Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat di
sebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian
ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi
sistolik). (Sudoyo Aru, dkk 2009)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti,
2007).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk
dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal.
Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding
otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai
akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan,
kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive)
(Udjianti, 2010).
B. Etiologi
 Klasifikasi menurut gejala dan intensitas gejala : (Morton, 2012)
1. Gagal ginjal akut
Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya slama beberapa hari atau
beberapa jam.
2. Gagal jantung kronik
Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari
 Klasifikasi Gagal Jantung menurut letaknya :
1. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau
mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut di klasifikasikan
menjadi disfungsi sistolik dan diastolik
2. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk
memompa secara adekuat. Penyebab gagal jantung kanan yang paling
sering terjadi adalah gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat
terjadi dengan adanya ventrikel kiri benar-benar normal dan tidak
menyebabkan gagal jantung kiri. Gagal jantung kanan juga disebabkan
oleh penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonari primer.
 Klasifikasi menurut derajat sakitnya :
1. Derajat 1: tanpa keluhan – anda masih bisa melakukan aktifitas fisik
sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
2. Derajat 2: ringan- aktifitas sedang menyebabkan kelelahan atau sesak
napas, tetapi jika aktifitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang.
3. Derajat 3 : sedang – aktifitas ringan menyebabkan kelelahan atau sesak
napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktifitas dihentikan.
4. Derajat 4: berat- tidak dapat melakukan aktifitas fisik sehari-hari, bahkan
pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan masih berat jika melakukan
aktifitas walaupun aktifitas ringan.
C. Manifestasi Klnik
1. Kriteria major
a. Paroksismal nocturnal dispnea
b. Distensi vena leher
c. Ronki paru
d. Kardiomegali
e. Edema paru akut
f. Gallop S3
g. Peninggian vena jugularis
h. Refluks hepatojugular
2. Kriteria monor
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam hari
c. Dispneu
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Takikardia (>120/menit)
Klasifikasi fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association
(NYHA) :
1. Kelas 1 bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
2. Kelas 2 bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3 bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
4. Kelas 4 bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan
harus tirah baring.

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal.
Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO:
Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume
Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup
jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi,
yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum
Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi
yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut
jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi
baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel
berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat,
maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan
meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir
diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini
berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat
istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang
berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner
dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem
saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu
kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan
meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload.
Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output,
adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada
pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat
memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sistem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer.
Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi
jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan
jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan
aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan
menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga
akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya
dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin
dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi
cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat
peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi
terhadap efek natriuretik dan vasodilator.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia
vera.
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa
baik metabolik maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang
merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap
fungsi hepar atau ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung,
hipertropi ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
penurunan kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia.
(Wajan Juni Udjianti, 2010)

F. Penatalaksanaan
1. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi yaitu perubahan gaya hidup, monitoring dan kontrol
faktor resiko.
2. Terapi farmakologi
Terapi yang dapat diberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin
converting enzyme inhibitor (ICEI), beta bloker, Angiotensin Receptor
Blocker (ARB), glikosida jantung, vasodilator, agonie beta, serta bipirdin.

G. Komplikasi
1. Syok kardiogenik
2. Episode Trombo Emboli
3. Efusi dan Temponade Perikardium
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibatkan ketidakmampuan
memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan
menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik, Karenanya diagnostik
dan terapeutik berlanjut.
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala
Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
b. Tanda
Gelisah, perubahan status mental misalnya letargi,tanda vital berubah
pada aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala
Riwayat Hipertensi, Infark Miokart baru/akut, episode Gagal Jantung
Kronik sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis,
anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda
1) Tekanan mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi mungkin sempit.
3) Irama Jantung,Disritmia.
4) Frekuensi jantung, Takikardia.
5) Nadi apical
6) Posisi secara inferior ke kiri.
7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan
S2 mungkin melemah.
8) Murmur sistolik dan diastolic.
9) Warna kebiruan, pucat abu-abu, sianosis.
10) Punggung kuku pucat atau sianosis dengan pengisian kapiler lambat.
11) Hepar, pembesaran/dapat teraba.
12) Bunyi napas krekels, ronkhi.
13) Edemamungkin dependen, umum atau pitting khususnya pada
ekstremitas.
3. Integritas ego
a. Gejala
Ansietas, kwatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b. Tanda
Berbagai manifestasi perilaku, misalnya, ansietas, marah, ketakutan dan
mudah tersinggung.
4. Eliminasi
a. Gejala
Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
a. Gejala
Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa
sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan
diuretik.
b. Tanda
Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema
(umum, dependen, tekanan dan pitting).
6. Higiene
a. Gejala
Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
b. Tanda
Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
a. Gejala
Kelemahan, pening, episode pingsan.
b. Tanda
Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala
Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit
pada otot.
b. Tanda
Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit dan perilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
a. Gejala
Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis,
penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda
1) Pernapasantakipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernapasan.
2) Batuk kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pembentukan sputum.
3) Sputum mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
4) Bunyi napas mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental mungkin menurun, kegelisahan, letargi
6) Warna kulit Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
a. Gejala
Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit
lecet.
11. Interaksi sosial
a. Gejala
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik.
2. Ketidakefektifan pola napas b/d keletihan otot-otot pernapasan
3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler –alveolus
4. Intoleransi Aktivitas b/d kelelahan atau dispneu akibat turunnya curah
jantung.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium/air.
C. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan denganPerubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik, Perubahan struktural.

Tujuan NOC : Klien akan Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat
diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala
gagal jantung, Melaporkan penurunan episode dispnea, angina,
Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
Intervensi NIC :
a. Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, iram jantung
b. Catat bunyi jantung
c. Palpasi nadi perifer
d. Pantau Tekanan Darah
e. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai
indikasi (kolaborasi)
2. Ketidakefektifan pola napas b/d keletihan otot-otot pernapasan/ hiperventilasi
NOC : Respiratory Status : - Ventilation, airway patency, Vital sign status
NIC :
Intervensi :
1. Monitor vital sign
2. Berikan posisi untuk memaksimalkan ventilasi
3. Monitor suara napas seperti dengkur
4. Monitor pola napas seperti hiperventilasi,takipneu
5. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan kesimbangan
3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler –alveolus
NOC : - Respiratory Status : gas exchange
- Ventilation
- Vital sign status
Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasidan oksigenasi yang adekuat
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC : Respiratory monitoring
Intervensi :
a. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan.
b. Monitor suara napas seperti dengkur
c. Monitor pola napas : bradipneu, takipneu,
d. Auskultasu suara napas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan.
4. Intoleransi Aktivitas b/d kelelahan atau dispneu akibat turunnya curah
jantung.
NOC : Energy conservation, activity tolerance, Self care : ADLs
Kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik tanpa ada peningkatan,
tekanan darah. RR,dan nadi.
b. Keseimbangan aktivitas dan istirahat.
NIC :
Intervensi :
a. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas.
b. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
c. Anjurkan keluarga klien untuk membantu ADL klien.
d. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas ( sesak napas,
takikardi, pucat)
e. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan
program terapi yang tepat.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan denganmenurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium/air.
NOC :
Tujuan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan
masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang
yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema, Menyatakan
pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
NIC :
Intervensi :
a. Pantau pengeluaran urine,catat jumlah dan warna saat dimana diuresis
terjadi.
b. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
c. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama
fase akut.
d. Pantau Tekanan Darah
e. Kaji bising usus, Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan
konstipasi.
f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) Konsul dengan ahli diet.
D. Implementasi
Implementasi harus sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan
pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan
keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan :
a. Tindakan observasi
b. Tindakan mandiri
c. Tindakan Health Education
d. Tindakan kolaborasi

E. Evaluasi
Evaluasi adalah umpan balik bagi proses keperawatan dimana perawat mencari
kepastian keberhasilan rencana dan proses. Evaluasi dibagi menjadi 2 yaitu
evaluasi formatif dan sumatif, evaluasi formatif adalah evaliasi yang dilakukan
didapat setelah tindakan dilakukan ( respon pasien ), sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi didapat setelah semua tindakan telah selesai dialakukan (catatan
perkembagan).
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif AH, Hardhi K. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi jilid 2. Mediaction, 2015
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai