TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres
1. Definisi
Stres didefinisikan sebagai suatu respon emosional serta usaha
penyesuaian diri untuk mengembalikan keseimbangan badan dan
jiwa yang terganggu (Maramis, 2009).
Stres adalah suatu keadaan yang menganggu keadaan fungsi
fisiologis atau psikologis normal seseorang (Kaplan & Saddock,
2010). Menurut Hans Selye stres merupakan suatu respon umum dan
nonspesifik pada setiap tuntutan fisiologis maupun psikologis yang
berasal dari internal ataupun eksternal (Hawari, 2011).
Menurut Lazarus & Folkman stres adalah suatu kondisi yang
disebabkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan
maupun sosial yang dinilai melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya (Yusoff & Lin, 2013).
2. Respon Stres
Hans Selye (Hawari, 2011) menjelaskan bahwa respon stres
mempunyai tiga tahap, yaitu :
a. Tahap alarm, adalah tahap dimana seseorang mempersiapkan
diri untuk memberikan respon terhadap suatu kondisi ancaman.
Pada tahap ini hormon kortisol meningkat, emosi meninggi,
serta ketegangan meningkat.
b. Tahap resistensi, pada tahap ini tingkat hormon kortisol tetap,
adanya usaha fisiologis untuk mengatasi kapasitas penuh, serta
meningkatnya mekanisme pertahanan diri dan strategi mengatasi
stres.
c. Tahap kelelahan, merupakan dimana tahap perlawanan terhadap
stres yang berkepanjangan mulai menurun. Fungsi otak akan
mulai terganggu oleh perubahanperubahan metabolisme,
4
5
Selain dua alat ukur diatas juga ada beberapa alat ukur lain
seperti Holmes-Rahe Stress Inventory dan The Daily Hasless Scale
(AIS, 2011).
5. Sumber stres (stresor)
Menurut Lazarus dan Cohen (Mazo, 2015) ada tiga kategori
sumber stres, yaitu :
a. Catacyclysmic events
Merupakan bencana yang menimpa sejumlah besar manusia dan
menyebabkan kerugian yang sangat besar. Bencana tersebut
seperti gempa bumi, tsunami, perang, badai, bencana nuklir,
kontaminasi racun, dan bencana berskala besar lainnya.
b. Personal stressor
Merupakan kejadian penting yang terjadi dalam hidup
seseorang, seperti kematian pasangan atau keluarga terdekat,
perceraian, ataupun kejadian penting lainnya. Tidak hanya
peristiwa yang bersifat negatif yang dapat menimbulkan stres,
peristiwa positif juga dapat menimbulkan stres. Contohnya
seperti perkawinan dan kehamilan.
c. Background stressor
Mengarah pada suatu kejadian minor dalam kehidupan sehari-
hari, yang perlahan-lahan dapat berkembang menjadi stressor.
Contohnya yaitu kemacetan, kesulitan akademik, masalah dalam
kehidupan sosial, masalah dalam hubungan romantis, dan
sebagainya.
6. Faktor yang Mempengaruhi Stres
Stres dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor khususnya pada
mahasiswa. Pertama adalah study conditions, hal ini disebabkan
tugas kuliah yang menumpuk, pengaturan waktu, metode belajar.
Kedua adalah employment situation, beberapa mahasiswa merasa
pesimis dengan apa yang harus mereka lakukan setelah lulus dari
universitas, selain itu, ada beberapa mahasiswa yang sudah
8
9. Gejala-gejala Stres
Pada stres terdapat beberapa gejala yaitu gejala fisik, gejala
psikologis, serta gejala perilaku. Tanda-tanda dari gejala tersebut
(Laessle & Lindel, 2010):
a. Gejala fisik
1. Sakit kepala
2. Kehilangan nafsu makan
3. Nafsu makan berlebihan
4. Insomnia
5. Kelelahan
6. Gangguan pencernaan
7. Gangguan abdomen
b. Gejala Psikologis
1. Pesimisme
2. Mudah lupa
3. Tidak logis
4. Ketidaktegasan
5. Kesepian
6. Apatis
7. Ingin melarikan diri
c. Gejala Perilaku
1. Mudah marah
2. Agresivitas
3. Mudah bingung
4. Keresahan
5. Isolasi Sosial
10. Coping strategies
Menurut Sarafino strategi coping adalah segala usaha seseorang
untuk mengurangi atau meminimalkan dampak kejadian yang
menyebabkan stres. Strategi coping terbagi menjadi dua yaitu problem
focused coping dan emotion focused coping (Long, 2010).
12
a. Prepatory
Merupakan tahapan dimana seseorang mendapatkan gambaran
yang menyenangkan tentang merokok. Hal ini menimbulkan
minat seseorang untuk merokok.
b. Initiation
Merupakan tahapan dimana seseorang memutuskan untuk
meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok mereka.
c. Becoming a smoker
Jika seseorang mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari
maka mempunyai kecenderungan menjadi seorang perokok.
d. Maintenance
Pada tahap ini merokok dilakukan untuk memperoleh efek
fisiologis yang menyenangkan.
3. Kandungan dalam Rokok
Semua bahan yang terkandung dalam rokok akan ikut terbakar
saat rokok dibakar, dan akan membentuk bahan kimia hasil
pembakaran. Terkandung sekitar 4.000 bahan kimia di dalam asap
rokok yang terdiri dari dua fase yaitu fase partikulat dan fase gas.
Fase partikulat terdiri dari nikotin, nitrosamin dan N-
nitrosonornikotin, logam berat, polisiklik hidrokarbon, dan
karsinogenik amin. Sedangkan fase gas terdiri dari karbon
monoksida, karbon dioksida, benzena, amonia, formaldehid,
hidrosianida, dan lain-lain. Namun bahan kimia utama yang
merupakan racun pada rokok adalah nikotin, CO, dan tar (Bustan,
2007).
a. Nikotin
Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada
dosis tinggi bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau,
sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat.
Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif
(Childs & wit, 2010).
14
b. Tar
Tar berasal dari tembakau, cengkeh, bahan organik lain yang
dibakar dan pembalut rokok, yang dapat dijumpai pada rokok
yang dibakar. Terdapat zat karsinogenik di dalam tar yaitu
polisiklik hidrokarbon aromatis yang akan memicu timbulnya
kanker paru (Bustan, 2007).
c. Gas Karbon Monoksida (CO)
Gas ini timbul pada saat pembakaran tembakau, kertas
pembungkus, serta bahan campuran rokok. Gas ini bersifat
toksik dan bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun
penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat
mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok
paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat
meningkatkan kadar karboksi hemoglobin dalam darah sejumlah
2-16% (Sitepoe, 2000).
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
merokok, yaitu :
a. Teman sebaya yang merokok
Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku merokok sangat besar
dan menjadi faktor yang dominan. Mengacu pada konsep
transmisi perilaku, perilaku dapat ditransmisikan secara
horizontal maupun vertikal. Seseorang mengalami tekanan
internal jika orang lain di sekitar mereka merokok. Selain itu,
rokok juga digunakan untuk meningkatkan status sosial diantara
anak laki-laki (Syafar et al, 2013)
b. Keluarga merokok
Keluarga berperan dalam membentuk karakter seseorang.
Orangtua merupakan tempat pelajaran pertama serta teladan
bagi anak. Berdasarkan beberapa penelitian seseorang yang
15
D. Kerangka Konsep
Pada penilitian ini kerangka konsep Hubungan antara Tingkat
Stres dengan Tingkat Perilaku Merokok pada Mahasiswa semester tujuh di
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta yaitu :
Stressor :
Catacyclysmic events
Personal stressor
Background stressor
Mahasiswa Semester 7
Stres
Kecanduan
Keterangan :
= Diteliti Iklan rokok
= Tidak diteliti
Gambar.1
Kerangka konsep
20
E. Hipotesis
Adanya hubungan tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok
pada mahasiswa semester tujuh Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta.