HYPEREMISIS GRAVIDARUM
Disusun oleh :
1. Bagas Pratama A
2. Cindy Nilasari S
3. Gunawan Sudarmono
4. Ilfi Nur Diana A
5. Laily Nurhanita
6. Mariatul Qiptiyah
7. Maulana Risky
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterimakasih pada Bapak/Ibu
dosen yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenandan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
terdapat pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2007).
Mual muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga darah
menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah ke jaringan terlambat. Jika hal itu
terjadi,maka konsumsi oksigen dan makanan kejaringan juga ikut berkurang. Kekurangan
oksigen dan makanan ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat
mengurangi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya.Kasus semacam ini
memerlukan penanganan yang serius (Hidayati, 2009).
Hiperemesis gravidarum dapat menimbulkan dampak psikologis berupa kecemasan,
rasa bersalah dan marah jika gejala mual dan muntah semakin memberat.Selain itu dapat
terjadi konflik antara ketergantungan terhadap pasangan dan kehilangan kontrol jika wanita
sampai berhenti bekerja. Kontak dengan orang lain juga berubah karena wanita mengalami
perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya. Hal ini dapat menimbulkan
perasaan terisolasi dan kesendirian yang menyatakan bahwa satu dari tiga wanita dengan mual
dan muntah mengalami stres dan perpecahan dalam keluarga, gangguan emosional dan
gangguan fungsi sosial. Hal ini terjadi pada wanita yang bekerja di mana hampir 50%
mengalami penurunan efisiensi kerja dan 25% membutuhkan waktu untuk istirahat
Bekerja.Stres dianggap sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum
dimana stres ini merupakan bentuk psikologik yang memegang peranan yang penting pada
penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum
diketahui dengan pasti. Kondisi rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagaipelarian karena kesukaran hidup
(Mitayani,2009).
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari
kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.
Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami
hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Mual dan muntah yang
berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya
pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur
kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan gejala-gejala dapat berlanjut
melampaui 20-22 minggu. Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. J.
Fitzgerald (1938-1953) melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia,
menemukan bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko untuk
terjadinya hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita
yang kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7 dari
19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga
2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu
hamil,seseorang itu menderita hipermesis gravidarum jika seseorang ibu memuntahkan segala
macam yang dimakan dan diminumkan hingga berat badan ibu sangat turun, tugor kulit
kurang deureseskurang dan timbul aseton dalam air kencing. (Wiknjosastro,2010)
Hipermisis Gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20
minggu,muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan
sehingga memengaruhi keadaan umum dan perkerjaan sehari-hari, BB menurun,
dehidrasi,dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendicitis, pileititis,
dan sebagainya ( Joseph HK, M. Nugroh,.2016 ).
Hipermisis gravidarum adalah emisis gravidarumyang telah berlebihan sehingga
menimbulkan gejala klinis serta menggangu kehidupan sehari-hari. (Mauaba,2014 ).
2.2 Etiologi
Hiperemesis Gravidarum dapat disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi dan
hipertiroidisme, yang mungkin disebabkan peningkatan kadar gonadotropin korionik manusia.
Beberapa faktor predisposisi (Goodwin mentero,2010) :
1. Primigravida, mola hidotidosa, diabetes, dan kehamilan ganda akibaT peningkatan kadar
HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasI maternal dan perubahan
metabolik.
3. Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab.
4. Faktor Endokrin : Hipertiroid, diabetes, dan lain-lain.
Mual muntah disebabkan oleh masuknya bagian vilus ke dalam peredaran darah
ibu,perubahan endokrin misalnya hipofungsi cortex gi suprarenalis perubahan metabolik
dan kurangnya pergerakan lambung.
2.3 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini
terjadi trisemester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin
berasal dari sistem saraf akibat berkurangnya pengosongan lambung. (Wiknjosastro.2006).
Peningkatan hormon progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal
mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung
melambat. Refluks egofagus, penurunan motilitas lambung dan peningkatan sekresi asam
hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat
dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan dan
social cultural. Faktor Psikologis ini merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormone.
(Runiari.2010).
Hiperemesis gravidarum
Perfusi
Defisit Nutrisi Perifer Tidak
Efektif
Metabolisme intra
sel menurun
Perubahan
Otot lemah
status kesehatan
Ansietas
2.5 Manifestasi Klinis
Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis gravidarum
belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah tersebut sampai
mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari sudah dapat
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya
gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium.
Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
menurun, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah mengering
dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit
ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,
oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan, karena mempunyai
aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
2.8 Komplikasi
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Identitas Pasien
1. Pasien
Nama : Ny S
Umur : 21
Alamat : Papar
Agama : Islam
2. Suami
Nama : Tn Z
Umur : 35
Alamat : Papar
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
b. Riwayat haid
1. Apakah Haid Teratur.
Pasien mengatakan haid teratur setiap bulan sebelum ia mengalami kehamilan.
2. Siklus berapa.
Pasien mengatakan siklus haid pasien kurang lebih 30 hari.
4. HPHT / HPMT
18 Juli 2017
c. Riwayat perkawinan
1. Menikah / Belum
Pasien mengatakan menikah pada awal bulan tahun lalu dengan pasangannya.
LEOPOLD
e. Riwayat Psikososial
1.Alasan ibu datang ke klinik.
Pasien mengatakan datang ke rumah sakit mengeluhkan mual muntah lebih dari 10x/
hari.
9.Rencana menyusui.
Pasien mengatakan ingin memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
2. Istirahat tidur
Pasien mengatakan istirahat tidak teratur selama kehamilannya.
3. Hygiene prenatal
Pasien mengatakan membersihkan organ kewanitaannya dengan teratur.
4. Pergerakan
Pasien mengatakan sulit untuk melakukan mobilisasi selama kehamilannya.
5. Penglihatan
Pasien mengatakan pengelihataanya normal.
6. Pendengaran
Pasien mengatakatan tidak ada masalah dengan pendengarannya selama
kehamilannya.
7. Cairan
Pasien mengatakan sering merasa lemas.
8. Nutrisi
Pasien mengatakan kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi selama masa kehamilan.
9. Eliminasi
Pasien mengatakan bisa BAB dan buang air kecilnya dengan normal.
10. Oksigenasi
Pasien mengatakan pola oksigenasinya normal.
11. Seksual
Pasien mengatakan seksualitasnya tidak terganggu.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Comosmetis
Nadi : 100x/m
Respirasi : 20x/m
Suhu : 38derajat
2. Pemeriksaan kebidanan
Muka
Bentuk oval, warna kulit sawo matang, tidak ada chloasma, tidak ada bekas operasi,
tidak ada edema.
Leher
Dada
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
Perkusi : normal
Auskultasi : normal
Perut
Leopold IV : dilakukan.
Ekstermitas
Bawah : simetris, gerkan ternganggu , kuku tidak anemis, tidak sianosis, reflek
patella aktif.
Genetalia : normal
Intek cairan
Do : menurun
Conjungtiva anemis
Crt 3 detik
N : 100x/menit
S : 38 C Tubuh kekurangan
TD : 100/70 mmHg cairan
RR : 20x/menit
2. DS: Hiperemesis Defisit Nutrisi
- Pasien mengatakan gravidarum
muntah 10x /hari
- Pasien mengatakan
lemah dan lesu Iritasi pada selaput
- Pasein mengatakan lendir esofagus
tidak nafsu makan.
DO:
- BB awal 52 kg, BB Lidah kering
sekarang 50 kg
- Paisen mau makan hanya
2 sendok / jam Penurunan sensasi
- N:100xmenit kecap
- TD:110/70 mmHg
- S:38C
- RR:20x/menit Nafsu makan
menurun
3.6 Intervensi
3.7 Implementasi
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1 Hipovolemia berhubungan 1. mempertahankan catatan intakr output yang
dengan kehilangan cairan akurat
aktif. 2. Memonitor status dehidrasi.
3. Memonitor vital sign
4. Memonitor masukan makanan/cairan dan hitung
intake kalori harian.
5. mengkolaborasi pemberian cairan IV.
3.8 Evaluasi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis gravidarum :
penerapan konsep dan teori keperawatan. Jakarta ; Salemba Medika