Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PM:S (20Th) DENGAN MASALAH

UTAMA DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BALAI BESAR REHABILITASI


SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL ” KARTINI ”
TEMANGGUNG

Disusun Oleh :

VADILAH PUTRI PURNOMO

NIM : AK2217924

AKADEMI KEPERAWATAN ALKAUTSAR

TEMANGGUNG

TAHUN 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kegiatan praktik Keperawatan Anak Kompetensi mahasiswa Akademi


Keperawatan Alkautsar Temanggung dengan Judul Asuhan Keperawatan Pada PM
: S (20 Th) Dengan Masalah Utama Defisit Perawatan Diri di BBRSPDI “Kartini”
Temanggung ini telah disahkan oleh pembimbing lahan.

Temanggung, 19 Maret 2019

Mengetahui

Pembimbing Lahan Praktik

2
TINJAUAN TEORI

A. TEORI SECARA PSIKOLOGIS


1. PENGERTIAN
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan
inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir
atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental.
(W.F.Maramis, 2005: 386)

Retardasi mental adalah gangguan fungsi intelektual dibawah rata –


rata yang berawal selama periode perkembangan yang dihubungkan dengan
kelemahan/gangguan periode adaptif.
( Heber 1961)

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi


ke-III (PPDGJ III) retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan
mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh
pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa,
motorik, dan social.
( Salmioah S, 2010 )

3
Kesimpulan :

Retardasi mental adalah suatu keadaan gangguan intelektual dan


penurunan fungsi intelektual atau tingkat kecerdasan dibawah rata – rata
dengan etiologi (penyebab) baik sudah diketahui ataupun masih belum
diketahui yang secara langsung menyebabkan ganggguan adaptasi sosial
dan bermanifestasi selama masa perkembangan.

2. ETIOLOGI/PENYEBAB
a. Faktor keturunan.
b. RM menurut penyebab bisa dibagi menjadi 3 :

A. Prenatal.
1) Sinar x secara terus menerus, alat kontrasepsi, usaha
melakukan abortus.
2) Usia ibu yang kurang dari 16 tahun atau lebih dari 40 tahun.
3) Broken home atau perceraian saat ibu hamil dan menyebabkan
depresi.
4) Akibat kelainan kromosom - Akibat infeksi dan toksinasi.
5) Akibat rudapaksa atau trauma fisik. - Malnutrisi pada saat
ibu hamil.
6) Kekurangan zat Yodium. - Kecelakaan saat ibu hamil.
7) Toxsit ( zat kimia / obat-obatan yang masuk ke dalam janin)
B. Perinatal.
1) Akibat prematuritas.
2) Akibat trauma kelahiran.
3) Alat penyedot janin

4
C. Postnatal.
1) Akibat gangguan metabolisme.
2) Akibat penyakit otak yang nyata.
3) Akibat mal nutrisi
4) Kekurangan zat Yodium
5) Kecelakaan pada anak saat masih kecil yang mengenai kepala.

3. PEMBAGIAN BERDASARKAN TINGKAT IQ


a. Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural
Disorders, WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi
menjadi 4 golongan yaitu :
1. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69
2. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
3. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
4. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20

b. Retardasi mental ringan


Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental
dapat dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi
masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan
untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri
sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol
saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya
sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya
terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah
dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang
memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah.
Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat
bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai

5
masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan
diri dengan tradisi budaya.
c. Retardasi mental sedang
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental
dapat dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami
keterlambatan perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa,
serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus
diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan
beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya.
Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar dasar dasar
membaca, menulis dan berhitung.
d. Retardasi mental berat
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi
mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-
keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat
ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit
neurologis.
e. Retardasi mental sangat berat
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat
terbatas kemampuannya dalam memahamii dan menuruti permintaan atau
instruksi. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya
mampu pada bentuk komunikasi nonverbal.
(Sari Pediatri, 2000)

6
4. KARAKTERISTIK ANAK
a. Debil

1. Kemampuan usia prasekolah (sejak lahir – 5 tahun).

a) Bisa membangun kemampuan sosial dan komunikasi.


b) Koordinasi otot sedikit terganggu

c) Seringkali tidak terdiagnosis.


2. Kemampuan usia sekolah (6 – 20 tahun).

a) Bisa mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia


belasan tahun.
b) Bisa dibimbing kearah pergaulan social.
c) Bisa dididik.
3. Kemampuan masa dewasa 21 tahun.

a) Biasanya bisa mencapai kemampuan kerja dan


bersosialisasi tetap masih membutuhkan pendampingan
dan arahan dari keluarga, baik ketika mengalami stress
sosial ataupun ekonomi maupun dalam keadaan normal.

b. Imbisil.

1. Kemampuan usia prasekolah.

a) Bisa berbicara dan balajar berkomunikasi.


b) Kesadaran social kurang.
c) Koordinasi otot cukup.

2. Kemampuan usia sekolah.

a) Bisa mempelajari beberapa kemampuan sosial dan


pekerjaan.
b) Bisa belajar bepergian sendiri di tempat – tempat yang
dikenalnya dengan baik.

7
3. Kemampuan masa dewasa.
a) Bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan
pekerjaan yang tidak terlatih atau semi terlatih dibawah
pengawsan.
b) Memelukan pengawasan dan bimbingan baik dalam
keadaan normal maupun dalam kondisi stress sosial
maupun ekonomi.

4. Severe/berat.
5. Usia prasekolah.
a) Bisa mengungkapkan/mengucapkan beberapa kata.
b) Mampu mempelajari kemampuan untuk menolong diri
sendiri.
c) Tidak memiliki kemampuan ekspresif atau hanya
sedikit.
d) Koordinasi otot jelek.
6. Usia sekolah.
a) Bisa berbicara/belajar komunikasi sederhana.
b) Bisa mempelajari kebisaaan hidup sehat yang sederhana
dengan pengawasan dan bibimbingan yang rutin.
7. Usia remaja.
a) Dapat melakukan beberapa kemampuan perlindungan
diri dilingkungan yang terkendali.
b) Bisa memelihara diri sendiri dibawah pengawasan orang
tua.
8. Idiot.
9. Usia prasekolah
a) Sangat terbelakang bisaanya tidak bisa
berjalan/berbicara atau memahami pembicaraan dengan
orang lain.
b) Tidak bisa menerima instruksi

8
c) Koordinasi otot lemah.
d) Memerlukan perawatan khusus.
10. Usia sekolah.
a) Memiliki beberapa koordinasi otot.
b) Kemungkinan tidak dapat berjalan.
11. Usia remaja.
a) Memiliki beberapa koordinasi otot dan berbicara.
b) Tidakmampu merawat diri sendiri.
c) Memerlukan perawatan khusus.

5. PENATALAKSANAAN
1. Tatalaksana Medis
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan
retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala
hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki
keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin,
dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-
kadang dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan
kemampuan belajar pada umumnya diberikan tioridazin (melleril),
metilfenidat, amfetamin, asam glutamat, gamma aminobutyric acid
(GABA).

2. Rumah Sakit/Panti Khusus


Penempatan di panti – panti khusus perlu dipertimbangkan
atas dasar : kedudukan sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua
terhadap anak, derajat retardasi mental, pandangan orangtua

9
mengenai prognosis anak, fasilitas perawatan dalam masyarakat,
dan fasilitas untuk membimbing orang tua dan sosialisasi anak.
Kerugian penempatan di panti khusus bagi anak retardasi mental
adalah kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak
dengan orang lain dan kurangnya variasi lingkungan yang
memberikan kebutuhan dasar bagi anak.
3. Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental
maupun kepada orang tua anak tersebut. Walaupun tidak dapat
menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi dan obat-
obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi
sosialnya.
4. Konseling
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(disebut konselor/pembimbing) kepada individu yang mengalami
sesuatu masalah (disebut konseling) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien.
5. Pendidikan
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah,
namun bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak
yang terbelakang ini. Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk
retardasi mental.
1. Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa.
2. Sekolah luar biasa C.
3. Panti khusus.
4. Pusat latihan kerja (sheltered workshop).
6. Pencegahan
Pencegahan retardasi mental dapat primer (mencegah
timbulnya retardasi mental), atau sekunder (mengurangi manifestasi
klinis retardasi mental). Sebab – sebab retardasi mental yang dapat

10
dicegah antara lain infeksi, trauma, intoksikasi, komplikasi
kehamilan, gangguan metabolisme, kelainan genetik.

B. TINJAUAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN


DIRI

1. PENGERTIAN
Defisit perawatan diri (DPD), adalah hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri menggosok gigi
untuk diri sendiri.
( Nanda 2012 – 2014 )
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri.
(Depkes 2000)
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).
(Nurjannah, 2004)

Kesimpulan :

11
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang yang mempunyai
hambatan atau kelemahan dalam melakukan aktivitas perawatan diri, seperti
menggosok gigi, mandi, berpakaian.

2. ETIOLOGI
a. Penurunan atau kurang motivasi
b. Hambatan lingkungan, baik dari sekitar maupun diri sendiri
c. Ketidakmampuan untuk melakukan secara mandiri
d. Gangguan kognitif atau persepsi
e. Hambatan kemampuan dalam menggosok gigi
3. BATASAN KARAKTERISTIK
a. Ketidakmampuan menggunakan pasta gigi dan sikat gigi
b. Ketidakmampuan mengambil peralatan sendiri
c. Ketidaktahuan cara menggunakan peralatan menggosok gigi
d. Ketidaktahuan bagaimana cara menggosok gigi yang benar
e. Hambatan kemauan dalam menggosok gigi
f. Rutinitas orang tua/keluarga untuk mengingatkan menggosok gigi
g. Ketidaktertarikan PM pada kamar mandi/tempat untuk gosok gigi

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit perawatan diri dalam menggosok gigi berhubungan dengan
hambatan lingkungan (PM tidak mampu dalam melakukan perawatan diri
secara benar)

5. RENCANA KEPERAWATAN

a. Tujuan :

PM mampu menunjukan kemauan dan kemampuan perawatan diri


dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ditandai dengan:
1. PM mampu melakukan perawatan mulut
2. Mampu menggunakan sikat gigi dan pasta gigi secara benar

12
3. Mengatakan tentang kepuasan dalam kebersihan mulutnya
4. PM mau menggosok gigi lebih dari 1x dalam sehari

b. Intervensi

1. Kaji kebersihan mulut dan gigi


Rasional : untuk mengetahui adanya masalah dalam mulut
maupun gigi
2. Kaji keadaan gigi dan lidah
Rasional : mengetahui jumlah gigi dan adanya pembengkakan
pada gusi
3. Bantu perawatan diri hygien mulut
Rasional : mengajarkan kemampuan dalam menggosok gigi
secara mandiri
4. Ajarkan metode dalam menggosok gigi
Rasional : mengajarkan menggosok gigi secara benar
5. Tawarkan peralatan menggosok gigi yang disukai PM
Memberikan piulihn pada PM
6. Berikan dukungan kemandirian dalam hygien mulut
Rasional : dukungan dan motivasi sangat membantu
meningkatkan rasa percaya diri pada PM.

13
DAFTAR PUSTAKA

- Maramis. W.F. 1995, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta :


EGC
- Marilyn Doengoes, 1999. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
- Achir yuni, 2000. Keperawatan jiwa, terapi dan tindakan
keperawatan. Cetakan 1. Bhakti Husada: Jakarta.
- Judith M. Wilkinson, 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. EGC:
Jakarta.
- NANDA. 2012 - 2014 . Panduan diagnose keperawatan. EGC:
Jakarta.
- NANDA. 2009 - 2011. Diagnosis Keperawatan: Dengan Rencana
Asuhan. Edisi 10. EGC: Jakarta.
- Potter, Perry. 2009. Buku Fundamental Keperawatan. Edisi 4.
EGC: Jakarta.
- www.bram-al.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-
anak-dengan.html?m=1#!/2012/04/asuhan-keperawatan-anak-
dengan.html
- www.saripediatri.idai.or.id
- www.repositoru.usu.ac.id

14

Anda mungkin juga menyukai