Skrotum Mass
Dokter Pembimbing :
dr. Christian Ronald Tanggo, Sp. U
Disusun Oleh :
Try Satrio Wicaksono
11 2017 239
Latar Belakang
Skrotum Mass atau massa pada skrotum merupakan masalah yang dapat terjadi pada
semua usia, dari bayi hingga usia lanjut. Definisi dari massa skrotum adalah suatu kelainan
yang terdapat pada isi skrotum, baik dapat berupa infeksi, tumor, cairan dan lainnya. Massa
pada skrotum adalah masalah yang sering dijumpai pada laki-laki. Massa skrotum dapat
menyebabkan berbagai hal yakni dari yang ringan hingga serius seperti masalah kosmetik
hingga infertil bahkan kematian.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Anatomi
Testis ( dari bahasa Yunani Orchis ) adalah kelenjar laki-laki yang berfungsi sebagai
reproduksi ( eksokrin ) dan endokrin. Awalnya, testis dimulai sebagai gonad yang tidak
terdiferensiasi didaerah retroperitoneal. Transkripsi gen SRY pada kromosom Y
mengarahkan pada diferensiasi seks. Tanpa gen SRY, gonad akan berkembang menjadi
ovarium. Ketika janin berkembang, testis berfungsi menghasilkan hormon testoteron laki-
laki. Selama gestasi 3 bulan terakhir, testis harus turun dari posisi retroperitonealnya ketujuan
akhirnya yakni skrotum. Selama perjalanan, testis harus melewati peritoneum, dinding perut
melalui kanalis inguinalis dan ke kantong skrotum. Testis adalah organ reproduksi ovoid
yang berpasangan yang dipisahkan oleh septum skrotum, volume rata-rata testis dewasa
adalah sekitar 25mL. Biasanya ukurannya 3-3,5cm dengan panjang 2,5-3 cm.1 Pembungkus
testis sendiri di antaranya adalah kulit, muskulus kremaster, tunika dartos, fascia
infundibuliform, fascia intercrural, dan tunika vaginalis.2
Arteri yang memperdarahi kedua testis utamanya dari arteri testikularis ( arteri spermatica
interna ) arteri deferentialis yang memperdarahi ductus deferens, dan arteri cremasterica.2
Sedangkan nervus yang mempersarafi testis terdiri dari serabut-serabut sympathicus dan
parasympathicus yang merupakan persarafan sensorik otonom yang memberi kesan nyeri
pada testis yang berasal dari segmen T-7 medula spinalis.
Testis memiliki dua fungsi penting yakni fungsi steroidogenesis dan spermatogenesis.
Steroidogenesis adalah proses pembentukan hormon testosterone yang terjadi di kompartmen
intersisial testis. Hormon ini disintesis dari kolesterol di sel-sel Leydig dan dan korteks
adrenal. Sekresi testosteron berada di bawah kontrol LH.3
Definisi
Massa pada skrotum adalah kelainan dalam isi skrotum, dapat berupa akumulasi
cairan, pertumbuhan jaringan abnormal, atau isi normal skrotum menjadi bengkak, meradang
atau mengeras.
Definisi
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang (annulus inguinalis) pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis
adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar)
dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.5
Etiologi
- Obesitas
- Angkat berat
- Batuk
- Asites
- Dialisis Peritoneal
- Penyakit paru obstruktif kronis ( PPOK )
- Riwayat keluarga hernia
Gejala Klinis
Diagnosis
Terapi
Hernia inguinalis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut. Tetapi jika
tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus bisa terperangkap di dalam
kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya terputus (strangulasi). Jika tidak
ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi bisa mati karena kekurangan darah.
Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk
menutup lubang pada dinding perut agar hernia tidak berulang. Manajemen hernia dapat
berupa non-operatif maupun operatif, yakni :
Non operatif :
- Trusses
- Korset
- Terapi topikal
- Pakaian kompresi
Pencegahan
Hidrokel
Definisi
Hidrokel, adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan tunika vaginalis
dari skrotum atau sepanjang korda spermatika, penumpukan cairan ini dapat
mempresentasikan perkembangan persisten sepanjang korda spermatika atau tidak
keseimbangan proses produksi cairan dan penyerapan.6,7
Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena: (1) belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke
prosesus vaginalis (hidrokel komunikans) atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.6
Gambaran klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus
dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel
yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan
pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak
kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1)
hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting
karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan
koreksi hidrokel.
Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis
tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah
kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.3
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritonium. Pada
anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar
pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
Gambar 4. Hidrokel pada anak dan dewasa6
Terapi
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis tertutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel
masih tetap ada atau bertambah besar perlu difikirkan untuk dilakukan koreksi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan pungsi dan operasi. Pungsi
cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala
dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Pada operasi sebagian dinding dikeluarkan.
Kadang hidrokel ditemukan terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika
vaginalis di dalam funikulus, benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada
transiluminasi. Pada pungsi didapatkan cairan jernih.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah: (1) hidrokel yang
besar sehingga dapat menekan pembuluh darah, (2) indikasi kosmetik, dan (3) hidrokel
permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam melakukan aktivitasnya
sehari-hari.6
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini
disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan
herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan skrotal dengan melakukan
eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong
hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in
toto.
Varikokel
Definisi
Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15 - 20%
pria. Varikokel merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria. Dari beberapa
penelitian didapatkan bahwa 40% pria yang mandul menderita varikokel.6,8
Etiologi
Varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai dari pada sebelah kanan. Hal ini
disebabkan karena vena spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah
tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada vena kava dengan arah miring. Disamping
itu vena spermatika interna kiri lebih panjang dari pada yang kanan dan katupnya lebih
sedikit dan inkompeten, selain itu dapat juga dipengaruhi kurangnya efektifnya katuf
antireflux pada titik pertemuan vena testis dan vena ginjal.6,8
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya:
kelainan pada rongga retroperitoneal (terdapat obstruksi vena karena tumor), muara vena
spermatika kanan pada vena renalis kanan, atau adanya situs inversus.6
Patogenesis
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia
karena kekurangan oksigen.
2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan protaglandin)
melalui vena spermatika interna ke testis.
3. Peningkatan suhu testis.
4. Adanya anostomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan
zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga
menyebabkan gangguan spermatogenensis testis kanan dan pada akhirnya terjadi
infertilitas.6
Gambar 5. Skematik Organ Reproduksi Pria dengan Varikokel.8
Gambaran Klinis
Pasien datang ke dokter biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa
tahun menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan di atas testis yang terasa
nyeri. Varikokel dapat menyebabkan keluhan testis terasa berat, dan ini terjadi akibat tekanan
meninggi di dalam vena testis yang tidak berkatup dari muara di vena kava inferior atau vena
renalis sampai di testis. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri, dengan memperhatikan
keadaan skrotum kemudian dilakukan palpasi. Jika diperlukan, pasien diminta untuk
melakukan maneuver valsava atau mengedan. Jika terdapat varikokel, pada inspeksi dan
palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing-cacing di dalam kantung yang berada di
sebelah kranial testis. Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3 tingkatan/derajat:6
1. Derajat I : adalah varikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien melakukan
manuver valsava.
2. Derajat II : adalah varikokel yang dapat dipalpasi tanpa melakukan manuver
valsava.
3. Derajat III : adalah varikokel yang sudah dapat dilihat bentuknya tanpa
melakukan manuver valsava.
Terapi
Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya melakukan
operasi pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel yang telah
menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis merupakan indikasi untuk
mendapatkan suatu terapi. Tindakan yang dikerjakan adalah:
1. Ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau
bedah laparoskopi
2. Varikokelektomi cara Ivanisevich
3. Secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena spermatika
interna.
Indikasi pembedahan, antara lain:
1. Kualitas sperma yang terganggu
2. Nyeri yang teramat menganggu
3. Indikasi kosmetik
4. Kegagalan testis untuk tumbuh (pada pasien muda).
Spermatokel
Definisi
Spermatokel adalah akumulasi kistik jinak sperma yang muncul dari kepala epididimis.
Spermatokel dapat berkembang di berbagai lokasi, mulai dari testis sendiri sampai lokasi di
sepanjang jalannya vas deferens.9
Etiologi
Idiopatik. Belum ada penyebab yang jelas untuk kelainan ini.
Gejala Klinis
Gejala yang muncul pada spermatokel bersifat asimptomatik. Bila membesar dapat
dirasakan rasa tidak nyaman pada bagian skrotum hingga rasa berat pada skrotum.
Pemeriksaan Fisik
Pada palpasi spermatokel teraba kenyal, berbentuk bulat atau lonjong dan pada
umumnya tidak sakit. Selain itu bersifat fluktuatif dan berbatas tegas. Spermatokel dapat
meneruskan cahaya pada pemeriksaan transiluminasi. Hal yang penting untuk diagnosis
adalah terabanya spermatokel yang dapat dengan mudah dibedakan dengan testis.
Pemeriksaan Penunjang
Pada USG testis, lampak lesi kistik dengan gambaran hipoechoic. Pada pemeriksaan
mikroskopis, tampak dinding fibromuskular yang dilapisi epitel kuboid.
Terapi
Bila spermatokel masih kecil tidak memerlukan terapi khusus. Tetapi bila spermatokel
membesar atau menimbulkan rasa sakit memerlukan tindakan operasi pengangkatan berupa
spermatocelectomy via transscrotal adalah tindakan operatif yang utama pada kasus
spermatokel. Hindari aktivitas berat selama 2 minggu setelah operasi. Pada
spermatocelectomy perlu diperhatikan terjadinya Gross injury pada epididimis.
Hematokel
Definsi
Hematokel adalah penimbunan darah yang biasanya terjadi setelah skrotum mengalami
cedera. Darah berada pada tunika vaginalis. Darah biasanya berasal akibat dari trauma,
berdasarkan trauma dapat dibedakan menjadi 3 yakni : trauma tumpul, trauma penetrasi,
trauma degloving.10
Etiologi
Hematokel dapat terjadi pada sport injury (pada pesepakbola, baseball, gulat, dll).
Kecelakaan sepeda motor (testis terbentur motor atau jatuh terduduk), skrotum tertendang
(saat berkelahi atau bercanda), gunshot. Biasanya ditemukan pada pasien laki pada umur 15-
40 tahun.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang dapat timbul pada hematokel adalah nyeri pada skrotum, mual dan
muntah.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik hematokel dapat dilihat pembengkakan pada skrotum, Tender
testicles dengan hematoma yang terlihat, dan dapat juga terjadi Scrotal atau peineal ekimosis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hematokel yaitu USG doppler skrotum. Perdarahan akut
akan menunjukkan gambaran hiperechoic sedangkan perdarahan lama akan menunjukkan
gambaran hipoechoic.
Terapi
Jika hanya sedikit, biasanya darah akan kembali diserap; tetapi jika banyak, perlu
dilakukan eksplorasi pada testis untuk membuang perdarahan.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hematokel adalah terjadinya infertilitas, selain
itu dapat juga menyebabkan infark pada testis.
Torsio Testis
Definisi
Intravaginal torsio lebih sering terjadi pada remaja, sedangkan pada neonatus lebih
sering terdapat ekstravaginal torsio, dikarenakan tunika vaginalis belum diamankan ke area
gubernaculum, sehinnga korda spermatika serta tunika vaginalis menjalani torsi sebagai suatu
kesatuan.
Penyebab
Torsio testis terjadi akibat perkembangan abnormal dari korda spermatika atau selaput
yang membungkus testis. Biasanya hal ini terjadi pada masa pubertas dan sekitar 25 tahun,
tetapi bisa terjadi pada usia berapapun. Torsio testis bisa terjadi setelah testis mengalami
trauma, seorang pria melakukan aktivitas yang sangat berat atau bisa juga terjadi tanpa alasan
yang jelas.
Gejala klinik
Segera terjadi nyeri yang hebat dan pembengkakan di dalam skrotum disertai mual dan
muntah. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah pusing atau pingsan, benjolan di
testis, dan darah di dalam semen.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Daerah testis jika
diraba sangat nyeri dan tampak membesar, lebih sering terjadi pada testis kanan. Testis yang
terkena letaknya tampak lebih tinggi. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan :
radinukleotida dan USG.
Terapi
Korda yang terpuntir menyebabkan terputusnya aliran darah ke testis. Karena itu satu-
satunya cara untuk menyelamatkan testis adalah pembedahan untuk melepaskan puntiran.
Pembedahan harus dilakukan sesegera mungkin.
Orkitis
Definisi
Orkitis adalah suatu peradangan pada salah satu atau kedua testis (buah zakar), yang
biasanya didasari oleh infeksi, infeksi tersering adalah infeksi virus mumps, namun infeksi
bakteria dan virus lainnya juga dapat menyebabkan orkitis.12
Etiologi
Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering
menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). Hampir 15-25% pria yang menderita
gondongan setelah masa pubertasnya akan menderita orkitis. Orkitis juga ditemukan pada 2-
20% pria yang menderita bruselosis. Orkitis sering dihubungkan dengan infeksi prostat atau
epididimis, serta merupakan manifestasi dari penyakit menular seksual (misalnya gonore atau
klamidia). Faktor resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular
seksual adalah:
1. Immunisasi gondongan yang tidak adekuat
2. Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)
3. Infeksi saluran kemih berulang
4. Kelainan saluran kemih
Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah:
1. Berganti-ganti pasangan
2. Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
3. Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya.
Gejala Klinis
Gejalanya berupa:
1. Pembengkakan skrotum
2. Testis yang terkena terasa berat, membengkak dan teraba lunak
3. Pembengkakan selangkangan pada sisi testis yang terkena
4. Demam
5. Dari penis keluar nanah
6. Nyeri ketika berkemih (disuria)
7. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ketika ejakulasi
8. Nyeri selangkangan
9. Nyeri testis, bisa terjadi ketika buang air besar atau mengedan
10. Semen mengandung darah.
Diagnosis
Terapi
Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Selain itu juga diberikan obat
pereda nyeri dan anti peradangan. Jika penyebabnya adalah virus, hanya diberikan obat
pereda nyeri. Penderita sebaiknya menjalani tirah baring, skrotumnya diangkat dan
dikompres dengan air es.
Pencegahan
Epididimitis
Definisi
Etiologi
Epididimitis biasanya disebabkan oleh bakteri yang berhubungan dengan:
1. Infeksi saluran kemih
2. Penyakit menular seksual (misalnya klamidia dan gonore)
3. Prostatitis (infeksi prostat).
Epididimitis juga bisa merupakan komplikasi dari:
1. Pemasangan kateter
2. Prostatektomi (pengangkatan prostat).
Resiko yang lebih besar ditemukan pada pria yang berganti-ganti pasangan seksual dan
tidak menggunakan kondom. Biasanya terjadi pada pria umur 18-50 tahun.6,13
Gejala Klinis
Gejalanya berupa nyeri dan pembengkakan skrotum (kantung zakar), yang sifatnya bisa
ringan atau berat. Peradangan yang sangat hebat bisa menyebabkan penderita tidak dapat
berjalan karena sangat nyeri. Infeksi juga bisa menjadi sangat berat dan menyebar ke testis
yang berdekatan. Infeksi hebat bisa menyebabkan demam dan kadang pembentukan abses
(pernanahan).
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah:
1. Benjolan di testis
2. Pembengkakan testis pada sisi epididimis yang terkena
3. Pembengkakan selangkangan pada sisi yang terkena
4. Nyeri testis ketika buang air besar
5. Demam
6. Keluar nanah dari uretra (lubang di ujung penis)
7. Nyeri ketika berkemih
8. Nyeri ketika berhubungan seksual atau ejakulasi
9. Darah di dalam semen
10. Nyeri selangkangan.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Testis pada sisi
yang terkena kadang membengkak. Nyeri tekan biasanya terbatas pada daerah tertentu
(tempat melekatnya epididimis). Bisa ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening di
selangkangan.
Untuk mengatasi infeksi, diberikan antibiotik. Selain itu juga diberikan obat pereda
nyeri dan anti peradangan. Penderita sebaiknya menjalani tirah baring dengan skrotum
diangkat dan dikompres dingin.
Pencegahan
Ca Testis
Definisi
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum
(kantung zakar).6,14
Etiologi
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun ( biasanya antara umur
15 – 35 tahun ). Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi ditemukan perubahan pada
kromosom 12.14
Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis tetapi masih
dalam taraf penelitian adalah pemaparan bahan kimia tertentu dan infeksi oleh HIV. Jika di
dalam keluarga ada riwayat kanker testis, maka resikonya akan meningkat. 1% dari semua
kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker testis merupakan kanker yang paling
sering ditemukan pada pria berusia 15-40 tahun.
Gejala Klinis
Gejala klinis dari ca testis adalah:
- Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
- Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
- Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah
- Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat
- Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
lainnya yang biasa dilakukan:
1. USG skrotum
2. Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human
chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase). Hampir 85% kanker non-
seminoma menunjukkan peningkatan kadar AFP atau beta HCG.
Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
3. CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut)
4. Biopsi jaringan.
Terapi
Terapi dari ca testis bergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah
kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya.
Selanjutnya ditentukan stadiumnya:
Stadium I : kanker belum menyebar keluar testis
Stadium II : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
Stadium III : kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati
atau paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
1. Pembedahan : pengangkatan testis (orkiektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening
(limfadenektomi)
2. Terapi penyinaran : menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya,
seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma. Juga digunakan
sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadium awal.
3. Kemoterapi : digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk
membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup
penderita tumor non-seminoma.
4. Pencangkokan sumsum tulang : dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan kerusakan
pada sumsum tulang penderita.
- Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
- Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan
kemoterapi dengan sisplasti
- Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
- Stadium I : diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi
perut
- Stadium II : diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan
diikuti dengan kemoterapi
- Stadium III : diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, diberikan kemoterapi
beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).
Kesimpulan
Massa pada skrotum dapat memberikan berbagai indikasi, informasi kedaruratan
bedah urologi, Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang baik dapat membantu
mengindentifikasi diagnosis massa yang terdapat di skrotum. Pemeriksaan penunjang dapat
menjadi pendukung untuk menegakkan diagnosis. Tindakan yang cepat dan tepat dapat
mencegah terjadinya komplikasi/perburukan yang lebih lanjut.
Daftar Pustaka
1. Greene D,J. Testes and Epididymis Anatomy, Diakses pada tanggal 10/11/2018
https://emedicine.medscape.com/article/1949259-overview
2. Widjaja H. Anatomi Abdomen., Jakarta: EGC; 2009. h.17-23
3. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga; 2013. h. 57.
4. Heffner L,J. Schust D,J. At a glance Sistem Reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta :
Erlangga; 2009. h. 23-5
5. Rather A,A. Abdominal Hernias, Diakses pada tanggal 10/11/2018
https://emedicine.medscape.com/article/189563-overview#a7 5
6. Purnomo B. Dasar-dasar urologi. Jakarta: Sagung Seto; 2014. h. 232-318
7. Parke J,C. Hydrocele, Diakses pada tanggal 10/11/2018
https://emedicine.medscape.com/article/438724-overview#showall
8. White W,M. Varicocele, Diakses pada tanggal 10/11/2018
https://emedicine.medscape.com/article/438591-overview
9. Pais V,M. Spermatocele, Diakses pada tanggal 10/11/2018
https://emedicine.medscape.com/article/443432-overview#showall
10. Terlecki R,P. Testicular Trauma, Diakses pada tanggal 10/11/2018
https://emedicine.medscape.com/article/441362-overview#showall
11. Oreowula. Testicular Torsion, Diakses pada tanggal 10/11/2018
https://emedicine.medscape.com/article/2036003-overview#showall
12. Terry,N. Orchitis, Diakses pada tanggal 10/11/2018
https://emedicine.medscape.com/article/777456-overview
13. Ching C,B. Epididymitis, Diakses pada tanggal 10/11/2018
https://emedicine.medscape.com/article/436154-overview
14. Sachdeva K, Testicular Cancer, Diakses pada tanggal 10/11/2018
https://emedicine.medscape.com/article/279007-overview