Anda di halaman 1dari 4

P278201180

II Reguler A

CASE AND CARE PULMONALE AND ANEMIA

1. Cor Pulmonale dengan penyulit pernapasan


a. Kasus :
Seorang pasien laki-laki usia 68 tahun inisial F mengalami kesulitan bernapas
pada saat ber olahraga keras dan berbaring, klien merasa nyeri di perut bagian
kanan klien juga mengalami batuk selama 3 hari usaha klien untuk mengatasi
nyeri nya dengan meminum obat pereda nyeri. Klien dilarikan ke rumah sakit.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) EKG (Elektrokardiografi)
Pemeriksaan EKG pada cor pulmonale akan menunjukkan tanda
pembesaran ventrikel kanan. Pada pemeriksaan elektrokardiografi bisa
terlihat deviasi aksis ke kanan dan rasio R/S lebih dari 1 pada lead 1, atau
peningkatan amplitudo gelombang P pada lead II (P pulmonal).
2) Ekokardiografi
Saat ini, diagnosis noninvasif cor pulmonale yang paling sering
digunakan adalah ekokardiografi. Pada pemeriksaan ekokardiografi akan
didapatkan tanda overload tekanan pada ventrikel kanan. Seiring dengan
berlanjutnya overload ini, ketebalan ventrikel kanan juga bertambah, disertai
dengan gerakan paradoks septum interventrikular saat diastol. Pada tahap
lanjutan, akan didapat dilatasi ventrikel kanan, dan septum akan
menunjukkan flattening diastolik abnormal. Ekokardiografi juga dapat
digunakan untuk mengukur tekanan arteri pulmonal dan insufisiensi trikuspid
yang sering ditemukan pada hipertensi pulmonal.
3) Radiologi
Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan thorax X-Ray dalam
mendiagnosis hipertensi pulmonal dan cor pulmonale sangat rendah.
Pemeriksaan MRI dapat digunakan untuk membantu evaluasi struktur dan
fungsi ventrikel kanan. CT angiografi dada dapat digunakan untuk
menyingkirkan thromboembolisme paru sebagai penyebab cor pulmonale.
4) Kateterisasi Jantung Kanan
Kateterisasi jantung kanan adalah baku emas diagnosis cor pulmonale.
Namun, tindakan ini jarang dilakukan karena bersifat invasif. Pada
kateterisasi jantung kanan akan didapatkan tanda disfungsi jantung kanan,
yaitu mean pulmonary artery pressure di atas 25 mmHg tanpa disfungsi
ventrikel kiri. Selain itu, juga bisa didapatkan pulmonary capillary wedge
pressure (PCWP) di bawah 15 mmHg.

c. Penanganan
1) Terapi Oksigen
Pasien dengan kondisi penyakit ini sulit bernapas dengan benar.
Dengan demikian, mereka tidak memiliki cukup pasokan oksigen. Hal ini
dapat menyebabkan sejumlah masalah karena semua organ dalam tubuh
membutuhkan oksigen untuk berfungsi. Dengan demikian, dokter segera
menghubungkan pasien dengan tangki oksigen.
2) Diuretik
Ini bekerja dengan meningkatkan jumlah air dan garam dalam urin.
Ini membantu karena terlalu banyak garam dapat menyebabkan cairan
menumpuk di pembuluh darah. Oleh Karena itu, lebih banyak darah bisa
mengalir melalui arteri.
3) Vasodilator
Obat ini bekerja dengan memperlebar pembuluh darah. Obat ini
melakukannya dengan mencegah pengencangan otot. Akibatnya, darah
akan lebih mudah mengalir melalui pembuluh darah.
4) Antikoagulan
Tubuh membuat bekuan darah untuk mencegah kehilangan darah
yang parah saat seseorang terluka. Namun, bekuan ini bisa menimbulkan
masalah jika mereka memblokir pembuluh darah. Dengan demikian,
pasien diberi antikoagulan untuk mencegah pembekuan darah.
5) Bronkodilator
Ini adalah obat yang membantu mengendurkan otot di paru-paru
untuk membantu pasien bernapas secara normal. Mereka juga membantu
memperluas saluran udara.
6) Antibiotik
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan.
2. Anemia
a. Kasus :
Seorang wanita ber usia 43 tahun inisial Y mengeluh, klien mengatakan sering
pusing dan kepalanya terasa sakit. Klien juga mengatakan nyeri pada bagian perut
dan punggung sejak 3 hari yang lalu, nyeri terasa seperti tertekan dan menjalar
kepunggung dengan skala nyeri 3. Klien juga mengatakan nyeri gusi. Klien di
bawa ke rumah sakit.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah dalam tinja
Pemeriksaan feses atau tinja ini dilakukan jika dicurigai penyebab
anemia defisiensi besi adalah perdarahan saluran cerna.
2) Endoskopi
Pemindaian ini dilakukan untuk melihat sumber perdarahan dalam
saluran pencernaan yang bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
3) USG panggul
Pemeriksaan ini dilakukan pada wanita yang mengalami menstruasi
dengan perdarahan banyak, untuk melihat penyebab kondisi tersebut.
4) Urinalisis
Dilakukan untuk menilai adanya perdarahan ginjal dan saluran kemih.
Dapat ditemukan hematuria baik mikro ataupun makro dan juga
hemoglobinuria (perdarahan tanpa ditemukan eritrosit).
5) Aspirasi sumsum tulang/bone marrow aspiration (BMA)
Dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding
seperti anemia sideroblastik, dll. Pemeriksaan BMA juga bisa menjadi
pemeriksaan diagnostik untuk ADB. Ditemukannya spikula pada pewarnaan
Perls dapat menegakkan diagnosis ADB.
6) Hitung Retikulosit
Retikulosit tinggi menunjukkan peningkatan respon eritropoietik
karena perdarahan atau hemolysis. Retikulosit rendah menunjukkan
kurangnya reproduksi eritrosit karena supresi sumsum tulang.

c. Penanganan
1) Transfusi darah.
2) Kortikosteroid atau obat lain yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
3) Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang untuk membuat lebih
banyak sel darah.
4) Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin serta mineral
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai