Lembaga kemasyarakatan berfungsi sebagai pedoman perilaku atau sikap tindak manusia
dan merupakan salah satu sarana untuk memelihara dan mengembangkan integrasi di dalam
masyarakat. Namun demikian, tidak semua norma di dalam masyarakat dengan sendirinya
menjadi bagian dari suatu lembaga sosial tertentu. Hal ini tergantung pada proses
pelembagaan dari norma-norma tersebut sehingga menjadi bagian dari suatu lembaga sosial
tertentu ( Soekanto dan Taneko, 1984).
F. LembagaKemasyarakatanDesa
Contoh lembaga kemasyarakatan yang ada di desa :
1. Karang Taruna
Karang Taruna merupakan wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan jiwa
mudanya. Disamping di tingkat desa di masing-masing pedukuhan juga terdapat karang
taruna tingkat dusun dengan kegiatan tergantung dari program kerja karang taruna tingkat
dusun.
1. Lembaga Keluarga
Lembaga keluarga merupakan tempat pertama untuk anak menerima pendidikan dan
pembinaan. Meskipun diakui bahwa sekolah mengkhususkan diri untuk kegiatan pendidikan,
namun sekolah tidak mulai dari “ruang hampa”Sekolah menerima anak setelah melalui
berbagai pengalaman dan sikap serta memperoleh banyak pola tingkah laku dan keterampilan
yang diperolehnya dari lembaga keluarga.
2. Lembaga Agama
Agama memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia. Ia memberikan landasan
normatif dan kerangka nilai bagi kelangsungan hidup umatnya. Ia memberikan arah dan
orientasi duniawi di samping orientasi ukhrowi (eskatologis). Dalam konteks ini, secara
sosiologis agama merupakan sistem makna sekaligus sistem nilai bagi pemeluknya. Tetapi di
era modern ini peran agama tergeser oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Lembaga Ekonomi
Lembaga ekonomi ialah Lembaga yang mempunyai kegiatan bidang ekonomi demi
terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
4. Lembaga Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara
lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
5. Lembaga Pendidikan
Peranan pendidikan dalam kehidupan sangat penting. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
16 Bahaya Rumah Dekat Gardu Listrik, Sutet, dan Tower
http://rumahlia.com/tips-trik/lokasi/bahaya-rumah-dekat-gardu-listrik
Listrik, merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Hampir
semua kegiatan kita bergantung pada listrik. Mulai dari memasak, meliputi rice cooker, oven,
microwave, kompor listrik, kulkas. kegiatan setlika, sumber daya gadget (hape, leptop, komputer) dan
beragam kegiatan lainnya yang memang sangat tergantung pada penggunaan listrik. Sekali ada
pemadaman listrik dari PLN rasanya langsung susah.
Gardu listrik, merupakan tempat dimana tempat bercabangnya kabel-kabel untuk mengalirkan listrik
ke setiap rumah.karena banyaknya rumah yang memerlukan listrik maka aliran listrik pun dialirkan
dengan tegangan tinggi. Berikut ini adalah beberapa bahaya rumah yang berada di dekat gardu listrik
:
1. Tersengat listrik
Aliran listrik bertegangan tinggi sangat rawan sekali menyebabkan orang kesetrum akibat hubungan
listrik bertegangan tinggi tersebut konslet.
5. Putusnya kabel
Ketika terjadi kerusakan pada listrik, PLN akan kita hubungi. Petugas PLN tersebut akan mengecek
bagian mana yang mengalami kerusakan. Bisa saja hanya rusak di sekitar rumah tapi juga bisa pula
kerusakan di sambungan kabel yang ada di gardu listrik sekitar rumah kita. Resiko putusnya kabel
bisa saja terjadi pada saat perbaikan tersebut.
Demikin beberapa bahaya rumah yang berada di dekat gardu listrik. Banyak penelitian yang
dilakukan terkait bahaya gelombang elektronik yang dipancarkan oleh arus listrik bertekanan tinggi
ini. Sebagian peneliti menyatakan bahwa tidak ada keterkaitan antara gelombang elektomagnetik
dengan kesehatan manusia. Meskipun begitu belum cukup bukti yang menunjukkan bahwa
gelombang elektromagnetik benar-benar aman.
DAMPAK MENARA TELEKOMUNIKASI
DAN RADIASI
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Oleh: Budi Prasetya
Banyak fakta yang muncul di berbagai daerah yang menyatakan bahwa keberadaan menara
telekomunikasi (tower) memiliki resistensi/daya tolak dari masyarakat, yang disebabkan isu
kesehatan (radiasi, anemia dll), isu keselamatan, hingga isu pemerataan sosial.
Isu pertama yaitu isu kesehatan berkenaan dengan pancaran radiasi dari gelombang radio
elektromagnetik dari transmitter pada menara telekomunikasi. Hal ini semestinya perlu
disosialisasikan ke masyarakat bahwa kekhawatiran pertama (ancaman kesehatan) tidaklah
terbukti. Radiasinya jauh di bawah ambang batas toleransi yang ditetapkan WHO.
Isu kedua adalah isu keselamatan, dimana masyarakat dan binatang yang ada di area bawah
tower beresiko tertimpa runtuhan tower apabila tumbang. Hal ini menjadi perhatian
pemerintah dan penyelenggara dengan melakukan pengurusan Izin (IMB) terlebih dahulu
dengan memperhitungkan resiko tersebut. Biasanya tower dibangun pada area/lahan
kosong yang pada radius jatuhnya tower tidak ada penduduknya. Kalau tower dibangun di
area pemukiman, maka persyaratan pendirian tower harus terlebih dahulu diproses dan di
penuhi, seperti izin dari masyarakat sekitar (yang berada pada area radius tower) dan
jaminan keselamatan pemilik tower terhadap penduduk.
Isu yang ketiga adalah isu keindahan dan keserasian tata ruang wilayah. Dengan semakin
menjamurnya tower, maka kota-kota di Indonesia cenderung berubah menjadi hutan-hutan
tower yang membuat tata ruang kelihatan tidak indah dilihat/semrawut.
Isu keempat adalah banyaknya tower/menara telekomunikasi yang di dirikan tanpa izin dan
atau dengan memiliki izin palsu alias bodong. Hal ini menyebabkan kerugian daerah atas
hak PAD yang seharusnya diperoleh dari biaya izin dan pajak.
Penelitian menggunakan medan listrik statis memberikan pemajanan pada tikus jantan dan
terlihat bahwa pada tingkat pancaran 6 kV/10cm dan 7kV/10cm selama 1 jam per hari, 30
hari terus menerus, menimbulkan penyusutan berat testis, kerusakan sel tubulus
seminiferus dan terjadinya kelainan kongenital pada anak seperti mikroftalmia, bulu kasar
di sekitar kepala, penyempitan gelang panggul dan kelainan preputium like-testis (Mansyur,
1998), selain itu menghambat proses spermatogenesis mencit (Qadrijati dan Puspita, 2007).
Berdasarkan penelitian oleh Marino, et al. Tahun 1976 dalam Yunardi (2000), pancaran
gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan, penurunan berat badan dan meningkatnya
laju kematian pada keturunan tikus kenaikan berat badan tikus (Somer, 2004), penurunan
jumlah telur dan berat testis pada tikus (Yunardi, 2000), peningkatan stres oksidatif pada
telur ayam, burung laut, dan eritrosit manusia (Torres-duran, et al., 2007). Hasil penelitian
mengenai pengaruh medan ELF pada kompetensi kekebalan pada binatang tampaknya
negatif (Soesanto, 1996).
Tetapi di lain pihak pancaran tunggal dari gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim
rendah (ELF-EMF) (60 Hz, 20 mT) dalam jangka waktu 2 jam dapat meningkatkan kadar
serum HDL-C, kandungan lipoperoksidase pada hati dan menurunkan kadar kolesterol total
pada hati (Torres-Durran, 2007). Tetapi penelitian Qadrijati dan Indrayana (2008)
menunjukkan bahwa pancaran gelombang elektromagnetik frekuensi ekstrim rendah (ELF-
EMF) (50 Hz, 2,4 mT) selama 2 jam dapat memberikan pengaruh berupa penurunan kadar
HDL-C dan kolesterol pada serum tikus. Perubahan tebesar terjadi 24 jam setelah pancaran,
meskipun secara uji statistik tidak ada perbedaan bermakna. Mekanisme penurunan kadar
kolesterol dan HDL-C dimungkinkan akibat dari stres fisik yang diakibatkan pembentukkan
radikal bebas yang dapat merusak atau menurunkan aktivitas enzim metabolisme lipid di
hati, tetapi mekanisme secara pasti pengaruh elektromagnetik terhadap metabolisme lipid
masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Penelitian terhadap kelinci juga menunjukkan penurunan kadar asam lemak bebas dan
trigliserida (Bellosi, 1996. Harakawa, 2004). Pada penelitian lain yang juga kelinci
didapatkan bahwa kadar kolesterol dan trigliserida menurun secara signifikan dan kadar
HDL meningkat secara signifikan juga (Luo, 2004).
Hasil-hasil penelitian yang ada hingga kini belum dapat disimpulkan dengan mantap karena
ada yang kontroversial bila menyangkut kesehatan masyarakat yang tingkat pancarannya
relatif tidak begitu tinggi dibandingkan dengan pancaran terhadap tenaga kerja yang
berhubungan langsung dengan sumber medan elektromagnetik (Soesanto, 1996).
Energi yang terkandung pada medan elektromagnetik terlebih pada frekuensi ekstrim
rendah, sebenarnya terlalu kecil untuk dapat menyebabkan efek biologi, akan tetapi dengan
adanya perbedaan radiosensitivitas berbagai sel yang membentuk jaringan dan organ tubuh
dan dihubungkan dengan dosis pajanan yang mungkin diterima memungkinkan terjadinya
gangguan yang tidak diinginkan (Mansyur, 1998).
Pada tahun 1979, Kouwenhoven dan kawan-kawan dari John Hopkins Hospital melakukan
penelitian pada 11 orang tenaga kerja yang bekerja selama 3,5 tahun pada sistem transmisi
345 kV. Dilaporkan bahwa tidak ditemukan gangguan kesehatan serta tidak dijumpai
adanya proses keganasan, namun dari hasil analisis sperma, ditemukan penurunan jumlah
sperma (Anies, 2003b).
Loboff menunjukkan peningkatan sintesis DNA sebesar 2,5 x 10-5 dengan pemajanan
medan elektromagnetik 15 Tesla. Penelitian Cadossi, berupa peningkatan proliferasi limfosit
diduga sejalan dengan peningkatan sintesis DNA dan bila tidak terkendali akan mengarah
pada timbulnya keganasan (Anies, 2003b).
Penelitian pada manusia menunjukkan peningkatan 2 kali faktor risiko terkena leukimia
pada anak yang terpajan medan elektromagnetik (Ahlbom, 2004), dan faktor risiko
terjadinya kanker payudara (Anies, 2003). Selain itu juga timbul gejala yang tidak spesifik
yaitu berupa gangguan tidur, tinitus, dan gangguan kecemasan (Husss dan Roosli, 2006)
atau berupa keluhan : sakit kepala (headache), pening (dizzines), dan keletihan menahun
(chronic fatigue syndrome) (Anies, 2003)
Pada umumnya, perubahan gambar darah termasuk penyimpangan kecil dari norma
individual, tetapi nilai umumnya masih dalam norma fisiologis. Sedangkan penelitian
Qadrijati (2002) tentang pancaran SUTET pada penduduk yang bermukim di bawahnya
menunjukkan adanya perubahan jumlah lekosit dan gambaran limfosit meskipun secara
statistik tidak bermakna.
Dari beberapa literature hasil penelitian, ada beberapa dampak negatif yang bisa
ditimbulkan akibat radiasi yang berlebihan dari ponsel dan menara BTS [3]:
1. Risiko kanker otak pada anak-anak dan remaja meningkat 400 persen akibat
penggunaan ponsel. Makin muda usia pengguna, makin besar dampak yang
ditimbulkan oleh radiasi ponsel.
2. Bukan hanya pada anak dan remaja, pada orang dewasa radiasi ponsel juga
berbahaya. Penggunaan ponsel 30 menit/hari selama 10 tahun dapat meningkatkan
risiko kanker otak dan acoustic neuroma (sejenis tumor otak yang bisa menyebabkan
tuli).
3. Radiasi ponsel juga berbahaya bagi kesuburan pria. Menurut penelitian, penggunaan
ponsel yang berlebihan bisa menurunkan jumlah sperma hingga 30 persen.
4. Frekuensi radio pada ponsel bisa menyebabkan perubahan pada DNA manusia dan
membentuk radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan karsinogen
atau senyawa yang dapat memicu kanker.
5. Frekuensi radio pada ponsel juga mempengaruhi kinerja alat-alat penunjang
kehidupan (live saving gadget) seperti alat pacu jantung. Akibatnya bisa
meningkatkan risiko kematian mendadak.
6. Sebuah penelitian membuktikan produksi homon stres kortisol meningkat pada
penggunaan ponsel dalam durasi yang panjang. Peningkatan kadar stres merupakan
salah satu bentuk respons penolakan tubuh terhadap hal-hal yang membahayakan
kesehatan.
7. Medan elektromagnet di sekitar menara BTS dapat menurunkan sistem kekebalan
tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami reaksi alergi seperti ruam dan gatal-
gatal.
8. Penggunaan ponsel lebih dari 30 menit/hari selama 4 tahun bisa memicu hilang
pendengaran (tuli). Radiasi ponsel yang terus menerus bisa memicu tinnitus (telinga
berdenging) dan kerusakan sel rambut yang merupakan sensor audio pada organ
pendengaran.
9. Akibat pemakaian ponsel yang berlebihan, frekuensi radio yang digunakan (900
MHz, 1800 MHz and 2450 MHz) dapat meningkatkan temperatur di lapisan mata
sehingga memicu kerusakan kornea.
10. Emisi dan radiasi ponsel bisa menurunkan kekebalan tubuh karena mengurangi
produksi melatonin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mempengaruhi
kesehatan tulang dan persendian serta memicu rematik.
11. Risiko kanker di kelenjar air ludah meningkat akibat penggunaan ponsel secara
berlebihan.
12. Medan magnetik di sekitar ponsel yang menyala bisa memicu kerusakan sistem
syaraf yang berdampak pada gangguan tidur. Dalam jangka panjang kerusakan itu
dapat mempercepat kepikunan.
13. Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan hidup.
Burung dan lebah menjadi sering mengalami disorientasi atau kehilangan arah
sehingga mudah stres karena tidak bisa menemukan arah pulang menuju ke sarang.
Berdasar penelitian WHO dan Fakultas Teknik UGM, pada pancaran gelombang dari
BTS tidak terdapat radiasi yang membahayakan kesehatan manusia. Level batas radiasi yang
diperbolehkan menurut standar yang dikeluarkan WHO (World Health Organization) masing-
masing 4,5 Watt/m2 untuk perangkat yang menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9
Watt/m2 untuk 1.800 MHz. Sementara itu, standar yang dikeluarkan IEEE C95.1-1991 malah
lebih tinggi lagi, yakni 6 Watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2 untuk
perangkat berfrekuensi 1.800 MHz.
Sejauh ini belum ada satu pun keluhan atau kekhawatiran akan dampak radiasi itu yang
datang dari para pengguna telefon seluler. Padahal, jika dihitung-hitung, besarnya daya
radiasi yang dihasilkan pesawat telepon seluler jauh lebih besar daripada radiasi tower BTS.
Memang betul, daya dari frekuensi pesawat handphone sangat kecil, tapi karena jaraknya
demikian dekat dengan tubuh kita, dampaknya jauh lebih besar.Pernyataan tersebut
didasarkan atas hasil perhitungan menggunakan rumus yang berlaku dalam menghitung
besaran radiasi.
Misalnya saja, pada tower BTS dengan frekuensi 1800 MHz daya yang digunakan rata-rata
20 Watt dan pada frekuensi 900 MHz 40 Watt, sedangkan pesawat handphone dengan
frekuensi 1.800 MHz menggunakan daya sebesar 1 Watt dan yang 900 MHz dayanya 2 Watt.
Pada kasus antenna isotropis, besarnya radiasi pada jarak r dapat dihitung dengan rumus
[4]:
Dimana :
Berdasarkan hasil perhitungan, pada jarak 1 meter (jalur pita pancar utama), tower BTS
dengan frekuensi 1.800 MHz mengasilkan total daya radiasi sebesar 9,5 W/m2 dan pada
jarak 12 meter akan menghasilkan total radiasi sebesar 0,55 W/m2. Untuk kasus tower yang
memiliki tinggi 52 meter, berdasarkan hasil perhitungan, akan menghasilkan total radiasi
sebesar 0,029 W/m2. Jadi, kalau melihat hasil perhitungan demikian, sebenarnya
angkanya sangat kecil sehingga orang yang tinggal di sekitar tower BTS cukup aman.
Lagipula kalau tidak aman, bisnis sektor telekomunikasi pasti akan ditinggalkan konsumen
[3].
Pada Tower juga dilengkapi dengan grounding atau system pentanahan, yang gunanya
adalah penangkap petir, dimana kalau terjadi petir maka yang duluan disambar adalah
kutub negative yang terdekat dengan awan atau ion positive , dimana pada puncak tower
dipasang finial dari tembaga dan dialirkan ketanah dengan kabel BCC, sehingga aliran petir
cepat mencapai tanah dan mengamankan daerah sekitarnya dari sambaran petir, karena
sifat dari arus listrik adalah mencari jalan tependek mencapai tanah, dan hilang di netralisir
oleh bumi.
Berdasarkan penelitian Ng Kwan Hoong, Ph.D. seperti dapat dilihat pada Tabel 1, di bawah
ini menyebutkan bahwa :
Ada tiga upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pancaran radiasi elektromagnetik
yaitu [3]:
Resiko tertimpa runtuhan tower bagi masyarakat sekitar menjadi isu yang menjadi perhatian
pemerintah dalam membuat peraturan pembangunan tower di pemukiman. Isu radiasi dan
robohnya tower harus masuk dalam salah satu pasal dalam peraturan daerah. Rasa aman
dan nyaman masyarakat harus menjadi hal utama yang dipertimbangkan. Peraturan
eksisting dalam Peraturan Pemerintah, pemerintah telah mematok jarak aman untuk radiasi,
jarak minimum menara BTS dari perumahan, luas minimum lahan, standar kontruksi dan
hal-hal teknis maupun non teknis lainnya.
Secara teori, jarak aman terdekat dengan BTS adalah sama dengan tinggi tower tersebut.
Katakan untuk tinggi tower 52 meter, maka jarak ideal bangunan terdekat dengan tower
pun harus 52 meter. Ini adalah perlindungan maksimal bangunan dari kemungkinan
terjadinya tower yang ambruk.
Direktorat Jendarl Pos dan Telekomunikasi telah mengadakan pertemuan dengan Dinas
Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah, Operator dan Vendor untuk menyepakati rancangan
draft Peraturan tentang menara. Pemerintah memaparkan jarak aman menara, dimana untuk
tinggi menara maksimun 45 meter jarak dari pemukiman publik adalah 20 meter. Bila
peletakan dan pembangunan menara BTS di tempat komersial jarak peletakannya ialah 10
meter dan 5 meter bila di daerah industri. Untuk menara BTS dengan tinggi di atas 45
meter, jarak dari pemukiman minimum 30 meter, 15 meter bila di daerah komersial dan 10
meter bila di daerah industri.
Daerah urban diperkotaan sekarang ini sudah berubah menjadi hutan-hutan tower sehingga
tidak sedikit kota yang tadinya tampak teratur dan tertata rapih menjadi terlihat semerawut.
Perluasan coverage area yang dilakukan oleh operator-operator baru membawa dampak
tercemarnya tata ruang wilayah di daerah-daerah urban. Hal ini perlu diantisipasi oleh
pemerintah daerah setempat dengan mencari titik optimal antara pembatasan jumlah
menara di satu sisi dengan pemenuhan kualitas layanan telekomunikasi kepada masyarakat
daerahnya. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan dalam peraturan daerah mengenai
pengaturan optimal jarak ideal dengan memperhitungkan link budget minimal kualitas
layanan dan pengaturan penggunaan menaa telekomunikasi bersama antara operator
penyelenggara jasa telekomunikasi. Hal ini diharapkan akan mampu mengurangi jumlah
menara telekomunikasi dengan tetap menjaga pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
telekomunikasi [2].
Jarak antar BTS perlu dibatasi agar penempatan BTS dapat dilakukan secara optimal agar
dapat memanfaatkan fungsi BTS secara maksimal. Untuk optimalisasi jaringan, operator
perlu memberikan jarak yang konsisten antar BTS, misalnya per 1,5 kilometer. Tentu
masalah jarak terkait dengan kepadatan trafik pelanggan di suatu daerah. Umumnya di
perkotaan yang padat pemukiman, operator lebih sulit untuk menciptakan jarak yang
konsisten antar BTS. Ini disebabkan tingkat kesulitan untuk mendapat lahan tanah (green
filed) yang pas. Untuk menyiasati persoalan lahan, solusinya adalah gelar menara BTS di
atas gedung bertingkat (roof top). Sebagai informasi, Pemerintah Daerah DKI Jakarta sejak
lima tahun lalu sudah melarang pembangunan menara baru BTS di green field.
Tower Telekomunikasi baik untuk pemancar Gelombang Micro Digital (GMD) maupun untuk
BTS (Base Transceiver System) pemancar HP. Untuk GMD biasanya memancarkan gelombang
elektromagnetik dengan frekuensi 4-7 Ghz, dimana antara antena pemancar dengan antena
penerima berjarak sekitar maksimum 60 Km dan harus LOS (Line Of Sight) tidak ada
penghalang yang menghalangi keduanya.
Jarak antar BTS biasanya bergantung terhadap kepadatan penduduk, pengguna potensial
dan kapasitas BTS tersebut. Faktor ini yang biasanya mempengaruhi jarak antar BTS. Di
daerah pinggiran kota, BTS biasanya berjarak 1-2mil (2-3 km), sedangkan di daerah
perkotaan yang padat, BTS berjarak ¼ – ½ mil (400-800 m). Teknologi GSm biasanya
memiliki jangkauan maksimum 35 kilometer tetap (22 mil). Jika menggunakan ponsel
bertenaga rendah dalam medan datar berjarak 50-70 km, namun dengan medan berbukit-
bukit jarak maksimumnya bervariasi dari 5-8 km. Tower GSM dapat menggantikan 3-80 km
kabel jaringan nirkabel tetap.
Penghitungan jarak antar BTS dengan menggunakan persamaan rugi-rugi ruang bebas (free
space loss, Lfs) dalam dB [4].
Sehingga misalnya untuk frekuensi 1800 MHz pada jarak 7 km, path loss yang terjadi adalah
sebesar
L = 32.5 + 20 log 7 + 20 log 1800 = 114.5 dB
Penentuan Jarak antara BTS ini perlu DIATUR dengan lebih memperhatikan tata ruang di
wilayah yang bersangkutan. Begitu juga dengan jumlah tower, perlu di batasi dengan
mengoptimalkan penggunaan menara bersama dengan kesepakatan antar operator.
Menara yang didirikan tanpa izin atau dengan izin bodong sudah menjadi rahasia umum.
Tahun 2009 di Tasikmalaya, pemerintah daerah memerintahkan untuk membongkar 20%
menara telekomunikasi karena izinnya bermasalah. Di Ibukota Jakarta, hampir 25% proses
SITAC (site & acuisition) dari pembangunan menara bermasalah tetapi tower/ menara tetap
didirikan. Hal ini tentunya akan membawa masalah dan berdampak pada merugunya
pemerintah daerah atas PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang seharusnya menjadi haknya.
Penyelesaian masalah ini perlu ditindaklanjuti dengan dituangkan dalam peraturan
pemerintah daerah sehingga dampak pada kerugian Negara dan daerah atas PAD bisa di
cegah.
Dari isu-isu dan dampak-dampak seperti yang disebutkan di atas yaitu kesehatan,
keamanan/kenyamanan, tata ruang dan hak PAD bagi daerah, maka sebaiknya perlu
dirancang suatu aturan (bisa dalam bentuk peraturan daerah) yang bisa mengakomodasi
dan mengatur tentang pembangunan dan pengendalian menara telekomuniakasi demi
kesejahteraan dan manfaat sebesar-besarnya bagi semua pihak terkait, yaitu pemerintah,
industri dan masyarakat.
Sumber
[1] Dwidjowijoto, Riant Nugroho, 2007, Analisis Kebijakan, Jakarta, Elex Media
Komputindo (dan referensi di dalamnya).
[2] Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri
Komunikasi dan Informatika, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, No 18, 7,
19, 3 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi.
[3] Kajian Akademik Raperda Kota Metro Tentang Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi di Kota Metro, 2011.
[5] Sumber artikel dari Surat Kabar Pikiran Rakyat, Tempo Interaktif dan CSR FILES(dan
referensi di dalamnya).
[6] malaysia_mobphone_basestations_and_health.pdf
[7] Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 89 Tahun 2006 Tentang Pembangunan dan
Penata Menara Telekomunikasi.
5 Bahaya Radiasi SUTET Bagi Kesehatan Yang Harus Diwaspadai LIDYA MAHARANI 05:18
GAYA HIDUP SEHAT, TIPS KESEHATAN Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi atau disebut
juga SUTET merupakan pengalir listrik tinggi, yang dapat menimbulkan radiasi berbahaya bagi
manusia. Emang seberapa besar sih, tegangan (voltase) pada alat tersebut? Sangat tinggi, yaitu
sekitar 550 kV atau sekian juta kali dari tegangan listrik rumahan. Lantas, apa dampaknya
terhadap kesehatan tubuh? Baiklah, kita akan mengulas lebih lanjut. Wilayah yang layak untuk
dibangun saluran listrik ini sebenarnya sudah ditentukan. Sehingga ada istilah "Jarak Bebas
Minimum", dimana tidak ada penduduk yang menetap atau tinggal di sekitar area tersebut. Nah,
sebelum anda dan keluarga berkeinginan untuk pindah rumah dengan alasan tertentu, anda
sebaiknya menghindari pemukiman penduduk yang terletak dekat lokasi SUTET. 5 Bahaya
Radiasi SUTET Bagi Kesehatan Yang Harus Diwaspadai Berikut ini adalah dampak buruk
paparan radiasi pembawa listrik super tinggi terhadap tubuh manusia: 1. Leukimia Sumsum
tulang mampu menghasilkan sel-sel darah putih (leukosit) yang berperan dalam sistem imunitas,
sehingga tubuh punya kemampuan untuk melawan infeksi. Paparan radiasi SUTET dapat
memicu penyakit leukemia, yaitu sejenis kanker yang menyerang leukosit. Dr.Gerald Draper
beserta tim peneliti dari "Chilhood Cancer Research Group" di Oxford University menemukan
fakta bahwa risiko leukemia meningkat sebesar 70 persen pada bayi yang lahir di wilayah dekat
aliran voltase tinggi (kurang dari 200 m). Bahkan, penelitian tersebut menemukan 400 kasus
leukemia dalam satu tahun. Kasus penyakit ini tidak terjadi pada mereka yang bermukim, 600
meter dari area tersebut. 2. Kanker
SUTET mampu menimbulkan radiasi gelombang elektromagnetik yang sangat kuat. Radiasi ini
dapat memicu pertumbuhan sel abnormal dan tidak terkendali. Pastinya anda dapat menebak
apa yang terjadi. Ya, kerusakan sel sehat yang disebabkan oleh tumor ganas. 3. Cacat pada
bayi Radiasi gelombang elektromagnet yang dihasilkan oleh SUTET juga dapat menyebabkan
penyimpangan genetik pada bayi, sehingga dapat menimbulkan penyesalan bagi orang tua. 4.
Electrical sensitivity dr. Anies, M.Kes pada tahun 2004 pernah mengatakan bahwa radiasi
SUTET dapat mengakibatkan kondisi medis yang disebut Electrical sensitivity. Penyakit ini
biasanya ditandai dengan gejala seperti pusing, sakit kepala, dan keletihan kronis. 5. Limfoma
Pada tahun 1979, dua ilmuwan yang bernama Wertheimer dan Leeper mengemukakan teori
bahwa paparan medan elektromagnetik dari SUTET dapat mengakibatkan risiko penyakit
limfoma, penyakit kulit, ketidak-suburan pada pria, dan mudah marah (emosi tidak stabil). Tips
mencegah bahaya radiasi SUTET Hindari membangun rumah dekat area jaringan listrik tinggi.
Jaga kesehatan keluarga anda, apalagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
Pasang langit-langit (plafon) di bawah atap rumah. Gunakan lembaran logam sebagai atap
rumah, sehingga terhubung dengan tanah. Hindari berada di luar rumah saat malam hari. Tanam
berbagai jenis bunga sebanyak mungkin di sekitar rumah. Pepohonan hijau juga baik untuk
mengurangi dampak buruk dari radiasi SUTET. Tanamlah daun lidah mertua (sansivieria). Selain
mampu menyerap 107 polutan, radiasi yang berasal dari gelombang elektro magnetik pun dapat
diserap olehnya. Nah, itulah 5 bahaya radiasi SUTET bagi tubuh manusia, yang harus
diwaspadai. Hingga kini, belum ada penangkal radiasi elektro magnetik yang bekerja 100%.
Upaya yang dapat kita lakukan hanyalah mengurangi efeknya sebisa mungkin. Masih banyak
tanah kosong di wilayah lain, jika anda ingin membangun rumah. Jika anda memaksakan
keinginan untuk tetap menetap di pemukiman yang dekat area berbahaya, tentu saja semua
risiko di depan anda. Menarik: Inilah 5 bahaya asbes terhadap kesehatan tubuh