PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dokumentasi adalah tulisan, data penting dari semua intervensi yang tepat bagi klien dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Taylor, 1993).
Dokumentasi keperawatan merupakan informasi tertulis tentang status dan perkembangan
kondisi klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fisbach,
1991 dalam Setiadi, 2012).
Pendokumentasian dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan
keluarga dilakukan dan disesuaikan urutan waktu.Adapun manfaat dari pendokumentasian
diantaranya sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan lainnya, sebagai dokumen
resmi dalam sistem pelayanan kesehatan, sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung
gugatan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien (Effendi, 1995).
Pembedahan merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan. Individu dengan
masalah perawatan kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan biasanya menjalani
prosedur pembedahan dengan pemberian anestesi lokal, regional atau umum (Smeltzer & Bare,
2001).
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.Istilah
perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan,
yaitu preoperative, intraoperative dan post operative. Masing- masing fase di mulai pada waktu
tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan
yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar
praktik keperawatan.
(https://oknurse.wordpress.com/2009/08/01/konsep-dasar-keperawatan-perioperatif/)
B. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui Pengertian dari dokumentasi perioperatif
b.Untuk memahami konsep – konsep dokumentasi perioperatif
c. Untuk mengetahui sistem pencatatan asuhan keperawatan pada klien Ca
Mammae
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar makalah ini terdiri dari 5 (Lima) BAB dengan beberapa sub BAB. Agar
mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut ini sistematika
penulisannya secara lengkap:
BAB I PENDAHULUAN.
Pada bab ini membahas latar belakang masalah, tujuan penulisan makalah dan
sistematika penulisan makalah.
BAB II KONSEP-KONSEP DOKUMENTASI KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Pada bab ini diuraikan tentang konsep – konsep dokumentasi pada perioperatif dan sistem
pencatatan.
BAB III DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN pada KLIEN dengan CA
MAMMAE
Pada bab ini dijelaskan tentang pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan
keperawatan (implementasi) pada pasien ca mammae.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi Pembahasan tentang
BAB V PENUTUP
BAB ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penulisan makalah ini.
BAB II
KONSEP - KONSEP DOKUMENTASI PERIOPERATIF
2.1 Pengertian Perawatan Perioperatif
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah
operasi berlangsung. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Keperawatan perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang
merupakan pengalaman yang unik bagi pasien.
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan
pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien. Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi,
bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi
dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program Proregristation
Education Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing . Dalam pembedahan perawat
disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab
akan pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrumen dan menjamin ketersediaan
peralatan ahli bedah untuk terlaksananya pembedahan yang direncanakan.
a) Perlindungan terhadap injury
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan
oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien
yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah –
masalah fisik yang mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul
permasalahan baik fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra
operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi,
namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada
akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
b) Monitoring pasien
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu:
1. Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama prosedur
pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah
Pengaturan posisi pasien
Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada klien dan
memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi
berkaitan dengan perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan pada
posisi tertentu.
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu pengaturan posisi karena posisi
yang diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
- Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
Umur dan ukuran tubuh pasien.
Tipe anaesthesia yang digunakan.
Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : Atur posisi pasien dalam posisi yang
nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya
ditutup dengan duk.
2. Monitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal – hal sebagai berikut :
a. Melakukan balance cairan
Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan
yang keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance
cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
b. Memantau kondisi cardiopulmonal
Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinue untuk melihat
apakah kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi
pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dan lain – lain.
c. Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih
dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.
3. Monitoring Psikologis
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar) dukungan psikologis yang
dilakukan oleh perawat pada pasien antara lain :
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien.
b. Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama prosedur
pemberian induksi .
c. Mengkaji status emosional klien.
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan (jika ada
perubahan).
e. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care ,tindakan yang dilakukan antara lain :
a. Memanage keamanan fisik pasien.
b. Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten ahli bedah, Scrub Nurse /
Perawat Instrumen
Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana anaesthesi, perawat sirkulasi
dan anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
Keperwatan Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery room)/ pasca
anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode
ini.Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi.Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang
penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke rumah.
2. Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi
perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.
3. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi
dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi
pasien seperti sedia kala.
5. Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya
tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post
operasi.
a. Format Naratif
Format naratif meruopakan format yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari
hari ke hari dalam bentuk narasi, yang mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian.
Kerugian : memungkinkan terjadinya fragmentasi kata kata yang berlebihan, kata yang tidak
berarti, kadang kadang sulit mencari informasi kembali, pesan mudah terlupakan, pengulangan
dibutuhankan dari setiap sumber, membutuhkan waktu yang panjang, urutan kronologis akan
lebih sulit sebab hubungan informasi yang didokumentasikan pada tempat yang sama.
b. Format SOAP
Format ini digunakan pada catatan medic yang berorientasi pada masalah (problem oriented
medical record) yang mencerminkan masalah yang di identifikasi oleh semua anggota tim
perawatan.
Kerugian : catatan SOAP tidak dapat memperlihatkan urutan kejadian. Penulisan format
SOAP (IER) adalah sebagai berikut :
S : data subyektif
Masalah yang diutarakan pasien dan pandangannya terhadap masalah, jika afasia data penulisan
adalah 0/S.
O : Data obyektif
Tanda – tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose perawatan meliputi data
fisiologi dan informasi dari pemeriksaan. Informasi berasal dari keluarga atau orang yang
terdekat.
A : Pengkajian
Analisis dari data subyektif dan data obyektif dalam menentukan pasien. Jika data berubah
diagnose akan berubah atau kemungkinan bisa tetap.
P : Perencanaan
Pengembangan perencana segera/ untuk yang akan datang dari intervensi/tindakan untuk
mencapai status kesehatan yang optimal.
I : Intervensi
Data subyektif, obyektif berubah atau tidak bergantung pada data yang ada sedangkan intervensi
mengikuti diagnose yang ada.
E : Evaluasi
R : Revisi
Revisi data – data pasien yang mengalami perubahan respon pasien yang akan direvisi untuk
rencana keperawatan.
c. Format FOKUS
d. Format DAE
Format DAE merupakan system dokumentasi inti dengan konstruksi data, tindakan, dan
evaluasi dimana setiap diagnose keperawatan yang di identifikasi dalam catatan keperawatan,
terikat pada rencana keperawatan atau daftar masalah. Setiap catatan perawat dimulai dengan
suatu diagnose keperawatan selebihnya berhubungan dengan diagnosa keperawatan.
BAB III
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA. MAMMAE
I. Pengkajian
A. Identitas Diri :
a. Nama (Inisial) : Ny. S
b. Tanggal Lahir / Umur : 2 Agustus 1970/ 46th
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Tanggal masuk : 08 November 2015
g. Tanggal pengkajian : 09 November 2015
h. Diagnose medis : Ca Mammae
B. Data Fokus
a. Data subyektif :
klien mengatakan nyeri pada payudara sebelah kiri
klien mengatakan nyeri berasa antara 5-8 menit seperti tertusuk tusuk
klien mengatakan sangat khawatir tentang penyakitnya dan takut apabila terjadi sesuatu yg
membahayakan
klie mengatakan malu dengan keadaan dirinya, merasa tidak berguna karena keadaannya dan
perubahan pada dirinya
b. Data Objektif :
Klien tampak cemas,
Klien tampak bingung
Klien tampak menunduk sambil menangis
Skala nyeri 5
jaringannya mulai menyebar hampir di sekeliling payudara kanan
Hasil pemeriksaan TTV : TD 140/80mmHg, RR 24x/mnt, N 86x/mnt
II. Analisa data
Tanggal Data Etiologi Masalah
(Data subyektif dan data
obyektif)
DS : klien mengatakan nyeri pada Agen injuri : kimia Nyeri akut
payudara sebelah kiri, nyeri (proses tumor)
berasa 5-8 menit seperti tertusuk
tusuk, nyeri tetap
DO : jaringannya mulai
menyebar hampir di sekeliling
payudara kanan, skala nyeri 5, N
86x/mnt, RR 24x/mnt, TD
140/80 mmHg