Anda di halaman 1dari 9

ASKEP CONDYLOMATA ACUMINATA

ASKEP CONDYLOMATA ACUMINATA

A. Pengertian
1. Kutil Genitalis atau dengan nama lain Kondiloma Akuminata merupakan kutil di dalam atau di
sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
2. Kondiloma Akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Virus
Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.
Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil kelamin, dan genital warts.
3. Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan
berjenjot yang disebabkan oleh virus.
4. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina,
penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5. Kondiloma akuminata (KA) adalah infeksi menular seksual dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa (Zubier, 2009).

B. Bentuk-Bentuk Kondiloma Akuminata


Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk :
1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan
permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar
sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang
mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis,
vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan
yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
3. Bentuk datar (flat)
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak
dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini
penggunaan kolposkopi sangat menolong.
C. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah virus papilloma. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang
menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa
menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan
tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau
kanker pada vagina, vulva, dubur, penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Kutil yang menetap bisa
diangkat melalui pembedahan dan diperiksa dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu
bukan merupakan suatu keganasan. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus
menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin.
E. Manifestasi
1. Gejala awal
a. Benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin.
b. Gatal atau sakit di sekitar alat kelamin.
c. Bengkak atau merah di sekitar alat kelamin.
d. Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil.
e. Buang air kecil lebih sering dari biasanya.
f. Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh.
g. Kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari.
h. Pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dan lain-lain.
i. PMS kadang tidak memiliki gejala.
j. Keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi
peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerah
mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
k. Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya disebabkan
oleh PMS.
l. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi
kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
m. Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa
sakit atau tidak.
n. Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelarnin
o. Kemerahan di sekitar alat kelamin.
p. Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar.
q. Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan
menstruasi.

 Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang
penis. Area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika
tidak disunat).
 Pada wanita
adalah fourchette posterior, vestibulum. kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim
(serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus
dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual
melalui dubur.
F. Pengobatan
a) Farmakologis
1. Kemoterapi
a. Tingtura Podofilin 25 %
Daerah sekitarnya lebih dulu dilindungi dengan vaselin, untuk menghindari iritasi. Podofilin
dicuci 6 jam kemudian. Pada lesi-lesi yang luas dan pada wanita hamil, jangan diberikan
podofilin, karena obat ini bersifat toksik dan dapat menyebabkan keguguran. Juga jangan dipakai
untuk pengobatan lesi dalam vagina dan serviks karena obai ini dapat diabsorbsi sehingga bersifat
toksik dan dapat menyebabkan karsinoma.
b. Podofilotoksin 0.5 %
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin. Setelah pemakaian podofiloks,
dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada pemakaian
podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi sistemik belum pernah
dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak dua kali sehari selama tiga
hari berturut-turut.
c. Asam Trikloroasetat 25-50 %
Pemberiannya adalah seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang
dalam. Dapat diberikan kepada wanita hamil.
d. Krim 5-Fuorourasil 1-5 %
Obat ini terutama untuk KA yang terletak di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai
lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama dua jam setelah pengobatan.
2. Tindakan Bedah
a. Bedah Skalpel (eksisi)
b. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Biasanya efektif tetapi membutuhkan anestesi local
c. Bedah beku (N2 N2O dan sebagainya)
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita hamil
dengan lesi yang banyak dan basah.
3. Laser karbondioksida
Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam
trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu
beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik.
Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat,
kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.
b) Non Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam pada wanita).
Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat dan dioleskan pada bagian
yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman karena terbuat dari bahan-
bahan alami.
G. Patofisiologi
Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV. Hal ini berpenetrasi melalui kulit dan
menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase virus laten dimulai dengan tidak ada tanda atau gejala
dan dapat berakhir hingga bulan dan tahun. Mengikut fase laten, produksi DNA virus, kapsid dan
partikel dimulai. Sel Host menjadi terinfeksi dan timbul atipikal morfologis koilocytosis dari
kondiloma akuminata. Area yang paling sering terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks,
perineum dan perineal. Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx, larynx, dan trachea
telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah dilaporkan di area lain yang tidak biasa (ekstremitas). Lesi
simultan multiple juga sering dan melibatkan keadaan subklinis sebagaimana anatomi yang
berdifferensiasi dengan baik. Infeksi subklinis telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi
dan potensi akan onkogenik.
H. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada penyakit kondiloma akuminata yaitu :
1. Pada wanita dapat terjadi kanker serviks.
2. Walaupun jara ng pada bayi baru lahir yang terpajan kutil geni talia selama proses kelahirannya dapat
mengidap kutil esofagus.
3. Obstruksi uretra pada laki-laki.
4. Abortus sponta n pada kehami lan.
5. Penularan ke pasangan seksual lain
I. Pencegahan
1. Setia pada satu pasangan anda
2. Hindari melakukan hubungan seksual dengan patner yang beresiko mengidap penyakit tersebut
3. Jaga kebersihan terutama kebersihan organ kelamin
4. Pasien wanita harus diberitahu tentang skrining sitologi serviks sesuai dengan pedoman
lokal/nasional. Rekomendasi di Inggris adalah bahwa perempuan dengan kondiloma akuminata
harus diskrining sesuai dengan pedoman standar.
5. Konseling tentang PMS (Penyakit Menular Seksual) dan pencegahan penularannya.
6. Gunakan kondom tertama bila anda memiliki patner seksual lebih dari satu. Analisis apakah
kondom melindungi terhadap penularan HPV yang lebih kompleks dengan hasil yang beragam.
Namun data terbaru menunjukkan bahwa penggunaan kondom laki-laki dapat melindungi
perempuan terhadap penularan HPV.
7. Segera lakukan pengobatan bila dirasa memiliki cirri-ciri penyakit diats dan beserta pasangan
seksual anda agar pengobatan yang anda lakuakn tuntas dan tidak sia-sia.
J. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
dengan :
1. Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi
akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal
perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).
2. kolposkopi
merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan ini terutama berguna
untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan
tes asam asetat.
3. Histopatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan
memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal,
parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan
a) Status kesehatan saat ini
b) Status kesehatan masa lalu
c) Riwayat penyakit keluarga
d. Pola fungsi kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kanker vulva dapat diakibatkan oleh penyakit menular seksual atau dapat disebabkan oleh
berganti-ganti pasangan serta melakukan hubungan seksual terlalu dini
2. Pola istirahat dan tidur.
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker
vulva ataupun karena gangguan pada pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang
dialami oleh wanita.
3. Pola eliminasi
Dapat terjadi disuria serta hematuria.
4. Pola nutrisi dan metabolik
Asupan nutrisi pada wanita dengan kanker vulva harus lebih banyak karena dapat terjadi mual
dan muntah. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh wanita serta pantau berat badan karena
wanita dengan kanker vulva juga biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
5. Pola kognitif – perseptual
Pada wanita dengan kanker vulva biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker vulva,
akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat.Dimana salah satu etiologi dari kanker vulva
adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
7. Pola aktivitas dan latihan.
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan
skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu
orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Pasien wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang.
Wanita yang disertai dengan kanker vulva ibu akan merasa sangat lemah terutama pada bagian
ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas
kanker vulva sehingga harus beristirahat total.
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien menderita
penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu
dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah
berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping pasien.
Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. Wanita dengan kanker vulva biasanya
mengalami gangguan dalam manajemen koping stres yang diakibatkan dari cemas yang
berlebihan terhadap risiko terjadinya keselamatan dirinya sendiri.
10. Pola peran - hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Apakah
penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Wanita dengan kanker vulva
harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang – orang terdekatnya karena itu akan
mempengaruhi kondisi kesehatannya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam
anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker vulva.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan
2. Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker vulva
3. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker vulva
4. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
5. Ansietas b/d krisis situasional
6. Defisit perawatan diri b/d kelemahan
7. Kerusakan integritas kulit b/d kemoterapi
8. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit
9. Risiko cedera b/d kelemahan
10. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)
C. Perencanaan
Dx 1 : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif
akibat pendarahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil
1. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
i. Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
ii. Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
iii. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
iv. Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2. Membran mukosa lembab
3. Turgor kulit baik (elastis)
4. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan )
5. Ekspresi wajah pasien tidak pucat

NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Awasi masukan dan haluaran. Ukur volume Memberikan pedoman untuk penggantian
darah yang keluar melalui pendarahan cairan yang perlu diberikan sehingga dapat
mempertahankan volume sirkulasi yang
adekuat untuk transport oksigen pada ibu
dan janin.
2 Hindari trauma dan pemberian tekanan Mengurangi potensial terjadinya
berlebihan pada daerah yang mengalami peningkatan pendarahan dan trauma
pendarahan mekanis pada janin
3 Pantau status sirkulasi dan volume darah ibu Kejadian perdarahan potensial
kemungkinan menyebabkan hipovolemia
atau hipoksia
4 Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan Menunjukkan keadekuatan volume
pengisian kapiler sirkulasi
6 Catat respon fisiologis individual pasien Simtomatologi dapat berguna untuk
terhadap pendarahan, misalnya kelemahan, mengukur berat / lamanya episode
gelisah, ansietas, pucat, berkeringat / penurunan pendarahan. Memburuknya gejala dapat
kesadaran menunjukkan berlanjutnya pendarahan /
tidak adekuatnya penggantian cairan
7 Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa, Merupakan indikator dari status hidrasi /
dan perhatikan keluhan haus pada pasien derajat kekurangan cairan
8 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada derajat
Berikan cairan IV sesuai indikasi hipovolemia dan lamanya pendarahan (akut
/ kronis). Cairan IV juga digunakan untuk
mengencerkan obat antineoplastik pada
penderita kanker.
9 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan trombosit memperbaiki jumlah darah dalm tubuh ibu
sesuai indikasi dan mencegah manifestasi anemia yang
sering terjadi pada penderita kanker.
Transfusi trombosit penting untuk
memaksimalkan mekanisme pembekuan
darah sehingga pendarahan lanjutan dApat
diminimalisir.
10 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk menentukan
Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya : Hb, kebutuhan resusitasi cairan dan mengawasi
Hct, sel darah merah keefektifan terapi
Dx 2 : Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada vulva akibat penyakit kanker
vulva
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri
pasien berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil
1. Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
2. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek
samping minimal
3. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
i. Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)
ii. Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)
iii. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
iv. Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)
4. Ekspresi wajah pasien tidak meringis
5. Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
6. Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai indikasi untuk
mengontrol nyeri
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Membantu membedakan penyebab
[catat keluhan, lokasinyeri, frekuensi, durasi, dan nyeri dan memberikan informasi
intensitas(skala 0-10) dan tindakan penghilangan tentang kemajuan atau perbaikan
nyeri yang dilakukan] penyakit, terjadinya komplikasi dan
keefektifan intervensi.
2 Pantau tanda - tanda vital Peningkatan nyeri akan mempengaruhi
perubahan padatanda - tanda vital
3 Dorong penggunaan keterampilan manajemen Memungkinkan pasien untuk
nyeri seperti teknik relaksasi dan teknik distraksi, berpartisipasi secara aktif untuk
misalnyadengan mendengarkan musik,membaca mengontrol rasa nyeri yang dialami,
buku, dan sentuhan terapeutik. serta dapatmeningkatkan koping pasien
4 Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan Memberikan rasa nyaman pada pasien,
pasien meningkatkan relaksasi, dan membantu
pasien untuk memfokuskan kembali
perhatiannya.
5 Dorong pengungkapan perasaan pasien Dapat mengurangi ansietas dan rasa
takut, sehingga mengurangi
persepsi pasien akan intensitas rasa
sakit.
6 Evaluasi upaya penghilangan nyeri / Tujuan yang ingin dicapai melalui
kontrol pada pasien upaya kontrol adalah kontrol nyeri
yang maksimum dengan pengaruh /
efek samping yang minimum pada
pasien.
7 Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan Menurunkan gerakan yang dapat
perawatan diri yang penting meningkatkan nyeri
8 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi Nyeri adalah komplikasi tersering dari
kanker, meskipun respon individual
terhadap nyeri berbeda-
beda. Pemberian analgetik dapat
mengurangi nyeri yang dialami pasien
9 Kolaborasi untuk pengembangan rencana Rencana manajemen nyeri yang
manajemen nyeri dengan pasien, keluarga, dan terorganisasi dapat mengembangkan
tim kesehatan yang terlibat kesempatan pada pasien untuk
mengontrol nyeri yang dialami.
Terutama dengan nyeri kronis, pasien
dan orang terdekat harus aktif menjadi
partisipan dalam manajemen nyeri di
rumah.
10 Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur Mungkin diperlukan untuk mengontrol
tambahan, misalnya pemblokan pada saraf nyeri berat (kronis) yang tidak
berespon pada tindakan lain
Dx 3 : Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit
kanker vulva
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
aktivitas seksual pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai dengan
kondisi fisiologis tubuhnya
Kriteria Hasil
1. Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker vulva yang
dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya
2. Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan fungsi seksual dan
hasrat seksual dengan orang terdekat yang dialaminya
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Dengarkan pernyataan pasien / orang Masalah seksualitas seringkali menjadi
terdekat masalah yang tersembunyi, yang seringkali
diungkapkan sebagai humor / melalui
pernyataan yang tidak gamblang
2 Informasikan pada pasien tentang efek dari Pedoman antisipasi dapat membantu pasien
proses penyakit kanker serviks yang dan orang terdekat untuk memulai proses
dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya adaptasi pada keadaan yang baru
(termasuk di dalamnya efek samping dari
pengobatan kanker yang akan dijalani)
3 Bantu pasien untuk menyadari / menerima Mengakui proses kehilangan / perubahan
tahap kehilangan tersebut pada fungsi seksual secara nyata dapat
meningkatkan koping pasien
4 Dorong pasien untuk berbagi pikiran dengan Komunikasi terbuka dapat membantu dalam
orang terdekat identifikasi masalah dan meningkatkan
diskusi untuk menemukan pemecahan
masalah
Dx 4 : Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas
pasien dapat meningkat secara optimum / fungsi tercapai
Kriteria Hasil
1. Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan perawat / orang
terdekat
2. Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, Toleransi sangat bervariasi tergantung
misalnya perubahan tekanan darah dan frekuensi pada tahap proses penyakit, status nutrisi,
jantung serta pernafasan keseimbangan cairan, serta oksigenasi.
2 Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan Menurunkan tegangan otot dan kelelahan
punggung, perubahan posisi, atau penurunan serta meningkatkan rasa nyaman
stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup)
3 Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan Menentukan derajat dari
kemampuan tidur / istirahat dengan tepat ketidakmampuan pasien
4 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada Mengidentifikasi kebutuhan individual
aktivitas yang diinginkan / dibutuhkan dan membantu dalam pemilihan
intervensi
5 Identifikasi faktor stres / psikologis yang dapat Mungkin mempunyai efek kumulatif
memperberat terhadap kondisi fisik yang dapat terus
berlangsung bila masalah tersebut belum
diatasi
6 Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien Memberikan rasa kontrol dan perasaan
mampu menyelesaikan
7 Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan, Meningkatkan rasa membaik dan
bila mungkin. Tingkatkan tingkat partisipasi mencegah terjadinya frustasi pada pasien
pasien sesuai toleransi pasien
8 Rencanakan periode istirahat adekuat Mencegah kelelahan berlebihan dan
menghemat energi untuk proses
penyembuhan
9 Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari Memungkinkan berlanjutnya aktivitas
sesuai dengan derajat ketidakmampuan pasien yang dibutuhkan pasien
10 Dorong masukan nutrisi Masukan nutrisi adekuat perlu untuk
memenuhi kebutuhan energi ibu untuk
beraktivitas dan pertumbuhan serta
perkembangan janin
Dx 5 : Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, ansietas
pasien dapat berkurang / teratasi
Kriteria Hasil
1. TTV dalam batas normal
i. Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
ii. Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
iii. Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
iv. Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2. Pasien melaporkan bahwa ansietas / ketakutan yang dirasakannya menurun sampai tingkat
yang dapat ditangani / dikontrol
3. Pasien tampak lebih tenang
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Observasi perubahan TTV, misalnya denyut nadi, Perubahan pada TTV dapat menunjukkan
frekuensi pernafasan tingkat ansietas / gangguan psikologis
yang dialami pasien
2 Obervasi respon verbal dan nonverbal pasien Kecemasan dapat ditutupi oleh pasien
yang menunjukkan adanya kecemasan dengan komentar/ kemarahan yang
ditunjukkan pasien kepada pemberi
perawatan
3 Tinjau ulang pengalaman pasien / orang terdekat Membantu dalam identifikasi rasa takut
sebelumnya dengan kanker dan kesalahan interpretasi konsep pada
pengalaman kanker sebelumnya
4 Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran Memberikan kesempatan untuk
dan perasaannya mengidentifikasi rasa takut yang dialami
serta kesalahan konsep tentang diagnosis
5 Dengarkan keluhan pasien dengan penuh Menunjukkan rasa menghargai dan
perhatian menerima pasien, dan dapat membantu
meningkatkan rasa percaya pasien kepada
pemberi perawatan.
6 Pertahankan kontak sering dengan pasien. Memberikan keyakinan bahwa pasien
Berikan sentuhan terapeutik bila perlu tidak sendiri atau ditolak.
7 Instruksikan pasien menggunakan teknik Meningkatkan pelepasan endorfin pada
relaksasi sistem saraf sehingga menimbulkan rasa
tenang pada pasien dan dapatmengurangi
ansietas yang dirasakan pasien
8 Berikan informasi yang akurat dan sesuai Pengetahuan / informasi yang diberikan
mengenai diagnosa, pengobatan, dan konsistensi diharapkan dapat menurunkan ansietas,
prognosis penyakit pasien memperbaiki kesalahan konsep, dan
meningkatkan kerjasama pasien dengan
pemberi perawatan
9 Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan yang Memudahkan pasien beristirahat,
tenang menghemat energi, dan meningkatkan
kemampuan koping pasien
10 Dorong dan kembangkan interaksi pasien dengan Mengurangi perasaan isolasi. Bila sumber
sistem pendukung pendukung keluarga tidak adekuat,
sumber luar dapat diberdayakan misalnya
kelompok penderita kanker
11 Libatkan orang terdekat bila keputusan mayor Menjamin sistem pendukung untuk
akan dibuat pasien dan memungkinkan orang terdekat
terlibat dengan tepat
D. Evaluasi
Evaluasi dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil dalam intervensi keperawatan

Anda mungkin juga menyukai