206 386 1 PB PDF
206 386 1 PB PDF
Abstrak
Infeksi menular seksual (IMS) masih menjadi masalah kesehatan utama dibeberapa bagian dunia. Pene-
litian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor host dan lingkungan yang berpengaruh terhadap
kejadian servisitis pada pekerja seksual. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan kasus
kontrol dengan tehnik consecutive sampling. Faktor risiko yang terbukti berpengaruh terhadap terjadi-
nya servisitis adalah riwayat infeksi menular seksual (p=0,0001), mempunyai pasangan hubungan seksual
(pacar) beda jenis kelamin (p=0,014, OR=4,4; CI95%=1,3-14,3), riwayat oral seks/cunnilingus (p=0,003,
OR=6,8; CI95%=1,9-24,8), perokok (0,0001, CI95%=5,6; CI95%=2,4-13,1). Perilaku penggunan kondom
last sex merupakan faktor protektif yang berpengaruh terhadap kejadian servisitis (p=0,0001, OR=0,198;
CI95%=0,07-0,5). Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk mencegah servisitis pada kelompok be-
risiko pekerja seks komersial maka hendaknya menghindari dari terpajannya agent yang menyebabkan
infeksi menular seksual, tidak mempunyai pasangan yang tidak resmi (pacar) yang mengarah ke perilaku
seks bebas, menghindari perilaku oral seks/cunnilingus, tidak merokok. Pada perilaku berisiko hendaknya
menggunakan kondom untuk pencegahan servisitis
sexually transmitted infection (STI) remains a major health problem in some parts of the world. This
study aimed to determine the host and environmental factors the effect on the incidence of cervicitis on
sex workers. The study was observational case-control design with consecutive sampling technique. Risk
factor for cervicitis is a history of sexually transmitted infections (p=0,0001), have couple (boy friend)
different gender (p=0,014, OR=4,4; CI95%=1,3-14,3), history of oral sex/cunnilingus (p=0,003, OR=6,8;-
CI95%=1,9-24,8), smokers (p=0,0001, CI95%=5,6; CI95%=2,4-13,1). Condom use last sex behavior is a
protective factor affecting the incidence of cervicitis (p=0,0001, OR= 0,198; CI95 %=0,07- 0,5). The con-
clusion of this study is to prevent servisitis at-risk groups of commercial sex workers it should avoid from
exposure of agents that cause sexually transmitted infections, does not have a spouse who is not authorized
(girlfriend) that leads to sex behavior, avoid behaviors oral sex / cunnilingus, no smoke. At-risk behavior
should use condoms for prevention servisitis
Korespondensi Penulis:
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta
nazarwins@yahoo.com/nazarwinepid@gmail.com Phone : (021) 7492135
3
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2016 - Maret 2017 | Vol. 11, No. 1, Hal. 3-8
4
Nazarwin Saputra, Bagoes Widjanarko, Henry Setyawan | Faktor Risiko Servisi s Pada PSK
Juli 2013. Data dianalisasis secara univariat, hubungan seksual (pacar) beda jenis kelamin,
bivariat dengan chi square dan multivariat de- riwayat oral seks, perokok serta mempunyai
ngan regresi logistik berganda. faktor protektif perilaku penggunaan kondom
last sex adalah 96,16%.
Hasil Variabel yang tidak berpengaruh terha-
Resosialisasi Argorejo terletak di lingku- dap kejadian servisitis pada pekerja seks komer-
ngan Rukun Warga IV Kelurahan Kalibanteng sial diantaranya umur, lingkungan pengguna
Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Sema- narkoba, pengkonsumsi alkohol, lama menjadi
rang. Rehabilitasi sosial Sunan Kuning dikelo- PSK, tingkat pendidikan, jenis kontrasepsi, in-
la oleh pengurus Resos terdiri atas pengasuh la- tensitas melakukan hubungan seksual, jumlah
ki-laki/papi dan pengasuh perempuan/ mami. mitra seks, perilaku vulva higiene, intensitas
Kepengurusan rehabilitasi sosial bertempat di mengganti celana dalam, menggunakan jeans
satu kantor di dalam gedung rehabilitasi sosial. ketat, kebiasaan vaginal douching, Kondom
Lokalisasi Sunan Kuning mempunyai peratu- last week, pengguna narkoba, pendapatan. Hal
ran yang ditegakkan untuk anak asuh maupun ini mungkin disebabkan ada cara lain yang
mucikari. lebih kuat dalam penyebaran kasus servisitis.
Dari tabel 1 didapatkan informasi vari- Beberapa variabel tidak terpapar dengan agent
bel yang dimasukan ke dalam multivariat uji servisitis secara langsung yaitu Infeksi Chla-
regresi logistik ganda adalah umur, riwayat mydia trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae.
IMS, pasangan HUS beda jenis kelamin, ri-
wayat oral seks, kebiasaan vaginal douching, Pembahasan
perilaku penggunaan kondom last sex, pero- Adanya hubungan yang siginifikan an-
kok, lingkungan pengguna narkoba, penggu- tara riwayat IMS dengan servisitis dan riwayat
na narkoba, pengkonsumsi alkohol dan lama IMS merupakan faktor risiko terjadinya ser-
menjadi PSK. Variabel dtersebut diatas dima- visitis karena responden mempunyai riwayat
sukkan ke uji regresi logistik ganda dengan ala- kontak lansung terpapar dengan agent servi-
san mempunyai p<0,25 atau pun secara sub- sitis yaitu Infeksi Chlamydia trachomatis atau
stansi penting untuk dimasukan. Neisseria gonorrhoeae. Sehingga besar risiko
Setelah dilakukan uji regresi logistik gan- terjadinya servisitis. Servisitis meliputi meta-
da, maka diperoleh hasil bahwa variabel yang plasi skuamosa, inflamasi kronik, poliferasi
dinilai sangat berpengaruh terhadap terjadinya selsel kolumner (perubahan mikro glandular).
servisitis. Variabel tersebut dapat dilihat pada Metaplasia menimbulkan obliterasi progre-
tabel 2. Pada tabel 2 variabel yang berpengaruh sif papilla endoserviks dan obstruksi kripta
terhadap kejadian servisitis diantaranya riwayat kelenjar sehinnga membentuk kista nabothi.(2)
infeksi menular seksual (p=0,0001), mempu- Faktor biologi yang dapat meningkatkan risiko
nyai pasangan hubungan seksual non komer- tertular infeksi pada wanita adalah adanya pa-
sial beda jenis kelamin (p=0,014, OR=4,4; paran kolumnar epitel; pada leher rahim (ek-
CI95%=1,3-14,3), variabel riwayat oral seks/ topoik), yang merupukan temuan umum pada
cunnilingus (p=0,003, OR=6,8; CI95%=1,9- remaja. Infeksi Clamidia dan N. gonorrhoea
24,8), seorang perokok (0,0001, CI95%=5,6; yang merupakan agent dari kejadian servi-
CI95%=2,4-13,1). Perilaku penggunaan kon- sitis menginfeksi jenis epitel, ketika terkena
dom last sex merupakan faktor protektif bersembunyi di endoserviks. Faktor biologis
yang berpengaruh terhadap kejadian servisitis lainnya termasuk kurangnya antibody pelin-
(p=0,0001, OR=0,198; CI95%=0,07-0,5). dung yang dihasilkan dari infeksi sebelumnya;
Tingkat risiko PSK untuk terinfeksi penurunan tingkat IgG selama fase folikuler
servisitis apabila PSK tersebut mempunyai ri- dari siklus mestruasi dibandingkan dengan
wayat infeksi menular seksual adalah 99,69%. orang dewasa, pada usia remaja hanya terdapat
Tingkat risiko PSK untuk terinfeksi servisitis sedikit hidrogen peroksida pelindung pengha-
apabila PSK tersebut mempunyai pasaangan sil lactobacilli.(10)
5
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2016 - Maret 2017 | Vol. 11, No. 1, Hal. 3-8
Tabel 1. Rangkuman hasil analisis univariat variabel sitis. PSK mempunyai tingkat mobilisasi yang
bebas terhadap kejadian servisitis cukup tinggi begitu pula dengan pasangan
Variabel
OR
Nilai P seksual non komersial (pacar) yang sering ber-
(CI95%) ganti-ganti. Sering berganti gantinya pasangan
Umur 4,3 (2,2-8,4) 0,001 sekual non komersia ini berdampak pada
Pendidikan - - penggunnaan kondom sebagai faktor protektif
Jenis kontrasepsi 0,7(0,4-1,5) 0,6 sering kali tidak diindahkan oleh PSK terbuk-
ti dari hasil uji univariat menyatakan alasan
Intensitas melakukan HUS 1,0(0,5-1,9) 1,0
tidak menggunakan kondom yang paling ba-
Riwayat IMS - 0,001
nyak adalah karena melakukan hubungan sek-
Jumlah mitra seks 0,8(0,4-1,5) 0,6 sual dengan pacar sendiri baik pada kelompok
Riwayat biseks -- - kasus sebesar 27 reponden (58,7%) maupun
Mempunyai pasangan HUS kontrol sebanyak 4 responden (36,4%). Peneli-
10(3,6-27,4) 0,001
beda jenis kelamin tian sebelumnya menyatakan seseorang wanita
Riwayat oral seks (cunnilin- 14,7(4,9- yang mempunyai pasangan HUS baru berbeda
0,001
gus) 44,3) jenis atau pria memiliki faktor risiko terinfeksi
Vulva higiene 0,3(0,03-3,1) 0,6 servisitis hampir 3 kali dibandingkan dengan
Intensitas mengganti celana
wanita yang tidak mempunyai HUS baru.
0,7(0,4-1,5) 0,6 Oral seks / cunnilingus berpengaruh ter-
dalam
Menggunakan celana ketat 0,8(0,4-1,7) 0,8
hadap kejadian servisitis. Oral seks/ cunnili-
ngus dapat menyebabkan iritasi dan merubah
Vaginal douching 1,6(0,7-3,5) 0,25
keseimbangan kimia dan flora vagina, yang
Kondomm last sex 0,118(0,05- akhirnya dapat terjadi perlukaan serta memu-
0,001
2,5)
dahkan terjadinya infeksi, disamping itu iritas
Kondom last week 1,0(0,5-1,8) 1 kronik dapat menyebabkan transformasi sel
Lingkungan perokok - - epitel normal menjadi epitel displastik sehing-
Perokok 5,3(2,6-10,6) 0,001 ga memudahkan infeksi Clamidia dan N. go-
Lingkungan konsumsi 2,06(1,03- norrhoea yang merupakan agent dari servisitis.
0,03 (14)
Inflamasi atau peradangan maupun ulserasi
narkoba 4,13)
Pengguna narkoba 4,1(0,4-38) 0,36 kulit atau mukosa adalah portal masuk HIV.(10)
Pada penelitian sebelumnya menyatakan seo-
Lingkungan konsumsi
- - rang wanita yang mempunyai riwayat melaku-
alkohol
kan oral seks akan berisiko terjadinya servisitis
Pengkonsumsi alkohol 3,9(2,03-7,6) 0,001
dibandingkan yang tidak melakukan oral seks
Pendapatan 1,1(0,5-2,0) 0,8
(OR= 2,3 [95% CI, 1,2–4,2).(14)
Lama menjadi PSK 3,1(1,5-6,2) 0,002 Perokok berpengaruh terhadap kejadian
Sebagian besar responden positif servi- servisitis. Paparan rokok yang konsisten ber-
sitis tidak mengetahui bahwa diri terkena ser- peran dalam menurunkan respon imun selu-
visitis, dokter hanya mengatakan hanya ada ra- ler pada mukosa serviks itu sendiri. Nikotin
dang saja. Persepsi radang tersebut bukan IMS terakumulasi pada mukosa serviks yang dapat
bagi PSK. Penelitian sebelumnya mnyatakan menggangu fungsi imunologiknya. Struktur
penderita infeksi servisitis berasosiasi kuat dan fungsi epitel serviks yang belum sempur-
dengan terjadinya kandiloma akuminata yang na paparan rokok dapat menurunkan respon
menetap. Penelitian lain melaporkan bahwa imun seluler.15) Merokok pada penelitian sebe-
riwayat servisitis sebelumnya berisiko menu- lumnya dinyatakan berhubungan dengan in-
larkan kandiloma akuminata yang merupakan flamasi dan infeksi seviks.(16)
salah satu infeksi menular seksual.(11-13) Kondom lateks yaitu jenis kondom eks-
Pasangan hubungan seksual beda jenis tra tipis dan aneka rasa dirancang mempunyai
kelamin berpengaruh terhadap kejadian servi- permeabilitas membran yang dapat meng-
6
Nazarwin Saputra, Bagoes Widjanarko, Henry Setyawan | Faktor Risiko Servisi s Pada PSK
Tabel 2. Model akhir uji regresi logistik ganda variabel bebas terhadap kejadian servisitis
Nilai Exp 95% CI exp (B)
Variabel B SE Uji Wald
p (B) Bawah Atas
Pasangan HUS beda jenis kelamin 1,482 0,601 6,078 0,014 4,402 1,355 14,303
Riwayat oral seks/Cunilingus 1,928 0,654 8,680 0,003 6,877 1,907 24,801
Perilaku penggunaan kondom last sex -1,617 0,472 11,715 0,001 0,198 0,079 0,501
Perokok 1,723 0,433 15,873 0,000 5,603 2,400 13,079
Constanta -0,295 0,452 0,424 0,515 0,745
hambat lewatnya orgasnisme dalam berbagai faktor protektif perilaku penggunaan kondom
ukuran seperti spermatozoa dengan diameter last sex adalah 96,16%.
0,003 mm (3000 nm) dan juga patogen penye-
bab penyakit seksual N. gonorrhoeae (800 Ucapan Terima Kasih
nm), C. trachomatis (200 nm), HIV (125 nm) Peneliti mengucapkan terima kasih
dan Hepatitis B (40 nm).Pada jenis kondom sebesar besarnya kepada seluruh pihak
ekstra safe mempunyai lubrikasi yang berfung- yang telah membantu terlaksananya pene-
si untuk memudahkan ketika memasang dan litian ini diantaranya kepada Kepala Dinas
lebih nyaman ketika digunakan. Beberapa lu- Kesehatan Kota Semarang, Kepala puskes-
brikasi pada kondom mempunyai tambahan mas Lebdosari Kota Semarang, pengurus
yang mengandung spermacide dan banyak resosialisasi argorejo, ketua LSM Gria Asa,
digunakan adalah Nonoxynol 9. Nonoxynol 9 Ketua PKBI Kota Semarang.
dapat membunuh sperma, bakteri dan beber-
apa virus, sehingga dapat menambahkan level Daftar Pustaka
perlindu ngan jika semen keluar dari kondom 1. Marrazzo JM, Handsfield HH, Whitting-
dan dapat mengurangi kemungkinan terjadi ton WL. Predicting chlamydial and gono-
kehamilan.(17) coccal cervical infection: implications for
Hasil penelitian sebelumnya menunjuk- management of cervicitis. Obstet Gyne-
kan ada faktor risiko penggunaan kondom yang col 2002; 100:p 579–84.
tidak konsisten, jenis kondom ekstra tipis, cara 2. Richard N. Mitchell, et al. BS Dasar pa-
penggunaan kondom yang tidak sesuai (sebe- tologis penyakit edisi 7. Jakarta: Penerbit
lum ereksi), kurangnya menjaga kebersihan buku kedokteran EGC. 2009. Hal. 614-615
organ genital dengan baik dan penggunaan an- 3. Subdin P3 Dinkesprop Jateng. Laporan
tiseptik yang tidak teratur setelah melakukan Kasus IMS di Propinsi Jawa Tengah Tahun
hubungan seks.(17) 2011. Semarang : Dinkesprop Jateng. 2012
Kesimpulan Faktor faktor yang terbuk- 4. Subdin P2M DKK Semarang. Laporan Ka-
ti berpengaruh terhadap kejadian servisitis sus IMS di Kota Semarang Tahun 2010.
riwayat infeksi menular seksual, mempunyai Semarang : DKK Semarang. 2011.
pa sangan hubungan seksual (pacar) beda je- 5. Subdin P2M DKK Semarang. Laporan
nis kelamin, riwayat oral seks/cunnilingus, Kasus IMS di Kota Semarang Tahun 2011.
perokok merupakan. Perilaku penggunan Semarang : DKK Semarang. 2012.
kondom last sex merupakan faktor protektif 6. Gupta S, Sodhani P, Sharma A, Sharma
yang berpengaruh terhadap kejadian servisitis. JK, Halder K, Charchra KL, et al. Preva-
Tingkat risiko PSK untuk terinfeksi servisitis lence of high-risk human papillomavirus
apabila PSK tersebut mempunyai riwayat in- type 16/18 infection among women with
feksi menular seksual adalah 99,69%. Tingkat normal cytology: risk factor analysis and
risiko PSK untuk terinfeksi servisitis apabila implications for screening and prophylaxis.
PSK tersebut mempunyai pasangan hubungan Journal Compilation Noida. India Cytopa-
seksual (pacar) beda jenis kelamin, riwayat oral thology 2009. 20, p 249–255 a
seks/cunnilingus, perokok serta mempunyai 7. Daili FS. Tinjauan Penyakit Menular Sek-
7
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2016 - Maret 2017 | Vol. 11, No. 1, Hal. 3-8
sual dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Ke- bagai faktor risiko kejadian infeksi menular
lamin. Edisi 3. Jakarta: FK UI. 2000. Hal. seksual pada wanita pekerja seks di Lokasi
1-3 Batu 24 Kabupaten Bintan. Jurnal Keseha-
8. Edy W. Praktik Wanita Pekerja Seks (WPS) tan Masyarakat. Vol. 1. No. 2. Tahun 2012.
Dalam Pencegahan Penyakit Infeksi Menu- Hal. 357 – 363
lar Seksual (IMS) Dan HIV&AIDS Di Lo-
kalisasi Koplak, Kabupaten Grobogan. Jur-
nal Promosi Kesehatan Indonesia. Agustus
2009; vol 4; no 2; Hal. 94-102
9. Silman AJ. Epidemiological studies : a
practical guide, Cambridge University
Press, Cambridge, 1995, 44-56
10. Risser WL, Bortot AT, Benjamins LJ, et al.
The Epidemiology of sexually transmitted
infection in adolescent. Seminar pedeatr
Infect Dis 16: 160-167. 2005 Elsevier Inc
11. Moscicki A, Hills N, Shiboski S. Risk for
Incident Human Papillomavirus Infection
and Low Grade Squamous Intraepithelial
Lesion Development in Young Females. J
Am Med Assc. 2001; vol 285; no 23.
12. Amo J, Gonzalez, Losana, et al. Sex Work-
ers : Influence of age and geographical or-
igin in the prevalence of high risk human
papillomavirus in migrant female sex work-
ers in Spain. Sex Transm Infect. 2005; vol
81; p 79 – 84.
13. Samoff, Koumans, Markowitzs et al. As-
sociation of Chlamydia trachomatis with
Persistence High Risk Types of Human
Papillomavirus in a Cohort of Female Ado-
lescents. Am J of Epidemiology. 2005. vol
162, no 7, p 668 – 675
14. Marrazzo JM, Wiesenfeld HC, Murray PJ,
Busse B, Meyn L, Krohn M, Hillier SL.
Risk Factors for Cervicitis among Women
with Bacterial Vaginosis. The Journal of In-
fectious Diseases 2006; 193: p 617–24
15. Marrazzo JM, Martin DH. Management
of women with cervicitis. Clin Infect Dis
2007;44 (Suppl 3):S102–10
16. Critchlow CW,Wolner-Hanssen P, Eschen-
bach DA, et al. Determinants of cervical
ectopia and of cervicitis: age, oral contra-
ception, specific cervical infection, smok-
ing, and douching. Am J Obstet Gynecol
1995; 173:534–43
17. Arifin NF, Ginandjar P, Udiyono A. Peng-
gunaan kondom dan vaginal higiene se-