Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan pestisida dalam pembangunan di berbagai sektor seperti

pertanian semakin meningkat. Pestisida terbukti mempunyai peranan yang

penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pestisida yang digunakan

sebagian besar adalah golongan organofospat. Karena golongan ini lebih mudah

terurai di alam. Penggunaan pestisida di bidang pertanian saat ini memegang

peranan penting. Sebagian besar masih menggunakan pestisida karena

kemampuannya untuk memberantas hama sangat efektif (handojo,2009).

Pestisida adalah bahan beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola

dengan baik dapat menimbulkan dampak negative yang tidak diinginkan.

Dampak negative tersebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara

langsung maupun tidak langsung, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan

kesejahteraan manusia seperti kecelakaan kerja dan keracunan. Khususnya para

petani yang sering atau intensif menggunakan pestisida.

Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan program

lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP). 1-5 juta kasus keracunan

pestisida terjadi disektor pertanian. Sebagian besar kasus keracunan pestisida

tersebut terjadi di Negara yang sedang berkembang, yang 20.000 kasus

diantaranya berakibat fatal. Jumlah keracunan yang sebenarnya terjadi

diperkirakanl lebih tinggi lagi mengingat angka tersebut di dapat dari kasus yang

dilaporkan oleh korban sendiri, belum termasuk dari laporan instansi (Eas,2005)

1
Salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan keracunan akibat

pestisida adalah petani kurang memperhatikan penggunaan alat pelindung diri

(APD) dalam melakukan penyemprotan dan peracikan pestisida. APD adalah

kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja

untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga

Kerja Republik Indonesia (Anonim,2010)

Penggunaan APD dalam melakukan penyemprotan dan peracikan pestisia

sangat penting agar terhindar dari kecelakaan kerja yaitu seperti keracunan.

Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan efek keracunan

terhadap pestisida, petani perlu memperhatikan perilaku penggunaan pestisida

dan kepatuhan menggunakan APD pada saat melakukan

pencampuran/peracikan dan penyemprotan tanaman. APD terdiri dari pelindung

kepala, pelindung badan, pelindung tangan, pelindung kaki, serta memperhatikan

arah mata angin, dan ketentuan- ketentuan lain yang diisyaratkan oleh

Departemen Kesehatan tentang penggunaan pestisida (suharso,1999).

Desa Tigajumpa Kec.Bausjahe Kab.Karo, hamper semua tanahnya di

manfaatkan oleh penduduk yang rata-rata petani dan juga sebagian para PNS.

Untuk menanam sayuran, cabai,padi, dan juga ada sebagian petani jeruk. Dalam

mencegah hama penyakit dan merangsang pertumbuhan tanamannya tersebut

petani melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida.

Dari pengamatan penulis bahwa di desa Tigajumpa masih banyak petani

menggunakan pestisida secara tidak benar. Hal ini dapat dilihat pada saat

mencampur pestisida pada umumnya dengan takaran perkiraan saja dan tidak

mengikuti apa yang tercantum pada peraturan yang telah dibuat. Kemudian pada

2
saat penyemprotan masih banyak petani yang tidak memakai alat pelindung diri

seperti masker, sarung tangan, sepatu, topi, pelindung muka, sewaktu

menyemprot tidak sesuai dengan arah angin. Hal inilah yang tentunya yang

mempunyai hal negatif bagi para petani dan bahkan bisa sampai pada

keracunan.

Dari masalah-masalah tersebut diatas, maka penulis ingin melakukan

penelitian dengan judul “ HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN

PETANI TERHADAP PENGGUNAAN APD PADA SAAT PERACIKAN DAN

PENYEMPROTAN PESTISIDA DI DESA TIGAJUMPA KEC.BARUSJAHE

KAB.KARO 2014”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam peneitian ini adalah : “ BAGAIMANA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN PETANI TERHADAP

PENGGUNAAN APD PADA SAAT PERACIKAN DAN PENYEMPROTAN

PESTISIDA DI DESA TIGAJUMPA KEC.BARUSJAHE KAB.KARO 2014”

C. Tujuan Penelitian

a) Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan pendidikan petani terhadap penggunaan APD pada saat

peracikan dan penyemprotan pestisida oleh para petani di desa Tigajumpa,

Kec.Barusjahe, Kab. Karo 2014.

3
b) Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

- Untuk menilai tingkat pengetahuan petani tentang APD

- Untuk mengetahui tingkat pendidikan petani

- Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pendidikan petani

terhadap peracikan pestisida

- Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pendidikan petani

terhadap penggunaan APD

D. Manfaat Penelitian

1) Bagi penulis untuk menambah wawasn, pengalaman, dan

pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian

2) Untuk menambah pengetahuan petani tentang APD dalam

penggunaan pestisida

3) Menambah sumber informasi bagi institusi jurusan kesehatan

lingkungan dan masukan bagi penelitian berikutnya yang

berminat melakukan penelitian lebih lanjut.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pestisida

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal

dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana

sebagai pembunuh hama.

.Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang

digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest

(hama) yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan

manusia (Sartono, 2001). USEPA dalam Soemirat (2005) menyatakan pestisida

sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan,

menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan

mikroorganisme pengganggu.

Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI Nomor. 434.

1/Kpts/TP.270/07/2001, tentang syarat dan tata cara pndaftaran pestisida, yang

dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad

renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak

tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan

3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan

5
4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan

peliharaan atau ternak

5. Memberantas atau mencegah hama-hama air

6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad

renik dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat

pertanian

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu

dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.

Menurut Soemirat (2005), pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau

senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta

mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman.

Sementara itu, The United States Environmental Control Act dalam Runia (2008)

mendefinisikan pestisida sebagai berikut :

1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan

untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga,

binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang

dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat

pada hewan dan manusia.

2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk

mengatur pertumbuhan dan membunuh tanaman pengganggu

Menurut Depkes (2004), pestisida kesehatan masyarakat adalah pestisida

yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular (serangga,

tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat

6
kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat

penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena

sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat

berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya

diizinkan untuk diedarkan, disimpan dan digunakan secara terbatas.

2. Petunjuk Penggunaan Pestisida

Untuk menghindari dampak negatife yang dapat ditimbulkan oleh pestisida

khususnya pada kesehatan petani dan kerusakan lingkungan, maka hendaklah

diperhatikan hal-hal yang diketahui sebagai berikut :

a. Cara Penggunaan Pestisida

1. Proses sebelum mencampur pestisida.

Ketika petani mencampur pestisida hendaknya dilakukan di luar

rumah atau ditempat terbuka yang mempunyai cahaya dan ventilasi

serta memperhatikan label yang tertulis pada kaleng atau kemasan

pestisida.

2. Proses mencampur pestisida

Selama mencampur sebaiknya posisi badan menghadap searah

dengan angin dan dijaga agar campuran pestisida tidak memercik

mengenai anggota badan, jangan makan.

3. Proses penyemprotan pestisida kita harus memperhatikan:

a) Posisi penyemprotan sebaiknya searah dengan arah angin.

b) Waktu yang paling baik untuk melaukan penyemprotan yang

dilakukan adalah pukul 08.00-11.00 atau sore hari pukul

7
15.00-18.00. penyemprotan yang dilakukan terlalu pagi atau

terlalu sore akan mengakibatkan pestisida yang menempel

pada bagian tanaman akan terlalu lama mongering, hingga

bisa mengakibatkan tanaman yang diobati keracunan. Selain

itu pada pagi hari biasanya daun-daun masih berembun,

sehingga pestisida yang disemprotkan tidak bisa merata di

seluruh permukaan daun. Sedangkan penyemprotan yang

dilakukan saat matahari terik, dapat mengakibatkan pestisida

tidak dapat mengendap di atas permukaan tanaman. Jika

cuaca buruk atau akan hujan dan angin bertiup kencang,

sebaiknya penyemprotan dihentikan dulu. Hal ini disebabkan

akan banyak pestisida yang tidak jatuh pada permukaan

sasaran dan untuk menghindari bahaya keracunan karena

semprotan mengenai petani itu sendiri.

b. Cara Penyemprotan

1. Arah semprotan harus sama dengan arah angin.

2. Petani penyemprot berjalan searah dengan arah angin dan

diusahakan untuk tidak melalui daerah yang disemprot.

3. Arah angin dan ketinggian harus sesuai dengan sasaran.

4. Semakin lama petani kontak dengan pestisida semakin besar

kemungkinan terpapar. Jadi sebaiknya waktu menyemprot tidak boleh

lebih dari 5 jam/hari.

8
c. Cara Masuk Pestisida Kedalam Tubuh Manusia

Cara masuknya pestisida dan penyerapannya kedalam tubuh melalui 3

cara yaitu :

1. Melalui mulut atau alat pencernaan dengan jalan termakan atau

terminum melalui mulut jarang terjadi, biasanya disebabkan oleh

tangan yang kotor atau tangan yang tercemar oleh bahan-bahan yang

beracun, dapat juga melalui makanan yang tercemar oleh pestisida.

2. Melalui dengan jalan kontak/bersentuhan atau tertumpah dari kulit.

3. Melalui alat pernafasan dengan jalan menghirup. Keracunan melalui

alat pernapasan paling banyak terjadi dan merupakan hal yang harus

diperhatikan oleh setiap orang, karena penghirupan pestisida melalui

alat pernapasan dan sebagian lainnya menembus jaringan paru-paru.

3.Bahaya Pestisida

Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari

penggunaannya untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya.

Pestisida tidak saja membawa dampak yang positif terhadap peningkatan produk

pertanian, tapi juga membawa dampak negative terhadap lingkungan

disekitarnya. Para pengguna pestisida perlu memperhatikan hal seperti

pemberian dosis, waktu aplikasi dan cara kerja yang aman, sehingga dapat

mengurangi ketidakefisienan pengguna pestisida pada lingkungan dan

mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi (Erlan, 2010).

Dalam penerapan dibidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida

mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran

9
sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut

mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai

makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai penyakit

seperti kanker dan bayi lahir cacat (Erlan, 2010).

Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai

produk pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun

produk pertanian tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk

pertanian yang menggunakan pestisida (Erlan, 2010)

Penyemprotan dan pengaplikasian dari bahan-bahan kimia pertanian

selalu berdampingan dengan masalah pencemaran lingkungan sejak bahan-

bahan kimia tersebut dipergunakan di lingkungan. Sebagian besar bahan-bahan

kimia pertanian yang disemprotkan jatuh ke tanah dan didekomposisi oleh

mikroorganisme. Sebagian menguap dan menyebar di atmosfer dimana akan

diuraikan oleh sinar ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh ke tanah

(Erlan,2010).

4. Pegertian Alat Pelindung Diri

Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan disamping harus melakukan

prosedur kerja yang stadar juga harus memakai alat pelindung diri. Ini untuk

menjaga supaya resiko bahaya yang mungkin terjadi dapat dihindari. Alat

pelindung diri adalah alat yang mempunyai kemampuan utuk melindungi

seseorang selama bekerja, yang berfungsi melindungi tenaga kerja dari bahaya-

bahaya di lingkungan kerja baik secara fisik maupun kimiawi (suma’mur,1996).

10
Alat pelindung diri yang akan digunakan di tempat kerja harus

memperhatikan, yaitu:

a. Berat alat pelindung diri hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.

b. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

c. Bentuknya harus cukup kuat.

d. Alat pelindung diri harus tahan untuk pemakaian lama.

e. Alat pelindung diri tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi

pemakainya

f. Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ada.

g. Alat pelindung diri tidak membatasi gerak dan persepsi sensoris

pemakaiannya.

h. Alat pelindung diri harus memberikan perlindungan yang akurat terhadap

bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh tenaga kerja (Usman,2004)

Oleh karena itu, sangat diperlukan alat pelindung diri bagi pekerja pada saat

peracikan dan penyemprotan pestisida. Adapun jenis-jenis alat pelindung diri

sebagai berikut :

1. Masker

Alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi saluran pernafasan

petani dari bahaya keracunan pestisida selama pengadukan/peracikan.

11
2. Sarung Tangan

Alat pelindung diri yang digunakan untuk menghindari kontak langsung

pestisida dengan tangan petani pada saat melakukan peracikan dan

penyemprotan pestisida.

3. Topi

Alat pelindung diri yang berfungsi untuk melindungi bagian kepala petani dari

paparan pestisida sewaktu melakukan penyemprotan pestisida.

4. Sepatu

Alat pelindung diri yang berfungsi untuk melindungi bagian kaki petani dari

paparan pestisida selama penggunaan pestisida, baik pada saat peracikan

maupun pada saat penyemprotan.

5. Kacamata

Alat pelindung diri yang berfungsi untuk melindungi mata petani dari paparan

pestisida sewaktu melakukan peracikan dan juga pada saat penyemprotan.

6. Pakaian kerja

Merupakan pakaian kerja khusus yang dipakai oleh petani untuk menghindari

kontak langsung pestisida dengan tubuh selama melakukan penyemprotan

pestisida.

5. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari

mata dan telinga (Notoatmodjo.2007).

12
Pengetahuan merupakan salah satu unsure yang diperlukan seorang individu

agar ia berbuat sesuatu, adapun unsur-unsur tersebut yaitu :

a. Pengetahuan, pengertian, dan pemahaman tentang apa yang

akan dilakukannya.

b. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari

apa yang akan dilakukannya.

c. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh

kebutuhan yang dirasakannya. Soekidjo notoatmodjo

menggunakan model teori bloon, dijelaskan bahwa pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang.

Pengetahuan yang diucakan didalam domain kognitif mempunyai

6 lingkungan yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

telah paham terhadap objek oleh materi harus dapat

13
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen yang masih

ada kaitannya antara satu sama lain. Misalnya

mengelompokkan, membedakan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

6. Evaluasi (EvaluSation)

Didefenisikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan

criteria yang telah ditentukan sendiri atau dengan

menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

14
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau

kuisioner yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian

atau responden (Notoatmodjo,1993)

6. Pendidikan

Pendidikan merupakan jenjang formal yang pernah dicapai seseorang atau

kepala keluarga yang bertujuan dalam proses kedewasaan dan perubahan

perilaku dalam proses kelangsungan hidup untuk mewujudkan cita-cita, dalam

berkarya dan berhasil untuk hidup lebih baik dan mempunyai kelangsungan

hidup yang lebih baik, makmur, dan sejahtera.

B. Kerangka Konsep

Variable Independent: Variable Dependent:


1. Pengetahuan Penggunaan APD
2. pendidikan pada saat peracikan
pestisida

15
C. Defenisi operasional

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui petani

tentang penggunaan pestisida yang meliputi jenis, manfaat, dan

dampak dari penggunaan pestisida.

Instrument : kuesioner

Kategori :

- Baik : jika responden menjawab lebih dari

50% pertanyaan yang diberikan dengan benar

- Kurang baik: jika respnden menjawab dibawah 50%

pertanyaan yang diberikan dengan benar

Skala pengukuran : Nominal

16
2. Pendidikan

Jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh

responden sampai pada saat penelitian dilaksanakan

Instrument : kuisioner

Kategori :

- Rendah : bila responden memiliki tingkat pendidikan

SD

- Menengah : bila responden memiliki tingkat pendidikan

SMP

- Tinggi : bila responden memiliki tingkat pendidikan SMA

Skala pengukuran : Ordinal

3. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Penggunaan alat pelindung diri adalah suatu usaha petani untuk

melindungi dirinya dari bahaya pada saat bekerja.

Instrument : checklist

Hasil ukur :

- Lengkap : apabila petani memakai lebih dari 3 jenis APD

(pakaian lengan panjang, topi, kacamata,masker,sarung

tangan,dan sepatu)

- Tidak lengkap : apabila petani memakai kurang dari 3 jenis

APD

Skala pengukuran : Nominal

17
D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol :

1) Tidak ada hubungan pengetahuan petani terhadap

penggunaan APD pada saat peracikan pestisida.

2) Tidak ada hubungan pendidikan petani terhadap

penggunaan APD pada saat penyemprotan

pestisida

2. Hipotesis alternative

1) Ada hubungan pengetahuan petani terhadap pengggunaan

APD pada saat peracikan pestisida

2) Ada hubungan pendidikan petani terhadap penggunaan

APD pada saat penyemprotan pestisida

18
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penenlitian ini bersifat analitik yaitu untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan pendidikan petani dengan penggunaan pestisida di desa

LinggaRaja I Tahun 2013 dengan menggunakan kuesioner.

B. Lokasi dan Waktu penelitian

a. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian berada di desa LinggaRaja I Kec. Pegagan Hilir

Kab. Dairi

b. Waktu penelitian

Waktu penelitian diperlukan oleh penenliti untuk melakukan

penelitian ini mulai dari bulan Juni – Juli 2013

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo,2002). Dalam penelitian populasi yang diambil oleh penulis

adalah petani di desa LinggaRaja I sebanyak 200 orang

19
b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Arikunto,2002). Cara pengambilan sampel dilakukan secara acak

sederhana (simple random sampling). Menurut Suharsimi Arikunto

menyatakan bahwa bila jumlah sampel dari populasi kurang dari 100,

maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari

100, maka dapat diambil 10 sampai 25 % atau lebih. Dilihat dari populasi

yang ada di desa LinggaRaja I Kecamatan Pegagan Hilir Kabupaten Dairi

Tahun 2013 yakni berjumlah 200 orang petani, maka penulis mengambil

sampel sebesar 20% sehingga jumlah sampel yang diambil 200 x 20% =

40 orang. ( semua subjek mempunyai hak yang sama untuk dijadikan

anggota sampel, masing-masing subjek diberi nomor atau urutan nomor

semula dengan kertas gulungan yang berisi nomor-nomor subjek,

dilakukan lotre seperti cara lotre yang sudah umum dikenal

(Arikunto,2005)

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang telah

diberikan kepada petani/responden yang isinya tentang penggunaan

APD pada saat peracikan dan penyemprotan pestisida

b. Data sekunder

20
Data sekunder diperoleh dari pihak instansi terkait yaitu Kepala Desa

dan juga bisa Sekretaris Desa, yaitu data tentang jumlah penduduk

dan pekerjaannya sehari-hari,juga sarana dan prasarana yang ada di

desa LinggaRaja I tersebut.

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan bantuan komputerisasi.

Pengolahan data meliputi kegiatan :

1) Editing

Melakukan pengecekan, kelengkapan data yang telah

dikumpulkan. Bila terdapat kesalahan atau pengumpulan

data maka dapat dilengkapi atau diperbaiki.

2) Coding

Data yang telah diubah dalam bentuk code. Nama

responden diubah menjadi nomor kode atau pemberian

kode pada masing-masing jawaban untuk mempermudah

pengolahan data.

3) Entry

Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database

computer, kemudian membuat distribusi frekwensi atau

dengan membuat tabel kntigensi.

4) Processing

21
Data yag telah dikode dimasukkan ( di entry ) kedalam

program software computer.

5) Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah dimasukkan ( di entry

), apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisia Data

- Analisa Bivariat

Yaitu analisis untuk melihat hubungan antar dua variable . Untuk

analisis bivariat terlebih dahulu dirumuskan hipotesis. Jenis uji statistik

yang akan digunakan sangat tergantung pada jenis data dari masing-

masing variabel. Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% dengan

nilai kemaknaan 5%. Kriteria hubungan erdasarkan nilai probabilitas

yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan yang dipilih,

dengan kriteria sebagai berikut :

- Jika p > 0,05 maka H0 diterima

- Jika p < 0,05 maka H0 ditolak (singgih santotso,

2000)

22

Anda mungkin juga menyukai