PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
pencernaan disebabkan oleh infeksi dari beberapa kuman. Kuman masuk lewat makanan
yang biasanya disebabkan oleh kebersihan, kurang gizi, dan kehegenisan yang tidak terjaga.
Diare masih menjadi masalah kesehatan utama masyarakat dan merupakan salah satu
Berdasarkan World Health Organization (WHO ) tahun 2008, secara global semua
kelompok usia dapat bisa terkena diare, tetapi penyakit diare dalam tingkat berat dengan
resiko kematian yang tinggi terutama terjadi pada balita. Di negara berkembang anak – anak
diare per tahun, sebagian besar ( 70 % - 80 % ) dari penderita ini adalah balita dan anak.
Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar
42,66%, lebih rendah dibanding tahun 2011 (57,9. Pada tingkat kabupaten/kota, diketahui
bahwa cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi adalah Kabupaten Klaten
Berdasarkan data statistik dari Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung penderita
diare periode bulan Januari sampai Desember 2014 yang dirawat mencapai 30 pasien untuk
laki-laki dan 47 pasien untuk perempuan dari anak-anak hingga dewasa. Berdasarkan
observasi selama melakukan praktek keperawatan anak, pasien anak yang menderita diare
penurunan nafsu makan dan kehilangan banyak cairan serta asupan makanan dari frekuensi
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul “Asuhan
Kebutuhan Tubuh Pada An.Z Dengan Diagnosa Medis Gastroenteritis Di Ruang Seruni
Rumusan masalah yang penulis susun dari data – data yang telah penulis dapatkan
adalah apakah penderita gastroenteritis mengalami kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh ?
C. TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Gastroenteritis
pasien Gastroenteritis
pasien Gastroenteritis
pasien Gastroenteritis
ISI
1. DEFINISI
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defeksi abnormal ( lebih dari 3 kali
hari), serta perubahan dalam isi ( lebih dari 200 g/hari ) dan konsistensi feses cair.
Diare adalah inflamasi lambung atau usus halus yang dapat sembuh sendiri.
Diare adalah Terganggunya defeksi normal yang menyebabkan feses encer dan sering
keluar.
Kesimpulan
Diare adalah inflamasi lambung atau usus halus yang dapat menyebabkan buang air
besar (tinja) yang berbentuk cair yang berlangsung lebih dari tiga kali dalam satu hari.
2. ETIOLOGI
Tingginya angka kematian akibat diare tersebut masih disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain : karena kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang
Otitis Media Akut yang banyak terdapat pada anak dan bayi dibawah dua
tahun.
b. Faktor Mal Absorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, disakarida ( intoransi, laktosa maltosa dan
pada bayi dan anak yang terpenting dan terserang malabsorbsi lemak dan
protein.
1) Faktor makanan
Faktor makanan adalah seperti makanan beracun, basi dan alergi terhadap makanan
yang ia makan.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas ( jarang terjadi pada anak namun
sering terjadi ).
histolytica. Parasit seperti Ascaris, Enterobius, dan Trichinella spiralis. Virus seperti
adenovirus, ekovirus, dan coxsacevirus. Menelan toksin seperti tanaman dan jamur yang
beracun, resiko obat yang berasal dari antibiotik, alergi makanan dan defisiensi enzim.
3. Klasifikasi Diare
a. Diare akut
Diare akut adalah berlangsung kurang dari ( 14 ) empat belas hari umumnya kurang
b. Diare presisten
Diare presisten adalah berlangsung lebih dari ( 14 ) empat belas hari secara terus
c. Diare disentri
Diare disentri yang disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah Anorexsia
Anak yang menderita diare akut presisten mungkin juga disertai penyakit lainnya
4. PATOFISIOLOGI
Diare dapat terjadi akibat adanya zat pelarut yang tidak dapat diserap di dalam feses,
yang disebut diare osmotik, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering diare
dalam volume besar akibat iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus atau usus
besar.
Iritasi usus oleh patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat zat
tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat
syok hipovolemik dan ketidakteraturan elektrolit. Toksin kolera yang dikeluarkan bakteri
kolera adalah contoh zat yang sangat menstimulasi motilitas dan secara langsung
menyebabkan sekresi air dan elektrolit kedalam usus besar, sehigga unsure-unsur plasma
yang penting terbuang dalam umlah besar. Ditemukan di daging giling yang tidak matang
menyebbkan diare berdarah hebat. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh
Gluten merupakan protein yang memiliki berat molekul besar, ditemukan dalam gandum
hitam, dan terutama gandum. Lesi khas mukosa usu yang di induksi gluten adalah
hilangnya atau tumpulnya villi disertai pemanjangan kripta, sehingga mukosa terlihat
datar. Hilangnya villi menyebabkan permukaan absrobsi secara bermakna. Selain itu
6. MANIFESTASI KLINIS
dalam feses. Pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh usus ( borborigimus ),
anoreksia, dan haus. Spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus (
Diare dapat eksplosif atau bertahap dalam sifat dan awitan. Gejala yang berkaitan
Feses berair adalah karakteristik dari penyakit usus halus, sedangkan feses semi
padat lebih sering dihubungkan dengan gangguan kolon. Feses yang sangat besar dan
berminyak menunjukkan malabsorbsi usus, dan adanya mukus dan pus dalam feses
menunjukkan adanya enteritis inflamasi atau kolitis. Droplet minyak dalam air toilet
neuropatik diabetik.
(Smeltzer, 2001)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest bila diduga
Untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif
8. KOMPLIKASI
Komplikasi diare mencakup potensial terhadap distitmia jantung akibat hilangnya cairan
dan elektrolit secara bermakna ( khususnya kehilangan kalium ). Haluaran urin kurang
dari 30 ml / jam selama 2 sampai 3 jam secara berturut – turut, kelemahan otot, dan
parestesia. Hipotensi, anoreksia, dan mengantuk dengan kadar kalium dibawah 3,0 mEq /
jantung ( takikardia atrium dan ventrikel, fibrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel
(Smeltzer, 2001)
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
a) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada
anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan
b) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
(1) Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :1 jam pertama : 40
oralit
(2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan beratbadan 10-15 kg1 jam pertama :
(1 ml=20 tetes)
(3) Untuk anak lebihdari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg1 jam pertama
(4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg Kebutuhan cairan: 125 ml
tts).
(5) Untuk bayi berat badan lahir rendah Kebutuhancairan: 250 ml/kg/BB/24
jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
Untuk anak dibawah 1 tahun dan ana kdiatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
Cara pemberian :
Hari pertama 1 : Setelah rehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi
ASI / susu formula tetapi diare masih sering, diberikan oralit selang seling dengan
Hari 5 : bila tidak ada kelainan klien dipulangkan. Kembali susu atau makanan
c. Obat-obatan (farmakologik)
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan / tanpa
muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (
2) Obat spasmolitik
Papaverin, ekstrak beladon, opium loperamid tidak digunakan pada klien diare.
Obat pengera tinja seperti kaolin, pektin, charcoal tabonal tidak bermanfaat
3) Anti biotik
Umumnyaanti biotiktidak diberikan bila tisdak ada penyebab yang jelas.Pada klien
a. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk
neonatus lebih dari 4 kali / hari sedangkan untuk anak lebih dari 3 kali / hari dalam
sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya diare pada anak ditinjau dari pola makan, kebersihan, dan
interview. Alamat dapat berhubungan dengan epidemiologi ( tempat, waktu, dan orang
)
b. Keluhan utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klinis berupa BAB
yang tidak normal atau cair yang lebih banyak dari biasanya
Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare
dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor
psikolois.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare biasanya berak lebih dari 3 kali dalam
sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntah. kualitas, Bab konsistensi,
Insfeksi parentral seperti ISPA, infeksi saluran kemih, OMA ( otitis media akut)
1) Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga yang
yang kurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat fecal – oral
4) Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebih perlu suatu keputusan untuk penanganan
awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan pengalaman
1) Pola nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya
diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan sampai jelek dan dapat terjadi
BAB ( frekuensi, banyak,warna, dan bau ) atau tanpa lendir, darah dapat
lebih lanjut.
BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine.
3) Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi
4) Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untk memenuhi
g. Pemerikaan fisik
1) Sistem neurologi
Inspeksi, Keadaan umum diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien.
Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit.
kering, pada neonatus dan bayi ubun ubun besar tampak cekung.
Mata, konjungtiva adakah anemis, seklera adakah icterus, reflek mata dan pupil
terhadap cahaya, isokor, miosis. Pada keadaan diare yang lebih lnjut atau syok
dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang, lebih dari 2 detik = dehidrasi berat )
4) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi, pucat, tekanan vena jagulari menurunadakah pembesaran jantung, suhu
tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat
akut masih dala batas normal ( batas kiri umumnya tidak lebih dari 4 -7 dan 10 cm
ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang intercostalis ke 4,5 dan 8 )
Auskultasi, pada dehidrasi berat terjafi gangguan sirkulasi, auskultasi bunyi
jantung S1, S2, monitor atau bunyi tambahan lainya. Kaji tekanan darah.
5) Sistem Pernafasan
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi, retraksi intercostal atau subcostal. Kaji
negatif.
Auskultasi, dengan mengunkan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas,
nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit
sehari, adakah bau, disertai lendir atau darah. Kontur permukaan kulit menurun,
membesar
Palpasi, adanya nyeri tekan, supervisial pembuluh darah, massa. Hepar dan lien
tidak teraba
7) Sistem Perkemihan
Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki laki, apak labia mayor menutupi
labia minor, pembesaran scortum, ranbut. BAK frekuensi, warna, dan baus serta
cara pengeluaran kencing spontan serta menggunakan alat. Observasi output tia 24
dari infeksi.
Kriteria hasil :
1) BB stabil
tingkat energi kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan
2) Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat
penerimaan
dengan tepat
5) Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat kontrol infus
sesuai kebutuhan. Atur kecepatan pemberian per jam sesuai anjuran. Jangan
9) Pantau gula / aseton urine atau glukosa tusuk jari per protokol
pankreas
10) Kaji fungsi GI dan toleransi pada pemberian makan enternal: catat bising usus,
Rasional : karena pergantian protein dari mukosa GI terjadi kira kira setiap 3 hari,
saluran GI beresiko tinggi pada disfungsi dini dari penyakit dan malnutrisi
11) Tentukan pentingnya transisi pada pemberian makan oral dengan tepat
Rasional : meskipun pasien memiliki sedikit minat atau hasrat untuk makan oral
lebih disukai mengingat efek samping / komplikasi potensial dari terapi dukungan
nutrisi
intervensi nutrisi
18) Bantu dengan pemasangan dan memastikan penempatan jalur infus yang tepat
transferin
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang kurang dan output
Kriteria hasil :
1) tidak ada tanda-tanda dehidrasi, balance cairan seimbang
2) Palpasi nadi perifer, perhatikan pengisian kapiler, warna / suhu kulit, kaji mental
menyebabkan syok
3) Pantau haluaran urine. Ukur / perkirakan kehilangan cairan dari semua sumber
Rasional : kebutuhan penggantian cairan didasarkan pada perbaikan saat ini dan
4) Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan keseimbangan cairan 24
jam.
volume intravaskuler
5) Pastikan kesukaan pasien minuman pasien, dan atur jadwal masukan cairan 24
jam
Ringer
1) Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 -10 ) dan faktor
ketidaknyamanan sendiri
2) Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai
Rasional : intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot /
Kriteria hasil :
Rasional : intake cairan yang adekuat membantu penurunan suhu tubuh serta
6) Kolaborasidengandokteruntukmemberikanobatantipiretik
hipotalamus
Kriteriahasil :
3) Hindari menggunakan tissue basah yang dijual bebas yang mengandung ultura
Rasional : karenadapatmenyebabkannyeri
4) Observasi bokong dan perineum akan adanya infeksi
Kriteria hasil :
2) Keluarga klien mengetahui cara pencegahan dan perawatan anak yang menderita
gastroenteritis
3) Keluarga kilen mampu mendemonstrasikan cara pembuatan oralit atau LGG dengan
Rasional : untuk menentukan intervensi secara tepat dengan masalah yang ada
(Doenges, 2000 )
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Yamin, Citra Windani M.S, Sheizi Prista Sari, 2008. Upaya ibu yang memiliki balita
dalam pencegahan dan Penanggulangan diare di daerah kerja puskesmas Cililin desa
cililin kabupaten bandung barat. Melalui
http://journal.PencegahandanPenanggulanganDiare.ac.id/sju/index.php/ujph. (diunduh
28 Mei 2015)
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Alih bahasa, Nike Budhi Subekti. Editor edisi alih
bahasa indonesia, Egi Komara Yudha, edisi 3. Jakarta : EGC
Cynthia M. Taylor. 2010. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
10. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta : EGC
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Profil Jawa Tengah Tahun 2012.Semarang :
Dinas Kesehatan melalui
http://www.depkes.go.id/recourses/download/profil/PROFIL.KES
PROFINSI_2012/13_Kes.Prov.JawaTengah_2012.pdf.
Marilynn E Doenges, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Alih Bahasa 1 Made Kariasa
S.Kp Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Price, Sylvia. A.&Wilson, Lorraine. M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit / Sylvia Anderson Price, Lorraine Mr. Carty Wilson; alihbahasa, Brahm U.
editor edisi Bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto, edisi 6 volume 1. Jakarta : EGC
Saferi Andra Wijaya. 2013. Keperawatan Medikal Bedah cet 1. Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer, Suzane C. 2001. Brunner &Suddart. Keperwatan Medikal Bedah Volume 1 edisi 8.
Alih Bahasa Agung Waluyo S.Kp, MSc Jakarta : EGC
Yulianto Wijaya. 2012.Faktor Resiko Kejadian Diare Balita Di SekitarTPS Banaran Kampus
UNNES. melalui Unnes Journal of Public Health
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph (diunduh tanggal 28 Mei 2015 )
1. PATHWAYS
Faktor Infeksi Faktor Makanan
Bakteri, virus, parasit Kondisi Patologis
Melepas endotoskin
Menstimuli flatus Pergeseran cairan dan elektrolit ke rongga usus secara berlebih
Iritasi mukosa
MK :
anus
Hipertermi
MK : Kerusakan
integritas kulit (Wijaya Andra Saferi, (2013), Corwin, Elizabeth J,
(2009), Price, Sylvia Anderson, (2005)