Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dokumentasi adalah tulisan, data penting dari semua intervensi yang tepat bagi klien dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Taylor, 1993).
Dokumentasi keperawatan merupakan informasi tertulis tentang status dan perkembangan
kondisi klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fisbach,
1991 dalam Setiadi, 2012).
Pendokumentasian dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan
keluarga dilakukan dan disesuaikan urutan waktu.Adapun manfaat dari pendokumentasian
diantaranya sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan lainnya, sebagai dokumen
resmi dalam sistem pelayanan kesehatan, sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung
gugatan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien (Effendi, 1995).
Pembedahan merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan. Individu dengan
masalah perawatan kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan biasanya menjalani
prosedur pembedahan dengan pemberian anestesi lokal, regional atau umum (Smeltzer & Bare,
2001).
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.Istilah
perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan,
yaitu preoperative, intraoperative dan post operative. Masing- masing fase di mulai pada waktu
tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan
yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar
praktik keperawatan.
(https://oknurse.wordpress.com/2009/08/01/konsep-dasar-keperawatan-perioperatif/)

B. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui Pengertian dari dokumentasi perioperatif
b.Untuk memahami konsep – konsep dokumentasi perioperatif
c. Untuk mengetahui sistem pencatatan asuhan keperawatan pada klien Ca
Mammae
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar makalah ini terdiri dari 5 (Lima) BAB dengan beberapa sub BAB. Agar
mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut ini sistematika
penulisannya secara lengkap:
BAB I PENDAHULUAN.
Pada bab ini membahas latar belakang masalah, tujuan penulisan makalah dan
sistematika penulisan makalah.
BAB II KONSEP-KONSEP DOKUMENTASI KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Pada bab ini diuraikan tentang konsep – konsep dokumentasi pada perioperatif dan sistem
pencatatan.
BAB III DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN pada KLIEN dengan CA
MAMMAE
Pada bab ini dijelaskan tentang pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan
keperawatan (implementasi) pada pasien ca mammae.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi Pembahasan tentang
BAB V PENUTUP
BAB ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penulisan makalah ini.
BAB II
KONSEP - KONSEP DOKUMENTASI PERIOPERATIF
2.1 Pengertian Perawatan Perioperatif
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah
operasi berlangsung. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Keperawatan perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang
merupakan pengalaman yang unik bagi pasien.

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata
perioperatif adalah gabungan dari tiga fase pengalaman pembedahan yaitu : pre operatif, intra
operatif dan post operatif. ( Keperawatan medikal-bedah : 1997 )

Dokumentasi di Perawatan Perioperatif


Standar dokumentasi yang digunakan pada dokumentasi peroperatif adalah, sebagai berikut.
1. Catatan pasien merefleksikan pengkajian dan perenanaan yang diberikan pada perawatan
perioperative
2. Catatan pasien merefleksikan perawatan yang diberikan oleh anggota tim pembedahan.
Perawatan didokumentasikan pada catatan pasien
3. Catatan pasien merefleksikan evaluasi operatif yang berkelanjutan dan respons pasien terhadap
intevensi keperawatan
4. Dokumentasi asuhan keperawatan peripoeratif disesuaikan dengan kebijakan dan prosedur pada
area praktik

Dokumentasi ini meliputi dokumentasi preoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.

a. Dokumentasi perawatan preoperatif


Dokumentasi perawatan preoperatif merupakan dokumentasi yang dilaksanakan pada catatan
proses keperawatan sebelum operasi. Hal-hal yang didokumentasikan antara lain: pengkajian
fisiologis, pengkajian psikososial, pendidikan kesehatan preoperatif , lokasi operasi, tingkat
respons, efek medikasi, dan tes diagnostik. Selain itu didokumentasikan pula tanda vital,
pengkajian dan persiapan kulit, alat yang digunakan, pernyataan atau perilaku pasien, dan obat-
obatan yang diberikan.

b. Dokumentasi perawatan intraoperatif


Dokumentasi pada perawatan itraoperatif meliputi: jenis prosedur operasi, waktu masuk,
waktu anestesi, jenis anestesi dan insisi. Selain itu dicatat pula restrain yang digunakan, alat
pengontrol suhu dan alat pemantauan, adanya alergi, serta medikasi yang diberikan.
Dokumentasi ini juga meliputi lokasi drain, kateter, balutan, total masukan dan keluaran, graft,
prostesa (tipe dan ukuran), jaringan yang diangkat, status isolasi dan klasifikasi luka.
Dokumentasi ini juga meliputi kondisi pasien ketika akan keluar dari kamar operasi, keadaan
sirkulasi. Keadaan insisi nama anggota tim pembedahandan lain-lain.

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan
pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien. Contoh : memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi,
bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi
dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program Proregristation
Education Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing . Dalam pembedahan perawat
disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab
akan pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrumen dan menjamin ketersediaan
peralatan ahli bedah untuk terlaksananya pembedahan yang direncanakan.
a) Perlindungan terhadap injury
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan
oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien
yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah –
masalah fisik yang mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul
permasalahan baik fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra
operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi,
namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada
akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
b) Monitoring pasien
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu:
1. Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama prosedur
pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah
Pengaturan posisi pasien
Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada klien dan
memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi
berkaitan dengan perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan pada
posisi tertentu.
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu pengaturan posisi karena posisi
yang diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.
- Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
 Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
 Umur dan ukuran tubuh pasien.
 Tipe anaesthesia yang digunakan.
 Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : Atur posisi pasien dalam posisi yang
nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya
ditutup dengan duk.
2. Monitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal – hal sebagai berikut :
a. Melakukan balance cairan
Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien.
Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan
yang keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance
cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
b. Memantau kondisi cardiopulmonal
Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinue untuk melihat
apakah kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi
pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dan lain – lain.
c. Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih
dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.
3. Monitoring Psikologis
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar) dukungan psikologis yang
dilakukan oleh perawat pada pasien antara lain :
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien.
b. Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama prosedur
pemberian induksi .
c. Mengkaji status emosional klien.
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan (jika ada
perubahan).
e. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care

Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care ,tindakan yang dilakukan antara lain :
a. Memanage keamanan fisik pasien.
b. Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
 Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten ahli bedah, Scrub Nurse /
Perawat Instrumen
 Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana anaesthesi, perawat sirkulasi
dan anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).

c. Dokumentasi perawatan pascaoperatif


Dokumentasi pada perawatan pascaoperatif meliputi pengkajian tentang fungsi respirasi, status
kardiovaskuler, pengembalian kesadaran, memantau tanda komplikasi, respons psikososial,
pengkajian lanjutan, dan diagnosa keperawatan. Selain itu dicatat pula rencana keperawatan
intervensi, evaluasi serta tindakan untuk mencegah bahaya pascaoperasi, rasa aman dan nyaman,
keseimbangan cairan, serta pencegahan infeksi dan tingkat aktivitas.

Keperwatan Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery room)/ pasca
anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.

Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode
ini.Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi.Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang
penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke rumah.

- Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :


 Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room)
Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus diantaranya adalah letak insisi bedah,
perubahan vaskuler dan pemajanan. Pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi
yang menyumbat drain dan selang drainase. Selama perjalanan transportasi dari kamar operasi ke
ruang pemulihan pasien diselimuti, jaga keamanan dan kenyamanan pasien dengan diberikan
pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko
injury. Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi
dengan koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.
 Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi
Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat sementara di ruang pulih sadar
(recovery room : RR) atau unit perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit)
sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk
dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).
PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk
mempermudah akses bagi pasien untuk :
 Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi)
 Ahli anastesi dan ahli bedah
 Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

a. Tindakan Post operatif


Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu pasien di pindahkan keruang
perawatan, maka hal – hal yang harus perawat lakukan, yaitu :
1. Monitor tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan komplikasi.
Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan
pemmeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah postoperatif.

2. Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi
perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.

3. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.

4. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi
dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi
pasien seperti sedia kala.

5. Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya
tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post
operasi.

Ada 2 macam discharge planning :


1. Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien (sebagai
dokumentasi)
2. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail
2.2 Konsep Dasar Sistem Pencatatan

a. Format Naratif

Format naratif meruopakan format yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari
hari ke hari dalam bentuk narasi, yang mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian.

 Keuntungan : meningkatkan dokumentasi yang kronologis sehingga membantu


mengintrepestasikan kejadian pada pasien secara berurutan. Memberikan kebebasan kepada
perawat untuk memilih bagaimana informasi yang akan dicatat. Formatnya sederhana dalam
mendokumentasikan masalah pasien atau kejadian terhadap perubahan dari respon pasien.

 Kerugian : memungkinkan terjadinya fragmentasi kata kata yang berlebihan, kata yang tidak
berarti, kadang kadang sulit mencari informasi kembali, pesan mudah terlupakan, pengulangan
dibutuhankan dari setiap sumber, membutuhkan waktu yang panjang, urutan kronologis akan
lebih sulit sebab hubungan informasi yang didokumentasikan pada tempat yang sama.

Pedoman dalam penulisan format naratif:

 Gunakan batasan – batasan standar

 Ikuti langkah langkah keperawatan

 Tulis, revisi, dan pertahankan rencana perawatan

 Buat suatu periode waktu tentang kapan perawat melakukan tindakan

 Catat pernyataan evaluasi pada waktu khusus

b. Format SOAP

Format ini digunakan pada catatan medic yang berorientasi pada masalah (problem oriented
medical record) yang mencerminkan masalah yang di identifikasi oleh semua anggota tim
perawatan.

 Keuntungan : perawat dapat menghubungkan setiap pencatatan SOAP dengan diagnose


keperawatan yang telah ditulis pada rencana asuhan keperawatan dan mudah mencatat klien
kearah pemecahan masalah.

 Kerugian : catatan SOAP tidak dapat memperlihatkan urutan kejadian. Penulisan format
SOAP (IER) adalah sebagai berikut :

S : data subyektif

Masalah yang diutarakan pasien dan pandangannya terhadap masalah, jika afasia data penulisan
adalah 0/S.
O : Data obyektif

Tanda – tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose perawatan meliputi data
fisiologi dan informasi dari pemeriksaan. Informasi berasal dari keluarga atau orang yang
terdekat.

A : Pengkajian

Analisis dari data subyektif dan data obyektif dalam menentukan pasien. Jika data berubah
diagnose akan berubah atau kemungkinan bisa tetap.

P : Perencanaan

Pengembangan perencana segera/ untuk yang akan datang dari intervensi/tindakan untuk
mencapai status kesehatan yang optimal.

I : Intervensi

Data subyektif, obyektif berubah atau tidak bergantung pada data yang ada sedangkan intervensi
mengikuti diagnose yang ada.

E : Evaluasi

Merupakan analisis respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.

R : Revisi

Revisi data – data pasien yang mengalami perubahan respon pasien yang akan direvisi untuk
rencana keperawatan.

c. Format FOKUS

Semua masalah pasien atau diagnose keperawatan di indentifikasi dalam catatan


perawatan dan terlihat pada renacana keperawatan. Kolom FOKUS dapat berisi masalah klien,
diagnose keperawatan, dan kejadian penting. Tetapi, diagnosa keperawatan lebih ditekankan.
Catatan perawatannya berisi data, action (tindakan), dan respons (DAR).

d. Format DAE

Format DAE merupakan system dokumentasi inti dengan konstruksi data, tindakan, dan
evaluasi dimana setiap diagnose keperawatan yang di identifikasi dalam catatan keperawatan,
terikat pada rencana keperawatan atau daftar masalah. Setiap catatan perawat dimulai dengan
suatu diagnose keperawatan selebihnya berhubungan dengan diagnosa keperawatan.
BAB III
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA. MAMMAE
I. Pengkajian
A. Identitas Diri :
a. Nama (Inisial) : Ny. S
b. Tanggal Lahir / Umur : 2 Agustus 1970/ 46th
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Tanggal masuk : 08 November 2015
g. Tanggal pengkajian : 09 November 2015
h. Diagnose medis : Ca Mammae

B. Data Fokus
a. Data subyektif :
 klien mengatakan nyeri pada payudara sebelah kiri
 klien mengatakan nyeri berasa antara 5-8 menit seperti tertusuk tusuk
 klien mengatakan sangat khawatir tentang penyakitnya dan takut apabila terjadi sesuatu yg
membahayakan
 klie mengatakan malu dengan keadaan dirinya, merasa tidak berguna karena keadaannya dan
perubahan pada dirinya
b. Data Objektif :
 Klien tampak cemas,
 Klien tampak bingung
 Klien tampak menunduk sambil menangis
 Skala nyeri 5
 jaringannya mulai menyebar hampir di sekeliling payudara kanan
 Hasil pemeriksaan TTV : TD 140/80mmHg, RR 24x/mnt, N 86x/mnt
II. Analisa data
Tanggal Data Etiologi Masalah
(Data subyektif dan data
obyektif)
DS : klien mengatakan nyeri pada Agen injuri : kimia Nyeri akut
payudara sebelah kiri, nyeri (proses tumor)
berasa 5-8 menit seperti tertusuk
tusuk, nyeri tetap
DO : jaringannya mulai
menyebar hampir di sekeliling
payudara kanan, skala nyeri 5, N
86x/mnt, RR 24x/mnt, TD
140/80 mmHg

DS : Klien menatakan sangat Status kesehatan cemas


khawatir tentang penyakitnya dan
takut apabila terjadi yang
membahayakan.
DO : klien tampak cemas,
bingung, menunduk sambil
menangis
DS : klien merasa malu dengan Kerusakan fungsional Harga diri rendah kronis
keadaan dirinya, merasa tidak
berguna karena keadaannya dan
perubahan pada dirinya
DO : bingung, tampak cemas,
tampak malu

III. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen injuri kimia (proses tumor)
2. Cemas b.d status kesehatan
3. Harga diri rendah b.d kerusakan fungsional
IV. Intervensi Keperawatan
No. Hari/ Diagnosa Keperawatan NOC NIC
tgl/jam
1 Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan tindakan 1) Menejemen nyeri
kimia (proses tumor) keperawatan selama 3x24 2) Observasi reaksi
jam pasien menunjukkan nonverbal dari
1) Melaporkan nyeri ketidaknyamanan
sudah terkontrol 3) Ajarkan tentang
2) Menggunakan teknik non
analgetik sesuai farmakologi
dengan kebutuhan 4) Berikan analgetik
3) Menggunakan untuk mengurangi
metode non nyeri
analgetik untuk 5) Tingkatkan
mengurangi nyeri istirahat
4) Melaporkan nyeri 6) Kurangi factor
sudah terkontrol prespitasi.
5) Mengenali gejala
gejala nyeri

2. Cemas b.d status kesehatan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan cemas


keperawatan 3x24 jam 1) Gunakan
pasien menunjukkan: pendekatan yang
menenangkan
1) Monitor intensitas 2) Pahami perspektif
kecemasan pasien terhadap
2) Menggunakan situasi setres
strategi koping 3) Temani pasien
efektif untuk memberikan
3) Menggunakan teknik keamanan dan
relaksasi untuk mengurangi takut
menurunkan 4) Identifikasi tingkat
kecemasan kecemasan
4) Mempertahankan 5) Instruksikan pasien
penampilan peran menggunakan teknik
5) Menggunakan sport relaksasi
sosial yang
memungkinkan
3 Harga diri rendah b.d Setelah dilakukan tindakan Berbicara dengan pasien
kerusakan fungsional keperawatan selama 3x24 dengan lambat dan suara
jam pasien menunjukkan yang jelas.

1) Body image 1) Memberikan


2) Sensory function reinforcementpositif
3) Memelihara kontak kepada pasien
dengan sumber 2) Instruksikan keluarga
komunitas yang tepat untuk mensport pasien
4) Mengenal kejadian 3) Memberikan arti hidup
5) Kemampuan untuk dan berguna bagi
memvalidasi diri pasien.
6) Penilaian diri yang
akurat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung,
yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat
dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, sampai pasien
sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya.
Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu
memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu
sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga pasien sehat seperti
sediakala.

Anda mungkin juga menyukai