Anda di halaman 1dari 2

Solo Tanpa TPS, Pemulung Resah

JEBRES- Rencana Pekot (Pmerintah Kota)Surakarata menutup sejumlah


Tempat PEmbangang Sampah (TPS) dikota Solo dan menggantikannya
dengan TPS mobile membuat sejumlah pemulung resah.

Pasalnya tidak sedikit pemulung yang menyandarkan hidupnya dari


hasil memulung di TPS. Dari hasil pantauan Joglosemar, Selasa (2/7)
di TPS Kentingan, TPS Jurug, TPS Jagalan, TPS ringinsemar, tiap TPS
menjadi sumber pengahsilan 10 pemulung.

Mulyadi (35) yang bekerja sebagai pemulung saat ditemui Joglosemar,


Rabu (3/7) di TPS Kentingan mengatakan dirinya resah terkait rencana
penutupan TPS. Pasalnya Mulyadi yang semula mengorek sampah di TPS
depan kampus Institut Seni Indonesia kelabakan saat TPS itu di
tutup. Untungnya ia masih bias mengais rejeki dari sampah di TPS
Kentingan. “wah, ya susah mas kalo di tutup, untung masih bias
mulung disini (TPS Kentingan .red),” ujarnya

Mulyadi juga membenarjan bahwa tiap TPS yang ada paling tidak
menjadi sumber penghidupan 10 pemulung.”ya bisanya 1 TPS itu yang
mulung sampe 10an mas,” katanya. Ia juga menambahkan tiap pemulung
memiliki tempat mulung masing-masing. “jadi gak bias asal pindah
mulung di tempat lain mas,” imbuhnya.

Setidaknya dari hasil mngais sampah tersebut, dirinya mendapat


penghasilan antara Rp. 30 hingga Rp. 40 ribu dengan dari TPS
tersebut. Katanya dengan mengais di TPS hasilnya lebih banyak dan
tidak makan waktu banyak.

Menyikapi rencana penutupan sejumlah TPS juga meresahkan sejumlah


pengepul sampah. Agus (38) misalnya, ia khwatir jumlah setoran
pemulung berkurang lantaran waktu mengais mereka yang relative
menjadi lama. “ya repot kalo nanti ditutup, setorannya pasti turun,”
ujarnya, Rabu (3/7).
Tumpahnya sampah ke jalan kata Mulyadi akibat TPS tidak memiliki
dinding pembatas.Selain itu katanya tidak jarang warga yang di
bibir TPS. Arief Setiyanto

Anda mungkin juga menyukai