Anda di halaman 1dari 47

Durasi : 4 JP

WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 1 d a r i 47

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I TAHAP EOR ............................................................................ 2

1.1 Pendahuluan........................................................................... 2

1.2 Obyek dari eor ........................................................................ 3

BAB II PRINSIP DASAR TAHAP PRODUKSI LANJUT ....................... 7

2.1 Aliran Fiuida Daiam Batuan Reservoar ................................... 7

2.2 Karakteristik Batuan dan Fiuida .............................................. 8

2.3 EFISIENSI PENDESAKAN (Displacement Efficiency) .......... 13

2.4 POLA INJEKSI ...................................................................... 16

2.5 FAKTOR BERPENGARUH MEMILIH POLA SUMUR .......... 21

BAB III WATER FLOODING ............................................................... 23

3.1 INTRODUKSI ........................................................................ 23

3.2 KONSEP DASAR PADA INJEKSI AIR ................................. 24

3.3. Pendesakan Piston-Like ....................................................... 30

3.4 Mekanisme Pendesakan The BuckSey - Leverett ................ 33

3.5 Aplikasi Metoda Buckley - Laverett ....................................... 35

BAB IV SUMBER AIR INJEKSI ........................................................... 43

4.1 SYARAT DASAR UNTUK AIR INJEKSI ............................... 43

4.2 WATER TREATING SYSTEMS ............................................ 46


Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 2 d a r i 47

BAB I TAHAP EOR

1.1 Pendahuluan
Dalam usaha Pertambangan migas, umumnya yg dimaksud dg EOR adalah
Tertiary Recovery, seperti definisi “ Enhanced Oil Recovery is defined as the
incremental ultimate oli that can be economically recover from a petroleum
reservoir over that can be economically recovered by conventional primary
and secondary recovery methods. (National Petroleum Council 1984)”.
EOR dapat berarti Secondary recovery, Tertiary recovery, maupun
Secondary + Tertiary recovery.
 Metoda EOR dapat diklasifikasikan sebagai berikut;
 Conventional Waterflooding
 Hydrocarbon atau Gas Injection;
• Miscible solvent (LPG atau Propana)
• Enriched gas drive, gas yang diinjeksikan diharapkan dapat
terkondensasi direservoar dan terjadi pencampuran (miscible)
• Carbondioxide flooding, gas C02 yang diinjeksikan diharapkan dapat
terkondensasi dan terjadi pencampuran (micible)
• Flue gas flooding, campuran dari N2 80% dan Oz 20%.
• Inert gas (nitrogen) flooding
 Chemical Flooding;
• Polymer flooding
• Alkaline atau caustic flooding
 Surfactant flooding,
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 3 d a r i 47

• Low tension water flooding (surfactant 100%)


• Miceilar/Polymer flooding (surfactant + polymer, supaya mobilitas
pendesak kecil)
 Thermal Recovery
• Steam flooding
• In-situ combustion

1.2 Obyek dari eor


 Saturasi minyak tersisa, Sor
 Perhitungan logging,
• SRH - saturation residual hydrocarbon
• MOS - moveable oil saturation
o MOS=Sxo-Sor
 Hubungan Permeabiiitas reiatif thd Saturasi air

Gambar 1.1 Hubungan Permeabilitas Relatif vs Saturasi Air


Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 4 d a r i 47

 Sor diusahakan untuk dapat diperkecil dengan cara,


 Merubah karakteristik fluida reservoar
• viskositas
 Merubah karakteristik batuan reservoar
• Sifat kebasahan
2 cos 
• Kapilaritas, Pc 
r
Pc  p nw  Pw
 Injeksi kimiawi dan thermal

Berdasarkan definisi dari EOR termasuk di datamnya secondary recovery,


maka proses injeksi air (Water Flooding) juga dapat dikatakan EOR. Alasan
yang mendasari dilakukan tahap produksi lanjut (EOR) adalah berkurangnya
energi (tekanan) reservoar secara alamiah yang diakibatkan dari proses
produksi seperti ekspansi, kompaksi, daya dorong gas, daya dorong gas
terlarut dan daya dorong air. Kondisi tersebut terjadi karena Pada reservoar
jenuh (saturated reservoir), gas keluar dari minyak pada saat tekanan
reservoir turun, sehingga saturasi gas meningkat dan mampu mengalir ke
sumur produksi. Gas sebagai salah satu sumber energi alamiah, di samping
energi ekspansi minyak dan air, berkurang karena ikut terproduksi.
Penurunan tekanan yang tidak terkontrol memberikan kontribusi terhadap
penurunan peroiehan.

Pada akhir tahap produksi primer, minyak yang dapat diproduksikan sebesar
10 - 50 % dari IOIP, tergantung pada karakteristik reservoar dan fluidanya.
Usaha menambah perolehan biasanya dilakukan injeksi air, karena pengaruh
terjadinya by pasing dan gaya kapiler, sehingga masih sekitar 40 – 70 %
tertinggal dibelakang front air-minyak dan ini yang menjadi target EOR.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 5 d a r i 47

Gambar 1.2 Perolehan Produksi

Tujuan dari proses Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah untuk memobilisasi
minyak yang tersisa setelah primary recovery. EOR adalah suatu metoda
dimana materi pendorong diinjeksikan ke dalam reservoar minyak dari sumur
injeksi. Materi pendorong ini dapat berupa air, gas, uap, hidrokarbon, zat
kimia dan lain-fain. Minyak yang terdorong dan sudah mengalami perubahan
karakteristik ini diarahkan menuju sumur produksi.

Dengan tingkat teknotogi dan harga yg beriaku, baru 1/3 cadangan di tempat
dapat diproduksi. Sisanya menjadi target EOR. Karena adanya kompleksitas
reservoar, biaya tinggi, mobility ratio yang tidak menguntungkan, terjadi
chanelling, overriding, incomplete workability, dll., maka hanya sebagian
target yang dapat diperoieh. Dengan keterbatasan yang ada (tingkat
teknologi dan harga minyak), sekitar 30 % yang jadi potensial EOR.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 6 d a r i 47

o OIL RECOVERED = Oil in place at start X reservoir sweep eff X process


perform, eff X microscopic displacement eff

Tabel 1.1 Perbandingan biaya EOR (1999)


Proses Biaya, Dollar/bbI
USA Canada
Polymer 2-6 4-96
Alkaline 7-8 3-45
Surfactant 14 - 25 -
C02 1-40 4-23
Steam 7-11 6 -10
Hydrocarbon - 2-82
In situ Combustion 6-9 4-15

Tabel 1.2 Tingkat Kompleksitas, Biaya dan Resiko


Skala Kompleksitas Biaya Resiko
1 Waterflood Waterflood Waterflood
2 Alkaline Alkaline Alkaline
3 - " -
4 - Miscible Thermal
5 Miscible Polymer Polymer
6 Thermal Thermai CO2
7 C02 . C02 Miscibie
8 Polymer Surfactant -
9 - - -
10 Surfactant - Surfactant
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 7 d a r i 47

BAB II PRINSIP DASAR TAHAP PRODUKSI LANJUT

2.1 Aliran Fiuida Daiam Batuan Reservoar

Ada 3 jenis gaya alamiah yang berpengaruh pada aliran minyak meialui
batuan reservoar, Gaya melekat (viscous force), yang berhubungan dengan
gradien tekanan yang menyebabkan gerakan fluida ke arah sumur produksi.
Gaya kapiler yang menyebabkan terjadinya fluida tidak campur daiam ruang
pori dan Gaya gravitasi yang terjadi karena adanya perbedaan densitas
fluida.

Persamaan Darcy untuk aliran satu fasa


ka  P 
q    g sin  
  L 
Persamaan di atas menganggap tidak gaya kapiler yang bekerja, karena
aliran satu fasa. Untuk aliran multifasa, misalnya air dan minyak dengan
aliran total
qt  q 0  qw
Maka aiiran fraksional untuk air menjadi,

k 0 A  Pc 
1   g sin  
q t  0  L 
fw 
 k
1 w o
o k w
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 8 d a r i 47

Pada persamaan tersebut, tidak ada gaya kapiler bi!a yang mengalir satu
fasa fluida, tetapi akan ada pengaruh gaya kapiler pada atiran multi fasa.
Untuk lebih memahami prinsip dasar dari teknik produksi lanjut ini. perlu
dipahami karaterlstik batuan dan fluida reservoar yang berhubungan
langsung dengan aliran dalam media berpori.

2.2 Karakteristik Batuan dan Fiuida


2.2.1 Tingkat Kebasahan.
Adanya interaksi antara batuan dan fluida yang kontak dengan batuan
tersebut. Tendensi penyebaran salah satu fasa fluida yang lebih disukai
pada dinding ruang pori. Tingkat kebasahan pada batuan reservoar
diklasifikasikan :
• Water wet
• Neutral wettability
• Mixed wettabiiity
• Oil wet

Gambar 2.1 Tingkat Kebasahan Batuan Reservoir


Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 9 d a r i 47

Gambar 2.2 Sudut Tegangan Antarmuka

Faktor yang berpengaruh pada tingkat kebasahan batuan :


 Komposisi kimia crude oil
 Strukturpori
 Saturasi fluida
 MineratogI batuan
 Temperatur
 Komposisi filtrat iumpur
 Oksidasi
Identifikasi kebasahan batuan reservoar.
• Mengukur sudut kontak
• Kurva permeabllstas reiatif
• Kurva tekanan kapiler
• Saturasi air "connate"
• Dispiacement performance.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 10 d a r i 47

Kondisi kebasahan batuan mempengaruhi: distribusi fluida, permeabiHtas


relatif, tekanan kapiler dan saturasi minyak tersisa.

2.2.2 Distribusi Fluida

Distribusi fluida daiam ruang pori dipengaruhi oleh tingkat kebasahan pada
dinding ruang pori, dan diklasifikasikan sebagai berikut;
 Water-wet : Air menempati ruang pori yang kecil
 Neutral : Kemampuan membasahi sama besar
 Mixed : Pada permukaan yang khusus kemampuan
membasahinya sama.
 Oil-wet : Air menempati ditengah ruang pori yang besar.

2.2.3 Permeabilitas Relatif.


Dikenal 3 jenis definisi permeabilitas : Permeabilitas absolut : bila fluida
yang mengalir melalui media berpori hanya satu fasa. Permeabilitas efektif:
bila fluida yg mengalir metatui media berpori lebin dari satu fasa secara
bersamaan. Permeabilitas relatif: perbandingan antara permeabilitas efektif
dengan permeabilitas absolut. Pada umumnya fluida akan mengaiir melalui
jaiur aliran yang tahanan alirannya rendah, yaitu kondisi:
 Ruang pori yang besar
 Saturasi yang besar
 Hubungan antar ruang pori yang baik (homogen)
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 11 d a r i 47

Gambar 2.3 Kurva Permeabilitas Relatif vs Saturasi

2.2.4 Tekanan Kapiler


Karena ruang pori sangat kecii, maka kapilaritas berpengaruh dalam sistem
reservoar (minyak, air dan gas). Pada minyak yang terakumulasi dalam
reservoar akan mendesak air yang semuia menempati ruang pori dengan
beda tekanan sebesar tekanan kapiler. Untuk ruang pori dengan jari-jari r,
besamya tekanan kapiler,
2 cos 
Pc 
r
PC = tekanan kapiler, dyne / cm2
 = tegangan antar permukaan, dyne / cm2
 = sudut kontak, der
r = jari-jari kapiler, cm
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 12 d a r i 47

dalam sistem minyak tanah-air, tekanan kapiler adalah perbedaan tekanan


antar permukaan dua fluida yang tidak mencampur, makatekanan kapiler
terdefinisi sebagai,
Pc = Pnw – Pw
= po – P w
Po = tekanan pada sisi minyak
Pw = tekanan pada sisi air

Pada sistem minyakl-air tekanan kapiler dapat mempunyai nilai:


 Positif, bila sistem bersifat water – wet
 Negatif, bila sistem bersifat oil-wet
 Pos/Neg, bila sistem bersifat intermediate, cenderung water-wet
atau oil-wet
Kapilaritas biasanya diukur dilaboratorium, untuk dapat digunakan mengukur
tekanan kapiter pada kondisi reservoar dilakukan konversi perhitungan
dengan hubungan sebagai berikut:

2 cos 
Pc 
r
2.2.5 Minyak Tersisa
Dalam proses pendesakan tidak bercampur (immiscibie), seperti pendesakan
minyak oleh air, minyak biasanya akan terjebak dalam ruang pori batuan.
Minyak yang terjebak dalam daerah yang telah tersapu dapat berbentuk
gumpalan, oil ganglia, bypass-sediment oil. Bentuk minyak tersisa ini akan
tergantung tingkat kebasahan, geometri ruang pori dan heterogenitas batuan
reservoar.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 13 d a r i 47

2.3 EFISIENSI PENDESAKAN (Displacement Efficiency)

Efisiensi pendesakan menyatakan bagian dari oil initially in place yang


terdesak oleh air untuk setiap unit volume reservoar. Efisiensi pendesakan
dipengaruhi oieh :
1. Viskositas
2. Saturasi gas awal
3. Laju injeksi
4. Kemiringan formasi
5. Heterogenitas reservoar
6. Pola sumur injeksi - produksi

2.3.1 Konsep Mobility Ratio


 Pada kondisi reservoar, viskositas minyak tebih besar dari air.
 Air mengalir lebih besar dari pada minyak
 Mobilitas tergantung pada permeabiiitas efektif
k k0 kw
 o  w 
 0 w
mobilitas fluida pendesak
 Mobilitas ratio, M 
mobilitas fluida yang didesak

 k   k r 
   penddesak    penddesak
 M  M 
 k   k r 
   didesak    didesak
 M besar, efisiensi pendesakan rendah karena fluida pendesak iebih
 mudah mengalir dibanding fluida yang didesak.
 Waterflooding pada minyak kental kurang efisien dibandingkan pada
minyak ringan
 Menaikkan viskositas air yang diinjeksikan (menurunkan mobiiitas air)
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 14 d a r i 47

 akan menambah efisiensi pendesakan

2.3.2 Efisiensi Pendesakan Mikroskopis


 Didefinisikan sebagai (stock tank) minyak yang dapat diperoleh per unit
PV yang kontak dengan air dibandingkan dengan jumlah minyak di
tempat saat proses pendesakan dimulai.
S o S or

B o B or S  B or 
ED   1   or  
S0  So  B o 
B0
Bo = FVF minyak pada awaf proses pendesakan
Bor = FVF minyak pada akhir proses pendesakan
So = saturasi minyak rata-rata pada awal proses pendesakan.
Sor = Saturasi minyak rata-rata pada akhir pendesakan
 Bila FVF minyak pada awal dan akhir pendesakan sama, maka
S o  S or
ED  .
So
 ED sangat berguna sebagai alat ukur efektivitas proses pendesakan.

2.3.3 Efisiensi Pendesakan Makroskopis


 Mencakup skala areal dan vertikal
 Pada setiap pola injeksi tidak semua minyak di tempat dapat kontak
dengan fluida pendesak, akibat dari pengaruh;
o Heterogenitas reservoar
o Kekentalan
o Gaya gravitasi
 Areal sweep efficiency dinyatakan sebagai,
Area yg kontak dg fluida pendesak
EA 
Total area
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 15 d a r i 47

 Vertical Sweep Efficiency dinyatakan sebagal,


Area cross sec tion yg kontak dg fluida pendesak
E1 
Total area crosss sec tion
 Volumetric sweep efficiency dinyatakan sebagai,
E v = EA x E1
 Sweep efficiency dipengamhi oleh ratio mobititas (M)
o Ratio mobilitas tinggi, sweep efficiency rendah.
 Harga EA, E1, Ev dapat ditentukan dari,
o Korelasi
o Percobaan laboratorium
o Simulasi secara numerik
 Untuk perhitungan perolehan minyak, kombinasi dari efisiensi-efislensi
akan menghasilkan Recovery Efficiency, ER
o ER = Ev x ED
o ER = EA x E1 x ED
 Bila pada awal proses pendesakan volume minyak di tempat dinyatakan
sebagai (So x PV/Bo), maka kumulatif produksi minyak, Np
E v x E p x S o x PV
Np 
Bo
S o x PV
 E rx
Bo
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 16 d a r i 47

2.4 POLA INJEKSI


 Klasifikasi pola injeksi,
o line drive
o 4 - spot
o 5 - spot
o 7 - spot
o 9-spot
 Berikut adalah keterangan yang diperlukan untuk memahami gambar-
gambar tentang pola injeksi.
o Pola injeksi dinyatakan sebagai "regular" dan "inverted"
 Pola inverted hanya mempunyai satu sumur injeksi setiap pola
 Pola regular hanya mempunyai satu sumur produksi setiap pola
o Garis putus-putus menyatakan batas satu unit pola (no flow boundary
pattern)
o Sumur yang ditempatkan didalam batas no-flow boundary dinyatakan
sepenuhnya sebagai sumur injeksi atau produksi
o Sumur yang terbagi oleh sejumlah batas no-flow akan hanya berperan
sebagian.

2.4.1 Direct Line Drive


 Jarak sumur yang seragam
 Penyapuan buruk
 Jarak antar sumur injeksi adalah ½
 Jarak antar sumur produksi adalah ½
 Perbandingan injeksi terhadap produksi adalah 1:1
 1 sumur sejenis dalam setiap pola
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 17 d a r i 47

2.4.2 Staggered Line Drive


 Jarak tidak beraturan
 Efisiensi penyapuan lebih baik daripada pola direct line
 Kebanyakan pola line drives adalah juga staggered
 Jarak antar sumur injeksi adalah ½
 Jarak antar sumur produksi adalah ½
 Perbandingan injeksi terhadap produksi adalah 1:1
 1 sumur sejenis dalam setiap pola

Gambar 2.4 Pola Injeksi Direct Line

Gambar 2.5 Pola Injeksi 4 spot


Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 18 d a r i 47

2.4.3 Reguler 4 – SPOT


 Jarak spasi tidak beraturan
 Mirip dengan pola 7 titik terbalik
 Jarak antar sumur injeksi adalah ½ (3 X 1/6)
 1 sumur produksi di tengah pola
 Perbandingan injeksi terhadap produksi adalah 1:1
 1.5 sumur sejenis dalam setiap pola

2.4.4 Skewed 4 - SPOT


 Jarak spasi sumur seragam (3X1/6)
 1 sumur produksi di tengah pola
 Perbandingan injeksi terhadap produksi adalah 1:1
 1.5 sumur sejenis dalam setiap pola

2.4.5 5 spot
 Pola yang sering dipakai pada water-flooding
 Jarak spasi yang seragam
 Efisiensi penyapuan tinggi
 5 titik terbalik adalah identik
 Memberi respon yang baik dalam injeksi
 Jarak spasi sumur seragam (4 X ¼ )
 1 sumur produksi di tengah pola
 Perbandingan injeksi terhadap produksi adalah 1:1
 2 sumur sejenis dalam setiap pola
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 19 d a r i 47

Gambar 2.6 Pola Injeksi 5 Titik (Spot)

Gambar 2.7 Pola Injeksi 7 Titik (Spot)

Pola 7 titik tidak umum digunakan karena jarak spasi yang tidak beraturan.
Namun jika digunakan, maka pola yang terbalik akan memberikan tambahan
produksi. Dapat digunakan dalam pilot flood karena kemudahan dalam
pengendalian laju alirnya.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 20 d a r i 47

2.4.6 Regular 7 - SPOT


o Spasi jarak tidak beraturan
o Identik dengan pola 4 – spot terbalik
o Jarak spasi sumur seragam (6 X 1/3)
o 1 sumur produksi di tengah pola
o Perbandingan injeksi terhadap produksi adalah 2:1
o 3 sumur sejenis dalam setiap pola

2.4.7 Inverted 7 - SPOT


 Identik dengan 4 - spot
 1 sumur produksi di tengah pola
 2 sumur produksi (6 X 1/3)
 Perbandingan injeksi terhadap produksi adalah 1 : 2
 3 sumur sejenis dalam setiap pola

Gambar 2.8 Pola Injeksi 9 Titik (Spot)


Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 21 d a r i 47

2.4.8 Regular 9 - SPOT


 Memberi respon yang baik dalam injeksi
 3 sumur injeksi yang sama (4X1/4 + 4X1/2)
 Perbandingan injeksi terhadap produksi adalah 3 : 1
 4 sumur sejenis dalam setiap pola

2.4.9 Inverted 9 - SPOT


 Digunakan untuk memperbanyak jumlah sumur produksi
 Sumur yang tembus air akan menurunkan produktivitas
 1 sumur injeksi di tengah pola
 3 sumur produksi yang sama (4X1/4 + 4X1/2)
 Perbandingan injeksi terhadap produksi adalah
 4 jenis sumur yang sama untuk setiap pola

2.5 FAKTOR BERPENGARUH DALAM MEMILIH POLA SUMUR

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pola sumur adalah
karakteristik reservoar, Pola sumur yang sudah ada, Sasaran injeksi dan
produksi. Standar yang umum digunakan untuk memilih pola sumur:
o Dapat memberikan laju produksi minyak yang diharapkan
o Kapasitas injeksi air yang diperlukan supaya dapat memberikan laju
produksi minyak yang diharapkan.
o Perolehan minyak yang maksimal dengan produksi air yang minimal
o Gunakan kondisi yang menguntungkan dari "non-uniformity reservoir
(rekahan formasi, arah permeabifitas, kemiringan lapisan, dll)
o Diselaraskan pola sumur yang telah ada dan sedikit mungkin
tambahan sumur yang diperlukan.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 22 d a r i 47

o Diselaraskan dengan operasi injeksi pada pekerjaan selanjutnya

Perbandingan secara ekonomis juga harus diperhatikan sebagai langkah


akhir yang berhubungan dengan Spacing dan Jenis pola sumur. Pemilihan
pola sumur juga dikontrol oleh lokasi sumur yang telah dikembangkan daiam
tahap primer dan biaya pemboran sumur baru yang diperlukan pola sumur
yang ditetapkan.

Gambar 2.9 Sistem reservoir Oil wet


Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 23 d a r i 47

BAB III WATER FLOODING

3.1 INTRODUKSI
Hubungan antara berkurangnya energi reservoir dengan perolehan:
o Pada reservoar jenuh (saturated reservoir), gas keluar dari dalam
minyak. Saturasi gas bertambah sampai melampaui harga
kesetimbangan, gas membentuk fasa yang kontinu dan selanjutnya
dapat mengalir ke sumur produksi.
o Gas sebagai salah satu sumber energi alamiah (disamping energy
ekspansi minyak dan air), berkurang karena ikut terproduksi.
o Penurunan tekanan yang tidak terkontrol memberikan konstribusi
terhadap pengurangan perolehan.

Alasan diperiukannya injeksi air:


o Pengurasan minyak dari reservoar lebih cepat daripada proses
merembesnya air dari lapisan air (aquifer) ke reservoar, sehingga air
yang berperan sebagai pengisi ruang pori yang ditinggalkan oleh minyak
dan sebagai pendesak kurang berfungsi secara maksimal, sehingga
perlu mendapat tambahan dari luar.
o Mekanisme produksi minyak dengan bantuan rembesan air (water drive)
memberikan perolehan pada tahap primer yang paling besar, berarti
mekanisme ini cukup baik dalam memberikan peroiehan produksi.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 24 d a r i 47

3.2 KONSEP DASAR PADA INJEKSI AIR

3.2.1 Permeabifitas

Permeabilitas dari batuan reservoar adalah kemampuan batuan untuk dapat


dialiri fluida dimana tidak terjadi reaksi fluida dengan batuan dan tidak
merusak struktur batuan. Juga dapat diartikan sebagai ukuran konduktivitas
fluida dalam media berpori.

Bila dalam media berpori homogen dijenuhi oleh satu jenis fasa fluida, maka
dikatakan bahwa media berpori tersebut mempunyai permeabilitas absolut
Konsep permeabilitas ini berhubungan erat dengan Hukum Darcy, dimana
dalam sistem aliran iinier dinyatakan sebagai berikut
q k P
 x
A  L
Untuk unit Darcy,
q = laju alir, cc/detik
A = luas bidang alir, cm2
L = panjang iintasan alir, cm
u = viskositas fluida yang mengatir, cp
AP = beda tekanan, atm
k = permeabilitas, darcy

Bila dalam media berpori dijenuhi oleh tebih dari satu jenis fasa fluida,
maka dikatakan mempunyai permeabilitas efektif terhadap fasa fluida yang
mengalir. Permeabilitas efektif merupakan fungsi dari saturasi dan distribusi
fasa fluida dalam media berpori. Pada kondisi dimana fluida multi fasa
mengalir secara bersamaan, maka perbandingan permeabilitas efektif
terhadap permeabilitas absolut disebut permeabilitas relatif yang
merupakan besaran tidak berdimensi.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 25 d a r i 47

kw ko
K rw  K ro  k ro  0 k rw  1 (2)
K K

Berdasarkan gambar 3.1 hubungan permeabilitas relatif - saturasi air,


 SW irr =
 Sor =
 Krw pada Sor =
 Kro pada Swirr =
 So yang dapat diproduksikan =

Gambar 3.1 Hubungan Permeabilitas Relatif-Saturasi Air


Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 26 d a r i 47

Dalarn suatu persamaan matematik yang menyatakan aliran dua fasa


selalu digunakan parameter ratio permeabilitas relatif. Gambar 3.2 berikut
menyatakan hubungan ratio permeabilitas relative terhadap saturasi air dari
data yang sama untuk gambar 1. Karena harga ko/kw mempunyai selang
yang besar, maka digunakan kertas semilog dengan skala log untuk ko/kw.
Hasil plot ko/kw terhadap Sw pada umumnya mendekati garis lurus, dan
dapat dinyatakan dalam persamaan.
kw
 ae bSw (3)
K

Gambar 3.2 Hubungan Permeabilitas relatif Terhadap Saturasi Air


Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 27 d a r i 47

Permeabilitas relative dari formasi merupakan Karakteristik utama


dalam menentukan perkiraan perolehan minyak baik tahap produksi primer
maupun produksi sekunder.
Proses injeksi air pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu
pendesakan tidak campur dari dua fasa, sebagai ukuran dari efisiensi
pendesakan (injeksi air) dan hidrodinamik dari dua fasa fluida dalam media
berpori sebagai kelakuan volumetrik dari injeksi fluida. Selanjutnya
keduanya akan menentukan perolehan proses injeksi air. Efisiensi
pendesakan dari sistem aliran sangat dipengaruhi oleh kurva fractional flows
- saturation dan karakteristik dari permebilitas retatif. Sedangkan kelakuan
volumetric (sweep efficiency) tergantung pada mobility ratio yang juga
dipengaruhi oleh permeabilitas relatif. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
karakteristik permeabilitas relatif mempunyai peranan yang penting dalam
injeksi air.

3.2.2 Water Cut dan Water - Oil Ratio


Pada sumur produksi dengan laju produksi minyak qo dan laju produksi
air, qw , akan mempunyai Water cut, 1w, dan water oil ratio, WOR, yang
dinyatakansebagai berikut.
qw qw
fw   (4)
q1 qo  qw
qw
WOR  (5)
qo

qt  q o  qw (6)

Berdasarkan hubungan di atas, jumlah produksi air dapat dinyatakan dalam


hubungan,
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 28 d a r i 47

qw
qo WOR
fw   (7)
1 qw q 1  WOR
o

qw
qw qt f
WOR    w (8)
qt  qw 1 qw 1 fw
q t

Untuk aliran radial.


7.08k w h pe  pw
qw  (9)
B w w ln r e rw

7.08k o h pe  pw
qo  (10)
B o  o ln r e rw

kw  B
WOR surf  x o x o (11)
ko w B w
1
fw surf 
kw  B
x o x o
k o w B w

Pada kondisi reservoir,


kw  B
WOR res  x o  WOR surf x o (12)
ko w Bw

1
fw  (13)
kw 
1 x o
ko w
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 29 d a r i 47

Karena ko/kw sebagai fungsi dari sw, maka persamaan fractional flow dapat
dinyatakan
1
fw  (14)

1  w xae bSw
o
3.2.3 Konsep Mobility Ratio
Dalam Hukum Darcy terdapat faktor yang menyatakan hubungan
antara kecepatan aliran fluida dengan beda tekanan, faktor tersebut adalah
mobiiitas fluida (mobility). Mobititas adalah perbandingan antara
permeabilitas efektif terhadap suatu fluida dengan viskositas fluida yang
bersangkutan. Dan harganya tergantung pada saturasi fluida
k ko kw
Mobility    o  w  (15)
 o w
Pada injeksi air, dikenal mobility ratio, M yang dinyatakan sebagai,
fluida pendesak w
M   (16)
fkuida didesak o

kw 
M  x o (17)
ko w
kw menyatakan permeabilitas efektif air di belakang front minyak - air dan ko
menyatakan permeabilitas efektif minyak di depan front. Perlu diperhatikan
bahwa pada proses injeksi air;
 Persamaan fractional flow, ratio permeabiiitas relative adalah
perbandingan ko/kw pada satu harga saturasi air, yang juga berarti
pada satu titik di reservoir.
 Persamaan mobility ratio, permeabilitas efektif air adalah pada air
yang kontak pada sebagian reservoir, sedang permeabilitas efektif
minyak yang ada dalam oi! bank. Jadi permeabilias efektifnya pada
dua titik yang beda dan terpisah dalam reservoir.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 30 d a r i 47

Pada proses pendesakan minyak o!eh air, harga M < 1 merupakan kondisi
yang menguntungkan, dan sebatiknya bita M > l.yang akan diperoleh jika
viskositas minyak besar.

3.3. Pendesakan Piston-Like


Pada injeksi air, gambaran distribusi saturasi air dalam media berpori dimana
proses injeksi air terjadi seperti gambar 3.3, diskripsi secara analitis
menunjukkan bahwa injeksi air cukup komplek.

Gambar 3.3 Distribusi Saturasi Air Pada Lapisan Yang diinjeksi Air
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 31 d a r i 47

Pada gambar 3.4 menunjukkan suatu distribusi saturasi air dalam


lapisan yang diinjeksi dengan pendekatan pendesakan torak (piston like
displacement). Konsep pendesakan ini menganggap tidak ada gas bebas di
dalam reservoar dan tidak ada aliran minyak di beiakang front minyak - air,
atau dapat atau dapat dikatakan bahwa didepan air yang diijeksikan hanya
minyak yang mengalir, kecuali tersisa yang tetap dibelakang front.

Gambar 3.4 Pendesakan piston Like


Pada pendesakan piston ini pada dasarnya hanya ada dua daerah, yaitu;
1. Daerah yang tidak tersapu oleh air yang dlinjeksikan dan hanya berisi
minyak dan connate water.
2. Daerah yang tersapu dan hanya berisi minyak tersisa dan air. Dalam
sistem pendesakan piston ini mempunyai karakteristik;
1. Saturasi;
• Saturasi minyak awal, Soi
• Saturasi air awal, Swi
• Saturasi minyak tersisa, Sor
• Saturasi minyak bergerak, MOS
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 32 d a r i 47

• MOS = Soi - Sor (18)


2. Volume;
• Volume pori, Vp = vol butk x porositas
• Minyak di tempat N = Vp (1 - Sw) / Bo. STB
• Volume didesak Vo = Vp (1 - Sw, - Sor), Res bbl (19)
3. Faktor perolehan;
Faktor perotehan pada injeksi air dapat dinyatakan dengan 3(tiga) cara
yang beriainan sebagai fraksi atau persen dari
• Voiume pori
• Oil in place
• Movable oil
4. Breakthrought
Pengertian breakthrought adaiah kondisi pada saat awal air injeksi sudah
mencapai sumur produksi. Bsia breakthrought terjadi water cut akan
berubah secara mendadak dari nol menjadi satu, tanpa adanya kondisi
transisi, dan kondisi ini merupakan tanda berakhimya proses in|eksi air.
Faktor perolehan saat breakthrought tercapai dinyatakan sebagai

(RF)BT = 100% moveable oil


 S  S or 
=  oi  dari oil in place
 S oi 
= (Soi -Sor) dari volume pori

Saat breakthrought, jumlah air yang diinjeksikan, Vi, adalah

Vi=VD=Vp(Soi,-Sor) (20)

Waktu breakthrought, IBT dapat ditentukan,


Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 33 d a r i 47

Vi
t BT  (21)
qi
dimana, q, adalah laju injeksi.
Harga faktor perolehan (RF) dan Vi sebeium breakthrought terjadi
berhubungan langsung-secara linier dengan jarak front minyak - air dari
sumur injeksi.
Pendesakan Piston - Like merupakan metoda ideal yang meroberikan
perolehan yang terbesar, sehingga digunakan untuk estimasi ekonomi
proyek injeksi air.

3.4 Mekanisme Pendesakan The BuckSey - Leverett


Pada pendesakan Buckley - Leverett ini, di depan front minyak - air hanya
minyak yang mengalir, seperti yang ditunjukkan gambar 3.5. Pada front
minyak - air, saturasi fluida pendesak bertambah dengan cepat.

Gambar 5 Pendesakan Buckley – Leverett


Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 34 d a r i 47

Di beiakang front merupakan daerah dimana saturasi fiuida pendesak


bertambah secara kontinu dan berkembang sampai di titik injeksi. Di sisi lain
pada titik injeksi, saturasi minyak akan mencapai harga saturasi minyak
tersisa. Sedang pada sumur produksi, awalnya hanya minyak yang mengalir
sampai breakthrought terjadi. Seteiah breakthrought akan terjadi kenaikan
ratio dari volume fluida pendesak yang mengalir terhadap volume minyak
yang mengalir dengan cepat dan kondisi ini akan berakhir pada saat sumur
ditutup. Dalam pendesakan dengan metoda Buckley - Laverett jni ada
beberapa anggapan yang digunakan, dan informasi serta data yang
diperlukan sebagai berikut,
Anggapan yang digunakan:
1. Permeabilitasnya homogen
2. Reservoar dapat digambarkan sebagai sistem yang tinier.
3. Fiulda bersifat tidak mencampur dan tidak terkompresi
4. Fluida yang mengalir hanya dua fasa (o/w), tidak ada fasa ketiga yang
mengaiir.
5. Saturasi awa! pada keseluruhan reservoar konstan.
Data yang diperlukan;
1. Ukuran dari reservoar
2. Porositas rata-rata reservoar
3. Ratio permeabilitas minyak terhadap permeabilitas fasa fluida
pendesak sebagai fungsi saturasi (Permeabilitas relatifvs Saturasi)
4. Viskositas minyak pada kondisi reservoar
5. Viskositas fasa fluida pendesak pada kondisi reservoar
6. Saturasi awa! air dan gas
7. Laju Injeksi.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 35 d a r i 47

Informasi vang dapat diperoteh.


1. Perolehan minyak sampai breakthrought tercapai
2. Perolehan minyak sebagai fungsi WOR
3. Air yang diinjeksikan sebagai fungsi WOR
4. Untuk laju injeksi yang konstan, perolehan sebagai fungsi dari waktu
5. Untuk laju injeksi yang konstan, laju produksi sebagai fungsi waktu
Bila perubahan permeabilitas dianggap tidak penting dalam metoda
pendesakan piston like. Metoda Buckley - Laverett menggunakan
pendekatan yang lebih. sesual dalam injeksi air, yaitu menggabungkan
kondisi a!iran dua fasa yang tidak mencampur, fluida yang tidak
termampatkan, memenuhi hukum Darcy dan Material Balanced. Kecuali itu
juga menganggap permeabilitas sistem homogen dengan mengabaikan
kapilaritas.

3.5 Aplikasi Metoda Buckley - Laverett


Penggunaan metoda ini dalam perhitungan perolehan minyak dengan
menggunakan proses Injeksi air dapat dijelaskan seperti pada langkah-
langkah bagaimana menggunakan metoda Buckley - Lavefell Langkah 1.
Semua perhitungan didasarkan pada hasit plot fractional water tow, fw,
terhadap saturasi air, Sw (fw- Sw plot). Fractional water flow dihitung dengan
persamaan,

1
fw  (22)
k 
1 o x w
kw o
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 36 d a r i 47

Harga ratio viskositas dan permeabilitas relatif diperoleh dari kurva masing-
masing, hasil plot tersebut seperti pada gambar 3.6. Pada kondisi ini, bila
ada fasa gas dianggap saturasinya belum mencukupi untuk dapat mengalir,
tetapi kurva permeabilitas relatif untuk air dan minyak harus disesuaikan
dengan adanya saturasi gas. Keberadaan gas akan berpengaruh terhadap
kurva permebiiitas relatif.

Gambar 3.6 Plot fw-Sw

Langkah 2.
Saturasi air pada akhir aliran air yang ketuar dari sistem, Swf - saturasi
air front, pada saat breakthrought terjadi, dapat diperoleh dengan cara
menarik garis lurus dari titik [(fw)Swi, Swi] menyinggung kurva fw. Harga Swf
merupakan absis dari garis singgung pada titik singgungnya - lihat gambar
3.6.
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 37 d a r i 47

Pada saat breakthrought, fasa fluida pebdesak mencapai titik keluar


sistem jarak sampai suatu titik (x) menyatakan panjang dari sistem injeksi
dimana BT terjadi dan waktu breakthrouht dinyatakan,
1
AL  fw 
t BT    (23)
q 1  Sw  Swf
1
Vi q t  fw 
 t   (24)
Vp AL  Sw  Swf

Gambar 3.7 Sistem Aliran Linier Pada Pendesakan Air

Gambar 3.8 Distribusi Saturasi Pada Pendesakan Air

Sehingga besarnya volume pori yang diperlukan untuk injeksi air


sampai breakthrought tercapai dapat ditentukan. Secara analitis dapat
diuraikan sebagai berikut:
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 38 d a r i 47

Volume awal air dalam sistem = Vp Swi


1
 fw 
Volume air dalam sistem setiap saat breakthrougt= V p S w i V p  
 Sw  Swf
Volume air dalam sistem setiap waktu = Vp Sw

Bila persamaan volume air dalam sistem ini dibagi dengan Vp, maka
1
 fw 
Sw  Swi   (25)
 Sw  Swf
1
 fw 
Sw  Swi    (26)
 Sw  Swf

Harga fw Sw untuk setiap harga Sw dapat ditentukan secara grafis dan

merupakan sudut kemiringan untuk setiap Sw. Disamping itu harga


fw Sw juga dapat dihitung secara matematis berdasar persamaan,
1
fw  (27)

1  w xae bSw
o

Sehingga diperoleh,
1
fw   w 
 1  xae bSw  (28)
Sw Sw  o 
w bSw
ab e
o
= (28)
  
1  a w e bSw 
 o 
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 39 d a r i 47

Langkah 3.
Saturasi air (pada sumur produksi), Swf, seteiah breakthrought akan
bertambah terhadap waktu. Buat tabulasi perhitungan diawali dengan
saturasi air saat breakthrought sampai mencapai saturasi minyak tersisa
(Sor) dengan sembarang interval harga saturasi.

Langkah 4,
Saturasi air rata-rata dalam sistem, Sw, dapat ditentukan untuk setiap
harga saturasi air (pada sumur produksi). Secara gratis Sw ditentukan dari
ptot fw - Sw, yaitu dengan menarik garis singgung pada kurva fw pada harga
Sw = Swf, sehlngga garis singgung tersebut memotong absis pada harga fw
= 1, lihat gambar 6. Tabulasikan harga Sw untuk setiap harga saturasi pada
sumur produksi (outlet)

Langkah 5
Perolehan yang berhubungan dengan setiap harga Swf dapat dihitung
dengan persamaan-persamaan berikut,
 1 

Np  S w  S wi   PxV ,STB (29)
 Bo 

S w  S wi
Np  xN ,STB (30)
S oi

S w  S wi V D
Np  x ,STB (31)
S oi  S or B o
Langkah 6
WOR produksi yang berhubungan dengan setiap saturasi air (pada
sumur produksi) dapat diestimasikan dengan persamaan.
qw
qw q f
WoR surf   qw t  w (32)
q t  q w 1 q t 1  f w
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 40 d a r i 47

kw  B
WoR res  x o  WOR surf x w (33)
ko w Bo
Langkah 7
Air yang diijeksikan yang berhubungan dengan setiap Swf dihitung
dengan persamaaan.
1
Vi t  fw 
x t   (34)
V p AL  Sw  Swf

Langkah 8
Jika laju injeksi konstan, waktu injeksi dapat dihitung dengan
persamaan,
Vi
t  (35)
qi
Langkah 9
Laju produksi dapat diperoleh denga persamaan

q o  1  fw q i (36)

Berdasarkan perhitungan dari langkah-langkah tersebut dapat dibuat


tabulasi dengan kolom-kolom sebagai berikut,
 Kolom (1) Swf, outlet saturation
 Kolom (2) fw, outlet water cut

 Koiom (3) Sw , saturasi rata-rata system


 Kotom (4) WOR, water - oil ratio produksi
 Kolom (5) fw Sw , turunan dari fw(Sw)

 Kolom (6) Vi/Vp, kumulatif air injeksi dengan satuan pore volume
 Kolom (7) kumulatif air injeksoi, Res bbl
 Koiom (8) t, waktu, tahun.
 Kettom (9) Np, kumulatif produksi minyak, STB
 Kotom (10) qo, laju produksi minyak, STB/hari
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 41 d a r i 47

Selanjutnya dapat dibuat grafik hubungan antara perolehan terhadap WOR,


volume injeksi air dan waktu.
Studi kelayakan injeksi air, mencakup dua hal yang penting, yaitu :
 Pada kondisi awal, perlu memperkirakan perolehan secara keseluruhan
dengan menggunakan persamaan empiris;
o Persamaan Guthrie – Greenberger
ER=0.27191og Ko+0.255695, +0.1355 log o-1.538 -
0.00035h +0.11403
o Persamaan API
0.0422 0.215

 1  S w   k o w i   Pi 

1903
ER  54.894     SW  
 B oi    oi   Pa 
 Pada tahap lanjut, diperkirakan laju produksi sebagai fungsi dari waktu
dan tergantung pada,
o Konsep pendesakan fluida yang digunakan
o Tingkat keseragaman (homogenitas) media berpori
o Pola sumur injeksi-produksi
Latihan:
Perkirakan efisiensi perolehan dari pendesakan air, jika diketanui data-data
sebagai berikut;
o Ko = 300 mD
o  = 21 %
o Sw = 30 %
o h = 40ft
o o = 3 cp
Selanjutnya dapat diperkirakan jumlah minyak yang dapat dihasilkan dari
proses injeksi air dengan persamaan;
Sop Sor 
Npf  7758 xVswxxEtx   
 Bop Bor 
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 42 d a r i 47

Dimana,
Npf = kumuiatif produksi minyak, STB
Vsw = gross swept volume, acre-ft (dipengaruhi spasi sumur)
Et = total efisiensi injeksi air (dipengaruhi variasi k arah vertical)
Bop = Bo pada kondisi awal injeksi, bbl/STB
Bor = Bo pada kondisi akhir injeksi, bbl/STB
Sop = So pada kondisi awal injeksi, fraksi
Sor = So pada akhir injeksi, fraksi
Latihan;
Hitung jumlah minyak yang dapat dihasilkan pada injeksi air, jika diketahui
Vsw = 3000 ac-ft
 = 20%
Et = 67%
Sop = 23%
Sor = 7%
Bop = 1.31 bbi/STB
Bor = 1.2 bbi/STB
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 43 d a r i 47

BAB IV SUMBER AIR INJEKSI

o AIRTAWAR
 Sumber di permukaan tanah (koiam, danau, sungai kedi dan besar)
 Lapisan ailuvial
 Lapisan subsurface
o AIR ASIN
 Laut
 Lapisan subsurface
 Air asin yang terproduksi bersama minyak

4.1 SYARAT DASAR UNTUK AIR INJEKSI


 Ketersediaan dalam jumlah cukup selama umur proyek
 Bebas dari kandungan zat padat yang tidak larut atau bahan yang
tersuspensi.
 Secara kimiawi stabil dan reiatif tidak reaktif dengan senyawa dan
etemen yang ada didalam sistem injeksi dan dalam reservoar.

SUMBER AIR YANG DIINGINKAN


 Tersedia daiam jumlah yang cukup saat diperlukan
 Langsung tersedia dan lokasinya dapat dimasuki
 Murah
 Secara kimiawi kompatibe! dengan make up water lain yang mungkin
dipakai
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 44 d a r i 47

UMUMNYA KUALITAS AIR INJEKSi DiKATAKAN TIDAK BAIK. bila;


 Mengandung bahan tersuspensi yang dapat menyumbat sumur injeksi
 dengan cepat dan efektif
 Mengandung Ba, Sr, Fe dan Ca dalam iarutan bersama dengan unsure
radika! sulfat, karbonat, sulfide dan oksigen.
 Mengandung C02, HgS dan 02 yang menyebabkan korosi
 Mengandung algae, iron bacteria dan capsulated bacteria
 Mengandung sulfate reducing bacteria

AIR TAWAR (sumber dipermukaan tanah)


 Kolam dan sungai keci! umumnya kurang dapat diandalkan karena
bergantung musim
 Mengandung oksigen, bahan suspensi, dan mikro-organisme daiam
jumlah besar
 Komposisi sangat bervariasi, bergantung musim
 Biaya treating equipment, tinggi
 Biaya untuk bahan kimia tinggi
 Biaya operasi plant tinggi
 Mempersulit water treating program
 Air tawar kurang sesuai untuk reservoir yang mengandung hydratabfe clay
(clay swelling)
AIR TAWAR (sumber lapisan alluvial)
 Biaya pengembangan rendah
 Biaya pemompaan rendah
 Penapisan air secara alami menyebabkan kualitas air relatif konstan
sepanjang tahun, sehingga mempermudah water treating program
o Turbidity tidak bervariasi banyak selama musim hujan
o Kandungan zat organik reiatif konstan
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 45 d a r i 47

 Tidak korosif
 Jika suifate reducing bacteria tidak masalah, chemical treating dapat
dibuat minimal.
 Air tawar kurang sesuai untuk reservoar yang mengandung hydratable
clay (clay swelling)

AIR TAWAR (lapisan subsurface)


 Kualitas air sangat baik
 Jika dipakai "close treating and injection system" chemical treatment dan
penyaringan sering tidak diperiukan.
 Air tawar kurang sesuai untuk reservoar yang mengandung hydratable
clay (clay swelling)
 Biaya pemboran water suppy wells tinggi, khususnya didaerah yang
pemborannya sukar dan dalam hal lapisan air tawar terletak cukup
dalam.

AIR ASIN (produced water)


 Sesuai untuk reservoar yang sensitive terhadap air tawar
 Juga berfungsi sebagai water disposal
 Ketersediaan mungkin terbatas
 Kadang tidak kompatibel dengan air formasi dari lapisan yang akan
diinjeksi, perlu dilakukan tes terhadap kombinasi ion berikut:
o Besi dan oksigen
o Besi dan sulfide
o Kalsium dan karbonat
o Kalsium dan sulfat
o Barium dan sulfat
 Kadang masih mengandung oil droplet
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 46 d a r i 47

AIR ASIN (subsurface formation).


 Air asin sesuai untuk reservoar yang sensitive terhadap air tawar
 Banyak subsurface formation rnempunyai produktivitas tinggi
 Biaya pemompaan sedang
 Sesuai untuk close treating and injection system
 Biaya pemboran water suppy wells tinggi, khususnya didaerah yang
 pemborannya sukar dan dalam hal lapisan air asin terletak cukup dalam
 Kadang mengandung HzS dan C02 cukup tinggi, sehingga periu open
system

4.2 WATER TREATING SYSTEMS


Air injeksi hams ditreatment dahulu sehingga memenuhi persyaratan
sebelum di injeksikan, dalam hal ini dikenal:
1. Close treating system
2. Open treating system
3. Semi-doce treating system

CLOSE WATER TREATING SYSTEMS


Water treating dikatakan tertutup jika plant dirancang sedemikian rupa
sehingga air yang sedang di treatment tidak mengalami kontak dengan
udara.
Sehingga dapat dicegah terjadinya:
1. Reaksi oksidasi/reduksi yang menghasilkan endapan
2. Larutnya oksigen yang ada di udara ke dalam air
SEMI-CLOSED WATER TREATING SYSTEM
 Water treating disebut semi-closed jika merupakan variasi tipe tertutup
dan terbuka.
 Air ditreatment dalam open system sampai titik deaerasi.
 Dart titik aerasi sampai sumur injeksi dipakai closed system
Durasi : 4 JP
WATER FLOOD
Revisi : 00
PROD WINJ P - 13 130 HALAMAN : 47 d a r i 47

OPEN WATER TREATING SYSTEMS


Bila air sangat supersaturated atau undersaturated dengan karbonat dan
memerlukan stabilization, dipakai sistem terbuka. Dalam hal ini udara tidak
dicegah untuk berhubungan dengan air yang ditreatment, sehingga dapat
terjadi;
 Seny Fe + Oksigen Ferric yang tidak larut
 Seny Mn + Oksigen  Manganic yang tidak larut
 Acidic gases  gas teriepas, pH naik mengurangi supersaturasi
karbonat
 Air mengalami "aeration" menjadi bahan tersuspensi dan senyawa tidak
larut
Untuk mempercepat pengendapan zat padat tersebut digunakan "coagulant”
Al2(SO4)3 + 3Ca(HC03)2—>2 AI(OH)3 + 3 CaSO4 + 6CO2
Coagulant yang biasa digunakan :
 Al2(S04)3 atau Alum, jika pH 5 - 8
 FeSC4.7H20, jika pH 8 – 9
 FeCI3
 NaAlO2
Kadang ditambahkan alkali seperti kapur, soda abu (NaOH) untuk
menaikkan pH sehingga koagulasi berjalan sempurna.
Jika air mengandung algae, iron bacteria, sulfate reducing bacteria, maka
perlu ditambahkan berbagai jenis bahan kimia, biocides atau antibiotic:
 Khlorin (gas atau Na-hypochlorite, Ca-hypochlorite atau chlorinated lime)
Chlorine dipakai unt mengatasi bakteri, lime, dan semua tumbuhan
organic di air tawar. CuSCO4
 Formaldehide (bactericides dan corrosion inhibitor)
 dll

Anda mungkin juga menyukai