TUGAS BAHASA ARAB Kel. 5
TUGAS BAHASA ARAB Kel. 5
َو َماذَا ت َأ ْ ُك ُل أ َ ْنتَ ؟. آ ُك ُل اللحم والدجاج األ َ ُرز َوال ُخ ْب َز: سالم
َ
Salim : Aku makan nasi dan roti. Dan apa yang kamu makan?
َ َأ َ ْنت
سم ْين جدًّا : قَاسم
Qasim : Kamu gemuk sekali
ْ ََماء م ْن ف
. ضلك ُساف َرة
َ ال ُم
Permisi, air putih (saja). Musafir (pr)
ش ْيئا آ َخ َر ؟
َ َه ْل تُر ْيد ْي َن ُال ُمض ْيفَة
Apakah Anda ingin yang lain? Pramugari
. شكْرا
ُ ُساف َرة
َ ال ُم
Tidak, terima kasih. Musafir (pr)
. ع ْفوا
َ ُال ُمض ْيفَة
Iya, sama-sama. Pramugari
Assalamualaikum. سال ُم َعلَ ْي ُكم . َّ
الز ْوج :ال َّ
Waalaikumsalam. سال ُم الَ َّز ْو َجة َ :و َعلَ ْي ُك ُم ال َّ
Aku lapar sekali. الز ْوج :أنا َج ْو ُ
عان ِجدًّا. َّ
Makan siang ada dimeja makan. َّ
الز ْو َجة :الغَدا ُء َعلى ال َمائِدَةِ.
Ini apa? Ikan, daging, ayam, dan buah- س َم ٌك ولَ ْح ٌم ودَجا ٌج
الز ْوج :ماهذا ؟! َ َّ
!buahan. Ini banyak sekali
وأ َ ُر ٌزوفَا ِك َهةٌ! هَذا َك ٌ
ثيرجدًّا.
Jangan makan. الز ْو َجة :التَأ ُك ْل...التَأ ُك ْل.
َّ
Kenapa? Aku lapar. ان. َّ
الز ْوج ِ :لماذا ؟ أنا َج ْو َع ُ
Kita mempunyai tamu. يوف.
ض ٌ الز ْو َجة :لَدَي ْنا ُ
َّ
?Kita mempunyai tamu? Siapa يوف ! َم ْن ؟!
ض ٌ الز ْوج :لَدَيْنا ُ
َّ
Orang tuaku (ibu dan bapakku). َّ
الز ْو َجة :وا ِلدي َووا ِلدَتي.
?Dimana tamunya يوف ؟
ض ٌ َّ
الز ْوج :أيْنَ ال ُ
Diruang tamu.
غ ْرفَ ِةال ُج ِ
لوس. َّ
الز ْوجة :في ُ
Kosakata Makanan & Minuman
Pembahasan Tentang Maful Bih – Pembahsan pertama dari anggota mansubat al-asmai
(isim yang dinashabkan) adalah maf’ul bih., yang dimaksud dengan maf’ul bih ini adalah
“objek” dalam bahasa indonesia. Jadi, objek dalam bahasa indonesia itu sama halnya dengan
maf’ul bihi dalam bahasa arab.
Sedangkan pengertian maf’ul bih dalam ilmu nahwu adalah sebagai berikut :
ْ ب اللَّذ
ِى َيقَ ُع ِب ِه ال ِف ْع ُل ُ اال ْس ُم ال َم ْن
ُ ص ْو ِ هُُ َو
Artinya : isim manshub (dinashabkan i’rabnya) yang menjadi sasaran perbuatan (objek).
Maka, jelas sekali, yang dimaksud maf’ul bihi menurut ahli nahwu adalah isim manshub
dimana posisinya menjadi sasaran perbuatan si pelaku.
Contoh :
ض َربْتُ زَ ْيدًا
َ = Aku telah memukul Zaid
Dalam contoh di atas, yang menjadi sasarn perbuatannya (memukul) adalah kata “Zaid”,
maka kata zaid itu menjadi maf’ul bih.
Contoh lainnya :
ْف َّ ُ = اَك َْلتAku telah memakan roti.
َ الر ِغي
Yang menjadi sasaran perbuatannya (memakan) adalah roti, maka roti itu menjadi maf’ul bih.
Dengan dua contoh di atas sudah sangat jelas sekali untuk memahami pembahasan tentang
maful bih dalam ilmu nahwu.
Pembagian Maf’ul Bih
Dalam pembahasan tentang maful bih , maka maf’ul bih terbagi atas dua bagian yaitu maf’ul
bihi isim dzahir dan isim dhamir. Maf’ul bih isism dzahir adalah maf’ul bihi yang terdiri atas
isim dzahir contohnya seperti yang dua tadi di atas, sedangkan yang dimaksud dengan maf’ul
bih isim dhamir adalah maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir contoh :
Maf’ul Muthlaq adalah kalimat isim yang terbaca nashob yang berada pada urutan yang
ketiga dari tashrifannya fi’il.
Contoh :
2. Dibaca nashob dan dinashobkan oleh amil. Adapun amil yang menashobkan maf’ul
muthlaq ada kalanya :
a. Fi’il taam yang mutashorrif (maksudnya bukan fi’il naqhis dan fi’il jamid )
ض ْربَتَي ِْن
َ ض َربْتُ زَ ْيدًا
َ
b. Mashdar
ش ِد ْيدًا
َ ض ْربًا َ َع ِحبْتُ ِم ْن
َ َض ْر ِبك
c. Isim sifat
3. Maf’ul muthlaq terbuat dari mashdar yang merupakan urutan ketiga dari tashrifnya fi’il.
Kata ضربdapat mempunyai isim masdar yang lebih dari satu, dan penggunaannya
bermacam-macam, ada yang untuk sebagai penjelas perbuatan atau untuk menjelaskan
bilangan, sehingga untuk dapat membentuk suatu kalimat yang mempunyai maf’ul mutlaq,
maka perlu adanya pengetahuan tentang bentuk-bentuk isim masdar dari suatu fi’il.
"Barang siapa yang keluar dari ketaatan Sulthon sejengkal saja, kemudian ia mati,maka
seperti kematian jahiliyah".
Pada kalimat di atas terdapat kata ً ِميتَةdalam keadaan manshub. Kata tersebut merupakan
maf’ul bih karena berfungsi sebagai penjelas jenis dari fi’il yang dipakai yakni َ َمات. Pada
kondisi ini, maf’ul bih harus diikuti oleh na’at. Sehingga maf’ul bih yang berfungsi untuk
menjelaskan jenis/sifat fi’il harus diikuti oleh na’at/sifat atau disandarkan ke isim yang
lainnya.
ان نَ ْو ِع ِه
ِ َِلبَي ان َعدَ ِد ِه
ِ َِلبَي ِلت َأ ْ ِك ْي ِد ْال ِف ْع ِل
ِ س ْالعُلَ َم
اء َ َج َل ْستُ ُجلُ ْو ًش ْر َبة
ُ ُش َِربْت ُ ُش َِربْت
ش ْربًا
a. Masdar Lafdzi
Lafadz ً قَتْالmerupakan masdar yang menjadi maf’ul muthlaq, lafadznya sesuai dengan lafadz
fi’ilnya yaitu قَت َ َل, maka dinamakan masdar lafdzi.
b. Masdar Maknawi
Yaitu apabila masdar cocok dengan maknanya fi’il, namun tidak cocok dalam lafadznya.
Contoh :
2. Wajib jatuh setelah amilnya jika untuk menguatkan. Apabila untuk menjelaskan jenis atau
bilangannya maka boleh jatuh setelah atau sebelumnya. Contoh : ً سنا
َ اجتهدتَ اجتهادا ً ح
3. Amil Maf’ul Mutlaq boleh dibuang, jika maf’ul mutlaq tersebut menjelaskan jenis atau
bilangannya dan juga ada qorinah yang menunjukkan amil tersebut. Dalam artian menjadi
jawaban dari sebuah pertanyaan. Contoh : ً سنا
َ اجتهادا ً ح
Kata “ ً سنا
َ “ اجتهاداً حadalah jawaban daripertanyaan “كيف اجتهدت
Pengertian Maf’ul liajlih ialah Isim Manshub yang berfungsi untuk menjelaskan sebab
terjadinya perbuatan. Contohnya : شيَةَ إ ْمَلَق
ْ َو لَ ت َ ْقتُلُ ْوا أ َ ْولَ َد ُك ْم َخDan janganlah kalian membunuh
anak-anak kalian karena takut menjadi miskin (Surat Al-Isra: 31). Kata َ َخ ْش َيةmerupakan isim
manshub dengan fathah karena isim mufrad, dan kedudukannya sebagai maf’ul liajlih.
Adapun hal-hal yang perlu di perhatikan dalam maf’ul Li ajlih antara lain :
1. Maf’ul li ajlih itu hukumnya manshub
2. Maf’ul li ajlih itu berbentuk masdar
3. Diungkapkan untuk menjelaskan latar belakang dari suatu pekerjaan yang sedang di
lakukan
Hukum maf’ul li ajlih adalah boleh nashob sekiranya terdapat tiga syarat sebagimana tersirat
dalam bait diatas, yaitu:
a. isim mashdar
b. lit-ta’lil/penjelasan faktor alasan
c. bersatu dengan amilnya dalam satu waktu dan satu fa’il atau kalimah yg mencukupi tiga
syarat tersebut juga boleh dijarkan dengan huruf jar lit-ta’lil.
Jika salah satu saja dari ketiga syarat ini tidak terpenuhi maka wajib dijarkan dengan huruf jar
lit-ta’lil berupa huruf lam, min, fiy atau huruf ba’. Pemahamannya adalah Maf’ul liajlih
walaupun isim Nashab, akan tetapi bisa di baca Jarr dengan huruf Lam ( )لdan tidak berubah
Maf’ul li Ajlih tetapi menjadi Jarr-Majrur.
Contoh maf'ul liajlihi dalam Al Quran : ( َو الَ تَ ْقتُلُ ْوا أ َ ْوالَدَ ُك ْم َخ ْشيَةَ ِإ ْمالَقDan janganlah kalian
membunuh anak-anak kalian karena takut menjadi miskin) Qs Al-Isra: 31. Misalnya lagi :
ق َحذَ َر ال َم ْوت َ َ ( يَجْ َعلُ ْونَ أAl Baqoroh :19)
َّ صا ِب َع َه ْم فِي َءاذَانِ ِه ْم ِمنَ ال
ِ ص َوا ِع
Yang dimaksud dengan pengertian maful maah dalam ilmu nahwu adalah sebagai berikut :
ِ َب اللَّذِى يُ ْذ َك ُر ِلبَي
ان َم ْن فُ ِع َل َمعَهُ ال ِف ْع ُل ُ اال ْس ُم ال َم ْن
ُ ص ْو ِ
Artinya : isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan dzat yang menyertai perbuatan
pelakunya.
Untuk membuat maf’ul ma’ah, kita harus menyelipkan wawu ma’iyyah antara maf’ul ma’ah
dengan pelaku utamanya, dan wawu ma’iyyah tersebut diterjemahkan dengan kata “beserta”.
Contoh :
َ = َجا َء االَ ِمي ُْر َو ْال َجيPemimpin beserta bala tentaranya telah datang.
ْش
Yang menjadi contoh maf’ul ma’ahnya adalah lafadz ْش َ َو ْال َجيsebab ia adalah isim yang
menyertai kedatangannya pemimpin.
َ = َوا ْست ََوى ْال َما ُء َو ْال َخAir itu telah merata beserta kayu.
َش َبة
َ َو ْال َخdimana ia menyertai
Yang menjadi contoh maf’ul ma’ahnya adalah lafadz َش َبة
kemerataan air.