Anda di halaman 1dari 3

Memetik Manis dari Bisnis Brownis

Ketertarikannya pada dunia wira usaha sudah tumbuh sejak duduk di bangku kuliah. Namun, usahanya jatuh bangun
sebelum mengikuti program iknubasi yang di selenggarakan Pusat Sutdi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Menengah (PSP-
UMKM) UNS. Kini ia memetik ‘manis’ dari bisnis brownis yang dijalankannya.

Kiriman Orang Tua

Fauzi Yunianto, Alumnus Teknik Mesin UNS angkatan 2001 ini masa studinya tergolong cukup lama. Ia baru lulus
tahun 2008. PRia asal Samarinda ini mengaku, kertarikannya pada dunia usaha sudah muncul sejak duduk di bangku
kuliah. Mulanya ia berkenalan dengan beragam produk MLM, namun tidak diseriusinya, lantaran kesibukan kuliah dan
kecilnya modal.

Suatu ketika, ia melakoni kerja part time di pabrik. Rutinitas berhadapan dengan mesin membuatnya gelisah. Terbesit
dalam benaknya untuk mencari pekerjaan yang banyak berhadapan dengan orang sehingga tidak membosankan.

“Waktu itu, kepikiran untuk jadi guru atau jadi pengusaha,” ujarnya

Tapi ternyata minatnya ke dunia usaha lebih dominan. Ia memberanikan diri untuk menjadi investor pada usaha
pertanian yang dijalankan petamannya. Modal ini didapatkan dari menyisikan uang kiriman orang tua setiap
bulannya. Dari jumlah kiriman Rp 1,5 juta, ia disiplin hanya menggunakan Rp 500 ribu untuk kebutuhannya. Selain
itu, juga dari honor mengisi pelatihan-pelatihan yang selalu ditabungnya.

“Lama-lama kan banyak itu uang yang tabungan, saya pakai buat investasi di pertanian. Modal 10 juta baliknya, 12
juta sampai 15 juta, pernah juga 20 juta baliknya 25 juta,” ujarnya

Namun demikian, investasi yang dijalankannya tak memulu menuai keuntungan. Ia pernah mengalami kerugian hingga
lebih dari Rp 200 juta. “Dulu kan gak tau ilmu bisnis, mamang seharusnya investasi dilakukan oleh orang yang sudah
punya usaha, tapi waktu itu saya modal nekat saja,” ujarnya

Fauzi juga pernah menjajaki usaha ternak bebek petelur ketika awal awal menikah. Sebenarnya usaha ini lumayan
hasilnya. Dari 1000 bebek yang ia pelihara, telur yang dihasilkan mencapai lebih dari 900 butir per hari. Tapi
sayangnya, usaha ini hanya berjalan dua tahun, ia memilih menutup usahanya lantaran ada warga yang complain
karena merasa kandang menimbulkan polusi udara.

Fauzi merasa ada pihak yang tidak senang dengan usahanya, sebab complain dilontarkan dari desa lain. Sedangkan
warga sekitar tidak merasa bau. Namun untuk menghindari konflik akhirnya ia merelakan untuk tutup usahanya yang
sudah digeluti selama 2 tahun itu.
“akhirnya saya diskusi sama istri, mau jadi guru atau jadi pengusaha. Kalau mau jadi guru jangan mimpi jadi kaya
dan harus bersahaja, kalau jadi pengusaha harus siap jadi kaya. Terus istri saya bilang, kalau guru yang sholeh
sudah banyak, kalau pengusaha yang sholeh masih jarang,” kenangnya

Keputusan untuk kembali melakoni dunia usaha pun diambil. ide ide usaha hingga di kepala, mulai dari membuka
restoran jepang, konveksi, hingga membuka toko roti. Pilihanpun jatuh untuk membuka usaha toko roti. Fauzipun sibuk
bolak balik warnet, download berbagai resep untuk membuat brownis. Tahun 2010 usaha ini mulai dijalankan dengan
resep ala kadarnya.Waktu itu modal usahanya sekitar Rp 5 juta, dan omsetnya hanya Rp 1 juta sampai Rp 2 juta.

“kita titipkan di kantin kantin sekolah, kecil kecil bentuknya hati harga seribuan,” ujarnya

Tahun 2011 ia memberanikan untuk membuka toko di rumahnya, jalan Dr. Moewardi, Cangakan Timur, Cangakan,
Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Namun ia belum melabeli produknya dengan merk dagang. Sebab, ia
mengakui rasa brownis buatannya masih belum enak. Oleh karena itu ia terus melakukan riset, mencari resep yang
pas hingga pertengahan tahun 2012.

“Akhirnya ketemu resep yang pas dan pembeli suka, terus kita pakai label Brownis Cinta,” ujarnya

Usaha ini terus berkembang, namun belum memiliki managemen yang baik. Waktu itu Fauzi, bekerja srabutan, mulai
dari membeli bahan baku, produksi, pemasaran dan promosi. Ia pun merasa kewalahan dan merasa lelah seolah tak
memiliki waktu untuk istirahat dan berkumpul bersama keluarga. Hingga di tahun 2014 ia berencana untuk menutup
usaha yang setiap bulan telah memiliki omset 400 juta itu.

“Lha bagaimana, saya punya uang banyak tapi kesenangan dan kebahagiaan saya terampas. Waktu itu saya sempat
berfikir untuk menutup usaha ini,” ujarnya

Namun demikian, ada dua hal yang membuat Fauzi kembali menata bisnisnya dengan baik. Yakni program incubator
yang dibuka PSP KUMKM UNS dan Muqoyam bisnis pengusaha muslim. Selama 2,5 tahun ia belajar di incubator PSP-
KUMKM UNS. Ditempat inilah ia mendapatkan banyak pengetahuan untuk meramu bisnis agar lebih tertata dan
berkembang.

“Ada banyak itu yang diberikan, managemen kemasan, penetuan segmen market, managemen sumberdaya manusia,
dan ada lagi soal mind set. Tapi waktu itu saya tidak memperhatikan, ternyata itu yang paling penting,” ujarnya

Meskipun telah bubar di tahun 2017, PSP KUMKM UNS masih menjalin hubungan baik. bahkan mengunjungi dapur
serta outlet miliknya, untuk melihat dan sharing perkembangan bisnis yang dijalaninya. “Ia merasa incubator menjadi
salah satu batu loncatan yang penting dalam perkembangan bisnisnya. Oleh karena itu, saat ini ia juga menjalankan
fungsi incubator, dengan membina sejumlah umkm di karanganyar dan sukoharjo.

“Beberapa produk mereka juga saya ambil untuk outlet saya” imbuhnya

Target dan Kontribusi

Fauzi mengakui usaha brownis cinta yang ditekuninya makin cerah. Saat ini ia sudah memiliki 11 Outlet dan satu
outlet di Jogja. Tahun ini ia menargetkan berdiri delapan outlet lagi, setelah itu membidik sejumlah kota besar seperti
semarang, Surabaya dan Bandung.

“Target jangka panjang ya soal pabrikasi yang lebih baik dan memenuhi standar. Mudah mudahn segera terwujud ada
pabrik pabrik di tempat lain, jadi tidak kita suplai dari satu dapur,” ujarnya

Disamping menetapkan target bisnis, ia juga menetapkan target kontribusi. Menurutnya usaha yang dijalankan harus
memiliki dampak sosial. Setidaknya ia menetapkan lima misi, yakni mengumrohkan karyawan, memberikan beasiswa
pada anak anak karyawan, memakmurkan seribu masjid, membantu dakwah, mensejahterakan masyarakat, dan
mensejahterakan umat.

“Dari misi tersebut bebrapa yang mulai kita lakukukan, mengumrohkan dua karyawan, ada masjid binaan, dusun
binaan, mensuprot tabligh akbar, dan juga menggalang dana untuk palestina. Mudah mudahan kami istiqomah
menunaikan misi tadi,” pungkasnya.

Anda mungkin juga menyukai