Anda di halaman 1dari 18

Pemeriksaan Visus

Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan


untuk melihat ketajaman penglihatan. Cara memeriksa visus ada beberapa tahap:

a) Menggunakan 'chart' => yaitu membaca 'chart' dari jarak yang ditentukan, biasanya 5
atau 6 meter. Digunakan jarak sepanjang itu karena pada jarak tersebut mata normal akan
relaksasi dan tidak berakomodasi.
Kartu yang digunakan ada beberapa macam :
1) Snellen chart => kartu bertuliskan beberapa huruf dengan ukuran yang berbeda =>
untuk pasien yang bisa membaca.
2) E chart => kartu yang bertuliskan huruf E semua, tapi arah kakinya berbeda-beda.
3) Cincin Landolt => Kartu dengan tulisan berbentuk huruf 'c', tapi dengan arah cincin
yang berbeda-beda.
A. Cara memeriksa :
a) Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi lebih
tinggi atau sejajar dengan mata pasien. Bila jarak 5 meter, maka visus normal
akan bernilai 5/5 artinya mata normal dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien
juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bila berjarak 6 m, berarti visus
normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma).
b) Pastikan cahaya harus cukup
c) Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan
pasien diminta membaca kartu.
B. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
a) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6,
maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
b) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus
normal, cek pada 1 baris tersebut
c) Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris
tersebut dengan false 1.
d) Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut
dengan false 2.
e) Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada,
berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.
f) Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris
di atasnya.
g) Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole
(alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien)
h) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi
i) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan
kelainan refraksi

STIKES PATRIA HUSADA BLITAR

Standar Operating Procedure (SOP)

Pemeriksaan Visus Mata

Pengertian Prosedur ini digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan


individu. Prosedur Pemeriksaan Mata ini dilakukan dengan
menggunakan Kartu Snellen dan Pinhole.

Tujuan Menentukan Ketajaman Penglihatan

Petugas 1. Mahasiswa semester III-X


2. Perawat
Persiapan 1. Kartu snellen
Alat 2. Echart
3. Cincin Landolt
4. Ruangan ( 5-6 m )
5. Buku pencatat
Persiapan 1. Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan
lingkungan 2. Memberikan posisi klien yang nyaman dan sesuai dengan kondisi pasien

Persiapan Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan kepada klien
pasien dan keluarga

Prosedur Caramemeriksa :

 Kartu diletakkan pada jarak 5atau 6 meter dari pasien dengan posisi
lebih tinggi atau sejajar denganmata pasien
 Pastikancahaya haruscukup
 Penderita duduk 6 m dari kartu pemeriksaan
 Kanan diperiksa, kiri ditutup
 Kiri diperiksa, kanan ditutup
 Mulai dari huruf yang paling besar ke yang kecil / sampai penderita tidak
bisa membaca
 Penulisan dengan bilangan pecahan
Membaca Snelleen chart

□ Snelleen chart yang yang digunakan dalam ukuran kaki =


normalnya 20/20. Misal, pasien dapat membaca semua huruf
pada bariske 8.Berarti visusnya normal
□ Bila hanya membaca huruf E,D,F,C pada
Baris ke 6=>visusnya20/30denganfalse 2. Artinya,orang
normaldapatmembacapada jarak 30 kakisedangkanpasien hanya
dapat membacanyapada jarak20kaki.

□ BilapasienmembacahurufZ,Ppadabariske6=>visusnya20/40
□ Bilatidakdapatmembacahurufpadabariske6,cekbariske
5denganketentuansepertidi atas.
Sumber DAFTAR PUSTAKA:
rujukan
PanduanSkill'sLabBlok3.6FKUA

Pemeriksaan TIO

Tes tonometri mengukur tekanan di dalam mata Anda, yang disebut tekanan intraokular
(TIO). Tes ini digunakan untuk memeriksa glaukoma, penyakit mata yang dapat menyebabkan
kebutaan dengan merusak saraf di bagian belakang mata (saraf optik). Kerusakan saraf optik
dapat disebabkan oleh penumpukan cairan yang tidak mengalir dengan benar keluar dari mata.

Tes tonometri mengukur TIO dengan merekam perlawanan kornea Anda terhadap tekanan
(lekukan). Obat tetes mata untuk membuat permukaan mata Anda kaku digunakan dengan
sebagian besar metode berikut.

Applanation (Goldmann) Tonometri

Jenis tonometri ini menggunakan probe kecil dengan lembut dan meratakan bagian kornea Anda
untuk mengukur tekanan mata dan menggunakan lampu celah mikroskop untuk melihat mata
Anda. Tekanan di mata Anda diukur dengan berapa banyak kekuatan yang dibutuhkan untuk
meratakan kornea Anda. Jenis tonometri ini sangat akurat dan sering digunakan untuk mengukur
TIO setelah tes skrining sederhana (seperti tonometri hisapan udara) ditemukan peningkatan IOP.

Tonometri Lekukan Elektronik

Tonometri elektronik saat ini lebih sering digunakan untuk memeriksa peningkatan IOP.
Meskipun sangat akurat, hasil tonometri elektronik dapat berbeda dari applanation tonometri.
Dokter Anda akan menempatkan sebuah alat lembut dengan ujung membundar yang terlihat
seperti pena langsung pada kornea Anda. Pembacaan TIO ditunjukkan pada panel komputer
kecil.
Tonometri Non-Kontak (Pneumotonometri)

Jenis tonometri ini tidak menyentuh mata Anda, tetapi menggunakan hembusan udara untuk
meratakan kornea Anda. Jenis tonometri ini bukan cara terbaik untuk mengukur tekanan
intraokular, tapi metode ini sering digunakan sebagai cara sederhana untuk memeriksa IOP
tinggi dan merupakan cara termudah untuk melakukan pengujian pada anak-anak. Jenis
tonometri ini tidak menggunakan obat tetes mata.

Pemeriksaan TIO

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


005/RSUD- 1/3
RSUD H. HB/POKJA
BOEJASIN PAB/2016
Jl. HadjiBoejasin
No. 68
Pelaihari
Ditetapkan
Tanggal Terbit : Direktur RSUD H. Boejasin Pelaihari
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. H. EdyWahyudi
NIP. 19730131 200604 1 009

Pengertian Suatu pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata.

Tujuan Untuk mengetahui tekanan bola mata sebagai dasar dilakukannya


tindakan lanjut, diagnose dan terafi.

Kebijakan 1. PERMENKES RI no. 10 Tahun 2015 tentang standar pelayanan


keperawatan di Rumah Sakit Khusus (Pelayanan klinis
keperawatan mata).

2. PERMENKES RI No. 29 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan


pelayanan kesehatan mata di fasilitas pelayanan kesehatan.

3. SK No.445/SK-39/RS-HB/VII/2017 tentang penetapan


kebijakan pelayanan ruangan Perawatan Mata di RSUD H.
Boejasin Pelaihari.

Prosedur A. Persiapan alat

1. Tonometer (Schioet)

2. Tetes mata Pantocain 1-2%

3. Kapas alcohol

4. Tabel perbandingan hasil

B. Persiapan Pasien

1. Memastikan identitas pasien.


2.Memberitahu pasien dan keluarga mengenai tindakan yang
akan dilakukan.
3.Mengatur posisi pasien berbaring tanpa bantal.

Pemeriksaan TIO

RSUD H. No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


BOEJASIN 005/RSUD-
Jl. HadjiBoejasin HB/POKJA A 2/3
No. 68 PAB/2016
Pelaihari

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit :
OPERASIONAL

Prosedur 4.Menanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan.

C. Pelaksanaan

1). Dekatkan peralatan.

2). Cuci tangan

3). Mata yang akan diperiksa ditetesi pantocain 1-2%.

4). Pasien disuruh melihat lesus pada satu titik (satu jempol
tangan) yang diacungkan didepan hidungnya.

5). Pemeriksa berdiri disebelah sisi kanan atau kiri pasien,


buka kelopak mata atas tanpa menekan bola mata. Tangan
yang lain memegang tonometer dengan ibu jari dan jari
tengah. Selanjutnya jari kelingking tangan yang memegang
tonometer menarik kelopak mata bawah tanpa menekan
bola mata sehingga bola mata tanpak terbuka lebar.

6). Perlahan-lahan tonometer diletakkan diatas kornea sampai


jarum pada tonometer menunjukkan 3, atau kurang dengan
beban 5,5 gram. Pemeriksaan diulang dengan menambah
beban 7,5 gram atau 10 gram.

7). Angka yang ditunjukkan oleh jarum pada skala di


tonometer disesuaikan dengan tabel yang sudah ditentukan
(hasil).
8). Rapikan pasien.

9). Bereskan alat.

Pemeriksaan TIO

RSUD H. No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


BOEJASIN 005/RSUD-
Jl. HadjiBoejasin HB/POKJA A 3/3
No. 68 PAB/2016
Pelaihari

STANDAR
Tanggal Terbit :
PROSEDUR
OPERASIONAL

Prosedur 10).Cuci tangan.

D.Dokumentasi

Dokumentasikan kegiatan.

Unit terkait Poli mata


Tekanan Intraokuler

Tekanan intraokuler sangat mempengaruhi produksi humor aquous,aliran humor aquous


dan tekanan vena episklera. Banyak faktor yang mempengaruhi TIO, antara lain : olahraga,
manuver valsava, perubahan postur tubuh, usia,variasi diurnal, obat –obatan, inflamasi, anestesi
umum, hormonal, refraksi miopi, faktor genetik.Tekanan intraokuler normal berkisar antara 11-
21 mmHg. Pada keadaan kronik peningkatan TIO dapat menyebabkan kerusakannervus optikus
yang akan menyebabkan hilangnya lapangan pandang . Hal ini mungkin dikarenakan adanya
efek langsung dari peningkatan tekanan terhadap saraf. Pada usia lanjut rerata TIO lebih tinggi
sehingga batas atasnya 24mmHg.

Irigasi Telinga

1. Definisi

Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untukmembersihkan liang telinga luar
dari nanah, serumen, dan benda – benda asing. Irigasi telinga adalah suatu usaha untuk
memasukkan cairan (air hangat kuku) ke dalam telinga. Tujuan: Untuk membersihkan atau
mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.

2. Prinsip Kerja

Irigasi telinga dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik 50-60-cc (suntik 20-30-cc
untuk anak-anak). Beberapa perawat memilih untuk melampirkan lubang yang besar IV
(intravena) kateter (dengan jarum dihapus) untuk jarum suntik untuk arah lebih mudah fluida.
Dengan menggunakan metode ini, cairan yang disedot ke dalam jarum suntik dan disemprotkan
ke dalam liang telinga. Metode lain menggunakan larutan IV dan tubing, dengan konektor irigasi
telinga pakai yang pas dan ke atas telinga luar. Bila menggunakan metode ini, IV diaktifkan dan
arus fluida oleh gravitasi ke telinga untuk menciptakan irigasi. Bila menggunakan metode IV, tas
harus sekitar 6 inci (15 cm) atau kurang di atas kepala pasien untuk menciptakan tekanan fluida
yang tepat.

Setelah posisi pasien, daun telinga dari telinga yang terkena dampak harus diadakan kembali,
dan sampai (belakang dan ke bawah untuk bayi). Ujung jarum suntik atau kateter irigasi harus
ditempatkan di pintu masuk ke telinga Jaringan telinga tidak boleh disentuh. Saluran telinga
tidak boleh tersumbat, atau solusi tidak akan dapat berlari kembali keluar dari telinga Dengan
lembut mengarahkan aliran larutan irigasi terhadap aspek atas dari saluran telinga eksternal,
perawat harus jarum suntik atau menjalankan dalam cairan IV pada tingkat lambat, stabil, yang
memungkinkan cairan untuk melarikan diri keluar dari saluran telinga dan ke baskom. Jika
menggunakan alat PIK gigi, pengaturan terendah harus digunakan.. Mengerahkan terlalu banyak
tekanan dapat memaksa benda asing atau oklusi lilin lebih ke dalam liang telinga. Cairan
kembali kemudian harus diperiksa sebelum jarum suntik diisi ulang-atau setelah 100cc cairan
untuk dewasa, dan 30cc cairan bagi seorang anak. Perawat harus menyelidiki apakah objek lilin
atau asing telah mengguyur dari telinga. Bila oklusi telah dihapus, 500cc cairan irigasi harus
digunakan untuk-dewasa 100cc untuk anak, atau seperti yang diperintahkan oleh dokter.
Prosedur ini harus terputus jika pasien mengeluh sakit atau pusing.

STANDAR OPERATING PRODUSER (SOP)

IRIGASI TELINGA

I. Pengertian

Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untuk membersihkan liang telinga
luar dari nanah, serumen, dan benda - benda asing dengan cara memasukkan cairan dalam
telinga.

II. Tujuan :

Untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.

III. Ruang Lingkup

1.Pasien dengan gangguan Sumbatan serumen.


2. Pasien dengan adanya benda asing dalam telinga

IV. Kontra Indikasi

1. Gangguan pada membran tympani.


2. Sesudah operasi.
3. Bila ada pendarahan telinga.
V. Kemungkinan Komplikasi

Ruptur (pecah) pada membran tympani.

VI. Peralatan:

1. Alat irigasi telinga dengan penghisap (peralatan dapat bervariasi dari sprit balon sampai
water pik) bila tersisa.
2. Sediakan forset telinga.
3. Air (sama dengan suhu tubuh)
4. Bengkok untuk menampung cairan.
5. Handuk/laken untuk menutupi pakaian pasien.
VII. Prosedur Kerja:

1) Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien.

2) Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil, harus di pangku sambil
dipegang kepalanya.

3) Perlak dan alasnya dipasang pada bahu dibawah telinga yang akan dibersihkan

4) Pasang lampu kepala.

5) Perawat cuci tangan.

6) Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai pemilin kapas yang telah di flamber
terlebih dahulu.

7) Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang bengkok
dengan posisi di bawah telinga.

8) Hisaplah cairan dengan menggunakan semprit dan keluarkan udara dari semprit.
9) Tariklah daun telinga klien ke atas kemudian ke belakang dan dengan tangan yang lain
perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang telinga. (Penyemprotan cairan harus
perlahan – lahan dan tepat ditujukan ke dinding atas liang telinga.)

10) Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilin dan di flamber.

11) Lihat atau periksa kembali liang telinga klien apakah sudah bersih atau belum dengan
menggunakan corong telinga

12) Perawat cuci tangan.

13) Bersihkan alat – alat.

14) Tulis hasil dalam catatan keperawatan.

VIII. Tindak Lanjut:

1. Kaji keberhasilan irigasi telinga.


2. Kaji rasa nyaman pasien.
3. Bersihkan peralatan.
IX. Dokumentasi:

1. Tanggal dan waktu prosedur.


2. Tipe dan jumlah cairan.
3. Toleransi pasien terhadap prosedur.
4. Karakter cairan yang keluar.
5. Berikan Pendidikan Keseharan yang diperlukan oleh pasien atau keluarga.

Mengambil Benda Asing

Benda asing dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di telinga merupakan masalah
yang sering ditemukan oleh dokter THT, dokter anak dan dokter layanan primer terutama
di pelayanan gawat darurat.Benda asing yang ditemukan di liang telinga dapat sangat
bervariasi, baik berupa benda mati atau benda hidup, seperti binatang, komponen
tumbuh-tumbuhan, atau mineral.Selain itu, benda asing pada telinga merupakan salah
satu kasus gawat darurat yang utama. Kejadian tersering adalah pada telinga bagian luar.
Jika tidak ditatalaksana dengan baik, maka dapat menyebabkan berbagai macam
komplikasi seperti perforasi membran timpani, gangguan pendengaran dan edema pada
liang telinga.

Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung benda dan lama waktu benda
tersebut sudah berada di liang telinga. Benda asing yang baru saja masuk ke dalam
telinga biasanya muncul tanpa kelainan selain adanya benda asing tersebut yang terlihat
secara langsung atau dengan otoskopi. Nyeri atau perdarahan dapat terjadi pada benda
yang melukai liang telinga atau jika terjadi ruptur membran timpani, atau akibat usaha
pasien yang memaksakan pengeluaran benda tersebut. Jika sudah terlambat, dapat
ditemukan eritema, pembengkakan dan sekret berbau dalam liang telinga. Serangga dapat
merusak liang telinga atau membran timpani melalui gigitan atau sengatan

PENGAMBILAN BENDA ASING DI


TELINGA DAN HIDUNG
No. :
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal :
Terbit
Halaman :
PUSKESMAS Marselina Lidia, SKM

SIMPANG TIGA NIP. 19721208 199103 2001

1. Pengertian Memberikan tindakan pertolongan akibat adanya benda padat atau binatang
yang masuk kedalam telinga dan hidung
Sebagai acuan dalam tindakan pertolongan adanyabenda asing dalam telinga
2. Tujuan
dan hidung
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Simpang Tiga No..........Tahun.......tentang
4. Referensi
a. Persiapan alat :
Steril
 Bak instrumen : Spuit irigasi 50 cc, Pinset anatomis, Pinset chirrugis,
Arteri klem
 THT set
 Kasa dan depres dalam tromol
 Handscoon / sarung tangan steril
 Neerbeken (bengkok)
 Lampu kepala
 Kom kecil/ sedang
 Tetes telingga
 Cairan pencuci luka dan desinfektan (Cairan NS)
5. Prosedur Non Steril
 Schort / gown
 Perlak + alas perlak / underpad
 Handscoon / gloves bersih
 Sketsel / tirai
 Neerbeken / bengkok
b. Prosedur
1) Pasien diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan
2) Petugas cuci tangan
3) Petugas menyiapkan alat dan didekatkan pada pasien
4) Petugas memakai handscoon dan lampu kepala
5) Memeriksa lokasi corpus alienum di telinga baik dengan langsung atau
memakai lampu kepala
6) Petugas menentukan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan letak
dan jenis benda yang masuk ke telingga / hidung antara lain :
 Benda Padat
- Petugas memakai alat sonde telinga / hidung (ukuran sonde sesuai
dangan ukuran biji didalam)
- Petugas memasukan sonde ke dalam telinga / hidung dengan arah
masuk melalui bagian luar benda padat tersebut
- Setelah sonde masuk kedalam telinga / hidung dan posisi sonde
sudah lebih dalam dari pada posisi benda padat tersebut, maka
dilakukan pergerakan untuk mengeluarkan biji-bijian.
- Bila benda padat tersebut belum keluar dilakukan pengulangan
mulai dari awal.
 Binatang
- Petugas memasukan sonde kedalam telinga / hidung dengan arah
masuk melalui bagian luar binatang tersebut.
- Setelah sonde masuk kedalam telinga / hidung dan posisi sonde
sudah lebih dalam dari pada posisi binatang, maka dilakukan
pergerakan untuk mengeluarkan binatang
- Petugas memakai alat sonde telinga / hidung
- Bila belum keluar dilakukan pengulangan mulai awal
7) Bereskan alat dan melepaskan handscoon
8) Petugas cuci tangan
a. RP. Umum
6. Unit Terkait
b. Unit Gawat Darurat
Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
7. Rekaman diberlakukan
Histori
Perubahan
Melaksanakan Evaluasi Kebutuhan Aktivitas

Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya
penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan
pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini
harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan
keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi
dalam pelaksanaan mobilisasi.

SOP ANAMNESA KEBUTUHAN AKTIVITAS

ANAMNESA KEBUTUHAN AKTIVITAS

PENGERTIAN Suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu


percakapan dengan pasien secara langsung atau dengan orang
lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk
mendapaykan data pasien beserta permasalahan medisnya

TUJUAN 1. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang


sedang dialami pasien

2. Untuk membangun hubungan yang baik antara perawat dan


pasien

KEBIJAKAN Pasien yang akan diwawancarai

PERALATAN 1. Kertas

2. Bulpoin

PETUGAS Perawat
PROSEDUR A. Tahap pra interaksi
PELAKSANAAN
1. Menyiapkan alat
2. Mencuci tangan
B. Tahap orientasi

1. Memberikan salam kepada pasien


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
C. Tahap kerja

1. Menanyakan identitas klien


2. Menanyakan keluhan utama klien saat masuk RS
3. Menanyakan keluhan utama saat pengkajian
4. Menanyakan riwayat penyakit sekarang
5. Kemampuan fungsi motorik, pengkajiannya antara lain pada
tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri, untuk menilai ada
tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis
6. Kemampuan mobilitas, untuk menilai kemampuan gerak ke
posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa
dengan bantuan
7. Kemampuan rentang gerak, pengkajian rentang gerak (range
of motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku,
lengan, panggul dan kaki
8. Perubahan intoleransi aktivitas, pengkajiannya seperti nadi,
tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya
thrombus,serta perubahan tanda vital setelah melakukan
aktivitas
9. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi, dalam mengkaji
kekuatan otot dapat ditentukan secara bilateral atau tidak
10. Perubahan psikologis, disebabkan karena adanya gangguan
mobilitas dan immobilitas, antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme tulang, dan
lain-lain
D. Tahap terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan


2. Berpamitan dengan pasien
3. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai