Anda di halaman 1dari 10

BATAS PENGUMPULAN KAMIS, 20 Juni 2019 pukul 20.

30
Kerjakan pada FILE ini dan dikerjakan dan ditulis dengan RAPI format TNR 12,
spasi 1,5 dan 4433 (jangan ubah format yang ada di sini)
Kirim ke rosaprayitno24@gmail.com
Bagi yang telat mengumpulkan atau bahkan tidak mengumpulkan, akan dapat
tugas menyusun laporan P1 ini
TERIMA KASIH 

PERTANYAAN DISKUSI

1. Perbedaan kedokteran klinis dan kedokteran komunitas (wawan, dinda)


2. Perbedaan dokter umum dan dokter keluarga (della, dede)
3. Jelaskan mengenai:
a. Diagnosis holistik (jejes, rosy, rosa)
b. Diagnosis okupasi (tasar, raida, ghina)
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan atau lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja.
Penyakit terkait kerja adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen
penyebab dengan faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja
memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya.
Penyebab penyakit akibat kerja dibagi menjadi 5 (lima) golongan,
yaitu:
1. Golongan fisika
Suhu ekstrem, bising, pencahayaan, vibrasi, radiasi pengion
dan non pengion dan tekanan udara
2. Golongan kimia
Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas,
larutan, kabut, partikel nano dan lain-lain.
3. Golongan biologi
Bakteri, virus, jamur, bioaerosol dan lain-lain.
4. Golongan ergonomi
Angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja statis,
gerak repetitif, penerangan, Visual Display Terminal (VDT)
dan lain-lain.
5. Golongan psikososial
Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja
monoton, hubungan interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan
lain-lain.
Dalam mendiagnosis penyakit akibat kerja terdapat 3 (tiga) prinsip
yang harus diperhatikan:
1. Hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit.
2. Frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih tinggi
daripada pada masyarakat.
3. Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit.

Diagnosis penyakit akibat kerja memiliki:


1. Aspek medik: dasar tata laksana medis dan tata laksana penyakit
akibat kerja serta membatasi kecacatan dan keparahan penyakit.
2. Aspek komunitas: untuk melindungi pekerja lain
3. Aspek legal: untuk memenuhi hak pekerja Diagnosis penyakit akibat
kerja dilakukan dengan pendekatan sistematis untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan dalam melakukan interpretasi secara tepat.

Pendekatan tersebut dilakukan melalui 7 (tujuh) langkah diagnosis


penyakit akibat kerja dilakukan sebagai berikut :
Gambar 1. Tujuh langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Sumber: Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 56 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit
Akibat Kerja. Jakarta: Kemenkes RI; 2016.

c. Indikator keluarga sehat (rosa, radit, della)


d. Kriteria rumah dan lingkungan sehat (ghina, lukman, dinda)
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut
Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:1
a. Bahan bangunan
1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang
dapat membahayakan kesehatan, antara lain : debu total kurang
dari 150 µg/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam,
plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan.
2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen.
b. Komponen dan penataan ruangan
1) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
2) Dinding rumah memiliki ventilasi, kamar mandi dan kamar cuci
kedap air dan mudah dibersihkan.
3) Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan.
4) Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.
5) Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
6) Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
c. Pencahayaan Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun
tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas
penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
d. Kualitas udara
1) Suhu udara nyaman antara 18–30oC.
2) Kelembaban udara 40–70%.
3) Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam.
4) Pertukaran udara 5 kaki3 /menit/penghuni.
5) Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam.
6) Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3
e. Ventilasi Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal
10% luas lantai.
f. Vektor penyakit Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang
bersarang di dalam rumah.
g. Penyediaan air
1) Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal
60 liter/orang/hari;
2) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau air minum menurut Permenkes no. 416 tahun 1990 dan
Kepmenkes no. 907 tahun 2002.
h. Sarana penyimpanan makanan Tersedia sarana penyimpanan
makanan yang aman
i. Pembuangan Limbah
1) Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari
sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari
permukaan tanah.
2) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air
tanah.
j. Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan
tidak untuk lebih dari 2 orang

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun rumah


adalah sebagai berikut:2
1. Faktor Lingkungan (Alam) Lingkungan yang dimaksud
termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal ini
menyangkut kondisi lingkungan alam dan sosial di sekitar
rumah yang akan didirikan
2. Tingkat Kemampuan Ekonomi Individu yang ingin
membangun suatu rumah tentunya akan mengukur tingkat
kemampuan ekonominya, terutama menyangkut kesiapan
finansial. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian tiap-tiap
individu dalam masyarakat yang akan membangun rumah
adalah diperlukan pemeliharaan rumah tersebut sehingga dapat
dipergunakan dalam waktu yang cukup lama bahkan dapat
dinikmati oleh anak cucunya.
3. Kemajuan Teknologi Saat ini teknologi perumahan sudah
begitu modern, namun rumah yang modern belum tentu sesuai
dengan selera individu di masyarakat. Teknologi modern
selain membutuhkan biaya dan perawatan yang juga mahal
juga diperlukan pengetahuan yang cukup agar mengerti
tentang teknologi tersebut. Teknologi yang tinggi jika
diterapkan di daerah tertentu belum tentu sesuai.
4. Kebijaksanaan (Peraturan) Pemerintah Menyangkut Tata Guna
Tanah Peraturan pemerintah terkait tata guna bangunan jika
tidak dibuat secara tegas dan jelas dapat menyebabkan
gangguan ekosistem seperti banjir, pemukiman kumuh, dan
lain-lain.
Sumber:
1. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan. Jakarta : Depkes RI; 1999.
2. Mubarak WI dan Chayatin N. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika; 2009.

4. Jelaskan mengenai teori Blum dan konsep Mandala of health (rosa,


ghina, radit)
Konsep H.L Blum
Untuk menciptakan kondisi sehat diperlukan suatu keseimbangan dalam
menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor
tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor gaya hidup (life style), faktor
lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan
(jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).1 Keempat
faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan
peroragan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut
faktor gaya hidup manusia merupakan faktor determinan yang paling besar
dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena faktor gaya hidup yang lebih dominan dibandingkan
dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat
dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat.2 Berikut ini gambar konsep H.L
Blum yang menggambarkan status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4
faktor:1

Genetik

Lingkungan Status Kesehatan Pelayanan


Kesehatan

Gaya Hidup

Gambar 1. Konsep H.L Blum

Sumber :
1. Blum, H.L. Planing of Health : Development Aplication of Social Change
Theory. New York: Human Sciences Press; 1974
2. Arvianti K. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Gaya Hidup Sehat
Mahasiswa S1 Peminatan Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2009. Depok: FKM UI; 2009.

Mandala of Health
The mandala of health (hancock & perkins 1985) menyempurnakan
bagaimana pola konsep terjadinya penyakit terhadap individu-individu. Adapun
penjelasan untuk pola konsep mandala of helath :

 Body, mind & spirit: kondisi pasien saat ini (usia, diagnosis kerja, DD,
harapan, ketakutan)
 Human biology: risiko genetik dan herediter pasien
 Personal behavior: perilaku kesehatan pasien
 Psycho-socio-economic environment: faktor-faktor psiko-sosio-ekonomi
yang berkontribusi terhadap risiko kesehatan pasien
 Physical environment: faktor lingkungan fisik yang berperan dalam risiko
kesehatan pasien
 Community: peraturan kesehatan lokal dan nasional, kebutuhan dan
permintaan mengenai kesehatan publik yang berperan dalam risiko
kesehatan pasien
 Culture: norma dan budaya

Sumber: Hancock, T & Perkins, F. The Mandala of Health: A conceptual


model and teaching tool. Health Education. 1985.

5. Jelaskan pengaruh faktor-faktor terhadap masalah kesehatan keluarga:


a. Personal (wawan, tasar, rosy)
b. Psikososial (raida, dinda, lukman)
c. Status sosial (della, jejes, raida)
d. Lingkungan (radit, rosy, tasar)
e. Ekonomi (dede, lukman, wawan)
6. Bagaimana interaksi faktor-faktor pada nomor 5 dalam menimbulkan
masalah kesehatan (radit, wawan, dede)
7. Bagaimana peran pemerintah terhadap penanganan masalah kesehatan
(raida, della)
8. Bagaimana penanganan holistik dan komprehensif pada keluarga
Pasien X (rosy, ghina, tasar)
Peran dokter keluraga dalam penatalaksanaan TB paru sangatlah
penting yang tidak memandang seorang pasien sebagai seseorang individu
melainkan sebagai suatu unit keluarga yang penatalaksanaannya secara
holistik dan komprehensif. Dokter sebagai pintu pertama yang akan
diketuk oleh penderita dalam menolong penderita TB, harus selalu
meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah
memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan
kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita,
terutama bagaimana sikap dan tindakan, serta cara untuk mencegah
penularan.1
Diagnostik Holistik2
1. Aspek Personal
a. Alasan kedatangan: tidak sehat, demam, riwayat batuk dan keringat
malam, badan yang kurus.
b. Kekhawatiran
c. Persepsi
d. Harapan
2. Aspek Klinik
TB aktif BTA+
3. Aspek Resiko Internal
a. Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap
b. Pengetahuan yang kurang tentang pencegahan penularan TB ke
anggota keluarga lainnya
4. Aspek Risiko Eksternal
a. Psikososial keluarga: keluarga kurang memahami tentang penyakit
pasien dan kurang pengetahuan tentang pencegahan penularan TB ke
anggota keluarga lainnya. Nenek pasien menderita TB paru dan Ibu
Pasien menderita
b. Lingkungan tempat tinggal: keadaan rumah berukuran 6x3 m tanpa
ventilasi yang memadai dan berderet dengan 4 rumah lainnya dengan
ukuran sama, serta menggunakan 1 WC dan kamar mandi bersama di
halaman belakang.
c. Lingkungan kerja
d. Sosial ekonomi
5. Tatalaksana
a. Medikamentosa
Prinsip dasar pengobatan TBC adalah minimal 3 macam obat dan
diberikan dalam waktu 6 bulan. Obat Anti Tuberkulosis pada anak
diberikann setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan
dosis obat harus disesuaikan berat badan.
Dosis OAT kombipak pada anak

b. Non-medikamentosa
1. Konseling mengenai penyakit TB pada pasien dan keluarga
2. Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi
berupa tinggi kalori dan protein
3. Memberikan edukasi pada keluarga untuk berperan dalam
mengingatkan pasien mengenai rutinitas minum obat.
4. Deteksi dini kuman TB pada kluarga yang tinggal serumah dengan
pasien
Sumber;
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi nasional
pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2011
2. Zettira Z, Sari MI. Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan
Pendekatan Dokter Keluarga. Jurnal Medula Unila. 2017. 7(3):1-7.
9. Bagaimana pencegahan pada masalah kesehatan keluarga Pasien X (rosa,
dinda, jejes)
10. Bagaimana penerapan indikator keluarga sehat serta kriteria rumah dan
lingkungan sehat pada keluarga Pasien X (dede, jejes, lukman)

Anda mungkin juga menyukai