II Reguler A
c. Penanganan
1) Terapi Oksigen
Pasien dengan kondisi penyakit ini sulit bernapas dengan benar.
Dengan demikian, mereka tidak memiliki cukup pasokan oksigen. Hal ini
dapat menyebabkan sejumlah masalah karena semua organ dalam tubuh
membutuhkan oksigen untuk berfungsi. Dengan demikian, dokter segera
menghubungkan pasien dengan tangki oksigen.
2) Diuretik
Ini bekerja dengan meningkatkan jumlah air dan garam dalam urin.
Ini membantu karena terlalu banyak garam dapat menyebabkan cairan
menumpuk di pembuluh darah. Oleh Karena itu, lebih banyak darah bisa
mengalir melalui arteri.
3) Vasodilator
Obat ini bekerja dengan memperlebar pembuluh darah. Obat ini
melakukannya dengan mencegah pengencangan otot. Akibatnya, darah
akan lebih mudah mengalir melalui pembuluh darah.
4) Antikoagulan
Tubuh membuat bekuan darah untuk mencegah kehilangan darah
yang parah saat seseorang terluka. Namun, bekuan ini bisa menimbulkan
masalah jika mereka memblokir pembuluh darah. Dengan demikian,
pasien diberi antikoagulan untuk mencegah pembekuan darah.
5) Bronkodilator
Ini adalah obat yang membantu mengendurkan otot di paru-paru
untuk membantu pasien bernapas secara normal. Mereka juga membantu
memperluas saluran udara.
6) Antibiotik
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan.
2. Anemia
a. Kasus :
Seorang wanita ber usia 43 tahun inisial Y mengeluh, klien mengatakan sering
pusing dan kepalanya terasa sakit. Klien juga mengatakan nyeri pada bagian perut
dan punggung sejak 3 hari yang lalu, nyeri terasa seperti tertekan dan menjalar
kepunggung dengan skala nyeri 3. Klien juga mengatakan nyeri gusi. Klien di
bawa ke rumah sakit.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah dalam tinja
Pemeriksaan feses atau tinja ini dilakukan jika dicurigai penyebab
anemia defisiensi besi adalah perdarahan saluran cerna.
2) Endoskopi
Pemindaian ini dilakukan untuk melihat sumber perdarahan dalam
saluran pencernaan yang bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
3) USG panggul
Pemeriksaan ini dilakukan pada wanita yang mengalami menstruasi
dengan perdarahan banyak, untuk melihat penyebab kondisi tersebut.
4) Urinalisis
Dilakukan untuk menilai adanya perdarahan ginjal dan saluran kemih.
Dapat ditemukan hematuria baik mikro ataupun makro dan juga
hemoglobinuria (perdarahan tanpa ditemukan eritrosit).
5) Aspirasi sumsum tulang/bone marrow aspiration (BMA)
Dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding
seperti anemia sideroblastik, dll. Pemeriksaan BMA juga bisa menjadi
pemeriksaan diagnostik untuk ADB. Ditemukannya spikula pada pewarnaan
Perls dapat menegakkan diagnosis ADB.
6) Hitung Retikulosit
Retikulosit tinggi menunjukkan peningkatan respon eritropoietik
karena perdarahan atau hemolysis. Retikulosit rendah menunjukkan
kurangnya reproduksi eritrosit karena supresi sumsum tulang.
c. Penanganan
1) Transfusi darah.
2) Kortikosteroid atau obat lain yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.
3) Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang untuk membuat lebih
banyak sel darah.
4) Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin serta mineral
lainnya.