang hebat keadaan penderita lebih parah.
- Tingkatan 3 : Berat, keadaan wanita makin menurun dari tingkatan 2.

4.2 Saran

Dengan mempelajari dan memahami tentang Hyperemesis Gravidarum dan.


Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Kami
mohon maaf jika ada kesalahan kata-kata dalam penulisan makalah ini, penulis juga
meminta kritik dan saran agar bisa memperbaiki. Terima kasih.
Daftar Pustaka

Amin H & hadi kusuma.(2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medik


& Nanda Nic-Noc.jogjakarta;Mediaction

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta;DPP


PPNI

Abdul Bari.(2014).Ilmu Kebidanan.Jakarta;PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis gravidarum :
penerapan konsep dan teori keperawatan. Jakarta ; Salemba Medika

Wiknjosastro, Hanifa, 2010, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta : YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai