MAKALAH
oleh
Dera Cahya R. P17331117424
Tresnayanti Nurul F P17331117427
Citra Lieska S P17331117435
Karinia Pratiwi P17331117437
Setiap orang membutuhkan pangan yang bermutu dan bergizi karena sangat penting dalam
menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Makanan yang bermutu dan bergizi adalah makanan
yang diperlukan seorang untuk dapat hidup sehat dan produktif.
Menurut PP Nomor 28 tahun 2004 pengertian mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas
dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan
makanan. makanan, dan minuman.
Mutu adalah kumpulan sifat atau ciri yang membedakan suatu produk dengan produk lain. Mutu
pangan bersifat multi dimensi dan mempunyai banyak aspek. Aspek-aspek mutu pangan tersebut
antara lain adalah aspek gizi (kalori, protein, lemak, mineral, vitamin, dan lain-lain); aspek selera
(indrawi, enak, menarik, segar); aspek bisnis (standar mutu, kriteria mutu); serta aspek kesehatan
(jasmani dan rohani). kepuasan konsumen berkaitan dengan mutu. Gizi pangan adalah zat atau
senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak. vitamin, dan
mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia (PP Nomor
28 tahun 2004)
B. JENIS MUTU
Berbicara mengenai mutu bahan pangan, pasti tidak lepas dari berbagai jenis perincian mutu.
Segala garis besar mutu bahan pangan dapat dicirikan berdasarkan mutu
sensorik/indrawi/organoleptiknya, mutu kimianya, mutu fisiknya ataupun mutu mikrobiologinya.
1. Mutu Sensorik
Mutu sensorik merupakan sifat produk /komoditas pangan yang diukur dengan proses
pengindraan menggunakan penglihatan (mata), penciuman (hidung), pencicipan (lidah),
perabaan (ujung jari tangan), dan pendengaran (telinga).
2. Mutu Fisik
Beberapa sifat fisik penting dalam bahan pangan adalah berat jenis, titik beku, titik
gelatinisasi pati, bilangan penyabunan, dan indeks bias. Dengan kata lain sifat fisik
berhubungan dengan karakteristik bahan dan komponennya. Salah satu karakter penting
yang berhubungan dengan sifat fisik adalah sifat fungsional dari bahan pangan atau
komponennya.
3. Mutu Kimia
Mutu kimia suatu produk pangan ditentukan oleh komposisi bahan (pengukuran kadar
air, lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral) serta perubahannya selama proses
pengolahan, termasuk untuk mengetahui kerusakan/kehilangan zat gizi tertentu yang
diakibatkan oleh perlakuan selama proses pengolahan.
4. Mutu Mikrobiologis
Mutu mikrobiologis suatu produk pangan ditentukan oleh ada tidaknya mikroba pada
produk tersebut baik yang bersifat patogen maupun tidak. Adanya mikroba terutama
mikroba patogen pada produk pangan akan menyebabkan terjadinya keracunan. Uji
dilakukan untuk mengetahui cemaran bakteri, kapang, khamir, virus.
C. KARAKTERISTIK
Kramer dan Twigg (1983) telah mengklasifikasikan karakteristik mutu bahan pangan
menjadi dua kelompok, yaitu:
Tujuan pengendalian mutu meliputi dua tahap, yaitu tujuan antara dan tujuan akhir. Tujuan
antara pengendalian mutu adalah agar dapat diketahui mutu barang, jasa, maupun pelayanan
yang dihasilkan. Tujuan akhirnya yaitu untuk dapat meningkatkan mutu barang, jasa, maupun
pelayanan yang dihasilkan. Pengendalian mutu penting dilakukan untuk meningkatkan indeks
kepuasan mutu (quality satisfaction index), produktivitas dan efisiensi, laba/keuntungan,
pangsa pasar, moral dan semangat karyawan, serta kepuasan pelanggan.
Industri mempunyai hubungan yang erat sekali dengan pengawasan mutu karena hanya
produk hasil industri yang bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Pengawasan mutu
sangat berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Makin modern tingkat industri, makin
kompleks ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk menangani mutunya. Demikian
pula, semakin maju tingkat kesejahteraan masyarakat, makin besar dan makin kompleks kebutuhan
masyarakat terhadap beraneka ragam jenis produk pangan. Oleh karena itu, sistem pengawasan
mutu pangan yang kuat dan dinamis diperlukan untuk membina produksi dan perdagangan produk
pangan.
Jaminan mutu merupakan sikap pencegahan terhadap terjadinya kesalahan dengan bertindak
tepat sedini mungkin oleh setiap orang yang berada di dalam maupun di luar bidang produksi.
Jaminan mutu didasarkan pada aspek tangibles (hal-hal yang dapat dirasakan dan diukur), reliability
(keandalan), responsiveness (tanggap), assurancy (rasa aman dan percaya diri) dan empathy
(keramah tamahan). Dalam konteks pangan, jaminan mutu merupakan suatu program menyeluruh
yang meliputi semua aspek mengenai produk dan kondisi penanganan, pengolahan, pengemasan,
distribusi dan penyimpanan produk untuk menghasilkan produk dengan mutu terbaik dan
menjamin produksi makanan secara aman dengan produksi yang baik, sehingga jaminan mutu
secara keseluruhan mencakup perencanaan sampai diperoleh produk akhir.
Pengawasan mutu pangan juga mencakup penilaian pangan, yaitu kegiatan yang dilakukan
berdasarkan kemampuan alat indera (organoleptik). Di samping menggunakan analisis mutu
berdasarkan prinsip-prinsip ilmu yang makin canggih, pengawasan mutu dalam industri pangan
modern tetap mempertahankan penilaian secara inderawi/organoleptik. Nilai-nilai kemanusiaan
yaitu selera, sosial budaya dan kepercayaan, serta aspek perlindungan kesehatan konsumen baik
kesehatan fisik yang berhubungan dengan penyakit maupun kesehatan rohani yang berkaitan
dengan agama dan kepercayaan juga harus dipertimbangkan.
Mutu dari bahan pangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari
bahan pangan maupun faktor yang berasal dari lingkungannya.
a. Spesies
Spesies tanaman, ternak atau ikan mempengaruhi kesukaan konsumen terhadap bahan pangan
yang berasal dari bahan hasil petanian tersebut. Spesies yang satu dapat diterima atau banyak
diminta oleh konsumen dibandingkan spesies yang lain. Demikian pula harga spesies yang satu
dapat lebih mahal bila dibandingkan spesies lainnya. Penerimaan konsumen terhadap bahan
pangan dipengaruhi oleh kecocokan kenampakan, rasa, adanya tulang halus atau duri, tabu
menurut agama, atau kebiasaan sosial.
b. Ukuran
Ukuran bahan pangan dapat mempengaruhi mutu. Bahan pangan yang memiliki ukuran besar
dianggap lebih bermutu dibandingkan dengan bahan pangan berukuran lebih kecil. Biaya yang
harus dikeluarkan untuk membeli bahan pangan berukuran besar lebih banyak dibandingkan biaya
yang dikeluarkan untuk membeli bahan pangan sejenis namun memiliki ukuran relatif lebih kecil.
Bahan pangan berukuran besar dianggap dapat memberikan cita rasa lebih baik, bagian yang dapat
dimakan (edible part) lebih banyak, dan biaya penanganan per unit berat lebih murah.
c. Jarak ke konsumen
Jarak antara tempat produksi bahan pakan ke tempat dimana konsumen berada akan
berpengaruh terhadap mutu. Indonesia yang memiliki suhu dan kelembaban lingkungan relatif
tinggi, sehingga jarak ke konsumen berpengaruh nyata terhadap penurunan mutu bahan pangan.
d. Pakan
Pakan yang diberikan kepada ikan atau ternak akan berpengaruh terhadap citarasa ikan dan
hewan ternak. Ikan yang diberi pelet akan menghasilkan daging dengan cita rasa seperti pelet,
demikian pula bandeng yang memakan ganggang tertentu akan memiliki rasa seperti lumpur.
Tomat yang diberi pupuk dengan komposisi tertentu dapat dikendalikan citarasanya, apakah mau
manis, terasa asam, atau tawar.
e. Lokasi
Lokasi budidaya atau penangkapan ikan maupun ternak akan berpengaruh terhadap mutu ikan
atau ternak. Kondisi lingkungan seperti angin, gelombang, kondisi air, dan pola migrasi akan
mempengaruhi jenis dan kelimpahan makanan ikan sehingga berpengaruh terhadap citarasa ikan.
g. Organisme parasit
Organisme parasit yang menyerang akan berpengaruh nyata terhadap mutu bahan pangan.
Parasit dapat berupa bakteri, jamur, protozoa, serangga atau cacing. Bakteri dan jamur banyak
menimbulkan kerugian karena kemampuannya merusak bahan pangan. Selain penampakan bahan
pangan menjadi tidak menarik, serangan bakteri dan jamur sering disertai dengan timbulnya bau
busuk.
i. Kandungan polutan
Sumber polutan dapat berasal dari lingkungan yang mencemari, penggunaan bahan-bahan
kimia non pangan, dan penggunaan bahan-bahan yang memiliki efek samping mencemari. Sayuran
dan buah-buahan cenderung tercemar bahan kimia, baik sebagai pengawet maupun racun
pembasmi hama. Zat kimia ini bisa berupa arsen, timah hitam, atau zat-zat yang bisa menyebabkan
keracunan. Penggunaan pestisida sebagai bahan pembasmi hama, menyebabkan sebagian
masyarakat lebih menyukai sayuran yang terserang ulat. Menurut mereka, sayuran demikian tidak
menggunakan pestisida secara berlebihan sehingga lebih aman untuk dikonsumsi.
j. Cacat
Beberapa bahan pangan memiliki penampilan cacat sehingga terlihat kurang menarik.
Penampilan cacat ini dapat disebabkan oleh sifat genetis, factor lingkungan,dan serangan
organisme lain.
Beberapa upaya dapat dilakukan untuk menghambat penurunan mutu. Upaya tersebut
dapat dilakukan sejak bahan pangan dipanen atau ditangkap, maupun selama pengolahan.
A. Selama Penanganan
Upaya kegiatan untuk menghambat penurunan mutu bahan pangan selama penanganan antara
lain :