Anda di halaman 1dari 55

BLOK IX

TROPICAL MEDICINE

Edisi Keempat
2012

Tutor’s Guide

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 1


MANUAL PROSEDUR

Tutorial Blok IX

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

UMS-FK-PD-TG-BO9

Edisi : 4
Revisi : Ketiga
Tanggal : 10 September 2012
Dikaji ulang oleh : Sekretaris Program Studi Pendidikan Dokter
Dikendalikan oleh : Koordinator Blok IX
Disetujui oleh : Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

© Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012 All Rights Reserved

UMS Manual Prosedur Disetujui oleh


Revisi ke Tanggal Akademik

3 10 September 2012 UMS-FK-PD-TG-BO9 Kaprodi

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 2


PENYUSUN

Koordinator
dr. Anika Candrasari

Sekretaris
dr. D. Dewi Nirlawati

Anggota
Riandini Aisyah, S.Si, M.Sc
dr. Rochmadina Suci Bestari
dr. Wulandari Berliani Putri
dr. Nurrohman Anindieta
dr. Indriyati Oktaviano

Konsultan
dr. Nurhidayat, SpPD, M.Kes

Editor Bahasa Inggris


Drs. Rokhani, M.Hum

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 3


DAFTAR ISI

HALAMAN

Halaman Judul ..........................................................................................


Penyusun .................................................................................................
Daftar Isi ..................................................................................................
Pendahuluan ...........................................................................................
Prerequisit Blok .......................................................................................
Daftar Penyakit Sesuai Standar Kompetensi Dokter ..............................
Sasaran Belajar ........................................................................................
Peta Topik Blok ........................................................................................
Aktivitas Belajar .......................................................................................
Penilaian ..................................................................................................
Bahan Rujukan ........................................................................................
Skenario ...................................................................................................
Jadwal Kegiatan .......................................................................................

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 4


PENDAHULUAN

Blok Tropical Medicine adalah blok ke IX dalam kurikulum Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Blok Tropical Medicine
ini merupakan integrasi antara ilmu pre klinik dan ilmu klinik. Tujuan dari pembuatan blok
ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan membentuk pola pikir mahasiswa dalam
menghadapi suatu kasus klinis kedokteran tropis dilihat dari etiologi, patogenesis,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis,
diagnosis dan diagnosis banding, pengobatan, prognosis, komplikasi dan pencegahannya.
Blok IX terdiri dari satu modul yang berisi 4 skenario dengan tema bakteriologi,
virologi, protozoologi dan helminthologi. Setiap skenario akan dipelajari dalam 1 minggu
sehingga blok ini akan berlangsung selama 4 minggu. Aktivitas belajar dalam blok Tropical
Medicine meliputi diskusi tutorial, belajar mandiri, konsultasi pakar, kuliah blok, kuliah
pleno (bila diperlukan) dan praktikum.
Kuliah blok diberikan untuk memberikan pemahaman konsep-konsep dasar tentang
aspek yang berkaitan dengan skenario yang tengah dihadapi. Kuliah pleno (bila diperlukan)
diadakan satu kali pada akhir blok untuk membahas masalah-masalah yang muncul dan
belum dapat diselesaikan dalam diskusi kelompok. Diskusi kelompok dilaksanakan dua kali
dalam 1 minggu dimana mahasiswa dihadapkan pada satu skenario yang mengetengahkan
permasalahan klinik. Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi modul
diselenggarakan pula praktikum di laboratorium Biomedik.
Pada minggu terakhir blok diadakan ujian tertulis dan ujian praktikum. Sedangkan
penilaian tutorial atau diskusi kelompok dilakukan oleh tutor setiap minggunya. Dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar, mahasiswa diharapkan dapat menggali sasaran
belajar sendiri. Sehingga mahasiswa harus lebih mandiri dengan mencari informasi dan
kepustakaan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan materi Blok IX.

Koordinator Blok IX

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 5


PREREQUISIT BLOK TROPICAL MEDICINE

Blok Tropical Medicine merupakan blok ke IX pada kurikulum pendidikan dokter


Fakultas Kedokteran UMS. Mahasiswa peserta blok ini telah melalui Blok Keterampilan
Belajar, Blok Premedical Science In Homeostatic Setting I dan II dan Premedical Science In
Pathological Setting yang merupakan blok yang telah diselenggarakan di semester I dan
Blok Molecular Biology, Immunology, Life Cycle dan Bioethics & Medical Law di semester II.
Diharapkan mahasiswa telah memahami mengenai metode dan cara belajar kurikulum baru,
komunikasi efektif dan dasar ilmu pre klinik.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 6


DAFTAR PENYAKIT SESUAI STANDAR KOMPETENSI DOKTER

Infectious and tropical diseases

Localized infections and abscesses


Infections of the hand
Paronychia 1 2 3A 3B 4
Suppurative tenosynovitis 1 2 3A 3B 4
Human bite 1 2 3A 3B 4

Infections of the head and neck


Suppurative parotitis 1 2 3A 3B 4
Suppurative cervical adenitis 1 2 3A 3B 4
Peritonsilar abcess 1 2 3A 3B 4
Ludwig’s angina 1 2 3A 3B 4
Bezold abscess 1 2 3A 3B 4

Gram-positive cocci
Staphylococcal and streptococcal infections
Superficial infections, including folliculitis, hidranitis 1 2 3A 3B 4
suppurativa, carbuncle
Osteomyelitis 1 2 3A 3B 4
Staphylococcal pneumonia 1 2 3A 3B 4
Staphylococcal bacteremia 1 2 3A 3B 4

Streptococcal infections
Rheumatic fever 1 2 3A 3B 4
Sinusitis, otitis media, mastoiditis, peritonsilar abscess – 1 2 3A 3B 4
THT
Rheumatic heart disease 1 2 3A 3B 4

Gram-negative cocci
Meningococcal infection (neuro)
Meningitis (neuro) 1 2 3A 3B 4
Nasopharyngitis 1 2 3A 3B 4

Gonococcal infections
Gonorrhea 1 2 3A 3B 4

Gram-negative bacilli
Urinary tract infection (UTI) 1 2 3A 3B 4
Typhoid fever 1 2 3A 3B 4
Dysentry bacilli 1 2 3A 3B 4
Cholera 1 2 3A 3B 4
Pertussis 1 2 3A 3B 4
Plague (pes) 1 2 3A 3B 4
Chancroid 1 2 3A 3B 4
Toxin producing bacteria
Diphteria (THT) 1 2 3A 3B 4
Tetanus (pediatri) 1 2 3A 3B 4

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 7


Mycobacterial diseases
Tuberculosis kutis 1 2 3A 3B 4
Leprosy 1 2 3A 3B 4
Lepra reaction 1 2 3A 3B 4

Spirochetal diseases
Syphilis 1 2 3A 3B 4
Yaws 1 2 3A 3B 4
Leptospirosis 1 2 3A 3B 4

Deep fungal infections


Actinomycosis 1 2 3A 3B 4
Chromoblastomycosis 1 2 3A 3B 4
Maduromycosis 1 2 3A 3B 4

Viral infections
Influenza 1 2 3A 3B 4
Avian influenza (THT) 1 2 3A 3B 4
Viral gastroenteritis 1 2 3A 3B 4
Poliomyelitis 1 2 3A 3B 4
Rabies 1 2 3A 3B 4
Morbili 1 2 3A 3B 4
Varicella 1 2 3A 3B 4
Herpes zoster 1 2 3A 3B 4
Herpes simplex 1 2 3A 3B 4
Mumps 1 2 3A 3B 4
CMV infections 1 2 3A 3B 4
Dengue hemorrhagic fever (DHF) 1 2 3A 3B 4
HIV-AIDS 1 2 3A 3B 4

Protozoal infections
Amoebiasis 1 2 3A 3B 4
Malaria 1 2 3A 3B 4
Leishmaniasis dan tripanosomiasis 1 2 3A 3B 4
Toxoplasmosis 1 2 3A 3B 4
Giardiasis 1 2 3A 3B 4
Trichomoniasis 1 2 3A 3B 4

Worm infestations
Hookworm diseases 1 2 3A 3B 4
Strongyloidiasis 1 2 3A 3B 4
Ascariasis 1 2 3A 3B 4
Filariasis 1 2 3A 3B 4
Schistosomiasis 1 2 3A 3B 4
Cutaneus larva migran 1 2 3A 3B 4
Taeniasis 1 2 3A 3B 4

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 8


AREA KOMPETENSI

NO AREA KOMPETENSI KOMPONEN PENJABARAN KOMPETENSI STRATEGI


KOMPETENSI PEMBELAJARAN
1. Area keterampilan Melakukan prosedur Memilih prosedur klinis dan laboratorium sesuai dengan masalah pasien Tutorial, belajar
klinis klinik dan Mengidentifikasi, memilih dan menentukan pemeriksaan laboratorium yang mandiri, konsultasi
laboratorium sesuai pakar, kuliah blok,
Menentukan pemeriksaan penunjang untuk tujuan penapisan penyakit kuliah pakar,
praktikum biomedik
dan praktikum skills
lab.
2. Area landasan ilmiah Menerapkan konsep- Menjelaskan prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar yang berhubungan dengan Tutorial, belajar
ilmu kedokteran konsep dan prinsip- terjadinya masalah kesehatan, beserta patogenesis dan patofisiologinya mandiri, konsultasi
prinsip ilmu Menjelaskan masalah kesehatan baik secara molecular maupun selular pakar, kuliah blok,
biomedik, klinik, melalui pemahaman mekanisme normal dalam tubuh. dan kuliah pakar.
perilaku, dan ilmu Mengembangkan strategi untuk menghentikan sumber penyakit, poin-poin
kesehatan patogenesis dan patofisiologis, akibat yang ditimbulkan, serta risiko spesifik
masyarakat sesuai secara efektif
dengan pelayanan Menjelaskan tujuan pengobatan secara fisiologis dan molekular
kesehatan tingkat Menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin dilakukan dalam penanganan
primer pasien.
Menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan penanganan
penyakit baik klinik, epidemiologis, farmakologis, fisiologis, diet, olah raga,
atau perubahan perilaku
Menjelaskan indikasi pemberian obat, cara kerja obat, waktu paruh, dosis,
serta penerapannya pada keadaan klinik

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 9


NO AREA KOMPONEN PENJABARAN KOMPETENSI STRATEGI
KOMPETENSI KOMPETENSI PEMBELAJARAN
2. Area landasan Merangkum dari Menjelaskan (patofisiologi atau terminologi lainnya) data klinik dan Tutorial, belajar
ilmiah ilmu interpretasi laboratorium untuk menentukan diagnosis pasti. mandiri, konsultasi
kedokteran anamnesis, pakar, kuliah blok,
pemeriksaan fisik, Menjelaskan alasan hasil diagnosis dengan mengacu pada evidence- dan kuliah pakar.
uji laboratorium based medicine.
dan prosedur yang
sesuai
3. Area pengelolaan Mengelola Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis Tutorial, belajar
masalah penyakit, keadaan sementara dan diagnosis banding mandiri, konsultasi
kesehatan sakit dan maslah Menjelaskan penyebab, patogenesis, serta patofisiologi suatu penyakit pakar, kuliah blok,
pasien sebagai
Mengidentifikasi berbagai pilihan cara pengelolaan yang sesuai dan kuliah pakar.
individu yang utuh,penyakit pasien.
bagian dari
Memberi alasan strategi pengelolaan pasien yang dipilih berdasarkan
keluarga danpatofisiologi, patogenesis, farmakologi, factor psikologis, sosial, dan
masyarakat faktor-faktor lain yang sesuai
Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan
sosial sebagai faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit
serta sebagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap
pertimbangan terapi
Melakukan Mengidentifikasi, memberi alasan, menerapkan dan memantau strategi
pencegahan pencegahan tertier yang tepat berkaitan dengan penyakit pasien,
penyakit dan keadaan sakit atau permasalahannya (Pencegahan tertier adalah
keadaan sakit pencegahan yang digunakan untuk memperlambat progresi dari
penyakitnya dan juga timbulnya komplikasi, misalnya diet pada
penderita DM, olah raga)

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 10


3. Area pengelolaan Melakukan Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau Tutorial, belajar
masalah pencegahan strategi pencegahan sekunder yang tepat berkaitan dengan pasien dan mandiri, konsultasi
kesehatan penyakit dan keluarganya (Pencegahan sekunder adalah kegiatan penapisan untuk pakar, kuliah blok,
keadaan sakit mengidentifikasi faktor risiko dari penyakit laten untuk memperlambat dan kuliah pakar.
atau mencegah timbulnya penyakit, contoh pap smear, mantous test)
Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau
kegiatan strategi pencegahan primer yang tepat, berkaitan dengan
pasien, anggota keluarga dan masyarakat (Pencegahan primer adalah
mencegah timbulnya penyakit, misalnya imunisasi)
Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan
sosial sebagai faktor risiko terjadinya penyakit dan sebagai faktor yang
mungkin berpengaruh terhadap pencegahan penyakit.
4. Area mawas diri Mempraktikkan Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru. Tutorial, belajar
dan belajar sepanjang Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran berbasis bukti mandiri, konsultasi
pengembangan hayat (Evidence-Based Medicine) pakar, kuliah blok,
diri dan kuliah pakar.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 11


PETA TOPIK BLOK TROPICAL MEDICINE

Host

Environment Agent

Bakteri/kuman,
virus, jamur,
protozoa,
Patogenesis cacing

Gejala dan
tanda

Diagnosis
banding

Pemeriksaan penunjang

Prognosis Diagnosis Komplikasi

Terapi

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 12


AKTIVITAS BELAJAR

Aktivitas belajar pada Blok IX ini meliputi diskusi kelompok dengan tutor, belajar
mandiri, konsultasi pakar , kuliah blok, kuliah pakar dan praktikum.

1. Diskusi kelompok dengan tutor


Dalam diskusi kelompok mahasiswa diharapkan berdiskusi dengan bertolak dari
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
a. Apa yang telah diketahui ?
b. Apa yang perlu diketahui ?
c. Apa yang perlu lebih diketahui lagi ?

Pelaksanaan diskusi kelompok adalah sebagai berikut :


a. Satu skenario diselesaikan dalam 1 minggu.
b. Diskusi kelompok dengan tutor dilakukan 2 kali seminggu
c. Langkah I – V pada metode seven jump dilakukan pada pertemuan pertama
diskusi kelompok
d. Langkah VII pada metode seven jump dilakukan pada pertemuan kedua diskusi
kelompok

Pencapaian tujuan pembelajaran dalam diskusi kelompok dengan menggunakan


metoda 7 langkah (seven jump). Langkah- langkah seven-jump adalah sebagai berikut :
Langkah I : Identifikasi dan klarifikasi istilah dan konsep yang belum
diketahui/dipahami yang terdapat di dalam skenario. Notulis menuliskan
daftar hal-hal yang masih belum jelas setelah diskusi
Langkah II : Menentukan masalah-masalah untuk didiskusikan. Mahasiswa dapat
memiliki pandangan yang berbeda mengenai masalah-masalah yang
tercermin dalam skenario, namun kesemuanya harus dipertimbangkan.
Notulis menuliskan daftar masalah yang disepakati untuk dibahas. Daftar
masalah dapat berupa kalimat tanya.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 13


Langkah III : Sesi brainstorming untuk mendiskusikan daftar masalah yang telah
disepakati. Setiap mahasiswa memberikan saran atau hipotesis tentang
suatu penjelasan yang memungkinkan. Notulis mencatat hasil diskusi.
Langkah IV : Memeriksa langkah II dan III dan menyusun penjelasan-penjelasan
tersebut menjadi suatu solusi sementara. Notulis mencatat formula atau
skema solusi sementara yang disepakati.
Langkah V : Perumusan sasaran belajar. Masing-masing anggota kelompok dapat
mengusulkan sasaran belajar yang akan dicapai agar dapat memahami
daftar masalah yang telah disepakati. Notulis mencatat daftar sasaran
belajar yang telah disepakati.
Langkah VI : Belajar mandiri. Mahasiswa mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan daftar masalah yang telah disepakati melalui berbagai sumber
secara mandiri. Hasil belajar mandiri mahasiswa harus terdokumentasi.
Langkah VII : Kelompok berdiskusi mengenai informasi yang telah mereka dapatkan.
Pada akhir diskusi diharapkan semua sasaran belajar dapat dicapai.
Notulis mencatat hasil diskusi serta masalah-masalah yang belum dapat
diselesaikan untuk ditanyakan pada saat kuliah pakar.

2. Belajar mandiri
Belajar mandiri ini merupakan langkah VI dalam metode seven jump. Pada
langkah ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk menetapkan metode belajarnya
sendiri dengan waktu, gaya belajar, dan tempat belajar sesuai dengan dirinya. Untuk itu
mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam belajar, berdiskusi, mencari informasi pustaka
maupun konsultasi dengan pakar.

3. Konsultasi pakar
a. Mahasiswa diberi kesempatan untuk berkonsultasi dengan pakar bila memerlukan
b. Konsultasi pakar dapat dilakukan dengan pakar seperti yang tertulis dalam buku
panduan blok

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 14


4. Kuliah Blok
a. Diikuti oleh seluruh mahasiswa peserta Blok IX
b. Dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang tercantum dalam buku panduan blok di
ruang kuliah FK UMS

5. Kuliah pakar (Pleno)


a. Kuliah pakar dilaksanakan pada pekan ke IV (minggu ke empat)
b. Kuliah pakar dilakukan untuk menjelaskan masalah-masalah yang muncul dan belum
terpecahkan dalam diskusi kelompok

6. Aktivitas Laboratorium
Praktikum dilaksanakan pada laboratorium yang terkait, sesuai dengan jadwal yang
tercantum dalam buku panduan blok.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 15


PENILAIAN

MODUL TUTORIAL PRAKTIKUM UJIAN TEORI BLOK


Bobot Penilaian 20% 30% 50%
Nilai Blok 100%

A = 77 ≤ NILAI ≤ 100
AB = 70 ≤ NILAI < 77
B = 63 ≤ NILAI < 70
BC = 56 ≤ NILAI < 63
C = 50 ≤ NILAI < 56
D = 35 ≤ NILAI < 50
E = 0 ≤ NILAI < 35

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 16


BAHAN RUJUKAN

1. Brooks, Geo F, et al. 2007. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology. 24th
Edition. New York : The McGraw Hill Companies.
2. Brusch, J.L., 2010, Typhoid Fever. http://emedicine.medscape.com/article/231135-
overview.
3. Cammie F. Lesser, Samuel I. Miller, 2005. Salmonellosis. Harrison’s Principles of
Internal Medicine (16th ed), 897-900.
4. Chambers, H.F., 2006. Infectious Disease: Bacterial and Chlamydial. Current Medical
Diagnosis and Treatment (45th ed), 1425-1426.
5. Defendi, G.L., MD, MS, FAAP., Demirci, C.S., MD., Abuhammour, W., MD., FAAP.,
Steele, R.W., MD., Noel., G.J., MD., Quintana, E.C., MD., Schleiss, M.R., MD., Shahidi,
H., MD., MPH., Wilkes, G., MBBS., FACEM., Windle, M.L., PharmD., Young, G.M., MD.
2012. MUMPS. Available at http://emedicine.medscape.com/article/966678-
overview. Diakses tanggal 29 Juli 2012
6. Fauci, Anthony S,et al.2008. Harrison’s Manual of Medicine. 17th Edition. New York :
The McGraw Hill Companies.
7. Hadidjaja, Pinardi dan Kurniawan, Agnes (Editor : Pinardi Hadidjaja dan Sri S.
Margono).20II. Dasar Parasitologi Klinik, Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
8. Hadinegoro, Sri Rezeki H, dkk. 2001. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan
9. Hay, William W, Jr, et al. 2003. Current Pediatric Diagnosis & Treatment. 16th
Edition. New York : The McGraw Hill Companies.
10. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008, Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis (2nd ed),
Badan Penerbit IDAI, Jakarta.
11. Madsen, K.M., MD., Hviid, A., M.Sc., Vestergaard, M., MD., Schendel, D., PhD.,
Wohlfahrt, J., M.Sc., Thorsen, P., MD., Olsen, J., MD., Melbye, M., MD. 2002. A
Population-Based Study of Measles, Mumps, and Rubella Vaccination and Autism.
The New England Journal of Medicine : Vol. 347, N o. 19. November 7, 2002. Diakses
tanggal 27 Juli 2012.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 17


12. Maharani L.A, Hadi S. 2009. Mumps Unilateral Pada Pasien Remaja. Oral Medicine
Dental Journal. Surabaya : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga: 2009; 1-5.
13. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006, Standar Pelayanan
Medik, PB PABDI, Jakarta.
14. Siahaan, Lambok. 2008. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran USU Medan.
Gejala dan Tanda Klinis Malaria di daerah Endemis. Majalah Kedokteran Indonesia,
Volume : 58 No.6, Juni 2008.
15. Soedarto. 2009. Pengobatan Penyakit Parasit. Jakarta : Sagung Seto.
16. Staf Pengajar FKUI. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta :
Binarupa Aksara.
17. Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
18. Sutanto, Inge, dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
19. Tierney, Lawrence M, Jr, et al. 2006. Current Medical Diagnosis & Treatment. 45th
Edition. New York : The McGraw Hill Companies.
20. Tjokroprawiro, Askandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya :
Airlangga University Press.
21. United States Centers for Disease Control and Prevention. 2010. CDC Mumps.
Available at http://www.cdc.gov/mumps/about/disease-overview.html. Diakses
tanggal 27 Juli 2012
22. Yvonne, M. 2000. Parotitis Epidemika. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 18


SASARAN BELAJAR UMUM

SASARAN BELAJAR MINGGU STRATEGI


1 2 3 4 PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penyakit infeksi tropis karena bakteri
- Etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan √ Tutorial
penunjang, diagnosis dan diagnosis banding, pengobatan,
pencegahan serta prognosis
- Farmakologi antibiotik √ Kuliah
- Infectious diarrheas √ Kuliah
- Demam typhoid √ Kuliah
- Staphylococcus dan Streptococcus √ Kuliah
- Bakteri Gram negatif √ Kuliah
- Spirochaeta dan ricketsia √ Kuliah
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penyakit infeksi tropis karena virus
- Etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan √ Tutorial
penunjang, diagnosis dan diagnosis banding, pengobatan,
pencegahan serta prognosis
- Viral infection √ Kuliah
- DHF √ Kuliah
- Rubela, rubeola, mumps and morbili √ Kuliah
- DHF dan demam typhoid dari pendekatan ilmu kesehatan √ Kuliah
anak
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penyakit infeksi tropis karena parasit
- Etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan √ Tutorial
penunjang, diagnosis dan diagnosis banding, pengobatan,
pencegahan serta prognosis
- Protozoa usus √ Kuliah, praktikum
- Protozoa darah dan jaringan √ Kuliah, praktikum
Entomologi √ Kuliah, praktikum
- Anti parasit √ Kuliah
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penyakit infeksi tropis karena cacing
- Etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan √ Tutorial

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 19


penunjang, diagnosis dan diagnosis banding, pengobatan,
pencegahan serta prognosis
- Nematoda usus, darah dan jaringan √ Kuliah, praktikum
- Cestoda dan Trematoda √ Kuliah, praktikum

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 20


Skenario 1

”Saya Sakit Apa, Dok?”

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 21


SASARAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :
1. Demam, tipe dan pendekatannya
2. Definisi typhoid
3. Epidemiologi dan etiologi typhoid
4. Patogenesis typhoid
5. Manifestasi klinis typhoid
6. Pemeriksaan fisik dan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis typhoid
7. Diagnosis dan diagnosis banding typhoid
8. Penatalaksanaan typhoid
9. Pencegahan typhoid
10. Komplikasi typhoid
11. Prognosis typhoid
12. Gaya hidup bersih dan makanan halalan thoyiban

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 22


SKENARIO

Tn X, 37 tahun, pekerjaan karyawan, datang ke Dokter dengan keluhan 6


hari badan panas tinggi terutama malam hari, disertai sulit tidur, sakit kepala,
mual, muntah, sulit BAB.
Hasil pemeriksaan Dokter, didapatkan suhu 38 0C, tekanan darah 100/70
mmHg, RR 22 kali per menit, bradikardi relatif, typhoid tongue,
hepatosplenomegali.
Hasil pemeriksaan laboratorium Widal:
-Ag O Salmonella typhi titer 1/160
-Ag H Salmonella typhi titer 1/40
-Ag O Salmonella paratyphi A titer 1/40
-Ag H Salmonella paratyphi A titer 1/40
-Ag O Salmonella paratyphi B titer 1/40
-Ag H Salmonella paratyphi B titer 1/80
Darah Rutin : leukopenia, trombositopenia, aneosinofilia, limfopenia, LED
meningkat.
Tn X bertanya ”Saya sakit apa, Dok?”. Dokter mengusulkan dilakukan
pemeriksaan Gaal kultur untuk mendapatkan petunjuk diagnosa pasti. Dokter
menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya ini biasanya berkaitan dengan
kebersihan makanan sebagaimana Islam mengajarkan tentang makanan halalan
thoyiban.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 23


SUPLEMENT TYPHOID

Salah satu penyakit infeksi sistemik akut yang banyak dijumpai di berbagai belahan
dunia hingga saat ini adalah demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
Salmonella typhi. Di Indonesia, demam tifoid lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah
“penyakit tifus”.
Dalam empat dekade terakhir, demam tifoid telah menjadi masalah kesehatan global
bagi masyarakat dunia. Diperkirakan angka kejadian penyakit ini mencapai 13-17 juta kasus
di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 jiwa per tahun. Daerah endemik
demam tifoid tersebar di berbagai benua, mulai dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, Karibia,
hingga Oceania. Sebagain besar kasus (80%) ditemukan di negara-negara berkembang,
seperti Bangladesh, Laos, Nepal, Pakistan, India, Vietnam, dan termasuk Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu wilayah endemis demam tifoid dengan mayoritas angka
kejadian terjadi pada kelompok umur 3-19 tahun (91% kasus). (Lesser and Miller, 2006,
Brusch, 2010, dan IDAI, 2008)
Munculnya daerah endemik demam tifoid dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, peningkatan urbanisasi, rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan, kurangnya suplai air, buruknya sanitasi, dan tingkat resistensi antibiotik
yang sensitif untuk bakteri Salmonella typhi, seperti kloramfenikol, ampisilin, trimetoprim,
dan ciprofloxcacin. (Lesser and Miller, 2006)
Penularan Salmonella typhi terutama terjadi melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Selain itu, transmisi Salmonella typhi juga dapat terjadi secara transplasental
dari ibu hamil ke bayinya. (IDAI, 2008)

Manifestasi Klinik dan Temuan Fisik


Masa inkubasi Salmonella typhi antara 3-21 hari, tergantung dari status kesehatan dan
kekebalan tubuh penderita. Pada fase awal penyakit, penderita demam tifoid selalu menderita
demam dan banyak yang melaporkan bahwa demam terasa lebih tinggi saat sore atau malam
hari dibandingkan pagi harinya. Ada juga yang menyebut karakteristik demam pada penyakit
ini dengan istilah ”step ladder temperature chart”, yang ditandai dengan demam yang naik
bertahap tiap hari, mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama kemudian bertahan
tinggi, dan selanjutnya akan turun perlahan pada minggu keempat bila tidak terdapat fokus
infeksi. (Lesser and Miller, 2006, IDAI, 2008)

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 24


Gejala lain yang dapat menyertai demam tifoid adalah malaise, pusing, batuk, nyeri
tenggorokan, nyeri perut, konstipasi, diare, myalgia, hingga delirium dan penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan adanya lidah kotor (tampak putih di
bagian tengah dan kemerahan di tepi dan ujung), hepatomegali, splenomegali, distensi
abdominal, tenderness, bradikardia relatif, hingga ruam makulopapular berwarna merah
muda, berdiameter 2-3 mm yang disebut dengan rose spot.(Chambers, 2006, dan IDAI,
2008)

Penegakan Diagnosis
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya penurunan kadar hemoglobin,
trombositopenia, kenaikan LED, aneosinofilia, limfopenia, leukopenia, leukosit normal,
hingga leukositosis.( Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006)
Gold standard untuk menegakkan diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan kultur
darah (biakan empedu) untuk Salmonella typhi. Pemeriksaan kultur darah biasanya akan
memberikan hasil positif pada minggu pertama penyakit. Hal ini bahkan dapat ditemukan
pada 80% pasien yang tidak diobati antibiotik. Pemeriksaan lain untuk demam tifoid adalah
uji serologi Widal dan deteksi antibodi IgM Salmonella typhi dalam serum. (Lesser and
Miller, 2006, Chambers, 2006, dan IDAI, 2008)
Uji serologi widal mendeteksi adanya antibodi aglutinasi terhadap antigen O yang
berasal dari somatik dan antigen H yang berasal dari flagella Salmonella typhi. Diagnosis
demam tifoid dapat ditegakkan apabila ditemukan titer O aglutinin sekali periksa mencapai ≥
1/200 atau terdapat kenaikan 4 kali pada titer sepasang. Apabila hasil tes widal menunjukkan
hasil negatif, maka hal tersebut tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosis demam tifoid.
(IDAI, 2008 dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006)

Penatalaksanaan
Hingga saat ini, kloramfenikol masih menjadi drug of choice bagi pengobatan demam
tifoid di Indonesia. Dosis yang diberikan pada pasien dewasa adalah 4 x 500 mg hingga 7
hari bebas demam. Alternatif lain selain kloramfenikol, yaitu: tiamfenikol (4 x 500 mg),
kotrimoksazol (2 x 2 tablet untuk 2 minggu), ampisilin atau amoksisilin (50-150 mg/kgBB
selama 2 minggu), golongan sefalosporin generasi III (contoh: seftriakson 3-4 gram dalam
dekstrosa 100 cc selama ½ jam per infus sekali sehari untuk 3-5 hari), dan golongan
fluorokuinolon (contoh: ciprofloxcacin 2 x 500 mg/hari untuk 6 hari). (Perhimpunan Dokter

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 25


Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006)
Di Amerika Serikat, pemberian regimen ciprofloxcacin atau ceftriaxone menjadi first
line bagi infeksi Salmonella typhi yang resisten terhadap kloramfenikol, ampisilin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, streptomycin, sulfonamides, atau tetrasiklin. (Lesser and
Miller, 2006)
Pada pasien anak, kloramfenikol diberikan dengan dosis 100 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 4 kali pemberian selama 10-14 hari. Regimen lain yang dapat diberikan pada anak,
yaitu: ampisilin (200 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 kali pemberian IV), amoksisilin (100
mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 kali pemberian PO), trimethoprim (10 mg/kg/hari) atau
sulfametoksazol (50 mg/kg/hari) terbagi dalam 2 dosis, seftriakson 100 mg/kg/hari terbagi
dalam 1 atau 2 dosis (maksimal 4 gram/hari) untuk 5-7 hari, dan sefotaksim 150-200
mg/kg/hari terbagi dalam 3-4 dosis. (IDAI, 2008)
Pemberian steroid diindikasikan pada kasus toksik tifoid (disertai gangguan kesadaran
dengan atau tanpa kelainan neurologis dan hasil pemeriksaan CSF dalam batas normal) atau
pasien yang mengalami renjatan septik. Regimen yang dapat diberikan adalah
deksamethasone dengan dosis 3x5 mg. Sedangkan pada pasien anak dapat digunakan
deksametashone IV dengan dosis 3 mg/kg dalam 30 menit sebagai dosis awal yang
dilanjutkan dengan 1 mg/kg tiap 6 jam hingga 48 jam. Pengobatan lainnya bersifat
simtomatik. (IDAI, 2008 dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia,
2006)

Komplikasi
Salah satu komplikasi demam tifoid yang dapat terjadi pada pasien yang tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat adalah perforasi dan perdarahan usus halus.
Komplikasi ini sering terjadi pada minggu ketiga yang ditandai dengan suhu tubuh yang
turun mendadak, adanya tanda-tanda syok dan perforasi intestinal seperti nyeri abdomen,
defance muscular, redup hepar menghilang. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah
pneumonia, miokarditis, hingga meningitis. (Chambers, 2006, dan IDAI, 2008)

Pencegahan
Pencegahan infeksi Salmonella typhi dapat dilakukan dengan penerapan pola hidup
yang bersih dan sehat. Berbagai hal sederhana namun efektif dapat mulai dibiasakan sejak
dini oleh setiap orang untuk menjaga higientias pribadi dan lingkungan, seperti membiasakan

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 26


cuci tangan dengan sabun sebelum makan atau menyentuh alat makan/minum,
mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi yang sudah dimasak matang, menyimpan
makanan dengan benar agar tidak dihinggapi lalat atau terkena debu, memilih tempat makan
yang bersih dan memiliki sarana air memadai, membiasakan buang air di kamar mandi, serta
mengatur pembuangan sampah agar tidak mencemari lingkungan

Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan baik / Halalan
Thoyyiban seperti dalam Al Qur’an, Surat Al Maidah : 88 yang artinya:
“dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya”
Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang bukan cuma halal, tapi juga
baik (Halalan Thoyyiban) agar tidak membahayakan tubuh kita. Bahkan perintah ini
disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah, sebagai sebuah perintah yang sangat tegas dan
jelas. Perintah ini juga ditegaskan dalam ayat yang lain, seperti yang terdapat pada Surat Al
Baqarah : 168 yang artinya:
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan
itu adalah musuh yang nyata bagimu”

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 27


Skenario 2

”The Swollen Salivary Glands”

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 28


SASARAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :
1. Definisi dari mumps/parotitis epidemica/gondongan
2. Epidemiologi dan etiologi mumps/parotitis epidemica/gondongan
3. Patogenesis mumps/parotitis epidemica/gondongan
4. Manifestasi klinis mumps/parotitis epidemica/gondongan
5. Cara menegakkan diagnosis mumps/parotitis epidemica/gondongan
6. Diagnosis banding mumps/parotitis epidemica/gondongan
7. Pencegahan mumps/parotitis epidemica/gondongan
8. Penatalaksanaan mumps/parotitis epidemica/gondongan
9. Komplikasi mumps/parotitis epidemica/gondongan
10. Prognosis mumps/parotitis epidemica/gondongan
11. Edukasi kepada pasien tentang mumps/ parotitis epidemica/
gondongan
12. Mendoakan pasien

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 29


SKENARIO

A-6 year old boy admitted to your clinic with sore face, ears, and
swelling of salivary glands under his ears. He felt painful particularly when
chewing since one day before. Ten days before, the patient got fever 380
Celsius, headache, myalgia, malaise and anorexia. It occured after sharing drink
with his friends. At school, there were more than 5 students who suffered
similar symptoms. His mother told that her neighbour who is 14 years old also
got similar symptoms, even with severer pain and inflammation of the testicles.
On Physical examination :
 Vital sign :
o heart rate : 110 times per minute,
o blood pressure : 100/60 mmHg,
o respiratory rate : 24 times per minute and
o temperature : 37.40 Celcius
 Antrophometric measures :
o height : 130 cm,
o weight : 30 kg
 Confirmed the presence of the swollen of salivary glands
 Dry mouth
On Laboratory examination found : Elevated amylase serum
As a doctor, what are you going to do to your patient? Explain about the
disease to your patient! And don’t forget to pray for your patient .... :)

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 30


SUPLEMENT MUMPS

Definisi
Mumps atau parotitis epidemika merupakan penyakit akut, self-limited, dan
merupakan penyakit viral sistemik yang ditandai dengan pembengkakan satu atau lebih
kelenjar air ludah (salivary glands), khususnya kelenjar parotid (Defendi, 2012).
Mumps biasanya dimulai dengan demam beberapa hari, nyeri kepala, nyeri otot,
kelemahan, hilangnya nafsu makan, dan diikuti pembengkakan kelenjar ludah. Seseorang
yang belum mendapat imunitas baik dari infeksi sebelumnya maupun dari vaksinasi, dapat
terkena penyakit ini (CDC, 2010).

Epidemiologi
Mumps dapat terjadi pada semua usia. Tetapi paling sering terjadi pada anak-anak
berusia 5-15 tahun, yaitu 85% dari kasus mumps terjadi pada anak-anak berusia dibawah 15
tahun, dan jarang sekali terjadi pada orang tua. Penyakit ini muncul sesuai siklus tiap 4 tahun
sekali. Masa inkubasi terjadinya antara 14-21 hari dan masa inkubasi ini virus dapat dideteksi
melalui saliva. Virus sangat infeksius pada 1 sampai 3 hari sebelum pembengkakan sampai 2
minggu setelah pembengkakan, sehingga dapat menimbulkan wabah di masyarakat
(Maharani L.A, 2009).
Vaksin mumps digunakan hanya pada 57% negara-negara yang termasuk dalam
WHO, kebanyakan negara-negara dengan ekonomi maju (Defendi, 2012).

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus RNA yang spesifik, yaitu Rubulavirus.
Rubulavirus termasuk di dalam genus Paramyxovirus dan termasuk dalam famili
Paramyxoviridae. Virus ini dikelilingi oleh selubung glycoprotein, salah satu dari 2
glycoprotein di permukaan virus berperan sebagai tempat aktivitas neuraminidase dan
hemaglutinasi, sedangkan glycoprotein yang lain bertanggung jawab terhadap perlengketan
membran lipid kepada sel inang. Rubulavirus dapat diisolasi dari kultur ludah, urin, dan
cairan serebrospinal (Defendi, 2012).
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering namun virus ini hanya dapat bertahan
selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat dihancurkan pada suhu < 40C dengan

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 31


menggunakan formalin, eter, serta pemaparan sinar ultraviolet selama 30 detik (Yvonne,
2000).
Patofisiologi
Mumps disebarkan melalui droplet air ludah atau mukus dari mulut, hidung atau
tenggorokan sesorang yang terinfeksi, biasanya ketika orang tersebut batuk, bersin, atau
berbicara. Alat-alat yang digunakan oleh orang yang terinfeksi seperti botol minuman, atau
alat makan juga dapat terkontaminasi virus, yang dapat menyebar ke orang lain jika alat-alat
tersebut digunakan bersama. Sebagian besar transmisi mumps akan terjadi sebelum kelenjar
parotis mulai membengkak dan sampai 5 hari setelah pembengkakan terjadi. Oleh karena itu,
CDC merekomendasikan isolasi dari pasien mumps selama 5 hari setelah kelenjar
membengkak. Waktu inkubasi kurang lebih selama 12-25 hari (CDC, 2010).
Virus masuk ke dalam sistem respiratori, kemudian bereplikasi secara lokal.
Penyebaran virus kemudian terjadi kepada target jaringan seperti kelenjar parotis dan lokasi
lainnya. Temuan ini berdasarkan penelitian eksperimental induksi infeksi mumps oleh Henly
et al di tahun 1948. Fase sekunder dari viremia yang terjadi sebelum respon imun, merupakan
hasil dari replikasi virus pada organ target. Viruria juga sering terjadi, melalui virus yang
masuk dalam darah menuju ke ginjal, dimana replikasi aktif terjadi, sehingga
glomerulonefritis dapat terjadi. Nekrosis sel dan inflamasi dengan infiltrasi sel mononuklear
merupakan respon jaringan. Kelenjar parotis tampak edema dan deskuamasi sel epitel yang
nekrosis melapisi sepanjang saluran. Perdarahan fokal dan destruksi epitelium germinal dapat
terjadi, menyebabkan saluran tersumbat (Defendi, 2012).

Manifestasi Klinis
Gejala umum pada anak, biasanya masa prodormal jarang terjadi, tetapi mungkin
bersama dengan demam, nyeri otot (terutama leher), nyeri kepala dan malaise. Suhu tubuh
biasanya naik sampai 38,5 – 39,5 oC. Kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotis yang
mula – mula unilateral tetapi dapat menjadi bilateral. Pada awalnya hanya pembengkakan
hanya terjadi pada rongga antar tepi posterior mandibula dan mastoid, kemudian meluas
dalam deretan yang melengkung ke bawah dan ke depan, yang di batasi oleh zygoma
(Yvonne, 2000).
Bengkak maksimal yang terjadi hanya dalam beberapa jam, tetapi puncaknya terjadi
pada 1-3 hari. Bengkak tersebut mendorong lobus telinga ke atas dan keluar serta sudut
mandibula tidak dapat dilihat. Biasanya bengkak tersebut dapat hilang dalam 3 – 7 hari

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 32


dimana daerah pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan,
terlebih apabila penderita makan atau minum seusatu yang asam. Hal ini merupakan gejala
khas dari penyakit parotitis epidemika. (Yvonne, 2000)
Setengah dari populasi yang menderita mumps memiliki gejala yang sangat ringan
atau bahkan tanpa gejala, sehingga beberapa penderita tidak mengetahui bahwa mereka
terinfeksi mumps. Gejala yang paling sering meliputi demam, nyeri kepala, nyeri otot,
kelemahan, hilang nafsu makan, bengkak dan nyeri kelenjar dibawah telinga pada satu atau
kedua sisi (parotitis). Gejala-gejala biasanya muncul 16-18 hari setelah infeksi, namun
periode ini dapat antara 12-25 hari setelah infeksi (CDC, 2010).

Differential Diagnosis
 Viral pathologies (uveoparotid fever, coxsackievirus, influenza A virus, parainfluenza
virus, cytomegalovirus, adenovirus, Epstein-Barr virus, varicella-zoster virus)
 Suppurative (bacterial, especially Staphylococcus aureus) or recurrent parotitis
 Parotid calculus
 Parotitis (different etiologies)
 Mixed tumors, hemangiomas, lymphangiomas of the parotid gland
 Calculus of the Stensen duct
 Adenitis (cervical lymphadenitis)
 Mastoiditis
 Orchitis
 Epididymitis
 Ovarian Torsion
 Mikulicz syndrome
 Sjögren Syndrome
 Drug reactions (thiazide diuretics)
 Allergic reaction (rare)

Tatalaksana
Pemberian antibiotik, NSAID, dan analgesik untuk mengurangi rasa sakit dan
rehidrasi. Mumps tidak direkomendasikan pengobatan dengan antivirus, sebab tidak ada
antivirus yang spesifik untuk jenis paramyxovirus (Maharani L.A, 2009)

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 33


Measles-mumps-rubella vaccine, live (MMR)
Merupakan vaksin virus hidup yang direkomendasikan untuk pencegahan mumps,
campak dan rubella. Untuk anak-anak, direkomendasikan agar diberikan ketika usia 12-15
bulan untuk dosis pertama dan usia 4-6 tahun untuk dosis kedua (Defendi, 2012).
Berdasarkan penelitian Madsen et al 2002 di Denmark, tidak ada hubungan antara
usia ketika dilakukan vaksinasi, waktu sejak vaksinasi, atau tanggal vaksinasi dengan
berkembangnya penyakit autis.

Komplikasi
- Ensefalitis
- Transien mielitis
- Polineuritis
- Meningitis
- Tuli sensorineural
- Orchitis
- testicular atrophy (35% dari kasus orchitis)
- Oophoritis (inflamasi ovarium jinak) (5%)
- Pancreatitis (5%)  melalui kerusakan yang disebabkan karena invasi virus langsung
- Miokarditis  adanya depresi segmen ST dan bradikardia
- Nefritis
- Artritis
- Tiroiditis
- Mastitis
- Pneumonia
Infeksi mumps pada wanita hamil meningkatkan resiko keguguran dan kematian janin,
terutama selama trimester pertama kehamilan (27% kasus). Tidak ada hubungan yang
ditemukan antara mumps dan anomali kongenital. Mumps selama kehamilan jarang terjadi,
baik sebelum adanya imunisasi atau bahkan saat ini setelah meluasnya program imunisasi
(Defendi, 2012).

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 34


Prognosis
Prognosis keseluruhan pada mumps sangat baik. Kematian dikarenakan mumps
sangat jarang, kebanyakan kasus fatal (>50%) terjadi pada seseorang lebih dari 19 tahun
(Defendi, 2012).

Adab menjenguk orang sakit


Bagi seorang muslim yang menjenguk sesamanya dianjurkan untuk menghiburnya,
meringankan bebannya, dan mendoakan kesembuhan baginya. Karena hal itu memiliki
dampak baik bagi diri orang yang sakit. Maka di antara yang bisa disampaikan oleh orang
yang menjenguk adalah:
1. Dianjurkan menanyakan tentang kondisinya, seperti: Bagaimana keadaanmu? apa yang
kamu rasakan?, dan semisalnya. Hal itu telah dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam saat menjenguk seorang pemuda yang sedang sakit dan mendekati
kematiannya. (HR. Al-Tirmidzi no. 983 dan dihassankan oleh Syaikh Al-Albani)
Diriwayatkan juga dalam Shahihain, dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, saat ia menjenguk
Abu Bakar dan Bilal yang sedang sakit demam tinggi lalu ia menanyakan apa yang
dirasakan.
2. Menghiburnya dengan kesabaran dan ridha dengan takdir, bahwa sakit yang dideritanya
menjadi penghapus dosanya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, ia berkata, "Adalah Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam apabila menjenguk orang sakit beliau berkata padanya,
َ ‫ور إِ ْن شاا اء‬
‫ّللا‬ ‫اَل باأ ْ ا‬
ٌ ‫س اطه‬
"Tidak apa-apa, Insya Allah Suci (dari dosa-dosa dan kesalahan)." (HR. al-Bukhari)
3. Mendoakan kesembuhan untuknya sebanyak tiga kali sebagaimana pernah diucapkan
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam saat menjenguk Sa'ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu
'Anhu, ia berkata: Allahumma Isyfi Sa'dan (Ya Allah sembuhkanlah Sa'ad) sebanyak tiga
kali." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
4. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengusapkan telapak tangan kanannya atas orang
sakit sambil beliau berdoa:
َ ‫أَذْهِبْ ْال َب‬, ‫شافِي‬
ِ َّ‫اس َربَّ الن‬
‫اس‬ َّ ‫ف أ َ ْنتَ ال‬
ِ ‫وا ْش‬,
َ ‫سقَ ًما‬
َ ‫ال ِشفَا َء ِإال ِشفَاؤُكَ ِشفَا ًء ال يُغَاد ُِر‬
"Hilangkanlah penyakit wahai Rab sekalian manusia, dan berilah kesembuhan, Engkaulah
Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu,

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 35


dengan kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit yang lain.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)

5. Diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda, "Siapa yang menjenguk orang sakit yang belum sampai ajalnya, lalu dia
mendoakannya sebanyak tujuh kali:
َ‫يم َربَّ ْال َع ْر ِش ْال َع ِظ ِيم أَ ْن َي ْش ِف َيك‬
َ ‫َّللاَ ْال َع ِظ‬
َّ ‫أ َ ْسأ َ ُل‬
"Saya memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Rabb 'Arsy yang Agung, agar Dia
menyembuhkannya." Pasti Allah akan menyembuhkannya. (Dishahihkan oleh Syaikh Al-
Albani dalam Shahih Abi Dawud)
Kita yang sedang belajar mengemban amanah sebagai dokter,tentu akan menemui orang
sakit sepanjang amanah kita.Maka,sudah sepatutnyalah seorang dokter mendoakan
pasiennya sebagaimana adab/etika yang telah dicontohkan oleh nabi kita Rasulullah
Muhammad SAW.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 36


Skenario 3

” A Mining Company Employee’s Fever”

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 37


SASARAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :
1. Epidemiologi dan etiologi malaria
2. Patofisiologi dan patogenesis malaria
3. Macam-macam malaria
4. Deskripsi vektor penyakit malaria, morfologi, daur hidup
5. Daur hidup malaria
6. Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien malaria (sign dan symptom)
7. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang mengarah ke diagnosis malaria
8. Penatalaksanaan pasien malaria
9. Preventif dan profilaksis
10. Komplikasi malaria
11. Prognosis penyakit malaria
12. Pemberantasan vektor

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 38


SKENARIO
A man, 25 years old, a mining company employee, living in Banjarmasin, admitted to
the hospital with chief complaint of fever.
History of disease : The patient has high fever since a month ago. His fever is up and
down, the periodicity is tertiana. Before having fever, he is shivering and sweating. The
patient also feels weak and lethargic, sometimes dizzy, nausea and he also vomits. During the
illness, the patient gets poor appetite. Two years ago he also suffered the same complaint.
Physical examination : The patient looks anemic and sclera jaundice. His blood
pressure is 100/60 mmHg, pulse 120 beats/minute, respiratory rate is 26 times/minute,
temperature is 39⁰C. It is found hepatomegaly (liver is palpable 2 cm below the arcus costae)
and spleenomegaly (spleen is palpable Schuffner II).
Laboratory test : On peripheral blood (thin blood smear), it is found Plasmodium
vivax at young trophozoite stage, half-adult trophozoite, adult trophozoite, schizonts and
gametocytes.

What therapy should a doctor do to this patient?

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 39


SUPLEMENT MALARIA

Pendahuluan
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Morbiditas penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian
timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah
yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering terjadi
kejadian luar biasa (KLB) malaria, menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinggi
di daerah tersebut.

Vektor
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit)
telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk Anopheles yang tersebar diseluruh
Indonesia. Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat
menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk
Anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria.

Etiologi
Penyebab penyakit malaria adalah Genus Plasmodium Family Plasmodiidae dan Ordo
Coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:
1. Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria
yang berat karena perkembangan aseksual dalam hati hanya merupakan fase
praeritrosit saja, tidak ada fase eksoeritrosit yang dapat menimbulkan relaps seperti
pada infeksi P.vivax dan P.ovale yang mempunyai fase hipnozoit (dorman) dalam sel
hati.
2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.
4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya
banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis
Plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian
infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 40


Plasmodium falciparum dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae. Kadang-
kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi,. infeksi
campuran ini biasanya terjadi terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.

Penularan
Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk
Anopheles.
2. Penularan yang tidak alamiah
a. Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan
terjadi melalui tali pusat atau placenta.
b. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui
jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi
disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat
dan mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik yang
dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya
dibuang sekali pakai (disposeble).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit
malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya penularan alamiah seperti adanya gametosit pada penderita, umur nyamuk kontak
antara manusia dengan nyamuk dan lain-lain.

Penyebaran
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS (Argentina).
Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (Laut mati dan
Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai
distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin, subtropik sampai
kedaerah tropik. Plasmodium falciparum jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim
dingin. Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika di bagian yang beriklim tropik,
kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 41


Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas
yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter
diatas permukaan laut.
Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara 1-2
per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar. Sepcies yang
terbanyak dijumpai adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur. Plasmodium ovale pernah ditemukan
di Irian dan Nusa Tenggara Timur.

Gejala Klinis
Gejala utama adalah demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang
dengan gejala klinis lain badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan
berkeringat, nafsu makan menurun, mual-mual kadang-kadang diikuti muntah, sakit kepala
yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan Plasmodium falciparum, dalam
keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa. Pada malaria berat,
seperti gejala di atas disertai kejang-kejang dan penurunan kesadaran. Gejala klasik malaria
biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak
dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut
yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit
kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang.
Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium demam (hot stage)
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah,
kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala menjadi –jadi dan
muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat hasil dan
suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2
sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan
masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.
Pada Plasmodium vivax dan P. ovale schizont-schizont dari setiap generasi menjadi
matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari
serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 42


plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P.
ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten
yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang
kemudian timbul pada penderita.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya
basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu
normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa
lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-
gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada
species parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada
malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh
adanya kecenderungan parasit (bentuk trofozoit dan schizont). Untuk berkumpul pada
pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan
tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut.
Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal.
Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadang–kadang gejalanya
mirip kholera atau dysentri. Black water fever yang merupakan gejala berat adalah
munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni menjadi merah
tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang
warnanya sama dengan warna empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka
yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat.
Ketiga gejala klinis tersebut di atas ditemukan pada penderita berasal dari daerah non
endemis yang mendapat penularan didaerah endemis atau yang pertama kali menderita
penyakit malaria. Di daerah endemis malaria ketiga stadium gejala klinis di atas tidak
berurutan dan bahkan tidak semua stadium ditemukan pada penderita sehingga definisi
malaria klinis seperti dijelaskan sebelumnya dipakai untuk pedoman penemuan penderita di
daerah endemisitas khususnya di daerah yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium
serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi (intrisik). Masa inkubasi
bervariasi antara 9 -30 hari tergantung pada species parasit, paling pendek pada Plasmodium
falciparum dan paling panjang pada Plasmodium malariae. Masa inkubasi ini tergantung
pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan tingkat imunitas
penderita. Cara penularan, apakah secara alamiah atau bukan alamiah, juga mempengaruhi.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 43


Penularan bukan alamiah seperti penularan malalui transfusi darah, masa inkubasinya
tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk bersama darah dan tingkat imunitas
penerima arah. Secara umum dapat dikatakan bahwa masa inkubasi bagi Plasmodium
falciparum adalah 10 hari setelah transfusi, Plasmodium vivax setelah 16 hari dan
Plasmodium malariae setelah 40 hari lebih.
Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing species parasit
adalah sebagai berikut :
• Plasmodium Falciparum 12 hari
• Plasmodium vivax dan Plasmodium Ovate 13 -17 hari
• Plasmodium maJariae 28 -30 hari
Beberapa strain dari Plasmodium vivax mempunyai masa inkubasi yang jauh lebih
panjang yakni sampai 9 bulan. Strain ini terutama dijumpai didaerah Utara dan Rusia nama
yang diusulkan untuk strain ini adalah Plasmodium vivax hibernans.

Penyulit malaria berat


Celebral malaria, anemia berat, gagal ginjal, edema paru, hioglikemia, syok, demam
tinggi, malaria hiperglobulinuria, hiperparasitemia, perdarahan abnormal

Pengobatan
Tingginya kasus malaria merupakan hal yang perlu segera disikapi. Hal ini bisa
disebabkan karena resistensi obat akibat pemberian obat yang tidak tepat atau karena
kesalahan diagnosis, terutama bila diagnosis ditegakkan hanya berdasarkan gejala dan tanda
klinis, padahal gejala dan tanda klinis di daerah endemis yang umumnya tidak khas dan
hamper sama dengan gejala klinis pada penderita infeksi lainnya, terutama pada fase infeksi
awal.
Penderita malaria falciparum tanpa komplikasi sebaiknya diberikan drug of choice
kombinasi artemisin, misalnya artesunat-amodiakuin (masing-masing 3 hari) per oral tanpa
menunggu penderita sampai mengalami malaria berat. Dosis artesunat adalah 4mg/kgBB/hari
selama 3 hari, sedangkan amodiakuin basa I0mg/kgBB/hari selama 3 hari.
Pada penderita malaria falciparum berat dapat diberikan suntikan sodium artesunat
(intramuscular atau intravena) atau artemeter (intramuskular) selama 5-7 hari. Dosis awal
artesunat 2.4mg/kgBB i.m diikuti I.2mg/kgBB/hari selama 6 hari. Dosis awal artemeter
3.2mg/kgBB i.m pada hari ke-I, diikuti I.6mg sampai hari ke-6. Biasanya stadium aseksual

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 44


P.falciparum akan menghilang dalam waktu 24-48 jam. Pengobatan lebih lanjut
denganpemberian kombinasi kina dari doksisiklin per oral dapat dipertimbangkan bila
dikhawatirkan terjadi rekrudesensi. Peningkatan gametosit setelah pemberian artemisin bukan
merupakan indikasi terjadinya kegagalan pengobatan.

Prognosis
Penderita malaria falciparum berat prognosisnya buruk, sedangkan penderita malaria
falciparum tanpa komplikasi prognosisnya cukup baik bila dilakukan pengobatan dengan
segera dan dilakukan observasi hasil pengobatan.

Resistensi parasit malaria terhadap obat malaria


Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup dan atau berkembang
biak meski pemberian dan absorbs obat sesuai dosis standar atau lebih tinggi dari dosis yang
direkomendasikan tetapi masih dapat ditoleransi host. Resistensi terhadap obat malaria timbul
karena terjadinya mutasi spontan pada level molekul yang mempengaruhi struktur dan
aktivitas target atau mempengaruhi akses obat terhadap target yaitu Plasmodium. Seleksi obat
terhadap parasit terjadi bila konsentrasinya tidak cukup untuk menghambat parasit yang
bermutasi. Hal ini dapat dipicu oleh kadar obat dalam plasma yang berada di bawah kadar
terapetik dan dapat juga disebabkan oleh kurva datar anatar dosis obat dan responsnya.
Golongan obat artemisin yang sekarang sudah banyak dipakai sebagai obat pilihan utama,
secara in vitro mulai terlihat penurunan efektivitasnya.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 45


Skenario 4

”Laki-laki dengan Kedua Tungkai


dan Scrotum Bengkak”

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 46


SASARAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :
1. Konsep dasar anatomi, histology, dan fisiologi sistema limfatika
2. Filariasis (definisi, klasifikasi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi,
manifestasi klinis, Komplikasi, dan Prognosis)
3. Diagnosis filariasis (anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, diagnosis banding)
4. Penatalaksanaan filariasis
5. Pencegahan filariasis
6. Cara memotivasi pasien secara Islami

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 47


SKENARIO

Seorang pasien laki-laki 50 tahun, sejak kurang lebih 2 tahun ini kedua tungkai dan
scrotum bengkak. Keluhan tersebut dirasakan terus-menerus, semakin lama semakin
memberat.
Dari rekam medis didapatkan data bahwa sekitar 10 tahun yang lalu pasien pernah
mengalami limfadenitis dan limfangitis di daerah inguinal yang disertai demam dan malaise.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan bengkak pada tungkai kaki dan scrotum, kulit
pada kedua organ tersebut teraba keras dan tebal. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
microfilaria pada sampel darah yang diambil pada waktu malam hari.
Dokter memberikan pengertian kepada pasien bahwa dalam proses pemulihan perlu
kesabaran dan jangan berputus asa.

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 48


SUPLEMENT FILARIASIS

Filariasis adalah penyakit akibat infeksi parasit nematoda jaringan yang tergolong
dalam superfamili Filarioidea, tiga spesies cacing filaria yang penting dalam kedokteran
adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Habitat cacing tersebut
adalah di dalam saluran atau kelenjar limfe dan menimbulkan kelainan radang akut sampai
kronis berupa jaringan parut. Cacing betina mengeluarkan microfilaria ke dalam peredaran
darah dan microfilaria ini dapat hidup untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan sampai
dihisap oleh nyamuk dan ditularkan kepada orang lain. Gejala klinik yang ditimbulkan oleh
berbagai spesies cacing dapat dikatakan khas untuk tiap spesies.

Filariasis bancrofti
Etiologi : Wuchereria bancrofti
Vektor : nyamuk Culex, Aedes, Anopheles
Siklus hidup : Dalam tubuh nyamuk, microfilaria mengalami perubahan menjadi larva
stadium III yang infektif, apabila nyamuk ini menggigit manusia maka larva
akan masuk dalam tubuh manusia dan berkembang menjadi dewasa dalam
waktu kurang lebih 6 bulan. Apabila tidak ada reinfeksi, maka cacing
dewasa dapat mengeluarkan microfilaria selama 5-I0 tahun.
Periodisitas : nokturna, microfilaria ditemukan terbanyak dalam darah tepi pada jam 9
malam sampai jam 2 pagi. Factor yang dapat mempengaruhi periodisitas
microfilaria adalah kadar O2 dan CO2 dalam darah, aktifitas hospes, irama
sirkadian, jenis hospes, dan jenis parasit.
Prevalensi : factor utama dalam penentuan prevalensi infeksi dalam komunitas adalah
frekuensi pemaparan terhadap bentuk infektif (larva stadium III/L3). Oleh
karena kondisi lingkungan yang sangat bervariasi di daerah endemis,
dimungkinkan terdapat perbedaan yang nyata pada prevalensi spesifik
umur, jenis kelamin, dan intensitas infeksi
Gejala klinis : bervariasi tergantung daerah penyebaran, spesies parasit, respons imun dan
intensitas infeksi. Pada infeksi ringan biasanya tidak muncul gejala. Gejala
bisa baru muncul timbul 3 bulan setelah infeksi, tetapi pada umumnya masa
inkubasi berkisar antara 6-I2 bulan. Gejala klinik sesuai dengan kelainan
patologis yang ditimbulkannya, terjadi peradangan saluran dan kelenjar

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 49


limfe kemudian diikuti dengan terjadinya penyumbatan. Gejala awal adalah
serangan demam (bisa mencapai 40.60C) yang terjadi dalam beberapa
minggu, sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, limfangitis dapat berupa
nyeri tekan pada saluran limfe serta kulit di atasnya menjadi merah dan
membengkak. Bila saluran limfe dalam abdomen yang terkena, maka gejala
bisa menyerupai abdomen akut, selanjutnya saluran sperma dan testis bisa
terkena sehingga terjadi orkhitis, epididimis dan funikulitis. Manifestasi
akut biasanya terjadi hanya beberapa hari saja dan kemudian mereda dan
dapat kambuh kembali setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan,
kemudian dapat sembuh sendiri. Apabila terjadi reinfeksi maka lama
kelamaan dapat terjadi penyumbatan saluran limfe secara progresif
sehingga dapat terjadi edema, limfskrotum, hidrokel, dan efusi pleura. Pada
stadium lanjut dapat terjadi elephantiasis bancrofti seluruh tungkai, seluruh
lengan, mammae, skrotum, dan penis.

Filariasis malayi dan Filariasis timori


Etiologi : Brugia malayi, Brugia timori
Vector : Anopheles barbirostris, Mansonia
Siklus hidup : Daur hidup lebih pendek dari W.bancrofti. Masa pertumbuhannya dalam
tubuh nyamuk kurang lebih I0 hari, dan daur hidup dalam tubuh manusia
kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh nyamuk, kedua parasit ini
mengalami 2 kali pergantian kulit, berkembang dari larva stadium I
menjadi larva stadium II dan III seperti perkembangan W.bancrofti.
Dalam tubuh manusia perkembangan kedua parasit ini sama dengan
perkembangan W.bancrofti.
Periodisitas : B. malayi mempunyai periodisitas nokturna, subperiodik nokturna atau
non periodic sedangkan B. timori mempunyai sifat periodic nokturna
Gejala klinis : gejala klinis filariasis malayi sama dengan filariasis timori, berbeda
dengan gejala klinis filariasis bancrofti. Stadium akut ditandai dengan
serangan demam dan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe yang
hilang timbul berulang kali. Limfadenitis berlangsung 2-5 hari dan dapat
sembuh tanpa pengobatan. Seringkali peradangan pada kelenjar limfe ini
menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitis

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 50


retrogad yang khas untuk filariasis. Peradangan pada saluran limfe ini
dapat terlihat sebagai garis merah yang menjalar ke bawah dan
peradangan ini dapat pula menjalar ke jaringan sekitarnya dan
menimbulkan infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada stadium ini tungkai
bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala limfadema.
Limfadenitis dapat berkembang menjadi bisul dan bila pecah menjadi
ulkus, bila sembuh meninggalkan bekas sebagai jaringan parut dan tanda
ini merupakan salah satu gejala limfatik filariasis. Pada filariasis brugia,
system limfe alat kelamin dan payudara tidak pernah terkena, berbeda
dengan filariasis bancrofti, kecuali di daerah filariasis brugia yang
bersamaan dengan filariasis bancrofti. Pada filariasis brugia, elephantiasis
hanya mengenai tungkai bawah, bawah lutut, atau lengan bawah di bawah
siku. Limfadema biasanya hilang lagi setelah gejala peradangan
menyembuh namun dengan reinfeksi, lambat laun pembengkakan tungkai
tidak hilang meski gejala peradangan sembuh sehingga timbullah
elephantiasis. Chiluria bukan merupakan gejala klinis filariasis brugia.
Diagnosis : Sama dengan pada filariasis bancrofti, yaitu dengan menemukan
microfilaria dalam darah tepi. Radiodiagnosis umumnya tidak dilakukan
pada filariasis malayi. Diagnosis imunologi dengan deteksi IgG4
Pengobatan : DEC masih merupakan obat pilihan, di Indonesia dosis yang dianjurkan
adalah 5mg/kgBB/hari selama sepuluh hari. Efek samping DEC pada
pengobatan filariasis brugia jauh lebih berat dibandingkan dengan pada
pengobatan filariasis bancrofti. Efek samping pengobatan akan berkurang
pada ulangan pengobatan. Untuk program pemberantasan filariasis,
pengobatan yang dianjurkan adalah kombinasi DEC 6mg/kgBB dengan
albendazol 400mg yang diberikan sekali setahun secara masal pada
penduduk di daerah endemis selama minimal 5 tahun.

Tropical Pulmonary Eosinophilia (TPE)/Occult Filariasis


Occult filariasis adalah penyakit filariasis limfatik, yang disebabkan oleh
penghancuran microfilaria dalam jumlah yang berlebihan oleh system imun penderita.
Microfilaria dihancurkan oleh antibody dalam tubuh penderita akibat hipersensitivitas
terhadap antigen microfilaria. Gejalanya ditandai dengan hipereosinofilia, penngkatan titer

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 51


antibody IgE dan IgG4, kelainan klinis yang menahun berupa pembengkakan kelenjar limfe
dan gejala asma bronchial. Jumlah leukosit biasanya meningkat karena meningkatnya jumlah
sel eosinofil dalam darah. Kelenjar limfe inguinal adalah kelenjar yang paling sering terkena,
mungkin juga terdapat pembesaran kelenjar limfe di seluruh tubuh, menyerupai penykit
Hodgkin. Gejala klinis dapat berupa batuk dan sesak nafas di waktu malam bila paru yang
terkena dengan dahak yang kental dan mukopurulen. Gejala lain dapat berupa demam
subfebril, pembesaran lien dan hati. Microfilaria tidak dijumpai di darah, tapi dapat
ditemukan di kelnjar limfe, paru, lien, dan hati. Pada jaringan tersebut terdapat benjolan-
benjolan kecil berwarna kuning kelabu, merupakan infiltrasi eosinofil yang dikenal denga
benda Meyers Kouwenaar, di mana dapat ditemukan sisa-sisa microfilaria.

Larangan berputus asa dalam Islam


Dalam Islam kita dilarang putus asa dan harus beriman kepada takdir.
Kita menerima semua ujian karena yakin itu semua sudah ditetapkan oleh
Allah. Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-
nya, kecuali orang-orang yang sesat.” [Al Hijr:56]. Katakanlah: “Hai hamba-
hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” [Az Zumar:53].
Kita jangan takut dan sedih jika ditimpa musibah berupa ketakutan,
kelaparan, kemiskinan, dan kematian. Itu adalah cobaan. Ucapkanlah bahwa
kita semua adalah milik atau ciptaan Allah dan kepada Allah kita kembali. Jika
kita sabar, itu akan menambah pahala kita dan mengurangi dosa kita dan surga
adalah imbalannya. ”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-
orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa
innaa ilaihi raaji`uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” [Al Baqarah:155-157]. ”…Jangan kamu berputus asa dari

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 52


rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir.” [Yusuf :87]
Kita harus yakin bahwa dibalik kesulitan yang menimpa kita, insya Allah
akan ada kemudahan. Percayalah karena ini adalah janji Allah yang Maha
Benar!. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” [Alam Nasyrah:5-6]

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 53


BLUE PRINT SOAL BLOK TROPICAL MEDICINE

BAGIAN TIPE SOAL PERSENTASE


C 1-2 C 3-4
IPD
Infectious diarrhea 2 4 6
Demam tifoid 2 5 7
DHF 2 4 6
FARMAKOLOGI
Farmakologi antibiotik 2 4 6
Anti virus 2 4 6
Anti parasit 2 4 6
MIKROBIOLOGI
Staphylococcus dan streptococcus 2 4 6
Bakteri Gram negatif 2 4 6
Spirochaeta dan ricketsia 2 4 6
Viral infection 2 4 6
IKA
Rubela, Rubeola, Mumps And Morbili 2 5 7
DHF dan demam tifoid dari pendekatan IKA 2 5 7
PARASITOLOGI
Protozoa darah dan jaringan 2 4 6
Entomologi 2 4 6
Nematoda darah dan jaringan 2 5 7
Cestoda dan trematoda 2 4 6
TOTAL 100

Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 54


Tutor’s Guide Blok Tropical Medicine | 55

Anda mungkin juga menyukai