Anda di halaman 1dari 7

Edukasi Mengenai Imunisasi Dasar Lengkap terhadap Ibu

Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya


Nada Syifa Al Biruni
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
nadasyifa108@student.uns.ac.id

Abstract. Immunization is an attempt to actively increase child immunity against a disease


that when exposed to disease at some point, the child wil not get sick. The factors most
associated with providing complete basic immunization are maternal factors and the
condition of the baby. Therefore, a mother's knowledge about immunization is very
important in making decisions about the implementation of immunization itself. Education
is carried out by health workers in charge of understanding and implementation of
immunization because there are still many mothers who think wrong about immunization
that develops in the community and not a few parents are worried about the side effects
of some vaccines. This study aims to determine the success rate of education conducted by
health workers in an effort to increase the prevalence of complete basic immunization.
Research shows that the education that has been carried out by health workers is good
according to government programs. Education is conducted regularly and repeatedly with
an individual approach.

Keywords: Immunization, education, parents, health-care

1. PENDAHULUAN
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi dasar merupakan imunisasi rutin
yang diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun (PMK No.12, 2017). Imunisasi dalam
pemberiannya terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar berdasarkan
indikator cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) yang meliputi HB0 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB-Hib
3 kali, Polio 4 kali dan campak 1 kali pada bayi usia 1 tahun dengan cakupan minimal 85 persen
dari jumlah sasaran bayi di desa (Triana, 2017)
Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang
sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke
dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang te lah diberi
imunisasi akan terlindungi dan terhindar dari kesakitan, kecacatan atau kematian.
Diperkirakan1,7 juta kematian atau 5% terjadi pada balita di Indonesia adalah akibat PD3I. WHO
memperkirakan kasus TBC di Indonesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia setelah Cina dan
India dengan asumsi prevalensi BTA (+) 130 per 100.000 penduduk. Sejak tahun 1991, kasus
pertusis muncul sebagai kasus yang sering dilaporkan diIndonesia, sekitar 40% kasus pertusis
menyerang balita. Kemudian insiden tetanus di Indonesia untuk daerah perkotaan sekitar 6-7
per-1000 kelahiran hidup, sedangkan di pedesaan angkanya lebih tinggi sekitar 2-3 kalinya yaitu
11-23 per1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya.
Selanjutnya, Hepatitis B diperkirakan menyebabkan sedikitnya satu juta kematian pertahun.
Sedangkan untuk kasus polio, data terakhir dilaporkan secara total terdapat 295 kasus polio yang
tersebar di 10 Provinsi dan 22 kabupaten/kota di Indonesia. Demikian juga dengan kasus campak,
angka kejadiannya tercatat 30.000 kasus pertahun yang dilaporkan. Kasus PD3I yang sangat
menjadi perhatian yang besar akhir-akhir ini adalah dilaporkan beberapa daerah di Indonesia
dinyatakan telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Angka kematian akibat difteri di
Indonesia sekitar 15% dan terus mengalami peningkatan (Triana, 2017).
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok
umur serta tata cara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi dilakukan
oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan
pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/ imunisasi rutin dapat diperoleh
melalui Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu, Puskesmas
pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin (Tinggi et al., 2018).
Setiap negara mempunyai program imunisasi yang berbeda, tergantung kepada priotitas
masalah kesehatan pada tiap-tiap negara. Penentuan jenis imunisasi didasarkan atas kajian ahli
dan analisa epidemiologi atas penyakit yang sering timbul. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pelaksaanaan imunisasi. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi dan sebagainya (Tinggi et al., 2018)
Pendidikan yang dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan sangatlah berpengaruh pada
keberhasilan pelaksanaan imunisasi. Pendidikan kesehatan ini penting karena ketika
pengetahuan mengenai imunisasi ini tidak di pahami seutuhnya oleh masyarakat menyebabkan
terjadinya perbedaan persepsi pihak penyedia pelayanan kesehatan (puskesmas) dengan
masyarakat. Dikhawatirkan pemahaman yang keliru dapat membentuk sikap negatif terhadap
perilaku orang tua dalam membawa anaknya untuk di imunisasi (Fitri, 2018). Pengetahuan
tentang imunisasi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan seperti masalah pengertian
dan pemahaman karena masih banyak ibu yang beranggapan salah tentang imunisasi yang
berkembang dalam masyarakat dan tidak sedikit orang tua yang khawatir terhadap efek samping
dari beberapa vaksin (Hidayah & Sihotang, 2017)
Beberapa hal yang beredar dalam masyarakat yang mempengaruhi target cakupan
imunisasi antara lain rumor yang salah tentang imunisasi, masyarakat berpendapat imunisasi
menyebabkan anaknya menjadi sakit, cacat atau bahkan meninggal dunia, pemahaman
masyarakat terutama orang tua yang masih kurang tentang imunisasi, dan motivasi orang tua
untuk memberikan imunisasi pada anaknya masih rendah. Black Campaign anti imunisasi saat ini
‘gencar’ terjadi pada beberapa daerah di Indonesia, baik melalui seminar maupun talkshow anti
imunisasi. Selain melalui kegiatan secara umum, mereka melakukan gerakan pula melalui media
sosial seperti twitter, facebook, milis, atau blog. Halal-haram vaksin, konspirasi negara barat &
Yahudi, dan efek samping vaksin yang dapat menyebabkan cacat, autisme, atau bahkan kematian
menjadi isu utama yang diusung oleh kelompok anti imunisasi ini (Triana, 2017).
Pendidikan kesehatan ini dapat diperoleh dari tenaga kesehatan yang melayani pasien.
Penelitian oleh Ventola (2016) secara konsisten menunjukkan bahwa tidak adanya atau
lemahnya rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan adalah pendorong utama penyerapan
vaksin yang buruk. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan intervensi yang menargetkan
penyedia layanan kesehatan dan praktiknya, termasuk konseling pasien. Pendidikan orang tua
dan pasien yang diberikan oleh dokter perawatan primer dapat menjadi sangat penting dalam
memengaruhi penyerapan vaksin yang lebih tinggi.
Selain itu, bukti yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar pendekatan (kartu pos,
surat, telepon, atau kombinasi) menawarkan janji sebagai strategi untuk meningkatkan
penyerapan vaksinasi anak. Konsep reminder / recall yang dilakukan juga mudah dimodifikasi.
(Frew & Lutz, 2017). Reminder / recall atau “pengingat” orang tua dan dokter mengenai vaksin
yang akan datang dan “penarikan” vaksin yang sudah lewat adalah pendekatan berbasis bukti
lain untuk meningkatkan tingkat vaksinasi. Biasanya, intervensi ini menggunakan pendekatan
berbasis surat atau telepon dan dilembagakan pada tingkat praktik. 3 Namun, dengan kemajuan
dalam ESDM dan sistem informasi imunisasi lainnya, pengembangan baru dalam pengingat /
penarikan adalah untuk "memusatkan" proses sehingga lembaga koordinasi (seperti departemen
kesehatan) dapat mengimplementasikannya (Ventola, 2016).
Berdasarkan fenomena diatas menunjukkan hubungan antara pengetahuan ibu dan
tingkat kepercayaan ibu dengan penyedia layanan kesehatan di tempat imunisasi terhadap
keberhasilan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Edukasi Mengenai Imunisasi Dasar Lengkap
terhadap Ibu serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”

2. METODE
Dalam pengumpulan data pada karya tulis “Edukasi Mengenai Imunisasi Dasar Lengkap
Terhadap Ibu serta factor-Faktor yang Mempengaruhinya” menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah sebuah metode riset yang sifatnya deskriptif,
menggunakan analisis, mengacu pada data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan
pendukung.
Jenis data yang diperoleh untuk digunakan penulis dalam penyusunan karya tulis ini
berupa data primer dan data sekunder. Dalam penyusunan karya tulis ini, data-data penelitian
diperoleh melalui wawancara dan pengamatan (untuk data primer) dan studi kepustakaan
seperti buku, jurnal penelitian, maupun internet (untuk data sekunder). Wawancara dilakukan
kepada beberapa responden terkait penelitian yang dilakukan dan juga kepada dokter sebagai
tenaga kesehatan. Studi pustaka juga dilakukan dengan search engine data base jurnal NCBI,
Science Direct, Google Scholar, dan lain-lain untuk mencari jurnal evidence based medicine
sebagai referensi terkait masalah yang akan dibahas.
Hasil penelitian tersebut akan dikumpulkan dan dibandingkan satu sama lain. Hasil
penelitian berupa penjelasan diskriptif yang menjawab rumusan-rumusan masalah yang telah
ditentukan.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara diketahui bahwa pengetahuan
para ibu terhadap pentingnya imunisasi sudah cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
terpenuhinya pelaksanaan imunisasi bagi seluruh bayi yang berada di Puskesmas Kebonagung,
Kabupaten Pacitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir keseluruhan ibu melakukan
imunisasi pada bayi sesuai dengan jadwal yang tertera di buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan
sudah cukup paham untuk apa imunisasi tersebut, berapa kali diberikan, manfaat yang
didapatkan, dan waktu pemberiannya.
Hubungan yang erat antara ibu dan penyedia layanan kesehatan membangun
kepercayadirian ibu terhadap imunisasi itu sendiri. Imunisasi merupakan proses memberikan
vaksin ke dalam tubuh bayi yang biasanya meninbulkan efek atau reaksi tertentu dari bayi
sehingga hubungan saling percaya antara ibu dan petugas kesehatan memang harus diutamakan
(Indriyani & Asih, 2019). Selain itu, rasa saling percaya ini menghilangkan rumor-rumor yang
beredar dan menjadikan proses edukasi menjadi lebih efektif. Hal ini juga didukung dengan
kondisi daerah penelitian yang berada di pedesaan sehingga hubungan tetangga dan
kekerabatan antara sesama memang cukup dekat.

Pertanyaan Hasil Kuotasi


Bagaimana proses Proses edukasi Edukasi mengenai imunisasi dilakukan
edukasi di dimulai dari saat sejak Ibu masih mengandung yaitu ketika
puskesmas ini? antenatal care, Antenatal Care atau ketika pemeriksaan
kelas ibu hamil, kehamilan dan Kelas Ibu Hamil. Penyedia
setelah persalinan, layanan kesehatan menjelaskan dan
konseling individu memaparkan pengertian dan pemahaman
untuk imunisasi terkait imunisasi dasar lengkap saat bayi
selanjutnya. berusia 0 sampai 1 (satu) tahu kepada ibu
yang sedang hamil pada saat kelas ibu hamil
sehingga para calon ibu sdah memiliki
gambaran terkait imunisasi dasar lengkap ini.
Dilanjutkan dengan pemberian pengetahuan
ketika selesainya proses persalinan. Dan akan
ada sesi konseling individu serta
mengingatkan akan jadwal imunisasi
selanjutnya bersamaan dengan berjalannya
kegiatan imunisasi.
Apakah jadwal Jadwal imunisasi Tentu sudah dijelaskan mengenai hal ini pada
imunisasi yang tidak yang tidak serentak edukasi sebelumnya dan para ibu sudah
serentak dan dan berbeda-beda memahaminya juga. Jadwal pemberian
berbeda-beda tidak menghambat vaksin yang berbeda-beda tidak menjadi
menghambat poses imunisasi kendala berarti karena setiap satu waktu
pelaksanaan imunisasi selesai maka para ibu akan diberi
imunisasi? tahukan jadwal imunisasi selanjutnya oleh
penyedia layanan kesehatan. Dibarengi
dengan penjelasan terkait imunisasi yang
akan diberikan nantinya. Selain itu, untuk
menjaga agar tidak ada yang melewatkan
satu waktu pemberian vaksin dan untuk
memudahkan dalam membentuk janji,
penyedia layanan kesehatan membentuk
grup via whatsapp bagi para ibu yang
memiliki anak berusia dibawah satu tahun
Apakah ada buku Ada, buku KIA Di dalam buku KIA terdapat penjelasan
atau guideline yang (Kesehatan Ibu dan mengenai jadwal imunisasi dasar lengkap
menjelaskan terkait Anak) mencakup hal beserta table yang akan diisi dengan hasil
imunisasi ini? tersebut ketika melakukan imunisasi.
Apakah ada faktor Ada,yaitu keyakinan Ada beberapa isu kalau vaksin yang
penghambat dari agama yang digunakan untuk imunisasi itu tidak
pelaksanaan dianut diperbolehkan untuk digunakan sesuai
imunisasi ini? dengan aturan agama. Tapi kita (penyedia
layanan kesehatan) setelah itu akan
memberikan pengertian yang bisa diterima
dari aspek keagamaan kepada sang ibu agar
mau meninjau ulang keputusannya.
Apa saja kendala Ada, yaitu kondisi Apabila bayi sedang dalam kondis yang tidak
dalam pelaksanaan bayi sehat maka tidak boleh dilakukan imunisasi
imunisasi? sesuai dengan aturan yang ada. Dan baru bisa
dilakukan lagi ketika sudah sehat. Hal ini
membuat jadwal imunisasi pasien mundur
dari seharusnya.
Apakah edukasi Ya. Dan beberapa Ya, edukasi pada ibu ini merupakan kunci
pada ibu ini factor yang dalam membuat keputusan. Dan beberapa
sangatlah penting? mempengaruhi faktor yang memperngaruhi adalah
Dan apa saja faktor adalah kedekatan kedekatan individu dengan penedia layanan
yang individu dengan kesehatan dan pengingat atau reminder yang
mempengaruhinya? penyedia layanan dilakukan secara berulang dan individual.
kesehatan dan Pengingat ini dilakukan untuk
pengingat/ memberitaukan jadwal imunisasi
reminder yang selanjutnya. Dan seperti yang sudah dibilang
dilakukan secara sebelumnya kalau penyedia layanan
berulang dan kesehatan di puskesmas menggunakan grup
individual Whatsapp untuk mengingatkan ini.
Apakah ada Ya, dan sudah Seluruh rangkaian yang sudah saya (dokter
program khusus dilakukan dengan dan bidan) katakan adalah rangkaian dalam
dari Pemerintah maksimal Program Imunisasi Pemerintah itu sendiri.
terkait imunisasi Untuk pelaksanaannya, sudah di seluruh
ini? puskesmas menggunakan metode dasar yang
sama. Dan secara riil, pencapaian imunisasi
bahkan melebihi ekspektasi.

Jadwal imunisasi dilakukan pada hari 1 sampai ke 16 pada satu bulan. Hal ini diperlukan
untuk menghindari pembrosan vaksin karena imunisasi yang berada di setiap puskesmas itu tidak
dipungut biaya. Vaksin gratis ini juga merupakan salah satu factor tercapainya pelaksanaan
imunisasi karena dapat mencakup ke semua golongan. Misalkan vaksin BCG yang seharusnya
digunakan untuk lima orang dulu digunakan hanya untuk 3 atau 2 orang sesuai yang datang ke
puskesmas saat itu. Karena harga vaksin lumayan mahal jadi diusahakan pemakaian vaksin untuk
imunisasi dilakukan secara maksimal. Untuk memudahkan dalam membentuk janji, penyedia
layanan kesehatan membentuk grup via whatsapp bagi para ibu yang memiliki anak berusia
dibawah satu tahun
Dilihat dari sangat intensifnya pertemuan dan komunikasi yang dijalin antara penyedia
layanan kesehatan dengan para ibu dan pasien imunisasi sehingga memberikan rasa percaya
kepada ibu untuk mengimunisasi anaknya sesuai anjuran. Dimulai dari antenatal care sampai
konseling individu di tiap imunisasi sudah menggambarkan pengetahuan yang mumpuni yang
dimiliki oleh para ibu, dibuktikan dengan terpenuhinya seluruh rangkaian imunisasi dasar lengkap
bagi para bayi usia 1 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Yasin, Pratiwi, dan Huzaimah (2019)
yang menunjukkan hampir seluruh ibu yang berpengetahuan baik memberikan Imunisasi Dasar
Lengkap, dan hampir seluruh ibu yang berpengetahuan kurang, tidak lengkap dalam memberikan
Imunisasi Dasar pada bayinya.
Pendekatan di tingkat masyarakat adalah yang paling menantang untuk diterapkan,
karena membutuhkan waktu, tenaga manusia, dan sumber daya keuangan terbesar.100 Namun,
upaya yang mendorong keterlibatan dan keterlibatan masyarakat sering berdampak besar (yaitu
mencapai sejumlah besar peserta) .37,38 Dalam sebuah penelitian yang bertujuan mengurangi
disparitas imunisasi anak yang diakui antara anak-anak dalam kota, perkotaan, dan pinggiran
kota, cakupan imunisasi di antara anak-anak dalam kota 24 tahun meningkat sebesar 29 poin
persentase dari tahun 1993 hingga 1996 sebagai hasilnya intervensi pengingat, mengingat, dan
penjangkauan (RRO) (Frew & Lutz, 2017). Oleh karena itu, pengingatan yang dilakukan oleh
penyedia layanan kesehatan puskesmas Kebonagung, Kabupaten Pacitan terbukti sangatlah baik
dan menyeluruh karena berhasil mengarahkan para ibu untuk melakukan imunisasi dasar secara
lengkap meskipun waktunya pelaksanaannya secara berkala dan berbeda-beda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dapat berperan penting dalam
upaya melakukan imunisasi dasar lengkap pada bayi. Hal ini ditunjukkan dari sebagian bayi
diimunisasi secara lengkap pada ibu yang pengetahuannya baik. Langkah-langkah edukasi pun
dinilai sudah sangat baik karena pengetahuan sudah mulai diberikan jauh hari sebelum para ibu
melahirkan dan terus berlanjut sampai akhirnya selesai masa pemberian imunisasi. Ditambah
dengan faktor “pengingat” yang secara efektif membantu keberhasilan proses imunisasi. Dan
juga faktor kedekatan antara ibu, pasien dan penyedia layanan kesehatan turut mengambil peran
penting untuk keberhasilan imunisasi ini.

4. SIMPULAN
Setelah dilakukan pendekatan analisis dapat disimpulkan bahwa Puskesmas Kebonagung,
Kabupaten Pacitan telah berhasil mencakup seluruh ibu dan pasien untuk melakukan imunisasi
dasar lengkap sesuai waktunya. Hal ini sebanding dengan pengetahuan dan pemahaman ibu
terkait imunisasi. Tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu yang baik terbukti berhubungan erat
dengan keberhasilan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap. Untuk meningkatkan pengetahuan
tersebut diperlukannya edukasi secara berkala dan kepercayaan antara ibu dengan penyedia
pelayanan masyarakat. Kepercayaan yang tinggi ini bisa menghalau segala isu negatif yang
beredar yang belum pasti kebenarannya.

5. SARAN
Ibu memiliki peran penting dalam membuat keputusan bagi pelaksanaan imunisasi dasar
lengkap. Sehingga besarnya keberhasilan imunisasi dasar lengkap sebanding dengan
pengetahuan yang para ibu miliki terkait imunisasi itu sendiri. Oleh karena itu, edukasi yang
dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan haruslah sangat menyeluruh dan bisa menjangkau
ke seluruh golongan. Tak lupa dengan memperkuat hubungan kepercayaan antara ibu dengan
penyedia layanan kesehatan serta melakukan “pengingat” jadwal imunisasi agar proses imunisasi
berhasil dengan baik dan lancar.

6. DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
PERMENKES RI No 12 tentang penyelenggaraan imunisasi. (2017). PERMENKES RI No
12 tentang penyelenggaraan imunisasi. Permenkes Ri No 12, (6), 67–72.
Fitri, N. (2018). Persepsi Masyarakat Tentang Imunisasi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pagambiran Tahun 2017. Menara Ilmu, XII(5), 141–150.
Frew, P. M., & Lutz, C. S. (2017). Interventions to increase pediatric vaccine uptake: An
overview of recent findings. Human Vaccines and Immunotherapeutics, 13(11), 2503–2511.
https://doi.org/10.1080/21645515.2017.1367069
Indriyani, D., & Asih, S. W. (2019). Persepsi Ibu Muda dan Keluarga tentang Pemberian
Imunisasi (Pendekatan Maternal Sensitivity Models Berbasis Keluarga). Jurnal Kesehatan, 5(1),
60–67. https://doi.org/10.25047/j-kes.v5i1.45
Nurul Hidayah, Hetty Maria Sihotang, W. L. (2017). Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Pada Bayi Tahun 2017. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi, 3(1), 153–161.
Triana, V. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada
Bayi Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(2), 123.
https://doi.org/10.24893/jkma.10.2.123-135.2016
Tinggi, S., Kesehatan, I., Sarri, R. K., Kedokteran, F., Islam, U., Agung, S., … Kesehatan,
I. (2018). Description of Knowledge and Attitude of Women in Rendering Abstract. 10(1), 75–82.
Ventola, C. L. (2016). Immunization in the United States: Recommendations, Barriers, and
Measures to Improve Compliance: Part 2: Adult Vaccinations. P & T : A Peer-Reviewed Journal
for Formulary Management, 41(8), 492–506. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27504066%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articler
ender.fcgi?artid=PMC4959618
Yasin, Z., Pratiwi, I. G., & Huzaimah, N. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Kecamatan Manding Kabupaten Sumenep. Ilmu
Kesehatan Makia, 8(1), 47–59.

Anda mungkin juga menyukai