Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit diare atau sering disebut Gastroenteritis adalah penyakit gangguan

pencernaan disebabkan oleh infeksi dari beberapa kuman. Kuman masuk lewat makanan

yang biasanya disebabkan oleh kebersihan, kurang gizi, dan kehegenisan yang tidak terjaga.

Diare masih menjadi masalah kesehatan utama masyarakat dan merupakan salah satu

penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh negara.

(Ahmad yamin, 2008)

Berdasarkan World Health Organization (WHO ) tahun 2008, secara global semua

kelompok usia dapat bisa terkena diare, tetapi penyakit diare dalam tingkat berat dengan

resiko kematian yang tinggi terutama terjadi pada balita. Di negara berkembang anak – anak

balita mengalami rata – rata 3 - 4 kali atau bahkan lebih.

( Yulianto wijaya, 2012)

Penyakit diare merupakan penyumbang ketiga angka kesakitan (morbiditas) dan

kematian ( mortalitas ) anak di Indonesia. Di perkirakan penderita sekitar 60 juta kejadian

diare per tahun, sebagian besar ( 70 % - 80 % ) dari penderita ini adalah balita dan anak.

Cakupan penemuan dan penanganan diare di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar

42,66%, lebih rendah dibanding tahun 2011 (57,9. Pada tingkat kabupaten/kota, diketahui
bahwa cakupan penemuan dan penanganan diare tertinggi adalah Kabupaten Klaten

(93,33%) dan terendah adalah Kabupaten Cilacap (6,20%).

(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012)

Berdasarkan data statistik dari Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung penderita

diare periode bulan Januari sampai Desember 2014 yang dirawat mencapai 30 pasien untuk

laki-laki dan 47 pasien untuk perempuan dari anak-anak hingga dewasa. Berdasarkan

observasi selama melakukan praktek keperawatan anak, pasien anak yang menderita diare

pada umumnya mengalami penurunan berat badan dikarenakan mereka mengalami

penurunan nafsu makan dan kehilangan banyak cairan serta asupan makanan dari frekuensi

BAB yang abnormal/berlebihan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul “Asuhan

Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh Pada An.Z Dengan Diagnosa Medis Gastroenteritis Di Ruang Seruni

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung.”


B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang penulis susun dari data – data yang telah penulis dapatkan

adalah apakah penderita gastroenteritis mengalami kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh ?

C. TUJUAN PENULISAN

Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh pada pasien Gastroenteritis

2. Tujuan khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien

Gastroenteritis

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada

pasien Gastroenteritis

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada

pasien Gastroenteritis

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada

pasien Gastroenteritis

e. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi

pada pasien Gastroenteritis

f. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan

nutrisi pada pasien Gastroenteritis


g. Penulis mampu menganalisa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

pelaksanaan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Gastroenteritis


BAB II

ISI

1. DEFINISI

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defeksi abnormal ( lebih dari 3 kali

hari), serta perubahan dalam isi ( lebih dari 200 g/hari ) dan konsistensi feses cair.

( Smeltzer, Suzanne, 2001 )

Diare adalah inflamasi lambung atau usus halus yang dapat sembuh sendiri.

( Kimberly A. J.Bilotta, 2011)

Diare adalah Terganggunya defeksi normal yang menyebabkan feses encer dan sering

keluar.

(Taylor, Cynthia M, 2010 )

Kesimpulan

Diare adalah inflamasi lambung atau usus halus yang dapat menyebabkan buang air

besar (tinja) yang berbentuk cair yang berlangsung lebih dari tiga kali dalam satu hari.

2. ETIOLOGI

Tingginya angka kematian akibat diare tersebut masih disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain : karena kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang

belum memuaskan, kepadatan penduduk, sosial ekonomi maupun pendidikan atau

pengetahuan dan perilaku masyarakat yang secara langsung maupun tidak

langsungmempengaruhi penyakit diare ini.


Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
a. Faktor infeksi
1) Infeksi internal adalah infeksi pencernaan yang merupakan penyebab diare

pada anak disebabkan oleh bakteri Shigella, Salmonella, dan E. Colli


2) Infeksi parentral adalah infeksi dari luar alat pencernaan makanan seperti

Otitis Media Akut yang banyak terdapat pada anak dan bayi dibawah dua

tahun.
b. Faktor Mal Absorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, disakarida ( intoransi, laktosa maltosa dan

subkorosa ) dan monosakarida ( intoleransi glukosa, frigtosa, an glaktosa )

pada bayi dan anak yang terpenting dan terserang malabsorbsi lemak dan

protein.
1) Faktor makanan
Faktor makanan adalah seperti makanan beracun, basi dan alergi terhadap makanan

yang ia makan.
2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas ( jarang terjadi pada anak namun

sering terjadi ).

(Wijaya Andra Saferi, 2013)

Bakteri, seperti Staphylococus aureus, Salmonella, Shigella, Clostridium botulinium,

Clostridium perfringens, dan Esherichia coli. Amoeba, khussusnya Entamoeba

histolytica. Parasit seperti Ascaris, Enterobius, dan Trichinella spiralis. Virus seperti

adenovirus, ekovirus, dan coxsacevirus. Menelan toksin seperti tanaman dan jamur yang

beracun, resiko obat yang berasal dari antibiotik, alergi makanan dan defisiensi enzim.

( Kimberly A. J.Bilotta, 2011)

3. Klasifikasi Diare
a. Diare akut

Diare akut adalah berlangsung kurang dari ( 14 ) empat belas hari umumnya kurang

dari ( 7 ) tujuh hari sehingga mengakibatka n dehidrasi yang merupakan penyebab

utama kematian bagi penderita diare.

b. Diare presisten

Diare presisten adalah berlangsung lebih dari ( 14 ) empat belas hari secara terus

menerus sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

c. Diare disentri

Diare disentri yang disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah Anorexsia

sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi

komplikasi pada mukosa.

d. Diare masalah lain

Anak yang menderita diare akut presisten mungkin juga disertai penyakit lainnya

seperti gangguan gizi, demam, dan penyakit lainnya.

(Wijaya Andra Saferi, 2013)

4. PATOFISIOLOGI

Diare dapat terjadi akibat adanya zat pelarut yang tidak dapat diserap di dalam feses,

yang disebut diare osmotik, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering diare

dalam volume besar akibat iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus atau usus

besar.

Iritasi usus oleh patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi

peningkatan produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi mikroba juga mempengaruhi


lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan

banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat zat

tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat

syok hipovolemik dan ketidakteraturan elektrolit. Toksin kolera yang dikeluarkan bakteri

kolera adalah contoh zat yang sangat menstimulasi motilitas dan secara langsung

menyebabkan sekresi air dan elektrolit kedalam usus besar, sehigga unsure-unsur plasma

yang penting terbuang dalam umlah besar. Ditemukan di daging giling yang tidak matang

menyebbkan diare berdarah hebat. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh

pengeluran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering.

( Corwin, Elizabeth J, 2009 )

Gluten merupakan protein yang memiliki berat molekul besar, ditemukan dalam gandum

hitam, dan terutama gandum. Lesi khas mukosa usu yang di induksi gluten adalah

hilangnya atau tumpulnya villi disertai pemanjangan kripta, sehingga mukosa terlihat

datar. Hilangnya villi menyebabkan permukaan absrobsi secara bermakna. Selain itu

dikemukakan bahwa gluten atau metabolitnya menyebabkan terjadinya reaksi

hipersensitifitas pada mukosa usus.

( Price, Sylvia Anderson, 2005 )


5. pathway

6. MANIFESTASI KLINIS

Frekuensi defeksi meningkat bersamaan dengan meningkatnya kendungan cairan

dalam feses. Pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh usus ( borborigimus ),

anoreksia, dan haus. Spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus (

tenesmus ), dapat terjadi pada setiap defeksi.

Diare dapat eksplosif atau bertahap dalam sifat dan awitan. Gejala yang berkaitan

langsung dalam diare, diantaranya adalah dehidrasi dan kelemahan.

Feses berair adalah karakteristik dari penyakit usus halus, sedangkan feses semi

padat lebih sering dihubungkan dengan gangguan kolon. Feses yang sangat besar dan

berminyak menunjukkan malabsorbsi usus, dan adanya mukus dan pus dalam feses

menunjukkan adanya enteritis inflamasi atau kolitis. Droplet minyak dalam air toilet

menegakkan diagnosa insufisiensi pankreas. Diare nokturnal mungkin manifestasi dari

neuropatik diabetik.

(Smeltzer, 2001)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest bila diduga

terdapat intoleransi glukosa


3) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
b.Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dan darah
Dengan cara menentukan Ph dan cadangan alkali ( lebih tepat lagi dengan

pemeriksaan AGD menurut ASTRUP (bila memungkinkan)


c. Pemeriksaan kadaar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal tinja
d. Pemeriksaan elektrolit
Terutama pada Na, K, Ca, dan fosfor dalam serum ( terutama pada penderita diare

yang disertai kejang )


e. Pemeriksaan intubasi duodenum

Untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif

terutama pada penderita diare kronik.

(Wijaya Andra Saferi, 2013)

8. KOMPLIKASI

Komplikasi diare mencakup potensial terhadap distitmia jantung akibat hilangnya cairan

dan elektrolit secara bermakna ( khususnya kehilangan kalium ). Haluaran urin kurang

dari 30 ml / jam selama 2 sampai 3 jam secara berturut – turut, kelemahan otot, dan

parestesia. Hipotensi, anoreksia, dan mengantuk dengan kadar kalium dibawah 3,0 mEq /

L ( SI : 3 mmol / L ) harus dilaporkan. Penurunana kadar kalium menyebabkan disritmia

jantung ( takikardia atrium dan ventrikel, fibrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel

prematur ) yang dapatmenimbulkan kematian.

(Smeltzer, 2001)

9. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
a) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan

yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada

anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan

dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap


disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak

lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

b) Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai

berikut:

(1) Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :1 jam pertama : 40

ml/kgBB/meni t = 3 tts/kgBB/mnt (infuse set berukuran 1 ml=15 ttsatau 13

tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).7 jam berikutnya : 12

ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infuse set berukuran 1 ml = 15 tts atau 4

tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).16 am berikutnya : 125 ml/kgBB/

oralit

(2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan beratbadan 10-15 kg1 jam pertama :

30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 t tsatau 10 tts/kgBB/menit

(1 ml=20 tetes)

(3) Untuk anak lebihdari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg1 jam pertama

: 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit

(1 ml=20 tetes).7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt

(1ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).16 am berikut : 105

ml/kgBB oralit per oral.

(4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg Kebutuhan cairan: 125 ml

+ 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian

glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.Kecepatan : 4 jam pertama : 25


ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20

tts).

(5) Untuk bayi berat badan lahir rendah Kebutuhancairan: 250 ml/kg/BB/24

jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

b. Pengobatan dietatik ( makanan )

Untuk anak dibawah 1 tahun dan ana kdiatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7

kg, jenis makanan:

1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh

2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasitim)

3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.

Cara pemberian :

Hari pertama 1 : Setelah rehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi

ASI / susu formula tetapi diare masih sering, diberikan oralit selang seling dengan

ASI. Misal : 2 kali ASI / susu khusus :1 kali oralit.

Hari 2 -4 : ASI / susu formula rendah laktosa penuh

Hari 5 : bila tidak ada kelainan klien dipulangkan. Kembali susu atau makanan

c. Obat-obatan (farmakologik)

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan / tanpa

muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (

gula, air tajin, tepung beras, dll)

Obat yang diberikan adalah :

1) Obat anti sekresi

Asetosal, dosis 25 mg/thn dengan dosis minimum 30 mg


Klorpromozin, dosis 0,5 – 1 mg/kg BB / hari

2) Obat spasmolitik

Papaverin, ekstrak beladon, opium loperamid tidak digunakan pada klien diare.

Obat pengera tinja seperti kaolin, pektin, charcoal tabonal tidak bermanfaat

mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi

3) Anti biotik

Umumnyaanti biotiktidak diberikan bila tisdak ada penyebab yang jelas.Pada klien

kolera diberikan tetrasklin 25 – 50 mg/kg BB / hari. Ats diberikan bila terdapat

penyakit penyerta seperti : Faringitis, Bronkitis, Bronkopnemoni.

(Wijaya Andra Saferi, 2013)

10. FOKUS PENGKAJIAN

a. Identitas

Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk

neonatus lebih dari 4 kali / hari sedangkan untuk anak lebih dari 3 kali / hari dalam

sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya diare pada anak ditinjau dari pola makan, kebersihan, dan

perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku

kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau

interview. Alamat dapat berhubungan dengan epidemiologi ( tempat, waktu, dan orang

)
b. Keluhan utama

Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klinis berupa BAB

yang tidak normal atau cair yang lebih banyak dari biasanya

c. Riwayat penyakit sekarang

Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare

dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor

psikolois.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare biasanya berak lebih dari 3 kali dalam

sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntah. kualitas, Bab konsistensi,

awitan, badan terasa lemah, sehingga menggangu aktivitas sehari hari.


Regional, perut terasa mulas, anus terasa basah

d. Riwayat penyakit sebelumnya

Insfeksi parentral seperti ISPA, infeksi saluran kemih, OMA ( otitis media akut)

merupakan faktor predisposisi terjadinya diare

e. Riwayat kesehatan keluarga

1) Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga yang

berhubungan dengan distribusi penularan


2) Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang medah terkena

kuman penyebab diare


3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat ( sembarangan ) / di sungai dan cara bermain anak

yang kurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat fecal – oral
4) Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebih perlu suatu keputusan untuk penanganan

awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan pengalaman

dimiliki oelh anggota keluaraga ( orang tua )

f. Pola fungsi kesehatan

1) Pola nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolan yang kurang hygiene berpengaruh terjadinya

diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan sampai jelek dan dapat terjadi

hipoglikemia. Kehilangan berat badan dapat dimanifestasikan tahap tahap dehidrasi


2) Pola eliminasi

BAB ( frekuensi, banyak,warna, dan bau ) atau tanpa lendir, darah dapat

mendukung secara makrokopis terhadap kuman penyebab dan cara penanganan

lebih lanjut.

BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine.

3) Pola istirahat

Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi

diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel

4) Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untk memenuhi

kebutuhan sehri hari

g. Pemerikaan fisik

1) Sistem neurologi
Inspeksi, Keadaan umum diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien.

Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit.

Keadaan diamati composmetis, apatis, somnolen, delirium, stupor dan koma.


Palpasi, adakah parase, anestesia
Perkusi, reflek fisiologis, dan reflek patologis
2) Sistem pengindraan
Inspeksi :
Kepala, kesimetrisan muka , warna, dan distribusi rambut serta kondisi kepala

kering, pada neonatus dan bayi ubun ubun besar tampak cekung.
Mata, konjungtiva adakah anemis, seklera adakah icterus, reflek mata dan pupil

terhadap cahaya, isokor, miosis. Pada keadaan diare yang lebih lnjut atau syok

hipovolemia reflek pupil negatif, mata cowong


Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dpat menimbulkan asidosis metabolik

sehingga kompensasinya adalah respiratorik untuk mengelurkan CO2 dan

mengambil O2, nampak adanya pernafasan cuping hidung.


Telinga, adakah infeksi telinga ( OMA, OMP ) berpengaruh pada kemungkinan

insfeksi parentral yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare.


3) Sistem Integumen
Inspeksi, kulit kering, sekresi sedikit, selaput mukosa kering
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit ( kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik =

dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang, lebih dari 2 detik = dehidrasi berat )
4) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi, pucat, tekanan vena jagulari menurunadakah pembesaran jantung, suhu

tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat

karena vasodilatas pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac

output meningkat. Kaji frekuensi, irama, dan kekuatan nadi.


Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare

akut masih dala batas normal ( batas kiri umumnya tidak lebih dari 4 -7 dan 10 cm

ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang intercostalis ke 4,5 dan 8 )
Auskultasi, pada dehidrasi berat terjafi gangguan sirkulasi, auskultasi bunyi

jantung S1, S2, monitor atau bunyi tambahan lainya. Kaji tekanan darah.
5) Sistem Pernafasan
Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi, retraksi intercostal atau subcostal. Kaji

frekuensi, irama, dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi,

stridor pernafasan inspirasi atau ekspirasi.


Palpasi, kaji adanya massa, nyei tekan, kesimetrisan ekspansi, tactil vremitus

negatif.
Auskultasi, dengan mengunkan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas,

nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit

penyerta seperti bronco pnemonia atau infeksi lainya.


6) Sistem Pencernaan
Inspeksi, BAB, konsistensi ( cair, padat, lembek), fekuensi lebih dari 3 kali dalam

sehari, adakah bau, disertai lendir atau darah. Kontur permukaan kulit menurun,

retraksi negatif dan kesimetrisan abdomen


Auskultasi, Bising usus (dengan mengunakan digfragma stetoskop), peristaltik usu

meningkat ( gurgling ) lebih dari 5 – 20 detik dengan durasi 1 detik


Perkusi, mendengr adanya gas, cairan atau massa, hepar dan suara tympaani

membesar
Palpasi, adanya nyeri tekan, supervisial pembuluh darah, massa. Hepar dan lien

tidak teraba
7) Sistem Perkemihan
Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki laki, apak labia mayor menutupi

labia minor, pembesaran scortum, ranbut. BAK frekuensi, warna, dan baus serta

cara pengeluaran kencing spontan serta menggunakan alat. Observasi output tia 24

jam atau sesuai ketentuan


Palpasi, adakah pembesaran scortum, infeksi testis aatau femois
8) Sistem Muskuloskletal
Inspeksi, klien tampak lemah, aktiviias menurun
Palpasi, hipotoni, kulit kering, elastisitas menurun. Kemudin dilanjutkan dengan

pengukuran berat badan dan tinggi ban, kekuatan otot.

(Wijaya Andra Saferi, 2013)

11. FOKUS INTERVENSI

a. Diagnosa pertama Diare berhubungan dengan malabsorbsi.

Tujuan diare dapat teratasi


Kriteria hasil:
1) Pola defeksi kembali biasa / normal.
2) Klien dapat kembali mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3) Ibu klien dapat menjelaskan kembali faktor pnyeab dan pencegahanya.
Intervensi dan Rasional :
1) Pantau dan catat frekuensi dan karakteristik, jumlah feses
Rasional : untuk mengefektifkan penanganan
2) Berikan obat anti diare sesuai dengan resep dokter
Rasional: untuk meningkatkan fungsi tubuh dan meningkatkan kenyamanan.
3) Edukasi keluarga tentang penyakit dan cara pecegahanya
Rasional: untuk menambah informasi dan membuka wawasan.
4) Lakukan penggantian cairan dan elektrolit
Rasional: untuk menjamin asupan dan keluaran cairan.
5) Pantau kulit perianal untuk mengetahui adanya iritasi
Rasional: untuk meningkatkan kenyamanan dan integritas kulit kulit yang terbebas

dari infeksi.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kondisi

yang mempengaruhi masukan nutrisi atau peningkatan nitrien / kebutuhan metabolik

Tujuan : tidak terjadi kekurangan nutrisi

Kriteria hasil :

1) BB stabil

2) Pasien makan secara mandiri tanpa didorong

Intervensi dan Rasional :


1) Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari, perhatiakan

tingkat energi kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan

Rasional: memberikan kesempatan untuk mengoservasi penyimpangan dari

normal / dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intrvensi

2) Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat

penerimaan

Rasional: membuat data dasar , membantu dalam memantau keefektifan turan

terpeutik dan menyadarkan perawat dan ketidaktepatan kecenderungan dalam

penurunan / penambahan berat badan

3) Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori

dengan tepat

Rasional: mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi

dan masukan aktual

4) Jamin penampungan akurat dari spesimen ( urine, feses, drainase ) untuk

pemeriksaan keseimbangan nitrogen.

Rasional: Ketidakakuratan penampungan dapat mengubah hasil tes. Menimbulkan

ketidaktepatan interpertasi status dan kebutuhan pasien saat ini.

5) Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat kontrol infus

sesuai kebutuhan. Atur kecepatan pemberian per jam sesuai anjuran. Jangan

meningkatkan kecepatan untuk “ mencapai ”

Rasional: Ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan kalori

dan protein. Kecepatan konsisten dari pemberian nutrisi akan menjamin

pengguanan tepat dengan efek samping lebih sedikit.


6) Ketahui kandungan elektrolit dan larutan nutrisional

Raional : Komplikasi metabolik dukungan nutrisi sering akibat kurang perhatian

pada perubahan yang terjadi, akibat dari pemberian makan ulang.

7) Jadwalkan aktivitas dengan istirahat. Tingkatkan teknik relaksasi

Rasional : mengubah energi/ menurunkan kebutuhan kalori

8) Obervasi ketepaan waktu “ pengantungan ” dari larutan parentral per protokol

Rasional : keefektifan dari vitamin IV menurun setelah 24 jam

9) Pantau gula / aseton urine atau glukosa tusuk jari per protokol

Rasional: kandungan glukosa tinggi dari larutan dapat menimbulkan kelemahan

pankreas

10) Kaji fungsi GI dan toleransi pada pemberian makan enternal: catat bising usus,

keluhan mual / muntah, ketidaknyamanan abdomen, adanya diare / konstipasi,

terjadinya kelemahan, kram perut

Rasional : karena pergantian protein dari mukosa GI terjadi kira kira setiap 3 hari,

saluran GI beresiko tinggi pada disfungsi dini dari penyakit dan malnutrisi

11) Tentukan pentingnya transisi pada pemberian makan oral dengan tepat

Rasional : meskipun pasien memiliki sedikit minat atau hasrat untuk makan oral

lebih disukai mengingat efek samping / komplikasi potensial dari terapi dukungan

nutrisi

12) Kaji refleks gangguan kemampuan untuk mengunyah / menelan,dan ketrampilan

motorik bila meningkat pada pemberian makan

Rasional : dukungan nutrisi jangka panjang

13) Ciptakan lingkungan yang nyaman / optimal


Rasional : untuk mendorong pasien makan,menurunkan anoreksia, dan

meperkenalkan kesenangan sosial biasanya berkenaan dengan waktu makan

14) Berikan waktu makan sedikit tapi sering

Rasional : meningkatkan hasrat pada makanan dan jumlah asupan

15) Berikan minuman mengandung kalori

Rasional : memaksimalkan masukan kalori bila masuakn oral terbatas / dibatasi

16) Pantau dan catat pola eliminasi

Rasional : pasien dapat menggunakan laksatif atau diuretik untuk

mempertahankan BB rendah karena tidak menyukai makanan

17) Rujuk pada tim nutrisi / ahli diet

Rasional: membantu dalam identifikasi defisit nutrien dan kebutuhan terhadap

intervensi nutrisi

18) Bantu dengan pemasangan dan memastikan penempatan jalur infus yang tepat

Rasional: menurunkan resiko komplikasi akibat pemberian makan

19) Pantau pemeriksaan labiratorium mis. Albumin, glukosa, serum, elektrolit,

transferin

Rasional : efek metabolik yang tidak diinginkan termasuk hipokalemia,

hiponatremia, dan retensi cairan.

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang kurang dan output

cairan yang berlebih

Tujuan : tidak terjadi kekurangan cairan

Kriteria hasil :
1) tidak ada tanda-tanda dehidrasi, balance cairan seimbang

Intervensi dan Rasional :

1) Pantau tanda vital dan CVP. Perhatikan adanya / derajat perubahan TD

postural.Observasi terhadap peningkatan suhu / demam

Rasional : Takikardi ada sesuai variasi hipotensi, tergantung pada drajat

kekurangan cairan. Pengukuran CVP bermanfaat dalam penentuan drajat

kekurangan cairan dan respon terhadap terapi penggantian. Demam meningkatkan

metabolism dan mengeksarsebasi kehilangan cairan.

2) Palpasi nadi perifer, perhatikan pengisian kapiler, warna / suhu kulit, kaji mental

Rasional : Kondisi yang memperberat kekurangan cairan ekstraseluler dapat

mengakibatkan ketidakadekuatan perfusi organ pada semua area dan dapat

menyebabkan syok

3) Pantau haluaran urine. Ukur / perkirakan kehilangan cairan dari semua sumber

Rasional : kebutuhan penggantian cairan didasarkan pada perbaikan saat ini dan

kehilangan teru menerus

4) Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan keseimbangan cairan 24

jam.

Rasional : perubahan dalam berat badan tidak secara akurat mempengaruhi

volume intravaskuler

5) Pastikan kesukaan pasien minuman pasien, dan atur jadwal masukan cairan 24

jam

Rasional : menghilangkan haus dan ketidaknyamanan membran mukosa dan

menambahkan pengantian parentral


6) Berikan kewaspadaan keaamanan sesuai indiksi

Rasional : penurunan perfusi jaringan serebral dengan sering mengakibatkan

perubahan mental / perubahan proses pikir.

7) Pantau peningkatan TD tiba tiba / nyata, gelisah

Rasional : perbaikan kekurangan cairan dapat menurunkan sistem kardiopulmonal

8) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misal,. Elektrolit, glukosa

Rasional : Tergantung pada kesempatan kehilangan cairan, perbedaan

ketidakseimbangan elektrolit / metabolik mungkin ada / memerlukan perbaikan

9) Berikan larutan IV sesuai indikasi, NaCl 0, 45 % ( salin perbandingan), laktat

Ringer

Rasional : Kristaloid memberikan perbaikan sirkulasi segera, meskipun

keuntungan mungkin sementara

d. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung

Tujuan : klien terbebas dari nyeri


Kriteria hasil :
1) klien melaporkan nyeri terkontrol/hilang
2) Klien tampak rileks

3) klien mampu beristirahat dengan tepat

Intervensi dan Rasional :

1) Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 -10 ) dan faktor

perberat / penghilang. Perhatikan petunjuk nonverbal


Rasional : nyeri diperberat oleh mual, gerakan. Membiarkan pasien rentang

ketidaknyamanan sendiri
2) Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai
Rasional : intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot /

jaringan dengan meurunkan tegangan otot dan memperbaiki sirkulasi


3) Pantau tanda tanda vital
Rasional : Respon autonomik meliputi perubahan pada TD, nadi, dan pernafasan,

yang berhubungan dengan keluhan / penghilang nyeri


4) Berikan tindakan kenyamanan
Rasional : memberikan dukungan ( fisik, emosional ), menurunkan tegangan

otot,meningkatkan relaksasi , memfokuskan ulang perhatian


5) Ambulasikan pasien sesegera mungkin
Rasional : menurunkan masalah yang terjadi karena imobilisasi

e. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

Tujuan : masalah hipertermi dapat teratasi.

Kriteria hasil :

1) Suhu tubuh dalam batas normal

2) Nadi dan pernafasan dalam batas normal

3) Perubahan warna kulit tidak ada

Intervensi dan rasional :

1) Kaji tingkat kenikain suhu tubuh

Rasional : suhu 38 – 410C menunjukkan proses infeksius akut sehingga dapat

membantu dalam diagnosis untuk menentukan intervensi yang tepat

2) Kompres hangat pada daerah dahi, aksila, dan lipat paha

Rasional : kompres hangat dapat mengurangi demam

3) Monitor tanda – tanda vital setiap 1 jam sekali


Rasional : sebagai ultura l perkembangan keadaan klien

4) Anjurkan untuk minum cukup

Rasional : intake cairan yang adekuat membantu penurunan suhu tubuh serta

mengganti jumlah cairan yang hilang melalui evaporasi

5) Anjurkan untuk mengunakan pakaian tipis dan menyerap keringat

Rasional : mempercepat proses evaporasi

6) Kolaborasidengandokteruntukmemberikanobatantipiretik

Rasional :digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya di

hipotalamus

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare

Tujuan : integritas kulit tidak mengalami kerusakan

Kriteriahasil :

1) Elastisitas kulit dalam batas normal

2) Warna kulit dalam rentan normal

3) Keutuhan kulit terjaga

Intervensi dan rasional :

1) Ganti popok atau celana jika basah atau kotor

Rasional : untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan kering

2) Bersihkan bokong perlahan – lahan dengan sabun

Rasional : karena feses diare sangat mengiritasi kulit

3) Hindari menggunakan tissue basah yang dijual bebas yang mengandung ultura

pada kulit yang teriritasi

Rasional : karenadapatmenyebabkannyeri
4) Observasi bokong dan perineum akan adanya infeksi

Rasional : untuk mengetahui secara dini tanda – tanda adanya infeksi

5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian salep

Rasional : untuk mempercepat penyembuhan kulit yang teriritasi

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi.

Tujuan : keluarga klien termotivasi untuk merawat anaknya yang menderita

gastroenteritis dengan baik danbenar

Kriteria hasil :

1) Keluaraga klien mengerti pengertian, penyebab, tanda gejala dari gastroenteritis

2) Keluarga klien mengetahui cara pencegahan dan perawatan anak yang menderita

gastroenteritis

3) Keluarga kilen mampu mendemonstrasikan cara pembuatan oralit atau LGG dengan

baik dan benar

Intervensi dan rasional :

1) Kaji tingakat pengetahuan keluarga tentang penyakit dan cara perawatan

Rasional : untuk menentukan intervensi secara tepat dengan masalah yang ada

2) Beriakan penjelasan tentang penyakit dan kondisi anaknya

Rasional : menurunkan rasa takut dan cemas terhadap kondisi anaknya

3) Berikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur tindakan keperawatan

Rasional : berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan berdasarkan kebutuhan

(Doenges, 2000 )
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yamin, Citra Windani M.S, Sheizi Prista Sari, 2008. Upaya ibu yang memiliki balita
dalam pencegahan dan Penanggulangan diare di daerah kerja puskesmas Cililin desa
cililin kabupaten bandung barat. Melalui
http://journal.PencegahandanPenanggulanganDiare.ac.id/sju/index.php/ujph. (diunduh
28 Mei 2015)

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Alih bahasa, Nike Budhi Subekti. Editor edisi alih
bahasa indonesia, Egi Komara Yudha, edisi 3. Jakarta : EGC

Cynthia M. Taylor. 2010. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
10. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta : EGC

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Profil Jawa Tengah Tahun 2012.Semarang :
Dinas Kesehatan melalui
http://www.depkes.go.id/recourses/download/profil/PROFIL.KES
PROFINSI_2012/13_Kes.Prov.JawaTengah_2012.pdf.
Marilynn E Doenges, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Alih Bahasa 1 Made Kariasa
S.Kp Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Price, Sylvia. A.&Wilson, Lorraine. M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit / Sylvia Anderson Price, Lorraine Mr. Carty Wilson; alihbahasa, Brahm U.
editor edisi Bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto, edisi 6 volume 1. Jakarta : EGC

Saferi Andra Wijaya. 2013. Keperawatan Medikal Bedah cet 1. Yogyakarta : Nuha Medika

Smeltzer, Suzane C. 2001. Brunner &Suddart. Keperwatan Medikal Bedah Volume 1 edisi 8.
Alih Bahasa Agung Waluyo S.Kp, MSc Jakarta : EGC

Yulianto Wijaya. 2012.Faktor Resiko Kejadian Diare Balita Di SekitarTPS Banaran Kampus
UNNES. melalui Unnes Journal of Public Health
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph (diunduh tanggal 28 Mei 2015 )
1. PATHWAYS
Faktor Infeksi Faktor Makanan
Bakteri, virus, parasit Kondisi Patologis

Masuk melalui makanan yang tercemar/terkontaminasi

Berkembang dalam usus besar

Melepas endotoskin

Mengiritasi otot dan lapisan mukosa intestinum (usus)

Reaksi inflamasi Kerusakan villi Merusak sel epitel


Kerusakan lapisan mukosa usus Absorbsi air terganggu
Sekresi cairan dalam usus meningkat

Menstimuli flatus Pergeseran cairan dan elektrolit ke rongga usus secara berlebih

Mempercepat peristaltic usus Peningkatan volume serta berat feses


Perbedaan tekanan osmotic
Meningkatkan isi rongga usus &
Hiperperistaltik dalam rongga usus
mendorong agen infeksius
Makanan tidak
MK : DIARE
diserap/malabsorbsi
Kurang informasi BB kurang anoreksia
Frekuensi BAB
mual & muntah Metabolisme
meningkat
MK : Kurang bakteri
Kehilangan cairan pengetahuan Output berlebih absorbs
dan elektrolit nutrisi kurang
Flatus
kembung
MK : Kekurangan
MK: Kehilangan nutrisi Distensi, kram
volume cairan perut
Feses bersifat
Merangsang
asam MK : Nyeri
hipotalamus
Akut

Iritasi mukosa
MK :
anus
Hipertermi

MK : Kerusakan
integritas kulit (Wijaya Andra Saferi, (2013), Corwin, Elizabeth J,
(2009), Price, Sylvia Anderson, (2005)

Anda mungkin juga menyukai