Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENYAKIT DIABETES MELLITUS

KELOMPOK 2 :

Agustinus Ferdi T., S.Kep

Afrina Meliasari, S.Kep

Britaniasih, S.Kep

Eko Agus P. , S.Kep

Fenny Novita Sari, S.Kep

Herni, S.Kep

I Wayan Sulandra, S.Kep

Jemy Efranda, S.Kep

Wahyu Bella Uni, S.Kep

Winda Sitorus, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

BANJARMASIN

2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS

Topik : Penyakit Sistem Metabolik dalam Tubuh

Subtopik : Penyakit Diabetes Mellitus

Sasaran : Ny. R dan keluarga

Tempat : Tulip III B (PDW) No. 20

Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Juli 2016

Waktu : 1x 15 menit

A. Latar Belakang
Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industry telah
banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi
lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas
fisisk dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa
disadari telah member konstribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan
semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti : jantung, tumor,
diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dan sebagainya. Demikian juga dengan pola penyakit
penyebab kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya
penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif)
(Depkes RI, 2006).
Salah satu jenis penyakit tidak menular yang ternyata menimbulkan angka kesakitan
dan kematian yang tinggi adalah penyakit diabetes mellitus. Penyakit ini bukanlah
penyakit yang baru, hanya saja kurang mendapat perhatian di tengah-tengah masyarakat
khususnya yang memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit tersebut.
Ketidaktahuan akan gambaran penyakit diabetes mellitus (DM) dan kurangnya
perhatian masyarakat, serta minimnya informasi akan mempengaruhi perilaku serta
anggapan yang salah akan penyakit ini (Mirza, 2008). Oleh karena itu, untuk mencegah
semakin luasnya penyakit diabetes mellitus ini, penulis melakukan penyuluhan ini.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama ±15 menit, Ny. R dan keluarga dapat
mengerti dan memahami tentang pencegahan diabetes mellitus.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama ± 15 menit Ny. R dan keluarga mengetahui
dan mampu :
a. Memahami pengertian penyakit diabetes mellitus
b. Memahami penyebab penyakit diabetes mellitus
c. Memahami tanda dan gejala penyakit diabetes mellitus
d. Memahami penatalaksanaan secara medis dan non-medis penyakit diabetes
mellitus
e. Memahami cara pencegahan penyakit diabetes mellitus
C. Sasaran
Sasaran pada promosi kesehatan ditujukan kepeda Ny. R dan keluarga di Ruang Tulip
III B (PDW) No. 20.
D. Materi
(Terlampir)
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
F. Media
1. Leaflet
G. Jadwal Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Respon Metode
Orientasi 2 menit a. Memberi salam dan a. Menjawab salam Ceramah
memperkenalkan diri b. Mendengar dan
b. Menjelaskan kontrak memperhatikan
waktu
c. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
Kerja 10 menit a. Menjelaskan a. Mendengarkan dan Ceramah
pengertian penyakit memperhatikan
diabetes mellitus informasi yang
b. Menjelaskan penyebab dijelaskan
penyakit diabetes
mellitus
c. Menjelaskan tanda
dan gejala penyakit
diabetes mellitus
d. Menjelaskan
penatalaksanaan secara
medis dan non-medis
penyakit diabetes
mellitus
e. Menjelaskan cara
pencegahan penyakit
diabetes mellitus
Terminasi 3 menit a. Memberikan a. Mengajukan Ceramah dan
kesempatan untuk pertanyaan tanya jawab
bertanya b. Mendengarkan dan
b. Menjawab pertanyaan memeperhatikan
c. Menyimpulkan materi penjelasan
yang telah c. Menjawab salam
disampaikan
d. Memberi salam
penutup
Evaluasi

H. Rencana Evaluasi
1. Rencana evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan pendidikan
kesehatan dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai berikut :
a. Menjelaskan kembali pengertian diabetes mellitus
b. Menjelaskan penyebab penyakit diabetes mellitus
c. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit diabetes mellitus
d. Menjelaskan penatalaksanaan secara medis dan non-medis penyakit diabetes
mellitus
e. Menjelaskan cara pencegahan penyakit diabetes mellitus
2. Kriteria evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Menyiapkan SAP
2) Menyiapkan materi dan mediamenggunakan leaflet
3) Kontrak waktu, penyuluhan dilakukan pada hari Sabtu, 16 Juli 2016 selama
± 15 menit
b. Evaluasi proses
1) Sasaran penyuluhan memperhatikan dan mendengarkan selama pendidikan
kesehatan berlangsung
2) Sasaran penyuluhan aktif dalam bertanya mengenai materi atau hal yang
belum dimengerti tentang penyakitnya
3) Sasaran mampu menjawab pertanyaan yang diajukan pemberi penyuluhan
4) Tanya jawab berjalan dengan baik
c. Evaluasi hasil
1) Kegiatan penyuluhan dikatakan berhasil karena sasaran penyuluhan
mampu menjawab 4 pertanyaan dengan baik dari 5 pertanyaan yang
diajukan pemberi penyuluhan
2) Sasaran penyuluhan menyatakan sudah memahami mengenai
penyakitnya
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIABETES MELLITUS

A. Pengertian
Diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik yang
dikarakteristikkan dengan tingginya tingkat glukosa di dalam darah yang terjadi
akibat defek sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (American Diabetes
Association (ADA), Expert Committee on The Diagnosis and Classification og
Diabetes Melitus, 2003, dikutip dari e-book Smeltzer, 2005).
Menurut Tarwoto (2012;151), diabetes melitus (DM) merupakan penyakit
gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah
(hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
insulin.
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2002),
diabetes melitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan
sekresi insulin yang dapat dilatar belakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan
resistensi insulin. Apabila hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas
tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi sumber energi bagi sel, maka
glukosa tersebut akan tetap berada dalam darah dan kadar glukosa dalam darah akan
meningkat sehingga timbullah diabetes melitus.
B. Etiologi dan Faktor Resiko
1. Genetik atau faktor keturunan
Diabetes melitus cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak
ditularkan. Faktor genetis memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit
diabetes melitus. Anggota keluarga penderita diabetes melitus memiliki
kemungkin an lebih besar menderita diabetes melitus dibandingkan dengan
anggota keluarga yang tidak menderita diabetes melitus. Apabila ada orangtua
atau saudara kandung yang menderita diabetes melitus, maka seseorang tersebut
memiliki resiko 40 % menderita diabetes melitus.
Diabetes melitus tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan
dibandingkan dengan diabetes melitus tipe 2. Sekitar 50 % pasien diabetes
melitus tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita diabetes melitus, dan
lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita diabetes
melitus. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya sekitar 3-5 % yang
mempunyai orangtua menderita diabetes melitus.
Pada diabetes melitus tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk
menderita diabetes melitus bila salah satu orang tua anak tersebut menderita
diabetes melitus pada usia < 40 tahun dan 1:13 bila salah satu orang tua anak
tersebut menderita diabetes melitus pada usia ≥ 40 tahun. Namun bila kedua
orang tuanya menderita diabetes melitus tipe 1, maka kemungkinan menderita
diabetes melitus adalah 1:2.
2. Usia
Diabetes melitus dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama ≥ 40
tahun karena resiko terkena diabetes melitus akan meningkat dengan
bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang
akan berakibat menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi
insulin. Diabetes melitus tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia
< 40 tahun, sedangkan diabetes melitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia ≥ 40
tahun. Di negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita diabetes
melitus berusia > 65 tahun, dan 1 dari penderita berusia > 85 tahun.
3. Gaya hidup stress
Stress cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang
kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja
pankreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikkan kerja pankreas.
Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
penurunan insulin.
4. Jenis kelamin
Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita diabetes melitus,
berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor
resiko untuk terjadinya penyakit diabetes melitus.
5. Pola makan dan kegemukan (obesitas)
Perkembangan pola makan yang salah arah saat ini mempercepat
peningkatan jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia. Makin banyak
penduduk yang kurang menyediakan makanan yang berserat di rumah.
Makanan yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam
dan penyedap rasa) muncul sebagai trend menu harian, yang ditambah dengan
meningkatnya konsumsi minuman yang kaya gula.
Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan,
sebab meningkatnya angka kejadian diabetes melitus Tipe 2 berkaitan dengan
obesitas. Delapan dari sepuluh penderita diabetes melitus Tipe 2 adalah orang-
orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang
dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk
lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat
diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.
Obesitas, berat badan ≥ 20% berat badan ideal. Pada diabetes melitus tipe 2
berat badan > 120% dari berat badan ideal (kira-kira terjadi pada 90%)
(Tarwoto, 2012;157).
6. Kurang gerak badan
Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang
kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan
kemungkinan untuk menderita diabetes melitus. Pada saat tubuh melakukan
aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga
gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan
akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah raga
zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan
ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat makanan
dan lemak menjadi gula memerlukan hormon insulin. Namun, jika hormon
insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala diabetes melitus.
7. Infeksi
Virus yang dapat memicu diabetes melitus adalah rubella, mumps, dan
human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta
pankreas, virus ini menyebabkan kerusakan atau destruksi sel. Virus ini dapat
juga menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya
autoimun dalam sel beta pankreas. Pada kasus diabetes melitus Tipe 1 yang
sering dijumpai pada anak-anak, seringkali didahului dengan infeksi flu atau
batuk pilek yang berulang-ulang, yang disebabkan oleh virus mumps dan
coxsackievirus. diabetes melitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi.
Namun para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan
diabetes melitus.
Lingkungan seperti virus (cytomegalovirus, mumps, rubella) yang dapat
memicu terjadinya autoimun dan menghancurkan sel-sel beta pankreas, obat-
obatan dan zat kimia seperti alloxan, streptozotocin, pentamidine (Tarwoto,
2012;157).
Menurut Tarwoto (2012;157)
a) Hipertensi, tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Pada DM tipe 2 terjadi
hiperlipidemia, kolesterol atau trigliserida > 150 mg/dl.
b) HDL (high-density lipoprotein) kolesterol ≥ 35 mg/dl, atau trigliserida >
250 mg/dl.
c) Riwayat gestasional diabetes melitus.
d) Kebiasaan diet.
e) Wanita dengan hirsutisme atau penyakit policistik ovari (disebabkan karena
resistensi dari insulin). Pada keadaan ini wanita tidak terjadi ovulasi
(keluarnya sel telur dari ovarium), tidak terjadi menstruasi, tumbuhnya
rambut secara berlebihan, tidak bisa hamil.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Tarwoto (2012;160).
1. Sering kencing/miksi atau meningkatnya frekuensi buang air kecil (poliuria)
Adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh ginjal
bersama urine karena keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan
reabsorpsi dari tubulus ginjal. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa maka
diperlukan banyak air, sehingga frekuensi miksi menjadi meningkat.
2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia)
Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini
merangsang pusat haus yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.
3. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)
Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energi menyebabkan
cadangan energi berkurang, keadaan ini menstimulasi pusat lapar.
4. Penurunan BB
Disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan, glikogen dan cadangan
trigliserida serta massa otot.
5. Kelainan pada mata, penglihatan kabur
Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran darah menjadi
lambat, sirkulasi ke vaskular tidak lancar termasuk pada mata yang dapat
merusak retina serta kekeruhan pada lensa.
6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal di sekitar penis dan vagina
Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula pada kulit
sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang kulit
7. Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, makan digunakan asam lemak
untuk energi, asam lemak akan dipecah menjadi keton yang kemudian berada
pada darah dan dikeluarkan melalui ginjal.
8. Kelemahan dan keletihan
Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan potassium
menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih.
9. Terkadang tanpa geajala
Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan peningakatan
glukosa darah.

D. Komplikasi
1. Gagal Ginjal
2. Buta
3. Serangan jantung
4. Amputasi

E. Penatalaksanaan
1. Medis
Menurut Tarwoto (2012;165) tujuan penatalaksanaan pasien dengan DM adalah:
a. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.
b. Mencegah komplikasi vaskular dan neuropati.
c. Mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis.
Prinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol kadar gula darah dalam
rentang normal. Untuk mengontrol gula darah, ada 5 faktor penting yang harus
diperhatikan yaitu:
a. Terapi Gizi Medis
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes
melitus memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan kotrol
metabolik yang lebih baik, dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu:
1) Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin (endogen dan eksogen)
atau obat hipoglikemik oral dengan tingkat efektivitas.
2) Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3) Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang memadai pada orang dewasa, mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk
peningkatan kebutuhan metabolic selama kehamilan dan laktasi atau
penyembuhan dari penyakit metabolic.
4) Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat
dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang
oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas kesehatan.
5) Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes
yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit
jangka pendek, masalah yang berhubugan dengan latihan jasmani dan
komplikasi kronik diabetes seperti: penyakit ginjal, neuropati
autonomic, hipertensi dan penyakit jantung.
6) Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
b. Obat-obatan penurun gula darah.
1) Obat antidiabetik oral atau oral hypoglikemik agent (OH)
Efektif pada diabetes melitus tipe 2, jika manajemen nutrisi dan
latihan gagal. Jenis obat-obatan antidiuretik oral yaitu:
a) ulfonilurea: Bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk
melepaskan cadangan insulinnya. Yang termasuk obat jenis ini yaitu
Glibenklamid, Tulbotamid, Klorpropamid.
b) Biguanida: Bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa di usus,
misalnya mitformin, glukophage.
2) Pemberian hormon insulin
Pasien dengan DM tipe 1 tidak mampu memproduksi insulin dalam
tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada pemberian insulin. Berbeda
dengan DM tipe 2 yang tidak tergantung pada insulin, tetapi memerlukannya
sebagai pendukung untuk menurunkan glukosa darah dalam
mempertahankan kehidupan.
Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transport glukosa ke
dalam sel dan menghambat konversi glikogen dan asam amino menjadi
glukosa. Absorpsi dan durasi dari insulin bervariasi tergantung pada tempat
penyuntikan, misalnya injeksi pada abdomen diabsorpsi lebih cepat sehingga
durasinya lebih pendek dibandingkan pada lengan atau gluteal.
Dosis insulin ditentukan berdasarkan pada :

a) Kebutuhan pasien, kebutuhan insulin meningkat pada keadaan sakit yang


serius/parah, infeksi, menjalani operasi, dan masa pubertas.
b) Respons pasien terhadap injeksi insulin, pemberian insulin biasanya
dimulai antara 0,5 dan 1 unit/kgBB/hari.
Komplikasi pemberian insulin yaitu.
a) Hipoglikemia
Terjadi apabila kadar glukosa darah di bawah 60 mg/100 ml, karena
kelebihan dosis insulin atau terlambat makan sementara pasien sudah
diberikan insulin, aktivitas yang berlebihan. Kelebihan pemberian dosis
biasanya terjadi akibat kesalahan menggunakan alat suntik dengan ukuran
40 U/ml atau 100 U/ml. Pada keadaan hipoglikemia pasien biasanya
mengalami gangguan kesadaran, takikardia, keringat dingin, berkunang-
kunang, lemas.
b) Hipertrofi atau atrofi jaringan
Hipertrofi jaringan meliputi penebalan dari jaringan sub kutan pada
tempat injeksi. Jaringan atrofi terjadi dengan hilangnya lemak pada area
injeksi.
c) Alergi insulin baik reaksi alergi setempat maupun reaksi alergi sistemik
Reaksi alergi setempat biasanya terjadi pada tahap permulaan
pemberian terapi insulin 1-2 jam setelah pemberian. Reaksi setempat
ditandai dengan adanya kemerahan, pembengkakkan, nyeri tekan pada
durasi 2-4 cm dilokasi penyuntikan. Reaksi alergi sistemik jarang terjadi,
merupakan reaksi anafilaktik yang merupakan keadan emergensi.
d) Resistensi insulin
Merupakan keadaan dimana pasien membutuhkan insulin lebih dari
100 U/hari. Keadaan ini disebabkan antibodi yang menangkap molekul
insulin tidak aktif.
2. Non Medis
a) Activity
Semua penderita diabetes melitus dianjurkan untuk latihan ringan yang
dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam setelah makan,
juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore
hari dengan maksud menurunkan berat badan.

b) Diet
Diet pada penderita diabetes melitus dapat dibagi atas beberapa bagian
antara lain :
Diet A : Diberikan kepada semua penderita diabetes melitus pada umumnya,
terdiri dari makanan yang mengadung karbohidrat 50%, lemak
30%, dan protein 20%.
Diet B : Diberikan pada penderita diabetes terutama yang kurang paham
dengan dietnya, hiperkolestonemia, makroangiopati (misalnya
CVA, penyakit jantung koroner), mikroangiopati (restinatopati
diabetik, tapi belum ada netropati yang nyata), telah menderita
diabetes dari 15 tahun, terdiri dari karbohidrat 68%, lemak 20%,
protein 12%.
Diet B1 : Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein
tinggi, terdiri dari karbohidrat 60%, lemak 20%, protein 20%.
c) Treatment
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes melitus adalah
mengatur gula darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik.
Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar
dari hiperglikemia atau hipoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung
pada ketepatan interaksi dari tigas faktor aktifitas fisik diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hiperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita denga diabetes melitus harus pantang gula dan makanan
yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada
penderita diabetes melitus adalah 3 J :
J1 : Jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan
J2 : Jadwal makan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J3 : Jenis makanan harus diperhatikan (pantang gula dan makanan manis).
d) Health Education
(1). Anjurkan pasien untuk mengurangi makanan yang manis dan berlemak.
(2). Anjurkan pasien untuk cek gula darah setiap hari.
(3). Menghindari memakai pakaian dan alas kaki yang terlalu sempit.
(4). Anjurkan klien untuk berolahraga.
(5). Menjaga pola makan, gaya hidup mewah.
(6). Mengatur diet yang teratur.

Anda mungkin juga menyukai