Anda di halaman 1dari 9

A.

Pendahuluan
Sistem Benam adalah suatu sistem yang terbentuk dari dua elemen untuk mencapai
tujuan tertentu, elemen tersebut adalah hardware dan software. Hardware adalah
perangkat keras yang digunakan untuk bekerja sesuai dengan command yang diberikan
melalui coding yang sudah ditanam/benam pada mikrokontroler. Software adalah
perangkat lunak yang digunakan sebagai perantara manusia dengan mesin agar tercipta
suatu keteraturan sesuai dengan perintah manusia dengan mentranslasi bahasa
pemrograman berlevel tinggi menjadi bahasa mesin yang dapat dipahami oleh mesin.
Implementasi Sistem Benam ini dapat dilakukan dengan uji coba praktis dan mudah
yaitu menggunakan osciloscope sebagai pengukur suatu masukan analog dan mengukur
berapa jumlah voltase berdasarkan diff yaitu kotak kotak pada grafik.

B. Landasan Teori
Percobaan ini dapat dilakukan dengan bantuan informasi yang didapat seputar teori
mengenai alat yang akan digunakan, berikut adalah penjelasan masing masing alat
tersebut:
A. Arduino
Arduino adalah sebuah pengendali mikro board tunggal yang memiliki sifat
terbuka (open source) yang diturunkan dari platform berbasis wiring. Pengendali ini
dirancang untuk mempermudah penggunaan dalam berbagai bidang elektronik.
Hardware arduino mengandung prosesor jenis Atmel AVR, dan memiliki bahasa
pemrograman tersendiri.1
B. PWM
PWM atau lebih dikenal dengan modulasi lebar pulsa, yaitu sebuah metode
pengaturan lebar pulsa secara variable untuk nilai frekuensi yang tetap. Berbeda
halnya dengan modulasi frekuensi (FM) atau modulasi amplitudo (AM) yang mengatur
variasi frekuensi atau tegangan, PWM menggunakan gelombang kotak (square wave)
dengan amplitudo dan frekuensi yang tetap namun rasio pariode ON terhadap total
pariode gelombang atau disebut DUTY CYCLE bisa diatur dalam satuan persen (%).
“Bentuk gelombang PWM”
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa periode ON pada satu siklus
gelombang bisa melebar dan menyempit tanpa merubah frekuensi amplitudonya.
Variasi lebar pulsa PWM dapat dihitung secara matematis mengikuti kaidah yang
ditunjukan oleh persamaan berikut :
𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
Pada papan Arduino jenis 8 bit tedapat beberapa pin yang bisa dijadikan sebagai
keluaran PWM, yaitu 3, 5, 6, 9, 10, dan 11. Dan terdapat dua jenis frekuensi PWM
yang berbeda, yaitu 488 Hz untuk pin 3, 9, 10, 11 dan 977 Hz untuk pin 5, 6. Rentang
amplitudo PWM Arduino hampir sama dengan tegangan catu komponen digital, yaitu
0 – 5 volt. Sedangkan rentang nilai digital yang merepresntasikan duty cycle pada
Arduino yaitu 0 – 255 untuk 0% - 100 % rasio.
Keluaran PWM Arduino belum dapat dikatakan sebagai keluaran analog murni
karena pada dasarnya masih berupa variasi data digital (HIGH dan LOW), sehingga
diperlukan sebuah tapis lolos rendah (LPF – Low Pass Filter) untuk mendapatkan
gradasi amplitude mendekati definisi keluaran analog.

“LPF untuk keluaran PWM”


Dengan menggunakan LPF maka aka nada konversi dari duty cycle menjadi
tegangan analog. Nilai R dan C pada LPF umumnya bernilai R1 = 3.9kΩ dan C1 =
100nF. Dengan demikian, nilai PWM Arduino yang diperlukan untuk menghasilkan
keluaran analog dapat dihitung mengikuti kaidah berikut.
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
AnalogPWM adalah tegangan yang diinginkan, dan AmplitudoPWM adalah amplitudo
maksimal gelombang PWM (+5 volt). Sehingga data digital 0 menghasilkan tegangan
keluaran analog 0 volt (0% duty cycle), dan data digital 255 menghasilkan tegangan
keluaran analog 5 volt (100% duty cycle) untuk Arduino yang menggunakan catu
tegangan logika +5 volt.
C. Perancangan Sistem
a. Hardware

Gambar 1 Rancangan Sistem PWM

b. Software

Gambar 2 Software Arduino IDE


Dengan nilai “25” dapat diubah sesuai keinginan. Dengan rentang nilai 0 – 255.

D. Hasil Percobaan
Berikut adalah hasil pengukuran berdasarkan voltmeter dan osciloscope,
NO PWM Frekuensi (Hz) Duty Cycle (%) Videal Vtrukur Selisih (V)
1 25 490,2 9,8 0,49 0,50 0,01
2 50 490,2 19,6 0,98 0,97 0,01
3 75 490,2 29,4 1,46 1,51 0,05
4 100 490,2 39,2 1,96 1,96 0,00
5 125 490,2 49,0 2,45 2,44 0,01
6 150 490,2 58,8 2,94 2,94 0,00
7 175 490,2 68,6 3,43 3,48 0,05
8 200 490,2 78,4 3,92 3,93 0,01
9 225 490,2 88,2 4,41 4,41 0,00
10 250 490,2 98,0 4,90 4,90 0,00
Tabel 1 Hasil Nilai

a. Perhitungan
1. PWM 25
𝑇 = 2,04 𝑚𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
1 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
𝐹=
𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
25 = 255 𝑥
1 5
𝐹=
2,04𝑥10−3 𝑠𝑒𝑐 25
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 =
103 51
𝐹= 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 = 0.49 𝑉
2,04
𝐹 = 490,2 𝐻𝑧
𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
1
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
1 + 9,2
1
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10,2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 9,8%

2. PWM 50
𝑇 = 2,04 𝑚𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
1 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
𝐹=
𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
50 = 255 𝑥
1 5
𝐹=
2,04𝑥10−3 𝑠𝑒𝑐 50
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 =
103 51
𝐹= 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 = 0.98 𝑉
2,04
𝐹 = 490,2 𝐻𝑧

𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
2 + 8,2
2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10,2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 19,6%

3. PWM 75
𝑇 = 2,04 𝑚𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
1 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
𝐹=
𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
75 = 255 𝑥
1 5
𝐹=
2,04𝑥10−3 𝑠𝑒𝑐 75
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 =
103 51
𝐹= 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 = 1,46 𝑉
2,04
𝐹 = 490,2 𝐻𝑧

𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
3
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
3 + 7,2
3
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10,2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 29,4%

4. PWM 100
𝑇 = 2,04 𝑚𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
1 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
𝐹=
𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
100 = 255 𝑥
1 5
𝐹=
2,04𝑥10−3 𝑠𝑒𝑐 100
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 =
103 51
𝐹= 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 = 1,96 𝑉
2,04
𝐹 = 490,2 𝐻𝑧
𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
4
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
4 + 6,2
4
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10,2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 39,2%

5. PWM 125
𝑇 = 2,04 𝑚𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
1 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
𝐹=
𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
125 = 255 𝑥
1 5
𝐹=
2,04𝑥10−3 𝑠𝑒𝑐 125
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 =
103 51
𝐹= 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 = 2,45 𝑉
2,04
𝐹 = 490,2 𝐻𝑧

𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
5
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
5 + 5,2
5
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10,2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 49,0%

6. PWM 150
𝑇 = 2,04 𝑚𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
1 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
𝐹=
𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
150 = 255 𝑥
1 5
𝐹=
2,04𝑥10−3 𝑠𝑒𝑐 150
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 =
51
103 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 = 2,94 𝑉
𝐹=
2,04
𝐹 = 490,2 𝐻𝑧

𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
6
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
6 + 4,2
6
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10,2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 58,8%

7. PWM 175
𝑇 = 2,04 𝑚𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
1 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
𝐹=
𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
175 = 255 𝑥
1 5
𝐹=
2,04𝑥10−3 𝑠𝑒𝑐 175
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 =
103 51
𝐹= 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 = 3,43 𝑉
2,04
𝐹 = 490,2 𝐻𝑧

𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
7
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
7 + 3,2
7
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10,2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 68,6%

8. PWM 200
𝑇 = 2,04 𝑚𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
1 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
𝐹=
𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
200 = 255 𝑥
5
1 200
𝐹= 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 =
2,04𝑥10−3 𝑠𝑒𝑐 51
103 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 = 3,93 𝑉
𝐹=
2,04
𝐹 = 490,2 𝐻𝑧

𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
8
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
8 + 2,2
8
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10,2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 78,4%

9. PWM 225
𝑇 = 2,04 𝑚𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
1 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
𝐹=
𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
225 = 255 𝑥
1 5
𝐹=
2,04𝑥10−3 𝑠𝑒𝑐 225
𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 =
103 51
𝐹= 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 = 4,41 𝑉
2,04
𝐹 = 490,2 𝐻𝑧

𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
9
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
9 + 1,2
9
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10,2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 88,2%

10. PWM 250


𝑇 = 2,04 𝑚𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙𝑃𝑊𝑀 = 255 𝑥
1 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜𝑃𝑊𝑀
𝐹=
𝑇 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀
250 = 255 𝑥
1 5
𝐹=
2,04𝑥10−3 𝑠𝑒𝑐
103 250
𝐹= 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 =
2,04 51
𝐹 = 490,2 𝐻𝑧 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑜𝑔𝑃𝑊𝑀 = 4,90 𝑉

𝑇𝑂𝑁
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) =
𝑇𝑂𝑁 + 𝑇𝑂𝐹𝐹
10
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10 + 0,2
10
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 𝑥 100%
10,2
𝑑𝑢𝑡𝑦 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 (%) = 98,0%

E. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil yang didapat dari osciloscope dan voltmeter, semakin besar
PWM maka semakin besar juga duty cyclenya tetapi tidak dengan frekuensi dan periode
yang nilainya tetap sama. Selisih dapat dilihat antara rentang 0,01 sampai 0,02 rata-rata
0,01 selisih tersebut didapat dari V ukur dikurang V ideal.

Anda mungkin juga menyukai