Anda di halaman 1dari 7

Buku Ajar Infeksi & Penyakit  Tropis : Askariasis 151

33
Askariasis
(Infeksi Cacing Gelang)

Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides, yang


merupakan nematoda usus terbesar. Angka kejadiannya di dunia lebih
banyak dari infeksi cacing lainnya, diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di
dunia pernah terinfeksi dengan cacing ini.

Siklus Hidup
Ascaris lumbricoides adalah cacing yang tersebar hampir di seluruh dunia,
terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk. Cacing dewasa berbentuk
silinder, berwarna merah muda. Cacing jantan lebih kecil (120-150 mm x 3-4
mm) dari betina (200-400 mm x 5-6 mm), dan ujung posterior pada cacing
jantan sedikit melingkar. Cacing betina menghasilkan berkisar 200.000 telur
yang telah dibuahi (fertilized) dan tidak dibuahi (unfertilized) per hari yang
diletakkannya di lumen usus. Telur ini berukuran 40 x 60 m yang ditandai
dengan adanya mamillated outer coat dan thick hyaline shell (Gambar 1).

a b c
Gambar 1. Telur Ascaris lumbricoides
(a) Telur stadium dibuahi (fertilized egg). (b) Telur stadium tidak dibuahi (unfertilized egg).
(c) Telur stadium dibuahi (decorticated)
Sumber : Purnomo dkk. Atlas Helmintologi Kedokteran, Gramedia, Jakarta. 1987: 5-7
152 Buku Ajar Infeksi & Penyakit  Tropis : Askariasis

Siklus hidup Ascaris lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya telur


oleh cacing betina di usus halus dan kemudian dikeluarkan bersama tinja.
Dengan adanya mamillated outer coat, telur ini dapat bertahan hidup karena
partikel tanah melekat pada dinding telur yang dapat melindunginya dari
kerusakan. Dengan kondisi yang menguntungkan seperti udara yang
hangat, lembab, tanah yang terlindung matahari, embrio akan berubah di
dalam telur menjadi larva yang infektif, disebut second-stage larva
(berlangsung 3 minggu). Apabila manusia tertelan telur yang infektif, larva
akan keluar di duodenum dan kemudian menembus dinding usus halus
menuju ke venula mesenterika, masuk sirkulasi portal, kemudian ke jantung
kanan, melalui pembuluh darah kecil paru sampai di jaringan alveolar paru.
Setelah itu larva bermigrasi ke saluran nafas atas yaitu dari bronkhiolus
menuju bronkhus, trakhea, epiglottis, kemudian tertelan, turun ke esofagus
dan menjadi dewasa di usus halus. Siklus hidup ini berlangsung sekitar 65-
70 hari. (Gambar 2) Umur cacing dewasa  1 tahun.

Gambar 2. Siklus hidup Ascaris lumbricoides


Sumber: Strickland GT. Hunter’s Tropical Medicine and Emerging Infectious Diseases.
W.B. Saunders Company. 2000: 726.
Buku Ajar Infeksi & Penyakit  Tropis : Askariasis 153

Epidemiologi

A.lumbricoides dijumpai di seluruh dunia dan diperkirakan 1,3 milyar orang


pernah terinfeksi dengan cacing ini. Tidak jarang dijumpai infeksi campuran
dengan cacing lain, terutama Trichuris trichiura. Telur yang infektif
ditemukan di tanah, yang dapat bertahan bertahun-tahun. Manusia
mendapat infeksi dengan cara tertelan telur cacing Ascaris lumbricoides yang
infektif (telur yang mengandung larva). Hal ini terjadi karena termakan
makanan atau minuman yang tercemar oleh telur cacing tadi.
Di daerah tropis, infeksi cacing ini mengenai hampir seluruh lapisan
masyarakat, dan anak lebih sering terinfeksi. Bayi akan terinfeksi dengan
cacing ini melalui jari ibunya yang mengandung telur Ascaris lumbricoides
segera setelah lahir. Pencemaran tanah oleh telur cacing lebih sering
disebabkan oleh tinja anak. Perbedaan insiden dan intensitas infeksi pada
anak dan orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh karena berbeda
dalam kebiasaan, aktivitas dan perkembangan imunitas yang didapat.
Penelitian di Kenya menunjukkan bahwa infeksi Ascaris lumbricoides
mempengaruhi pertumbuhan pada anak. Prevalensi tertinggi askariasis di
daerah tropis pada usia 3 – 8 tahun.

Gambar 3. Ascaris lumbricoides


(a) Cacing dewasa betina, ekor berujung lancip. (b) Cacing dewasa jantan, ekor melingkar.
(c) Cacing muda
Sumber : Purnomo dkk. Atlas Helmintologi Kedokteran. Gramedia, Jakarta. 1987: 3.

Respons Imunologis

Meskipun dari berbagai penelitian sekat lintang terlihat adanya


perkembangan imunitas terhadap parasit ini, tetapi pada pemeriksaan
respons antibodi humoral tidak mempunyai peranan untuk membatasi
154 Buku Ajar Infeksi & Penyakit  Tropis : Askariasis

infeksi ini. Adanya antibodi terhadap antigen askaris dewasa dan larva,
merupakan refleksi dari intensitas infeksi dan tidak memberikan dampak
perlindungan terhadap derajat infeksi.

Manifestasi Klinis

Sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala, akan tetapi karena tingginya
angka infeksi; morbiditasnya perlu diperhatikan.
Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh:
1. Migrasi larva
2. Cacing dewasa

1. Migrasi larva

Walaupun kerusakan hati dapat terjadi sewaktu larva melakukan siklus dari
usus melalui hati ke paru, tetapi organ yang sering dikenai adalah paru,
yang mana semua larva Ascaris lumbricoides harus melalui paru-paru
sebelum menjadi cacing dewasa di usus. Hal ini terjadi sewaktu larva
menembus pembuluh darah untuk masuk ke dalam alveoli paru. Pada
infeksi yang ringan, trauma yang terjadi bisa berupa perdarahan (petechial
hemorrhage), sedangkan pada infeksi yang berat, kerusakan jaringan paru
dapat terjadi, sejumlah kecil darah mungkin mengumpul di alveoli dan
bronkhiol yang kecil yang bias mengakibatkan terjadinya edema pada organ
paru. Semua hal ini disebut pneumonitis Ascaris. Pneumonitis Ascaris ini
disebabkan oleh karena proses patologis dan reaksi alergik berupa
peningkatan temperatur sampai 39.5–400C, pernafasan cepat dan dangkal
(tipe asmatik), batuk kering atau berdahak (ditandai dengan kristal Charcot-
Leyden), ronkhi atau wheezing tanpa krepitasi yang berlangsung 1-2 minggu,
eosinofilia transien, infiltrat pada gambaran radiologi (sindroma Loeffler)
sehingga diduga sebagai pneumoni viral atau tuberkulosis.

2. Cacing dewasa

Cacing dewasa biasanya hidup di usus halus. Yokogawa dan Wakeshima


menyatakan bahwa pada anak yang terinfeksi dengan Ascaris lumbricoides,
pertumbuhan fisik dan mentalnya akan terganggu dibandingkan anak yang
tidak terinfeksi.
Buku Ajar Infeksi & Penyakit  Tropis : Askariasis 155

Gejala klinis yang paling menonjol adalah rasa tidak enak di perut,
kolik akut pada daerah epigastrium, gangguan selera makan, mencret. Ini
biasanya terjadi pada saat proses peradangan pada dinding usus. Pada anak
kejadian ini bisa diikuti demam. Komplikasi yang ditakuti (berbahaya)
adalah bila cacing dewasa menjalar ketempat lain (migrasi) dan
menimbulkan gejala akut. Pada keadaan infeksi yang berat, paling ditakuti
bila terjadi muntah cacing, yang akan dapat menimbulkan komplikasi
penyumbatan saluran nafas oleh cacing dewasa. Pada keadaan lain dapat
terjadi ileus oleh karena sumbatan pada usus oleh massa cacing, ataupun
apendisitis sebagai akibat masuknya cacing ke dalam lumen apendiks. Bisa
dijumpai penyumbatan ampulla Vateri ataupun saluran empedu dan
terkadang masuk ke jaringan hati.
Gejala lain adalah sewaktu masa inkubasi dan pada saat cacing
menjadi dewasa di dalam usus halus, yang mana hasil metabolisme cacing
dapat menimbulkan fenomena sensitisasi seperti urtikaria, asma bronkhial,
konjungtivitis akut, fotofobia dan terkadang hematuria. Eosinofilia 10% atau
lebih sering pada infeksi dengan Ascaris lumbricoides, tetapi hal ini tidak
menggambarkan beratnya penyakit, tetapi lebih banyak menggambarkan
proses sensitisasi dan eosinofilia ini tidak patognomonis untuk infeksi
Ascaris lumbricoides.

Diagnosis

Ditegakkan dengan pemeriksaan tinja. Bila dijumpai telur atau cacing


dewasa di dalam tinja, diagnosis pasti telah dapat ditegakkan.

Pengobatan

Pada saat sekarang ini pemberian obat-obatan telah dapat mengeluarkan


cacing dari dalam usus. Obat-obatan yang dapat digunakan :
 Pirantel pamoat, dosis 10 mg/kgBB/hari, dosis tunggal, memberikan
hasil yang memuaskan.
 Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari, diberikan selama tiga hari
berturut-turut. Hasil pengobatan baik, tetapi efek samping berupa iritasi
terhadap cacing, sehingga cacing dapat terangsang untuk bermigrasi
ketempat lain harus dipertimbangkan.
156 Buku Ajar Infeksi & Penyakit  Tropis : Askariasis

 Oksantel-pirantel pamoat, dosis 10 mg/kg BB, dosis tunggal memberikan


hasil yang baik
 Albendazol, pada anak di atas 2 tahun dapat diberikan 2 tablet
Albendazol (400mg) atau 20 ml suspensi, berupa dosis tunggal. Hasil
cukup memuaskan.

Pencegahan

Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi serta lingkungan sangat


mempunyai arti dalam penanggulangan infeksi cacing gelang ini. Suatu
pengalaman oleh E. Kosin pada tahun 1973, yang mana telah dilakukan
suatu penelitian kontrol askaris di suatu desa di daerah Belawan, Sumatera
Utara, yang mana diketahui prevalensi cacing gelang pada anak 85%. Setelah
pengobatan massal, angka infeksi turun secara drastis menjadi 10%.
Akan tetapi 3 bulan kemudian, saat anak-anak tersebut diperiksa
kembali, diperoleh hasil yang sangat mengejutkan, yaitu angka infeksi naik
menjadi 100%. Setelah dilakukan penelitian, ternyata cacing yang berhasil
dikeluarkan dengan pengobatan tadi tersebar di sembarang tempat, berarti
terjadi pencemaran tanah di sekitar desa dengan telur cacing dan ini
merupakan sumber infeksi.

Kepustakaan

1. Lubis CP. Bahan Kuliah Infeksi/Penyakit Tropis Anak. Fakultas Kedokteran


USU. In press 1988.
2. Kazura JW. Ascariasis. In: Berhman RE, Kliegman RM, Arvin AM, editors.
Nelson’s Tetxbook of Pediatrics. 15th ed. Philadelphia: W.B.Saunders Company;
1996. p.992-5.
3. Garcia LS, Bruckner DA. Diagnostic Medical Parasitology. Elsevier Science
Publishing Co, Inc; 1988. p.138-45.
4. Gilles HM. Ascariasis. In: Strickland GT, editor. Hunter’s Tropical Medicine. 6 th
ed. Philadelphia: W.B.Saunders Company; 1984. p.625-9.
5. Beaver PC, Jung RC, Cupp EW. Clinical Parasitology. 9 th ed. Philadelphia: Lea &
Febiger; 1984. p.307-19.
6. Bundy DAP, DeSilva N. Ascariasis. In: Strickland GT, editor. Hunter’s Tropical
Medicine and Emerging Infectious Diseases. 8th ed. Philadelphia: W.B.Saunders
Company; 2000. p.726-30.
Buku Ajar Infeksi & Penyakit  Tropis : Askariasis 157

7. Purnomo, Gunawan W, Magdalena LJ, Aydar, Harijadi AM. Atlas Helmintologi


Kedokteran. Jakarta: Gramedia; 1987. p.5-7.

Anda mungkin juga menyukai