Anda di halaman 1dari 11

J-PAL, Vol. 6, No.

1, 2015 ISSN: 2087-3522


E-ISSN: 2338-1671

Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas Borong Kabupaten


Manggarai Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur
Dionisius Rahno 1, Jack Roebijoso 2, Amin Setyo Leksono 3
1
Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya
2
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
3
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya

Abstrak
Kabupaten Manggarai Timur merupakan daerah terpencil, belum memiliki fasilitas rumah sakit. Puskesmas Borong
merupakan satu- satunya fasilitas kesehatan dengan fasilitas yang memadai. Kegiatan puskesmas menghasilkan
timbulan limbah medis. Limbah medis yang tidak tertangani dengan baik akan mencemari lingkungan puskesmas.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan sistem pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas Borong Kabupaten
Manggarai Timur dan menyusun strategi pengelolaannya. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan
studi kasus deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, pengukuran limbah
medis padat, FGD, dan dokumentasi. Keabsahan data dilakukan teknik triangulasi baik metode maupun sumber
informannya. Analisa data dengan analisis timbulan limbah dan analisis deskriptif kualitatif. Analisis SWOT dilakukan
untuk menyusun strategi pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas Borong. Hasil penelitian menunjukan bahwa
limbah medis padat yang dihasilkan berupa barang/ bahan buangan hasil tindakan perawatan pasien, dengan volume
timbulan pada ruang rawat inap sebesar 0,74 kg/bed/hari, ruang bersalin 0,167 kg/pasien/hari, unit gawat darurat
sebesar 0,071 kg/pasien hari dan poliklinik sebesar 0,004 kg/pasien hari. Kurangnya dukungan manajemen berupa
ketersediaan peraturan/ kebijakan, SOP, anggaran, fasilitas/ peralatan yang belum memadai. Jumlah sanitarian sudah
mencukupi, namun belum ada pembagian tugas yang jelas. Puskesmas Borong belum melakukan pengelolaan limbah
medis padat sesuai ketentuan, seperti pemilahan, pengumpulan/ penyimpanan, transportasi, pemusnahan dan
pembuangan akhir. Rekomendasi strategi yakni workshop limbah medis, optimalisasi SDM, surveilens, rancangan
peraturan daerah, studi kelayakan pembangunan infrastruktur limbah dan pengadaan fasilitas pengelolaan limbah
medis di Puskesmas Borong.

Kata kunci: daerah terpencil, Puskesmas Borong, pengelolaan limbah medis padat, analisis SWOT

Abstract
East Manggarai Regency is a remote area, there are no hospital. Public health centre (PHC) Borong is the only one of
the health care facility with adequate care facilities. The activity of public health centre generates medical wastes.
Medical waste is not handled properly it will pollute the environment. The purpose of this research was to describe the
system of solid medical waste management and put together a solid medical waste management strategy in PHC
Borong East Manggarai Regency. This research used qualitative approach with a descriptive case study of design. The
data collected by deep interview, observation, measurement of medical waste solid, FGD, and documentation. The
validity of the data carried out the technique of triangulation methods and data sources. Data analysis with quantitative
analysis (analysis of medical waste generation) and qualitative descriptive analysis. The SWOT analysis was done to
draw up a waste management strategy in PHC Borong. Results of the study showed that medical waste solids generated
in the form of gauze, bandages, syringes, infusion sets, and expired medicines. The volume of medical waste piles in
inpatient room 0.74 kg/bed/day, birthing room 0,167 kg/patients/day, emergency units of 0,071 kg/patients/day and
Polyclinic of 0,004 kg/patients/day. Lack of management support in the form of the availability of the rules/policies,
SOP, budget, and facilities/ equipment is in adequate. The amount of sanitarian was sufficient, but there were no a
clear task divisions. PHC Borong didn’t make solid medical waste management in accordance with provisions such as
sorting, collection/storage, transportation, destruction and disposal. Recommendations strategies i.e. workshop
medical waste, optimizing human resources, surveilens of waste, the draft local regulations, infrastructure
development feasibility study of waste and waste management facilities for medical procurement in public health
centre.

Keywords: remote area, PHC Borong, medical solid waste management, SWOT analysis
1
PENDAHULUAN pembangunan yang berwawasan kesehatan,
Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada
terdepan yang berfungsi sebagai penggerak masyarakat. Sebagai sarana pelayanan umum,
puskesmas memelihara dan meningkatkan
1
Alamat Korespondensi: lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan
Dionisius Rahno persyaratan. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal
Email : dionisiusrahno@rocketmail.com 28H ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara
Alamat : Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Program
Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan
Pasca Sarjana Universitas Brawijaya

22
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas (Rahno, et al.)

bahwa setiap orang orang berhak memperoleh limbah jaringan tubuh 0,8 kg – 3 kg, limbah sisa
pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 bahan kimia 0,5 kg – 3,3 kg, limbah plastik 2 kg –
ayat (3) dinyatakan negara bertanggungjawab 6,6 kg. Biswas [4] melakukan penelitian di
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan beberapa rumah sakit di Dhaka India. Ditemukan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Pasal bahwa limbah infeksi sebesar 7%, limbah benda
163 Undang- Undang Nomor 36 tahun 2009 tajam 2%, limbah daur ulang 11%, dan yang
tentang Kesehatan, pada ayat (1) dikatakan paling banyak adalah limbah domestik yakni
bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan sebesar 80%.
masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan ICRC [5] mengemukakan tentang resiko
yang sehat dan tidak mempunyai resiko buruk kesehatan akibat limbah medis, dibagi dalam
terhadap kesehatan. Pasal 65 Undang- Undang lima kategori yakni resiko terjadinya trauma,
Nomor 32 Tahun 2009, dikatakan bahwa setiap resiko terjadinya infeksi, resiko zat kimia, resiko
orang berhak atas lingkungan hidup yang baik ledakan/ terbakar, dan resiko radioaktif. Chua
dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Say Tiong [6] dalam penelitiannya tentang
Pesatnya pertumbuhan industri pelayanan manajemen pengelolaan limbah medis pada
kesehatan di Indonesia memberikan kontribusi klinik swasta di Taiping, mengatakan bahwa
signifikan dalam menghasilkan limbah. limbah medis berpotensi menularkan infeksi
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan jumlah seperti Hepatitis B virus (HBV), Hepatitis C virus
rumah sakit di Indonesia sudah mencapai 1.959 (HCV), Human Immunodeficiency Virus (HIV)
unit pada Bulan Mei 2012. Jumlah itu bisa terus kepada manusia. Dampak lain yang ditimbulkan
bertambah seiring dengan perkembangan akibat keberadaan limbah medis adalah
ekonomi. Sampai dengan tahun 2011 Indonesia terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang
memiliki 9321 unit puskesmas, 3025 unit mengakibatkan gangguan kenyamanan dan
puskesmas rawat inap, 6296 unit puskesmas non estetika. Penampilan puskesmas dapat
rawat inap. Laporan akhir Riset Fasilitas memberikan efek psikologis bagi pemakai jasa,
Kesehatan dikatakan bahwa secara nasional karena adanya kesan kurang baik akibat limbah
terdapat 71,7% puskesmas di Indonesia yang tidak ditangani dengan baik. Hasil penelitian
mempunyai sarana air bersih dan 44,5% telah terhadap residu limbah medis padat rumah sakit
memiliki saluran pembuangan air limbah dengan di Jakarta tahun 2004 ditemukan bahwa
saluran tertutup. Ada 64,6% puskesmas telah parameter abu insinerator yakni tembaga (Cu),
melakukan pemisahan limbah medis dan non Selenium (Se), Seng (Zn), dan Chrom (Cr)
medis. Hanya 26,8% puskesmas yang memiliki melampaui baku mutu berdasarkan PP 18 tahun
insinerator [1]. Sedangkan 73,2% sisanya tidak 1999 yang potensial mencemari lingkungan [3].
memiliki fasilitas tersebut yang menunjukkan Hasil survey awal peneliti pada Bulan Januari
pengelolaan limbah medis padat yang masih 2014 pada tiga puskesmas di Kabupaten
buruk. Penelitian Mangizvo [2], mengemukakan Manggarai Timur yakni Puskesmas Borong,
bahwa managemen limbah medis padat di Kota Puskesmas Mano, dan Puskesmas Waelengga
Kwekwe Zimbabwe sangat buruk, dimana limbah ditemukan bahwa puskesmas belum melakukan
tidak dipisahkan berdasarkan tipenya. pemilahan limbah medis dan non medis. Sampah
Pengangkutan limbah menggunakan kendaraan medis tercampur dengan sampah umum di
terbuka dan insinerator tidak berfungsi dengan tempat sampah. Di tiap ruang tersedia tempat
baik. sampah, namun tidak memenuhi syarat untuk
Karakteristik utama limbah pelayanan wadah sampah medis. Tempat sampah yang
kesehatan adalah adanya limbah medis dan tersedia adalah tempat sampah terbuka dan
limbah non medis. Limbah medis adalah limbah tanpa dilapisi kantong plastik sesuai ketentuan.
yang berasal dari kegiatan pelayanan medis. Di halaman puskesmas ditemukan limbah medis
Berbagai jenis limbah medis yang dihasilkan dari padat berserakan berupa kassa bekas perawatan,
kegiatan pelayanan di puskesmas dapat urine bag dan botol infus. Semua puskesmas
membahayakan dan menimbulkan gangguan belum memiliki fasilitas pemusnahan limbah
kesehatan terutama pada saat pengumpulan, medis seperti insinerator. Pemusnahan limbah
pemilahan, penampungan, penyimpanan, dengan pembakaran biasa.
pengangkutan dan pemusnahan serta Tabel 1. Timbulan limbah medis padat
pembuangan akhir. Penelitian yang dilakukan puskesmas Bulan Juni 2014
pada beberapa rumah sakit di Jakarta [3],
ditemukan kualitas atau karakteristik dan volume
limbah medis padat yang dihasilkan oleh rumah
sakit perharinya sebagai berikut: limbah infeksius
2,5 kg – 53 kg, limbah benda tajam 0,8 kg – 60 kg,

23
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas (Rahno, et al.)

Puskesmas Rata- rata Rata-rata Timbulan proses maupun output di Puskesmas Borong dan
kunjungan/ volume limbah untuk menyusun strategi pengelolaannya.
Hari limbah/ (kg/pasien
hari /hari)
Puskesmas 42,86 2,140 0,0499 METODE PENELITIAN
Borong Penelitian ini menggunakan pendekatan
Puskesmas 8,40 0,002 0,0002 kualitatif dengan rancangan studi kasus deskriptif.
Mano Lokasi penelitian di Puskesmas Borong Kabupaten
Puskesmas 14,10 0,002 0,0001 Manggarai Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Waelengga Penelitian dilakukan pada Bulan Juni sampai Bulan
Sumber: Data primer hasil olahan penelitian
September 2014. Informan untuk wawancara
mendalam (indepth interview) dengan
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa
menggunakan purposive sampling, dimana sampel
Puskesmas Borong memiliki timbulan limbah yang
yang dipilih merupakan pihak yang dianggap
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dua
paling mengetahui dan memahami tentang
puskesmas lainnya. Data laporan tahun
permasalahan pengelolaan limbah medis padat di
Puskesmas Borong 2012/ 2013 menyebutkan
Puskesmas Borong Kabupaten Manggarai Timur.
bahwa tingkat kunjungan di Puskesmas Borong
Cara pengambilan data yakni dengan wawancara
mengalami peningkatan. Tahun 2012 tercatat
mendalam, pengukuran volume limbah medis
20.587 kunjungan, dan tahun 2013 sebanyak
padat selama 14 hari berturut- turut, FGD,
26.238 kunjungan. Untuk rawat inap tercatat BOR
penelusuran dokumen, observasi, dan
(Bed Occupancy Rate) pada tahun 2012 sebesar
dokumentasi kegiatan. Alat bantu yang digunakan
22% dan tahun 2013 sebesar 25%. Dari informasi
dalam penelitian ini adalah lembar panduan
ini dapat dihitung jumlah sumber daya dan limbah
wawancara, wadah penampung sampah medis
yang dihasilkan baik limbah padat maupun cair
padat, timbangan barang 5 kg, alat tulis, buku
pertempat tidur atau per hari perawatan. Hal ini
catatan, catatan lapangan, tape recorder, dan
senada dengan hasil penelitian Askarian[7], faktor
kamera. Data yang terkumpul dilakukan uji
yang mempengaruhi volume limbah medis yang
validitas dengan menggunakan teknik triangulasi
dihasilkan rumah sakit antara lain tingkat hunian
baik triangulasi sumber maupun triangulasi
(BOR) dan jenis tindakan medis perawatan yang
metode. Untuk mengetahui timbulan limbah
diberikan. Hal ini menunjukan betapa pentingnya
digunakan analisa timbulan limbah medis
pengelolaan sanitasi khususnya limbah medis
berdasarkan jenis pelayanan dan tingkat hunian.
padat agar tidak menumpuk dan mencemari
Sedangkan data- data hasil wawancara (indepth
lingkungan, baik internal maupun eksternal.
interview) dan diskusi terarah (FGD) menggunakan
Kabupaten Manggarai Timur merupakan
analisa kualitatif dengan penelaahan, kategorisasi,
salah satu daerah terpencil di Propinsi Nusa
tabulasi data dan mengkombinasikan hasil
Tenggara Timur, dengan luas wilayah 251.855
penelitian untuk menjawab pertanyaan
km2 dan jumlah penduduk pada tahun 2014
penelitian.
sebesar 263.142 jiwa [8]. Fasilitas kesehatan
masih terbatas pada pelayanan kesehatan dasar HASIL DAN PEMBAHASAN
di puskesmas. Hal ini karena belum ada rumah A. Aspek Input (masukan)
sakit. Puskesmas Borong merupakan satu- 1. Karakteristik limbah medis padat di
satunya fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Puskesmas Borong
Borong yang memiliki fasilitas rawat inap, unit Limbah medis padat di Puskesmas Borong
gawat darurat dan ruang bersalin yang memadai, dihasilkan dari poliklinik, laboratorium, unit
serta menjadi barometer pelayanan kesehatan di gawat darurat, ruang rawat inap, ruang bersalin
Kabupaten Manggarai Timur. Pemerintah daerah dan gudang farmasi kabupaten. Limbah yang
memberikan perhatian penuh pada pelayanan dihasilkan berupa kassa bekas perawatan, jarum
kesehatan di Puskesmas Borong khususnya suntik, spuit, selang infus, kateter, sarung
sanitasi lingkungan. Hal ini ditunjukan dengan tangan, masker, botol/ ampul obat, pembalut
kegiatan pembersihan sampah di Puskesmas bekas, kapas/ perban terkontaminasi darah/
Borong yang melibatkan seluruh satuan kerja cairan tubuh, kaca slide, lancet, serta obat-
perangkat daerah (SKPD) Kabupaten Manggarai obatan dan bahan habis pakai yang sudah
Timur (Pos Kupang, 26/05/2014). Perlu adanya daluwarsa. Adisasmita [9] limbah medis klinis
upaya pengelolaan secara komprehensif yaitu limbah yang berasal dari pelayanan medik,
terhadap pengelolaan sampah medis padat yang perawatan gigi, farmasi atau yang sejenisnya,
menumpuk di Puskesmas Borong. Untuk itu penelitian, pengobatan, perawatan atau
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pendidikan yang menggunakan bahan- bahan
pengelolaan limbah medis padat baik pada input, beracun, infeksius, berbahaya atau bisa

24
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas (Rahno, et al.)

membahayakan kecuali jika dilakukan volume limbah medis yang dihasilkan rumah sakit
pengamanan tertentu. Hal ini senada dengan antara lain tingkat hunian (Bed Occupancy
penelitian Bassey[10] yang mengatakan bahwa rate/BOR), jenis tindakan medis perawatan yang
limbah medis banyak dihasilkan dari ruang diberikan dan jumlah kunjungan pasien.
perawatan pasien seperti jarum suntik, kassa 2. Dukungan Manajemen
bekas perawatan dan juga pada ruang persalinan a) Ketersediaan peraturan/ kebijakan
meliputi rendaman kain, bantalan, serbet sekali Hasil penelitian menunjukan bahwa belum
pakai dan pembalut wanita. Berikut hasil ada peraturan atau kebijakan yang mendasari
pengukuran limbah medis padat di Puskesmas pengelolaan limbah medis di Puskesmas Borong.
Borong: Mereka melakukan penanganan limbah atas
Tabel 6.3 Timbulan limbah medis padat di inisiatif dan pengetahuan mereka saja. Bahkan
Puskesmas Borong Bulan Juni 2014 mereka tidak mengetahui adanya peraturan atau
Jenis Rata- Rata- rata Timbulan kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan
Pelayanan rata harian limbah limbah limbah medis. Berikut petikan wawancara
pasien medis padat (kg/pasien/
informan:
perhari (kg) hari)
Poliklinik 34,86 0,13 0,004 Bapak C dan Ibu F di Puskemas Borong:
Unit 7 0,50 0,071 “........................sampai saat ini belum ada
Gawat regulasi tentang pengelolaan sampah medis.
Darurat Yang kami lakukan hanya sebatas pengalaman
Ruang 1,5 0,25 0,167 kami saja. Atau mungkin kami yang tidak pernah
Bersalin melihat atau tahu tentang peraturan tersebut.
Sumber: Diolah dari hasil penelitian
Pokoknya peraturan pengelolaan sampah medis
Pada bagian ruang rawat inap dilakukan
belum ada, baik peraturan menteri,
perhitungan timbulan limbah berdasarkan tingkat
perda,maupun peraturan kadinkes.
hunian atau Bed Ocupancy Rate (BOR).
“..........................sejauh ini belum ada peraturan
Perhitungan dilakukan dengan membagi total
tentang pengelolaan sampah medis. Belum ada
produksi limbah harian limbah medis dibagi
sosialisasi peraturan baik dari puskesmas
dengan jumlah BOR pada periode waktu yang
maupun dinkes. Paling- paling kami hanya
bersangkutan.
mendapat himbauan dari kepala ruangan untuk
Timbulan limbah = total produksi limbah (kg)
kebersihan”.
Tingkat BOR
= 17,55/23,57 = 0,74 kg/TT/hari
United Nation (1975) dalam Wahab [13]
Timbulan limbah medis padat khususnya di
mengkonsepsikan kebijaksanaan sebagai “suatu
ruang rawat inap dan ruang bersalin Puskesmas
deklarasi mengenai suatu pedoman dasar
Borong yakni sebesar 0,74 kg/TT/hari, dengan
bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu
total hunian (BOR) hanya 23,57% dan 0,167
program mengenai aktivitas- aktivitas tertentu
kg/pasien/hari. Jumlah ini lebih besar dari
atau suatu rencana”. Penelitian yang dilakukan
timbulan limbah medis padat yang ada di kedua
Novyanto [14] pengelolaan limbah medis akan
puskesmas lainnya di Kabupaten Manggarai Timur
sangat tergantung dengan adanya kebijakan
yakni Puskesmas Mano (0,002 kg/pasien/hari) dan
disertai tersedianya sumber daya manusia,
Puskesmas Waelengga (0,001 kg/pasien/hari).
angggaran dan fasilitas. Hal senada pada
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
penelitian Tarigan [15], terkait pengelolaan limbah
Penyehatan Lingkungan, menyatakan bahwa pada
medis padat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan,
tahun 2010 rata- rata timbulan limbah medis dari
dikatakan bahwa variabel kebijakan rumah sakit
rumah sakit 0,14 kg/TT hari, dengan komposisi
berkaitan dengan limbah medis padat merupakan
terdiri dari 80% limbah non infeksius, 15% limbah
faktor dominan yang mempengaruhi tindakan
patologi dan infeksius, 1% limbah benda tajam,
perawat dalam membuang limbah medis padat.
3% limbah kimia dan farmasi, lebih dari 1% tabung
WHO [16] mengemukakan arah kebijakan dalam
dan termometer pecah. Sedangkan jumlah
pengelolaan limbah medis padat di pelayanan
puskesmas sebanyak 8.931 puskesmas, dengan
kesehatan masyarakat (PHCs). Hal tersebut
perkiraan timbulan limbah medis sebesar 0,075
dimulai dari bahan penghasil limbah sampai pada
kg/pasien/hari [11]. Zeinab[12], menyebutkan
pengolahan akhir limbah. Hal senada disampaikan
bahwa besarnya timbulan limbah padat di Rumah
Idawaty [17], kebijakan manajemen atas sistem
Sakit Babolsar, Iran Utara yakni 2,33 kg/bed/hari,
pengelolaan insinerator dan limbah medis rumah
dengan rincian limbah umum 1,2 kg/bed/hari,
sakit mulai dari pemilahan, pewadahan,
limbah padat infeksius 1,1 kg/bed/hari dan limbah
pengangkutan, penyimpanan, memasukan limbah
benda tajam sebesar 0,03 kg/bed/hari. Hasil
medis kedalam insinerator, pengoperasian
penelitian Askarian[7], faktor yang mempengaruhi
insinerator, dan perawatan insinerator.

25
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas (Rahno, et al.)

b) Ketersediaan Standard Operating prioritas dalam upaya pelayanan kesehatan. Hal


Procedure ini menyebabkan aspek lingkungan fisik pada
Hasil penelitian menunjukan bahwa belum fasilitas pelayanan kesehatan terutama
ada standard operating procedure (SOP) untuk puskesmas menjadi tidak diperhatikan.
pengelolaan limbah medis di Puskesmas Borong. d) Ketersediaan fasilitas/ peralatan
Petugas puskesmas melakukan penanganan Hasil penelitian menunjukan bahwa
limbah medis atas dasar pengetahuan dan ketersediaan fasilitas dan peralatan pengelola
pemahaman mereka saja. Berikut petikan limbah medis di Puskesmas Borong belum
pernyataan informan mengenai ketersediaan memadai. Tempat sampah yang digunakan untuk
SOP: sampah medis adalah berupa wadah terbuka
Ibu I di Puskesmas Borong: terbuat dari keranjang plastik. Peralatan
“...............belum ada SOP untuk penanganan pengangkut, alat pelindung diri (APD) dan alat
sampah medis. Jangankan SOP sampah medis, pemusnah sampah belum ada. Berikut kutipan
SOP tindakan medis saja belum ada. Selama ini wawancara informan:
kami melakukan berdasarkan pemahaman kami Bapak C di Puskesmas Borong:
saja”. “....................... menyangkut ketersediaan
tempat sampah medis yang kami sediakan
Hartatik [18]mengatakan bahwa salah satu selama ini adalah seperti yang anda lihat di tiap
aspek penting dalam mewujudkan pelayanan ruangan, telah disediakan keranjang plastik dan
yang profesional, efektif dan efisien adalah dialasi dengan plastik warna merah. Mengenai
penerapan standard operating procedure (SOP) alat pemusnah sampah medis, itu tidak ada.
dalam seluruh proses kegiatan pelayanan. SOP Selama ini semua jenis sampah kami bakar saja
merupakan hal yang penting, karena merupakan secara manual.
pedoman atau acuan dalam melaksanakan
kegiatan sesuai tugas pokok dan fungsi, sekaligus Hasil penelitian Maironah[21], diketahui
menjadi alat penilaian sejauh mana kegiatan bahwa ketersediaan fasilitas mempunyai
telah berjalan secara efektif dan efisien. hubungan dengan perilaku petugas kesehatan
Penelitian Oktarina[19] pada poli gigi puskesmas dalam penanganan limbah medis, dimana
di Surabaya, ditemukan sebagian besar sudah diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,327
memiliki SOP pencegahan infeksi, namun ada dengan arah hubungan yang positif dan
yang sudah robek dan tidak diganti lagi. diperoleh nilai p= 0,018 (p<0,05). Adanya
c) Ketersediaan anggaran ketersediaan fasilitas pengelolaan limbah medis
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak yang memadai akan mempengaruhi perilaku
adanya ketersediaan anggaran untuk petugas untuk melakukan pengelolaan limbah
pengelolaan limbah medis di Puskesmas Borong secara lebih baik.
Kabupaten Manggarai Timur. Pembelian 3. Sumber Daya Manusia
peralatan kebersihan dan tempat sampah Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan
disiasati dengan melakukan subtitusi barang limbah di Puskesmas Borong dikoordinasi oleh
pada pos anggaran lainnya. Berikut petikan petugas kesehatan lingkungan atau sanitarian.
wawancara informan: Tabel 6.4 Tenaga pengelola limbah di Puskesmas
Bapak C di Puskesmas Borong: Borong tahun 2014
“.......................... anggaran untuk penanganan Nama Pendidikan Juml
sampah medis secara khusus tidak ada sama Jabatan SMP SMA D1 D3 S1 ah
sekali. Untuk membeli tempat sampah saja, kami Sanitarian - - 1 3 1 5
Cleaning 1 2 - - - 3
harus ambil dari kegiatan lain, misalnya dana Service
alat tulis kantor (ATK). Mengenai dana Bantuan Sumber:Bagian Kepegawaian Puskesmas Borong
Operasional Kesehatan (BOK) dan Jamkesmas
dalam juknisnya tidak bisa digunakan untuk itu. Dari tabel di atas diketahui bahwa Puskesmas
Borong memiliki tenaga sanitarian sebanyak 5
Widodo [20], sumber daya yang orang dan cleaning service sebanyak 3 orang.
mempengaruhi efektifitas pelaksanaan suatu Depkes [22] salah satu model DSP (daftar
kegiatan, selain sumber daya manusia adalah susunan pegawai) untuk puskesmas perkotaan
adanya anggaran yang memadai dalam upaya dengan penduduk padat dan kunjungan cukup
membeli peralatan yang dibutuhkan dan tinggi, dibutuhkan kurang lebih 40 orang
membiayai seluruh operasional kegiatan. pegawai, dengan jumlah sanitarian sebanyak 2
Adisasmita [9] mengatakan bahwa terbatasnya orang. Namun menurut penuturan informan,
anggaran yang tersedia, menyebabkan belum ada pembagian tugas yang jelas untuk
pengelolaan kesehatan lingkungan tidak menjadi pengelolaan limbah medis. Sanitarian banyak

26
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas (Rahno, et al.)

dibebankan pekerjaan lain di luar tugas sampah medis dan non medis, tidak ada tanda
pokoknya, seperti pekerjaan administrasi. Berikut khusus”.
kutipan wawancara informan:
Bapak C di Puskesmas Borong: “......................... selama ini kami tidak dilakukan
“................... untuk struktur organisasi kami satu pemilahan karena tempat pembuangan akhirnya
dengan organisasi puskesmas. Dan untuk satu saja. Sedangkan sampah benda tajam kami
penanganan limbah medis leading sektornya ada pilah hanya karena takut terkena luka bila
pada seksi P2PL, namun memang belum ada tata bersentuan”.
kerja khusus untuk penanganan sampah medis.
Hanya selama ini mereka melaksanakan tugas WHO [16]Limbah medis dikumpulkan pada
lebih pada laporan saja. Menurut saya kalau tempat yang telah disediakan sesuai
ketenagaan sudah cukup, karena kami memiliki 5 peruntukannya. Untuk benda- benda tajam
sanitarian dan 2 cleaning service. Namun selama sebaiknya ditampung pada tempat khusus (safety
ini sanitarian lebih banyak disibukan dengan box) seperti botol. Penelitian yang dilakukan
laporan dan turun ke desa untuk kegiatan Leonita[24] terhadap limbah medis padat
STBM”. puskesmas se-Kota Pekanbaru, menunjukan
bahwa puskesmas telah melakukan proses
ICRC [5], menguraikan tugas dan fungsi kepala pemilahan berdasarkan tempat sampah medis
bagian pengelola limbah yakni melaksanakan dan non medis, semua tempat sampah diberi
upaya pengelolaan limbah, dengan selalu label, sehingga petugas tahu akan membuang
berkoordinasi dengan anggota tim dan seluruh sampah berdasarkan jenisnya. Penelitian yang
civitas hospitalia guna terwujudnya pengelolaan dilakukan Muchsin[25], tentang gambaran
limbah medis yang baik di rumah sakit. Penelitian perilaku perawat dalam membuang limbah medis
Rakhminiar [23], proses pengolahan limbah medis di RSUD Aceh Tamiang, menunjukan bahwa
dilakukan oleh semua petugas baik medis maupun tindakan responden berada dalam kategori baik
paramedis pada tahap pemilahan dan petugas 26,7%, sedang 15% dan kategori kurang sebesar
kebersihan (cleaning service) pada tahap 58,3%. Limbah medis dan non medis tidak
pengangkutan dan pengolahannya. Semua tenaga dipisahkan dan tidak segera dimasukan ke tempat
medis dan paramedis yang menghasilkan limbah penampungannya, tetapi diletakan di wadah-
medis dalam tindakannya harus wadah kecil (nierbeken).
bertanggungjawab dalam melakukan pemilahan. 2. Pengumpulan dan penyimpanan sementara
Untuk itu perlu adanya koordinasi yang baik Hasil penelitian menunjukan bahwa limbah
dalam proses pelayanan di puskesmas. medis dari setiap unit penghasil limbah, langsung
B. Aspek Proses dibuang dan dibakar oleh petugas cleaning
Proses pengelolaan limbah medis meliputi service di belakang puskesmas. Pengumpulan
beberapa tahapan sebagai berikut: limbah hanya dilakukan untuk limbah farmasi,
1. Pemilahan limbah yakni obat- obatan kedaluwarsa (expire). Ini
Hasil penelitian menunjukan bahwa belum ada dilakukan oleh petugas gudang farmasi
pemilahan antara limbah medis dan non medis. kabupaten. Tempat penyimpanan limbah farmasi
Pemilahan hanya dilakukan untuk sampah benda berada di salah satu gedung di Puskesmas
tajam berupa jarum suntik. Menurut informan, Borong. Kondisi gedung tersebut sudah rusak,
belum adanya pemilahan sampah medis dan bila hujan banjir dan hewan pengerat seperti
sampah non medis, karena ketersediaan tempat tikus masuk dan bersarang di dalamnya. Berikut
sampah yang kurang, tidak adanya pelabelan, kutipan wawancara informan:
proses pemusnahannya masih tetap sama, dan Ibu G di Puskesmas Borong:
kurangnya kesadaran petugas akan pentingnya “.........sampah tidak ditampung, karena setiap
pemilahan. Berikut petikan wawancara informan: hari cleaning service langsung mengangkat
Ibu E, F, G di Puskesmas Borong: sampah dan membawa ke belakang puskesmas
“................belum ada pemilahan, karena untuk dibakar”.
ketersediaan fasilitas berupa tempat sampahnya
kurang. Belum lagi kesadaran dan pengetahuan Ibu X di Gudang Farmasi:
para petugas tentang sampah medis sangat “.......................... kalau untuk obatan- obatan
minim”. daluwarsa, kami simpan selama lima tahun, baru
kami musnahkan. Tempat penyimpanannya
“.............sampah medis dan non medis sering terpisah dengan gudang obat. Selama ini kami
tercampur karena tempat sampah yang pinjam satu unit gedung lama di Puskesmas
disediakan tidak ada pembedaan antara tempat Borong untuk menyimpan obat daluwarsa.
Memang tidak terlalu aman, karena gedungnya

27
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas (Rahno, et al.)

tidak permanen dan hewan- hewan pengerat Hasil penelitian menunjukan bahwa pemusnahan
serta banjir masih bisa masuk. Tetapi mau limbah medis di Puskesmas Borong dilakukan
gimana lagi, tempat yang layak belum ada”. bersamaan dengan limbah domestik lainnya,
yakni dibakar tanpa menggunakan insinerator.
WHO [16], menyarankan kepada setiap Hal ini karena puskesmas belum memiliki
rumah sakit untuk menyediakan tempat insinerator dan belum ada rumah sakit di
penampungan sementara yang memiliki lantai Kabupaten Manggarai Timur. Sedangkan limbah
kokoh, impermiabel, drainasenya mudah medis basah dan benda tajam yang tidak dibakar,
dibersihkan dan didesinfeksi. dimasukan ke dalam lubang tertutup di belakang
3. Transportasi puskesmas. Berikut petikan wawancara
Hasil penelitian menunjukan bahwa informan:
pengangkutan limbah dilakukan oleh cleaning Bapak C dan Ibu D di Puskesmas Borong:
service dari ruangan penghasil limbah ke tempat “........................... kalau sampah medis yang
pembuangan di belakang puskesmas. Petugas dibuang ke dalam lubang, mungkin dengan
mengangkat limbah dari tempat sampah yang proses pembusukan saja, tetapi sampah medis
ada di tiap ruangan tanpa memakai alat dan atau umum yang tercampur di permukaan
pelindung diri (APD) dan kereta pengangkut. kami bakar saja. Karena bagi kami kalau sudah
Berikut kutipan wawancara informan: terbakar, itu sudah baik. Untuk obat- obatan
Ibu I di Puskesmas Borong: daluwarsa kami buatkan berita acara untuk
“....................... sampah medis langsung diangkat dikembalikan ke dinas kesehatan, nanti mereka
dengan kantung plastiknya. Namun celakanya yang melakukan pemusnahan”.
karena lubang untuk memasukan sampah medis
pada tempat sampah di belakang terlalu kecil, “...................... selama ini yang kami lakukan
maka terpaksa satu persatu sampah medis hanya dengan pembakaran saja secara manual.
dikeluarkan dari plastiknya. Kalau petugas pasti Hal ini karena kami belum memiliki insinerator.
pakai sarung tangan, tetapi cleaning service Sedangkan obat- obatan daluwarsa, kami
melakukannya tanpa pelindung diri’. kembalikan ke dinas kesehatan untuk selanjutnya
dimusnahakan.”
Menurut Pruss [26] kereta atau trolly yang
digunakan untuk transportasi sampah medis Ibu X di Gudang Farmasi:
didesain sedemikian sehingga permukaan harus “................... untuk obat- obatan daluwarsa,
licin, rata dan tidak mudah tembus, tidak yang tablet kami keluarkan dari kemasannya,
menjadi sarang serangga, mudah dibersihkan kumpulkan jadi satu dan dilarutkan dengan air.
dan dikeringkan, sampah tidak menempel pada Obat- obatan yang sudah larut dan obat- obatan
alat angkut, sampah mudah diisikan, diikat dan yang berupa cairan kami gabung lalu dikuburkan.
dituang kembali. WHO [16] pengangkutan Kemasannya yang berupa plastik dan kertas kami
internal berawal dari titik penampungan awal ke bakar”.
tempat pembuangan atau ke insinerator
(pengolahan on-site). Pada pengangkutan Dari penuturan informan, disimpulkan bahwa
internal biasa digunakan kereta dorong yang pemusnahan limbah medis padat di Puskesmas
dibersihkan secara berkala dan petugas Borong tidak dilakukan sesuai ketentuan. Limbah
pelaksana dilengkapi dengan alat pelindung diri dibakar pada suhu rendah dan dilakukan secara
atau pakaian khusus. Sedangkan pengangkutan terbuka. Hal ini berpotensi mencemari lingkungan
eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ke karena limbah masih mengandung kuman
tempat pembuangan di luar (off-site). infeksius dan material tajam yang tidak terbakar
Pengangkutan ini memerlukan prosedur akan berpotensi injury atau kecelakaan bagi
pelaksanaan sesuai peraturan perundangan yang pekerja dan masyarakat yang berkunjung ke
berlaku. Sampah medis diangkut dalam kontainer lingkungan puskesmas. Hal senada dikatakan [27],
khusus yang kuat dan tidak bocor. Sedangkan dalam penelitian pengolahan sampah medis jarum
pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan di RS. Dr. Soetomo Surabaya, disimpulkan bahwa
sampah medis ke tempat pembuangan di luar kondisi optimal untuk pembakaran sampah medis
(off-site). Pengangkutan ini memerlukan jarum tercapai pada suhu 10000C dan lama
prosedur pelaksanaan sesuai peraturan pembakaran 20 menit. Semakin tinggi suhu dan
perundangan yang berlaku. Sampah medis semakin lama waktu pembakaran semakin besar
diangkut dalam kontainer khusus yang kuat dan efisiensi dan kualitas abu dan asapnya juga
tidak bocor. semakin baik. Hasil penelitian lainnya terhadap
4. Pemusnahan residu limbah medis padat rumah sakit di Jakarta
tahun 2004 ditemukan bahwa parameter abu

28
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas (Rahno, et al.)

insinerator yakni tembaga (Cu), Selenium (Se), Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi
Seng (Zn), dan Chrom (Cr) melampaui baku mutu sanitasi pengelolaan sampah medis sangat
berdasarkan PP 18 tahun 1999 yang potensial memprihatinkan. Hal ini karena penanganan
mencemari lingkungan [3]. sampah tidak dilakukan sesuai ketentuan.
5. Pembuangan akhir (disposal) Ditemukannya tumpukan sampah medis
Hasil penelitian menunjukan bahwa tempat berserakan dan tercampur dengan sampah non
pembakaran juga dijadikan tempat pembuangan medis di halaman belakang puskesmas, sisa hasil
akhir. Abu sisa pembakaran atau material pembakaran berupa abu dan sampah medis yang
sampah yang tidak terbakar dibiarkan saja di tak terbakar berserakan di tempat pembakaran,
halaman belakang puskesmas. Sampah medis dan terasa aroma bau menyengat di belakang
basah dimasukan ke dalam lubang tanpa ada puskesmas tempat pembuangan sampah. Berikut
pengolahan lanjutan. Hal ini berpotensi petikan pernyataan informan:
mencemari lingkungan baik internal maupun Ibu J di Puskesmas Borong:
eksternal dan juga terjadinya kecelakaan (injury) “.................. selama ini sampah medis tertumpuk
bagi pekerja dan pengunjung puskesmas. Limbah di belakang puskesmas, dan terasa bau
infeksius yang dimasukan ke dalam lubang menyengat dan bahkan sampai ke ruangan
pembuangan akan membusuk dan menimbulkan persalinan yang kebetulan berdekatan dengan
bau yang tak sedap dan resapan limbah tumpukan sampah”.
berpotensi mencemari tanah dan sumber air
dalam tanah, serta binatang pengerat (vektor Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
penyakit) dapat masuk ke dalam lubang dan Leonita[24] disimpulkan bahwa pengelolaan
menyebarkan penyakit. Berikut petikan sampah medis puskesmas se-Kota Pekanbaru
pernyataan informan: telah dilakukan mulai dari tahap pemilahan,
Bapak K di Puskesmas Borong: pengumpulan, penampungan dan pengangkutan
“....................... semua sampah saya angkut ke serta pemusnahan. Namun pada setiap tahap
belakang. Sampai di belakang sampah jarum belum dilakukan secara optimal. Sebagai contoh
suntik dan sampah basah saya masukan ke dari hasil observasi, masih di beberapa
dalam lubang, sedangkan sampah lainnya saya puskesmas masih terdapat tumpukan sampah
bakar satu kali saja”. medis di sekitar puskesmas. Pengangkutan
limbah medis dilakukan dengan menggunakan
Ibu X di Gudang Farmasi: kendaraan ambulans. Di tempat pembakaran
“................... untuk obat- obatan daluwarsa, limbah medis masih ditemukan jarum suntik hasil
yang tablet kami keluarkan dari kemasannya, pembakaran yang masih utuh. Hal ini tidak sesuai
kumpulkan jadi satu dan dilarutkan dengan air. dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Obat- obatan yang sudah larut dan obat- obatan Indonesia Nomor 1428/Menkes/SK/XII/2006
yang berupa cairan kami gabung lalu dikuburkan. tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan
Kemasannya yang berupa plastik dan kertas kami Lingkungan Puskesmas, yang menyatakan bahwa
bakar”. bahwa sampah infeksius baik sampah padat
maupun sampah benda tajam atau jarum
Depkes [22], limbah medis padat yang telah dimusnahkan dengan menggunakan insinerator.
diinsinerasi atau desinfeksi, sisa pembakaran Sisa hasil pembakaran harus dibuang ke landfill
dapat dibuang ke landfill bila residunya sudah atau tempat pembuangan akhir sampah.
aman. Hal ini, senada dengan hasil penelitian
Nainggolan [3] pemeriksaan laboratorium residu STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT
limbah medis padat rumah sakit di Jakarta tahun DI PUSKESMAS BORONG
2004 ditemukan bahwa parameter abu Analisis SWOT digunakan sebagai dasar
insinerator yakni tembaga (Cu), Selenium (Se), penyusunan strategi pengelolaan limbah medis
Seng (Zn), dan Chrom (Cr) melampaui baku mutu padat di Puskesmas Borong Kabupaten
berdasarkan PP 18 tahun 1999 yang potensial Manggarai Timur. Ini dilakukan melalui penilaian
mencemari lingkungan. Asmadi [28] mengatakan IFAS (Internal Strategic Factor Anaysis Summary)
bahwa limbah yang dihasilkan dapat dan EFAS (External Strategic Factor Anaysis
menyebabkan gangguan berupa pencemaran Summary). Adapun faktor internal dan eksternal
udara, pencemaran air, tanah, pencemaran yang mempengaruhi adalah sebagai berikut:
makanan dan minuman. Pencemaran tersebut Faktor Internal
merupakan agen- agen kesehatan lingkungan a) Kekuatan:
yang dapat mempunyai dampak besar terhadap Adapun potensi kekuatan yang dimiliki
manusia. puskesmas antara lain: ketersediaan lahan
C. Aspek Output (keluaran) yang memadai, jumlah SDM memadai,

29
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas (Rahno, et al.)

ketersediaan dana BOK dan BPJS, volume  Optimalisasi peran fungsi sanitarian
timbulan limbah yang banyak, dan puskesmas
meningkatnya cakupan kunjungan  Surveilens limbah medis puskesmas
puskesmas. Strategi WO:
b) Kelemahan:  Membuat rancangan peraturan daerah
Kelemahan yang ada yakni: belum adanya pengelolaan limbah medis infeksius di
regulasi/ kebijakan pengelolaan limbah medis Kabupaten Manggarai Timur
puskesmas, kurangnya dukungan manajemen  Mengadakan workshop pengelolaan sampah
puskesmas, rendahnya perilaku petugas medis pada puskesmas
dalam upaya sanitasi puskesmas, fasilitas/  Membuat usulan pengadaan alat pemusnah
peralatan pengolahan sampah belum sampah berupa insinerator
memadai, dan belum adanya penganggaran Dari alternatif strategi di atas dilakukan
limbah medis. pengambilan keputusan untuk menentukan
Faktor Eksternal: prioritas strategi dengan menggunakan matriks
a) Peluang QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).
Beberapa peluang yang ada antara lain: Adapun prioritas strategi sebagai berikut:
adanya Kepmenkes 1428 / Menkes / SK / XII / pertama, mengadakan workshop pengelolaan
2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan limbah medis (total atraktif skor 5,50), kedua,
Kesehatan Lingkungan Puskesmas, berbagai optimalisasi peran tugas pokok dan fungsi
regulasi tentang perlindungan lingkungan, sanitarian puskesmas (total atraktif skor 5,15),
dukungan pemerintah daerah dan DPRD ketiga, surveilens limbah medis puskesmas (total
untuk fasilitas kesehatan yang layak, atraktif skor 5,05), keempat, pembuatan
kebijakan BPJS kesehatan dan belum adanya rancangan peraturan daerah pengelolaan limbah
fasilitas rumah sakit di Kabupaten Manggarai medis (total atraktif skor 4,80), kelima,
Timur. pembelian fasilitas/ peralatan pengelolaan
b) Tantangan: limbah medis puskesmas (total atraktif skor
Adapun tantangan yang dihadapi antara lain: 4,65), keenam, studi kelayakan pembangunan
terbatasnya dana APBD Kabupaten Manggarai infrastrukstur pengelolaan limbah medis
Timur, lokasi puskesmas di pemukiman padat puskesmas (total atraktif skor 4,60), dan ketujuh,
penduduk, potensial penolakan dari usulan advokasi anggaran pengadaan alat
masyarakat sekitar, pemusnahan limbah pemusnah limbah medis(small incinerator)
farmasi kabupaten dilakukan di kompleks dengan total atraktif skor sebesar 4,20.
puskesmas, dan belum adanya tempat KESIMPULAN DAN SARAN
pembuangan akhir (TPA) sampah perkotaan. Dari bahasan di atas, dapatlah disimpulkan
Dari hasil penilaian IFAS dan EFAS didapatkan bahwa limbah medis padat di Puskesmas Borong
bahwa faktor internal (total skor 2,40) lebih kecil Kabupaten Manggarai Timur belum dilakukan
dari faktor eksternal (total skor 2,50). Ini pengelolaan secara baik dan benar sesuai
menunjukan bahwa faktor eksternal lebih ketentuan. Hal ini disebabkan karena belum
berpengaruh dalam pengelolaan limbah medis adanya dukungan manajemen berupa penyiapan
padat di Puskesmas Borong Kabupaten peraturan atau kebijakan, standard operating
Manggarai Timur. Perhitungan ini digunakan procedure, anggaran, fasilitas atau peralatan
untuk menentukan titik koordinat, dan yang memadai. Ketersediaan tenaga sanitarian
didapatkan posisi kuadran SWOT yakni pada secara kuantitatif mencukupi. Namun belum ada
kuadran III, dimana ada peluang yang cukup koordinasi yang jelas untuk kegiatan pengelolaan
besar untuk upaya perbaikan, namun banyak limbah, dan rendahnya kesadaran para petugas
kelemhan internal. Fokus strategi yang puskesmas dalam upaya sanitasi khususnya
diupayakan adalah dengan meminimalkan penanganan limbah medis.
masalah internal dan menggunakan kekuatan Berdasarkan kesimpulan di atas dan hasil
yang dimiliki untuk merebut peluang yang ada. analisis SWOT terhadap berbagai permasalahan
Alternatif strategi yang diperlukan adalah sebagai di atas, dan pengambilan keputusan dilakukan
berikut: dengan menggunakan matriks QSPM
(Quantitative Strategic Planning Matrix) maka
Strategi SO: strategi yang tepat untuk pengelolaan limbah
 Studi kelayakan pembangunan infrastruktur medis padat di Puskesmas Borong Kabupaten
pengelolaan limbah medis di Puskesmas Manggarai Timur adalah sebagai berikut:
Borong pertama, mengadakan kegiatan workshop
 Usulan anggaran pembelian fasilitas peralatan pengelolaan limbah medis infeksius puskesmas,
pengolahan sampah medis dengan sasaran para stakeholder di daerah yakni

30
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas (Rahno, et al.)

Dinas Kesehatan, BLH, Bappeda, DPRD serta [6]. Chua Say Tiong, Puziah Abd.Latif,
seluruh staf puskesmas. Hal ini untuk Subraimaniam. 2012. Medical Waste
mendapatkan mindset yang sama tentang Management in Private Medical Clinics
pengelolaan limbah medis di Puskemas Borong. Taiping Perak, International Conference
Kedua, optimalisasi peran, tugas pokok dan on Ecological Enviromental and Bio Science,
fungsi (tupoksi) petugas pengelola limbah Pattaya.
puskesmas, berupa pemberian motivasi, [7]. Askarian M., Vakili, & Kabir, G. 2004. Results
informasi, mobilisasi, advokasi, serta fasilitasi of a hospital waste survey in private hospital
terhadap pengelolaan limbah medis padat di in Fars Province, Iran. Waste management,
Puskesmas Borong. Ketiga, melakukan kegiatan 24, 347-352.http://www.ncbi.nlm.nih.
surveilens limbah puskesmas. Hal ini agar limbah gov/pubmed/15081061 (diakses
puskesmas dapat selalu dimonitor baik kuantitas 23/05/2014)
maupun kualitasnya. Keempat, membuat [8]. BPS Manggarai Timur. 2013. Manggarai
rancangan Peraturan Daerah tentang Timur Dalam Angka, Borong
pengelolaan limbah medis infeksius di Kabupaten [9]. Adisasmito Wiku. 2009. Sistem Manajemen
Manggarai Timur. Kelima, membuat Lingkungan Rumah Sakit, PT.RajaGrafindo
penganggaran untuk pembelian fasilitas Persada, Jakarta.
persampahan berupa tempat sampah medis, [10]. Bassey B.E., et al.2006. Characterization
kereta pengangkut sampah dan alat pelindung and management of solid medical wastes in
diri bagi petugas. Keenam, usulan the Federal Capital Territory, Abuja Nigeria,
program/kegiatan studi kelayakan pembangunan African Health Sciences, 1(6), 59-63. 7
infrastruktur pengolahan sampah terpadu di Oktober 2011.
Puskesmas Borong. Ketuju, membuat usulan dan [11]. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2012. Profil
advokasi anggaran pengadaan alat pemusnah Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
limbah (small incinerator) untuk Puskesmas Lingkungan Tahun 2011, Jakarta
Borong. [12]. Zeinab Ghanami, et al. 2013. Survey of
Qualitative
UCAPAN TERIMAKASIH and Quantitative Characteristics of
Terimakasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Municipal Solid Wastes in North of Iran
Maha Esa atas berkat yang diberikan kepada (Babolsar City) in 2012, Health Scope
saya. Terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Summer Vol.2 (2)
Manggarai Timur yang telah banyak membantu [13]. Wahab. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan
saya selama pengumpulan data. Terimakasih Publik, UMM Press. Malang.
kepada isteri saya Maria Aloisia Kurnia Manti dan [14]. Novyanto S.F. 2002. Analisis Sistem
ketiga anak saya Alicia, Caca dan Daniela yang Pengelolaan Limbah Klinis dari Kamar
telah banyak membantu baik material maupun Bedah Rumah Sakit Pelni Petamburan
non material demi mendukung saya dalam Jakarta. Tesis. Program Studi Kajian
penelitian ini. Administrasi Rumah Sakit. FKM:UI
[15]. Tarigan I.Y. 2009. Determinan tindakan
DAFTAR PUSTAKA perawat dalam membuang limbah medis
[1]. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Laporan padat di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2008,
Akhir Riset Fasilitas Kesehatan, Jakarta Tesis.Pasca Sarjana: USU Medan
[2]. Mangizvo, Chinamasa. 2008. Solid Medical [16]. WHO. 2005. Management of Solid Health
Waste: The Case of Kwekwe City in Care Waste at Primary Health Care Centres,
Mindlands Province, Zimbabwe, Journal of Geneva.
Sustainable Development in Africa, Vol.10 [17]. Idawaty D.E dan Medyawati H. 2011.
(3) Evaluasi Sistem Manajemen Pengelolaan
[3]. Nainggolan R., Supraptini. 2006. Kualitas Limbah Rumah Sakit (Studi Kasus RSUP
Limbah Padat Medis Rumah Sakit, Jurnal Persahabatan), Proceeding PESAT
Ekologi Kesehatan Vol.5(3):497 – 505 Universitas Gunadarma Depok 18 – 19
[4]. Biswas A., ASM Amanullah ASM, and Oktober.
S.C.Santra. 2011. Medical Waste [18]. Hartatik, I.P., 2014. Buku Pintar Membuat
Management in the Tertiary Hospitals of SOP, Flashbooks, Yogyakarta.
Bangladesh: an empirical Enquiry, ASA [19]. Oktarina, Soeryandari Dwi Ratna. 2008.
University, Vol.5 (2) Analisis Pelaksanaan Universal Precaution
[5]. ICRC. 2011. Medical Waste Manangement, Pada Pelayanan Kesehatan Gigi, Berita
Geneva Kedokteran Masyarakat, Vol.24 (2)

31
Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas (Rahno, et al.)

[20]. Widodo J. 2007. Analisis Kebijakan Publik,


Konsep dan Aplikasi, Bayumedia Publishing,
Malang.
[21]. Maironah, et al.2011.Perilaku Petugas
Kesehatan dalam Penanganan Limbah
Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin, Enviro Science Vol 7
[22]. Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, Jakarta.
[23]. Rakhmaniar D. 2006. Pengelolaan Sampah
Medis Infeksius di PT. Rumah Sakit Port
Health Centre Surabaya. Tesis. Surabaya:
Universitas Airlangga.
[24]. Leonita E., et al. 2012. Pengelolaan Limbah
Medis padat Puskesmas Se-Kota Pekan
Baru. www.im.htp.ac.id/wp/jurnal-no.32
(diakses 23/05/2014)
[25]. Muchsin, et al. 2013. Gambaran Perilaku
Perawat Dalam Membuang Limbah Medis
dan Non Medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/kpkb/article
/download/1898/1050 (diakses 13/11/2014)
[26]. Pruss A., Giroult E.,&Rushbrook P. 2005.
Pengelolaan Aman Limbah Layanan
Kesehatan (Penerjemah: Munanya Fauziah,
Mulia Sugiarti & Ela Laelasan), EGC, Jakarta.
[27]. Nurhayati I., Triastuti S.A. 2011.
Pengelolaan sampah medis jarum Rumah
sakit Dr. Soetomo Surabaya dengan
insinerator modifikasi, Jurnal Teknik Waktu,
Vol.9 (01).
[28]. Asmadi. 2013. Pengelolaan Limbah
Medis Rumah Sakit, Gosyen Publishing,
Yogyakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai