Anda di halaman 1dari 22

KAJIAN HISTORIS TERHADAP TOKOH-TOKOH

PENDIDIKAN

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Landasan Pedagogik
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Achmad Juntika, M. Pd.

Oleh:

DIAN ADHIANSYAH (1707154)

HIBATUL AZIZI (1706350)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas terselesaikannya makalah yang

berjudul “Kajian Historis terhadap Tokoh-Tokoh Pendidikan”. Penyusun juga

mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Landasan Pedagogik dan

rekan-rekan atas dukungannya dalam terselesaikannya makalah ini. Makalah ini

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah landasan pedagogik pada

Program Studi Pendidikan Matematika, Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia.

Penyusun menyadari dalam menyusun makalah ini masih terdapat beberapa

kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu adanya kritik dan masukkan dari

berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah ini sangat kami nantikan. Semoga

makalah ini bermanfaat dan menjadi amal shaleh bagi kita semua.

Bandung, Oktober 2017

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1


B. Batasan Masalah..................................................................... 2
C. Rumusan Masalah .................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 4

A. Tokoh-tokoh Pendidikan di Dunia ......................................... 4


B. Implikasi Konsep Pendidikan dari Tokoh Dunia dan Alirannya
terhadap Sistem dan Praktek Pendidikan di Indonesia .......... 9
C. Biografi Tokoh-tokoh Pendidikan di Indonesia ..................... 12
D. Implikasi Konsep Pendidikan Dari Tokoh Pendidikan Indonesia
terhadap Sistem dan Praktek Pendidikan ............................... 14

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 18

A. Kesimpulan ............................................................................ 18
B. Saran ....................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap negara di dunia berusaha untuk terus meningkatkan kwalitas

pendidikan di negaranya untuk menghadapi tantangan daya saing dalam

percaturan global. Sistem yang canggih dan berbagai pengembangan strategi

pendidikan terus dikembangkan demi mencapai tujuan pendidikan yang telah

diterapkan dan disepakati bersama. Khusus bagi Indonesia, tujuan pendidikan

Indonesia telah tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, yaitu

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.

Standar nasional pendidikan diciptakan untuk membatasi kriteria

minimum tentang sistem pendidikan di seluruh Indonesia. Hal ini

dilatarbelakangi disentralisasi sistem pendidikan dalam kerangka

pemerintahan Indonesia yang menganut asas otonom daerah. Terciptanya

mekanisme ini tak lepas dari perjalanan sistem pendidikan Indonesia yang

dipengaruhi oleh kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Bagian ini mengarah

pada historis pendidikan Indonesia yang menganut berbagai paham, aliran, dan

konsep-konsep pendidikan dari tokoh dunia maupun Indonesia.

1
2

Sejak awal tahun 1970 sistem pendidikan di Indonesia mengalami

perubahan terus menerus, sejalan dengan program pembangunan dibidang

pendidikan yang mulai dilaksanakan secara terprogram sejak 40 tahun yang

lalu (Suryadi, 2014). Berbagai program dalam pelayanan pendidikan tercermin

dalam kurikulum yang dinamis dan menggambarkan periodisasi pendidikan.

Perubahan zaman yang dialami menuntut peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang dihasilkan dari proses pendidikan. sejarah perjuangan bangsa

pada masa lampau juga berimplikasi terhadap sistem pendidikan yang terjadi

hari ini. Segala unsur yang menjadi faktor di dalamnya membentuk penciptaan

individu sebagai insan pendidikan.

Mengingat sejarah dan belajar darinya akan membuat refleksi pada

sebuah tujuan dan merupakan titik balik menuju suatu kebangkitan. Sejarah

yang dispesifikasi ke dalam kajian filsafati pendidikan akan menjadi

perbandingan. Karena perubahan akan semakin mudah bila belajar dari

perbandingan dan kesalahan masa lalu. demikiannya dalam aspek pendidikan,

sejarah dibutuhkan sebagai bahan pembelajaran dan refleksi untuk perbaikan

sistem pendidikan yang lebih baik dan berkwalitas. Oleh karena itu, penulis

menyusun makalah yang berjudul “Kajian Historis terhadap Tokoh-Tokoh

Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

makalah ini dirumuskan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Siapa tokoh-tokoh pendidikan di Dunia dan di Indonesia?


3

2. Bagaimana implikasi konsep pendidikan dari tokoh pendidikan Dunia

dan Indonesia terhadap sistem dan praktek pendidikan?

C. Tujuan Makalah

Tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu

1. Mengenal tokoh-tokoh pendidikan.

2. Mengetahui implikasi konsep pendidikan dari tokoh pendidikan Dunia

dan Indonesia terhadap sistem dan praktek pendidikan.


B A B II
PEMBAHASAN

A. Tokoh-tokoh Pendidikan di Dunia

1. Plato

a. Biografi

Plato atau aristokles lahir sekitar 427 SM dari keluarga terkemuka

Athena. Ayahnya bernama Ariston, dan ibunya bernama Periktione. Plato

adalah filsuf Yunani yang sangat berpengaruh, murid Socrates dan guru

dari Aristoteles ini terkenal dengan ajarannya mengenai cita-cita. Filsafat

pendidikan Plato adalah perenialisme.

b. Tinjauan Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis

 Ontologis

Pendidikan suatu tindakan pembebasan dari belenggu

ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan orang akan

mengetahui apa yang benar-apa yang tidak benar, apa yang baik-apa

yang jahat, apa yang patut-apa yang tidak patut. Maka dapat

disimpulkan pendidikan menurut plato adalah

 Epistemologis

Anak laki-laki dan perempuan mendapatkan pendidikan yang

sama. Lingkungan pendidikan anak harus indah, tetatp sederhana tidak

berlebihan. Erawati (2012) menguraikan kerangka pendidikan menurut

plato sebagai berikut:

4
5

a) Sejak lahir sampai usia tujuh tahun anak banyak mendapatkan

pendidikan fisik. Mereka harus menyimak dongeng dan puisi

yang terpilih. Negara yang menyensor materi yang disajikan

pada anak. Mainan yang sesuai disediakan, anak dididik dengan

tegas, tetapi dengan kelembutan, kecerdasan, dan ketangkasan

fisik secara harmonis.

b) Usia tujuh sampai tiga belas tahun, aktivitas intelektual dan fisik

disajikan secara bersamaan.

c) Usia dua puluh tahun, pendidikan khusus mulai dilakukan

dengan seleksi yang ketat.

d) Usia tiga puluh tahun, dilakukan lagi seleksi untuk pendidikan

selanjutnya selama lima tahun

Materi lebih tinggi meliputi materi matematika, astronomi,

harmoni, dan sains untuk 10 tahun pertama, belajar filsafat pada lima

tahun terakhir. 15 tahun kemudian mengabdi pada negara. Ketika usia

50 tahun mereka belajar filsafat pada sisa hidupnya. Pendidikan suatu

kewajiban bagi Plato, karena anak merupakan milik negara bukan orang

tua. Plato lebih menekankan pengembangan intelektual, kurang

mengembangkan jasmaniah.

 Aksiologis

Tujuan pendidikan adalah


6

a) Membentuk manusia yang utuh, yakni yang berhasil menggapai

segala keutamaan moralitas jiwa yang mengantarnya pada ide

tertinggi yaitu kebajikan, kebaikan, dan keadilan.

b) Menemukan kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya

sehingga menjadi seorang warga negara yang baik, dalam suatu

masyarakat yang harmonis, melaksanakan tugasnya secara efisien

menurut kelas-kelasnya.

2. B.F Skiner

a. Biografi

Skiner lahir di susquehanna, pennsylvania 20 Maret 1994, meninggal

di Massachusetts 18 Agustus 1990 pada umur 86 tahun. Skiner adalah

seorang fsikolog amerika yang terkenal dengan teori behaviorisme. Skiner

menempuh pendidikan dalam bidang bahasa inggris dari Hamilton College.

Kemudian meneruskan pendidikan dalam bidang fsikologi di Universitas

Harvared.

b. Tinjauan Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis

 Ontologis

Setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari

lingkungannya. sistem tersebut dinamakan “cara kerja yang

menentukan” (operant conditioning) atau teori pembiasaan prilaku.

setiap mahluk hidup selalu berada dalam proses bersinggungan dengan

lingkungannya. Di dalam proses itu, mahluk hidup menerima

rangsangan atau stimulan yang membuatnya bertindak sesuatu.


7

 Epistimologis

Skiner membagi dua metode tentang bagaimana guru melakukan

pelajaran, yaitu

1) Manejemen kontingensi, merupakan penggunaan penguatan positif

secara hati atau pemberian penghargaan kepada siswa merupakan

pemberian kebalikan dari pemberian hukuman:

2) Pengajaran terprogram, mengarahkan siswa apa yang harus

dilakukan dan apa yang baik untuk mereka. Hakekat dari metode ini

merupakan hubungan dengan keberhasilan siswa. skiner

menyebutkan macam-macam penguatan positif mulai sistem ‘kredit

point‘ sampai dengan ungkapan guru. Agar efektif metode ini harus

memberikan penghargaan secara kosisten.

 Aksiologis

Tujuan yang tepat dari ilmu pengetahuan tentang manusia

menurut Skiner adalah memprediksi dan mengendalikan tingkah laku

manusia. pengendalian harus dilakukan tidak pada manusianya langsung

tetapi pada lingkungannya. jika tingkah laku merupakan sebuah respon

terhadap lingkungan, rangsangan lingkungan yang diubah akan

membawa kepada tingkah laku yang dirubah pula.

3. Piaget

a. Biografi

Jean Piaget adalah seorang psikologi berkebangsaan Swiss yang

tertarik pada dunia pendidikan karena tidak puas dengan teori para ahli
8

pendidikan yang sudah ada. Piaget lahir pada 1896 dan meninggal pada

1980. Peranan Piaget di dunia pendidikan semakin besar setelah menduduki

jabatan sebagai Direktur Internasional Burean Of Education (IBE) pada

1929. Sejak saat itu Piaget banyak menulis tentang pendidikan umum.

b. Tinjauan Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis

 Ontologis

Pendidikan merupakan penghubung dua sisi, disatu sisi individu

sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang

menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebu.

individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang, perkembangan

ini bersifat kausal (Sebab Akibat). Namun terdapat komponen normatif,

juga karena pendidik menuntut nilai. Nilai ini adalah norma yang

berfungsi sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi apa yang diwajibkan,

diperbolehkan, dan dilarang. Jadi, pendidikan adalah hubungan normatif

antara individu dan nilai.

 Epistemologis

Peran pendidik adalah mengoptimalkan dan mengembangkan

lebih mendalam apa yang baru sedikit atau baru sebagian yang

teraktualisasi, semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi yang ada. Jean

Piaget, merumuskan konsep pendidikan dasar yaitu pendidikan yang

menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, meskipun suatu

penciptaan dibatasi oleh pembanding dengan penciptaan yang lain.


9

 Aksiologis

Pendidikan secara umum berfungsi membantu siswa dalam

mengembangkan dirinya, yaitu mengembangkan semua potensi,

kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi

dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan sekedar memberikan

pengetahuan atau nilai atau pelatihan keterampilan. Pendidikan berfungsi

mengembangkan apa yang secara potensi dan aktual telah dimiliki siswa,

sebab siswa bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar.

B. Implikasi Konsep Pendidikan dari Tokoh Dunia dan Alirannya terhadap

Sistem dan Praktek Pendidikan di Indonesia

1. Plato

Plato dengan karya terbesarnya ‘republik’ saat beliau berusia 40

tahun. republik menggambarkan negara yang ideal dan kerangka sistem

pendidikan baik untuk warga Sparta maupun Athena. Plato juga membagi

kelompok warga negara menjadi tiga kelas, yaitu 1) Masyarakat awam, 2)

Kelompok tentara atau penjaga, 3) Pemerintah.

Plato mengutarakan kutipan, yaitu “apabila pikiran mendidik, maka

orang tersebut akan bisa memperhatikan jasmaninya karena jiwa yang baik

meningkatkan kondisi jasmaniah”. Plato berpendapat bahwa tujuan

pendidikan adalah untuk menghimpun seluruh kekuatan manusia menjadi

kerjasama harmonis. Hal ini memperlihatkan bahwa skema pendidikan

Plato berpusat pada gagasan mengenai warga negara adalah milik negara,
10

dan tujuan pendidikan adalah menyesuaikan kualifikasi individu untuk

mengabdi pada negara.

Berdasarkan pandangan pendidikan Plato, seyogyanya pendidikan

dijadikan pijakan konkrit dalam upaya membangun karakter bangsa. Plato

menempatkan kebijakan intelektual di tempat tertinggi. Dalam rencana

pendidikannya dikemukakan dan ditekankan pula kebijakan moral dan

latihan kemauan.

2. B.F Skiner

Dalam pandangan Skiner pemberian penghargaan hendaknya

dilakukan untuk memberikan penguatan terhadap siswa. Skiner bertahan

pada pendapatnya bahwa belajar adalah performance. Program pengajaran

merinci belajar ke dalam langkah-langkah kecil, sementara gerakan tujuan

tingkah laku mempunyai target proses pengajaran pada penampilan skala

kecil.

Pada eksperimennya Skiner menggunakan seekor tikus sehingga

menghasilkan teori Stimulus Respon (S-R) dan operant conditioning.

Kelemahan dalam teori Skinner adalah proses belajar itu dipandang sebagai

sesuatu yang dapat diamati, padahal belajar adalah kegiatan mental yang

tidak dapat disaksikan dari luar kecuali sebagai suatu gejala. Disamping itu

proses belajar manusia yang dianalogikan dengan prilaku hewan sangat

tidak diterima mengingat mencoloknya fisik dan psikis.


11

3. Piaget

Piaget berpendapat bahwa memaksa merupakan metode mengajar

yang paling buruk, karena tanpa paksaan siswa akan merekontruksi apa

yang dipelajarinya (inquiry). Kemudian Piaget membagi tahap

perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap, yaitu

a. Tahap sensori-motorik (sejak lahir sampai usia dua tahun)

b. Tahap pra-operasional (usia dua sampai tujuh tahun)

c. Tahap konkret-operasional (usia tujuh sampai sebelas tahun)

d. Tahap operasional-formal (usia sebelas tahun ke atas)

(Desmita, 2011: 101)

Piaget sebenarnya tidak banyak menulis tentang pendidikan dan

secara langsung tidak bermaksud memberikan semacam sugesti kepada

guru serta penerapan teori-teorinya di dalam ruangan kelas. Meskipun

demikian dalam perkembangan selanjutnya teori Piaget ternyata

memberikan pengaruh yang sangat besar serta acuan penting dalam

pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Banyak guru mendapatkan

inspirasi dari teori Piaget dalam mendesain kurikulum dan melatih strategi

pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didiknya.

Menurut Piaget interaksi dengan teman sebaya sangat membantu

anak memahami bahwa orang lain memiliki pandangan dunia yang

berbeda dengan pandangannya sendiri dan ide-ide mereka tidak selalu

akurat dan logis. Dalam artian interaksi dengan teman sebaya akan

memungkinkan siswa menguji pemikirannya, merasa tertantang,


12

menerima umpan balik, dan melihat bagaimana orang lain mengatasi

masalah.

Teori Piaget sangat cocok dengan pendidikan di Indonesia yang

bercorak demokratis, meski tidak sepenuhnya di Indonesia bisa

menjalankan teori belajar kontruktivisme sepenuhnya seperti teori Piaget.

C. Biografi Tokoh-tokoh Pendidikan di Indonesia

1. R.A Kartini

R.A Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879. R.A Kartini adalah

seorang tokoh pahlawan nasional Indonesia dari suku jawa yang berasal

dari bangsa priyayi. R.A Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere

School) sampai usia 12 tahun. Disisi lain Kartini belajar bahasa Belanda.

Kartini juga sering membaca surat kabar Semarang De Locomotif yang

diasuh Pieter BrooShooft, ia juga menerima lesstrommel paket majalah

yang diedarkan toko buku kepada langganan. Diantaranya terdapat

majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Kartini banyak membuat

tulisan dan mengutip kalimat. Perhatiannya tersorot pada emansipasi

wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hukum

sebagai bagin dari gerakan yang lebih luas.

2. K.H Ahmad Dahlan

K.H Ahmad Dahlan adalah tokoh pendidikan Indonesia sekaligus

pendiri Muhammadiyah. Muhammadiyah berdiri pada 18 November 1912.

Dasar tujuan pendidikan Muhammadiyah, yaitu ajaran islam yang


13

bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasul dalam upaya penyelenggaraan

pendidikan.

3. Ki Hadzar Dewantara

Lahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, Ki

Hadjar Dewantara terlahir dalam keluarga kraton Yogyakarta pada tanggal

2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 26 April 1959. Sebagai golongan

ningrat, Ki Hadjar Dewantara memperoleh hak untuk mengeyam

pendidikan yang layak dari kolonial Belanda. Setelah menamatkan ELS

(Sekolah Dasar Belanda), beliau meneruskan pelajarannya ke STOVIA

(Sekolah Dasar Bumiputera), sayang sekali karena sakit ia tidak dapat

meneruskan pendidikannya di STOVIA.

Pada tanggal 3 Juli 1922 beliau mendirikan Perguruan Taman

Siswa dan sampai saat wafatnya terus memimpin perguruan tersebut.

Taman Siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang

menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta semangat berjuang

untuk memperoleh kemerdekaan. Perjuangan Ki Hadjar Dewantoro tak

hanya melalui Taman Siswa, sebagai penulis, Ki Hadjar Dewantara tetap

produktif menulis untuk bebagai surat kabar. Tulisan Ki Hadjar

Dewantoro berisi konsep-konsep pendidikan dan kebudayaan yang

berwawasan kebangsaan, dan melalui konsep-konsep itulah dia berhasil

meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.


14

D. Implikasi Konsep Pendidikan Dari Tokoh Pendidikan Indonesia

terhadap Sistem dan Praktek Pendidikan

1. R.A Kartini

Peran R.A Kartini dalam memajukan pendidikan di Indonesia

merupakan salah satu contoh kontribusi wanita dalam sejarah bangsa

Indonesia. Kartini mendobrak kondisi yang memprihatinkan tersebut

dengan membangun sekolah khusus wanita. Selain itu Kartini juga

mendirikan perpustakaan bagi anak-anak. Kartini dalam memajukan

pendidikan Indonesia tertuang dalam karyanya “Door Duisternis Tot

Licht”, yang diartikan sebagai “habis terang terbitlah terang”.

Kartini telah membawa banyak perubahan dan kemajuan dalam

pendidikan Indonesia. Kartini mengajarkan bahwa seorang wanita harus

mempunyai pemikiran jauh ke depan. Di mata kartini pendidikan adalah

hal penting. Pendidikan akan mampu mengangkat derajat dan martabat

bangsa. Kartini konsisten mengemukakan pentingnya pendidikan yang

mengasah budi pekerti, atau yang kita kenal sebagai pendidikan karakter

pada masa sekarang.

Kartini mengatakan bahwa pendidikan itu janganlah hanya akal

saja yang dipertajam, tetapi budi pekerti pun harus dipertinggi. Sekolah

diperlukan dalam memajukan pendidikan. Pendidikan sekolah juga harus

didukung dengan pendidikan keluarga. Untuk para guru di sekola, Kartini

berharap guru tidak hanya mengajar semata, tetapi juga harus menjadi

pendidik. Dalam notanya berjudul “berilah orang Jawa Pendidikan” kartini


15

dengan tegas mengatakan “guru-guru memiliki tugas rangkap: menjadi

guru dan pendidik! Mereka harus melaksanakan pendidikan rangkap itu,

pendidikan pikiran dan budi pekerti”

2. K.H Ahmad Dahlan

Muhammadiyah tidak tertarik untuk mendirikan pesantren, karena

pada saat itu pesantren cenderung mengisolasi diri. Sekolah-sekolah yang

diselenggarakan Muhammadiyah ada yang bercorak sekolah umum seperti

sekolah yang diselenggarakan pemerintah Beland, dan ada sekolah-sekolah

khusus keislaman. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah

sesuai dan sama dengan sekolah-sekolah Belanda.

Alasan yang melatarbelakangi sebab-sebab munculnya gagasan

modernisasi K.H Ahmad Dahlan dalam pendidikan islam, yaitu karena

pendidikan barat yang cenderung sekuler dengan menjadikan murid sekedar

bisa menjadi pegawai pemerintah, serta lemahnya lembaga pendidikan yang

dimiliki umat islam yang mampu menyiapkan generasi yang sesuai dengan

tuntutan zaman itu. Penerapan gagasan modernisasi pendidikannya telah

membawa hasil yang tak ternilai. Sumbangan pemikirannya yaitu dengan

usaha-usaha yang direalisasikan melalui:

a. Memasukan pelajaran agama Islam ke dalam lembaga pendidikan

milik kolonial Belada

b. Penerapan sistem dan mengadopsi metode pendidikan Barat

dalam lembaga pendidikan Islam


16

c. Memadukan antara pelajaran agama dengan pelajaran umum.

(Pribadi, 2010)

3. Ki Hadzar Dewantara

Dalam penerapannya di bidang pendidikan, oleh Ki Hadjar teori

konvergensi diturunkan menjadi sistem pendidikan yang memerdekakan

siswa atau yang disebutnya “sistem merdeka”. Ki Hadjar menunjukkan

bahwa pendidikan diselenggarakan dengan tujuan membantu siswa menjadi

manusia yang merdeka dan mandiri, serta mampu memberi konstribusi

kepada masyarakatnya. Menjadi manusia merdeka berarti : (a) tidak hidup

terperintah; (b) berdiri tegak karena kekuatan sendiri; dan (c) cakap

mengatur hidupnya dengan tertib. Singkatnya, pendidikan menjadikan

orang mudah diatur tetapi tidak dapat disetir. Pandangan konstruktivisme

tentang pendidikan sejalan dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara yang

menekankan pentingnya siswa menyadari alasan dan tujuan ia belajar.

Ki Hadjar mengartikan mendidik sebagai “berdaya upaya dengan

sengaja untuk memajukan hidup tumbuhnya budi pekerti dan badan anak

dengan jalan pengajaran, teladan dan pembiasaan” Ki Hadjar dan

konstruktivisme sama-sama memandang pengajar sebagai mitra siswa

untuk menemukan pengetahuan. Mengajar bukanlah kegiatan

memindahkan pengetahuan dari guru ke murid melainkan kegiatan yang

memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengajar ikut

aktif bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, mencipta makna,


17

mencari kejelasan, bersikap kritis dan memberikan penilaian-penilaian

terhadap berbagai hal.

Mengajar dalam konteks ini adalah membantu siswa untuk berpikir

secara kritis, sistematis dan logis dengan membiarkan mereka berpikir

sendiri. Sejalan dengan itu, Ki Hadjar Dewantara memakai semboyan “Tut

Wuri Hanadayani” (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan

dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara

murid, pendidik harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung

tulada ( di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh

tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai hingga kini dalam dunia

pendidikan dan terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, manusia memilki daya cipta, karsa

dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan

semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitik beratkan

pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan

sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan

pada aspek intelektual saja hanya akan mejauhkan peserta didik dari

masyarakatnya. Ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya

menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan

pengembangan olah rasa dan karsa. Jika ini berlanjut akan menjadikan

manusia kurang humanis atau manusiawi.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tokoh-tokoh pendidikan di dunia maupun di Indonesia, hasil

pemikirannya sangat berpengaruh dalam mengembangkan dan memperbaharui

sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Beberapa tokoh pendidikan di dunia

dan di Indonesia antara lain yaitu B.F Skiner, Plato, Piaget, R.A Kartini, K.H

Ahmad Dahlan, dan Ki Haji Dewantara.

Hasil pemikiran para tokoh pendidikan di dunia mengenai pendidikan

dapat dijadikan sebagai referensi cara mengajar yang baik dan benar oleh para

pendidik di Indonesia. Sedanglam konstribusi tokoh pendidikan di Indonesia

dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia salah satunya yaitu dengan

cara memberikan dobrakan dengan mendirikan berbagai yayasan atau lembaga

pendidikan, seperti pesantren, madrasah, dan sekolah.

1.2 Saran

Untuk pembuatan makalah selanjutnya, diharapkan dapat mengkaji

lebih rinci dan lengkap lagi dalam mengkaji history tokoh-tokoh pendidikan.

Karena pada makalah ini, hanya dikaji enam tokoh pendidikan saja, disebabkan

karena keterbatasan waktu.

18
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Pesera Didik. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Erawati, M. 2012. Diktat Kuliah Psikologi Semester Ganjil. Tidak diterbitkan.

Langeveld, M J. 2009. Pedagogik Theoritis-Sistematis, (Editor : Y Suyitno). FIP,


UPI Bandung.

Pidarta, M. 2007. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak


Indonesia. Jakarta: PT Rhineka Cipta.

Pribadi, S.A.T. 2010. Kiprah K.H Ahmad Dahlan dalam Moderenisasi Pendidikan
Islam di Indonesia. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatulloh.

Mudyahardjo, R. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi awal tentang dasar-


dasar Pendidikan pada umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sadulloh, Uyoh dkk. 2011. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Suryadi, A. 2005. Pendidikan Indonesia menuju 2025. Bandung: PT Remaja


Rosdakarsa.

Suyitno. 2009. Tokoh-tokoh Pendidikan Dunia. Sekolah Pasca Sarjana Upi: tidak
diterbitkan.

Tirtarahaedja, Umar & S L La Sulo.2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT.


Rhineka Cipta.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

19

Anda mungkin juga menyukai