Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY

INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) BERBANTUAN MEDIA


MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR
SISTEM KOLOID SISWA KELAS XI MS
SMA NEGERI 1 KEDIRI

JURNAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana


(S1) Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mataram

OLEH
ABDUL AJIS
E1M014002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jln. Majapahit No. 62 Mataram NTB 83125 Telp. (0370) 623873

PERSETUJUAN JURNAL SKRIPSI

Jurnal skripsi berjudul: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectually

Repetition (AIR) Berbantuan Media Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Sistem

Koloid Siswa Kelas XI MS SMA Negeri 1 Kediri

yang disusun oleh:

Nama : Abdul Ajis

NIM : E1M014002

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Telah disetujui tanggal : Juli 2018

Mataram, Juli 2018

Menyetujui:
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY
INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) BERBANTUAN MEDIA
MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR
SISTEM KOLOID SISWA KELAS XI MS
SMA NEGERI 1 KEDIRI

Abdul Ajis1, Wildan2, Jeckson Siahaan2


1Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram, Indonesia
2
Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram, Indonesia
*
Keperluan korespondensi, telp: +6285205209026, email:
abdulajischemedunram14@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition (AIR) berbantuan media mind mapping terhadap hasil
belajar sistem koloid siswa kelas XI MS SMA Negeri 1 Kediri. Jenis penelitian ini merupakan
quasi experimental dalam bentuk Post-test Only Control Group Design. Populasi dalam
penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas XI MS SMA Negeri 1 Kediri. Metode yang
digunakan untuk pengambilan sampel yaitu dengan metode sampling jenuh. Sampel pada
penelitian ini adalah kelas XI MS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MS 2 sebagai
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan model
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) berbantuan media mind mapping
sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran
konvensional. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji-t. Hasil uji statistik diperoleh
thitung = 2,292 > ttabel = 1,684 yang berarti Ho ditolak. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
berbantuan media mind mapping memberikan pengaruh yang lebih baik pada hasil belajar
sistem koloid siswa kelas XI MS SMA Negeri 1 Kediri.

Kata kunci: model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR), media mind
mapping dan hasil belajar
THE EFFECT OF AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)
IMPLEMENTATION AS LEARNING MODEL ASSISTED
BY MIND MAPPING MEDIA TOWARDS STUDENTS
LEARNING OUTCOMES OF CHOLOID SYSTEM
AT XI MS SMA NEGERI 1 KEDIRI

ABSTRACT
This research aims to investigate the effect of Auditory Intellectually Repetition (AIR)
as the learning model assisted by mind mapping media towards students learning outcomes at
XI MS, SMA Negeri 1 Kediri. Quasi experimental in the form of post-test only control group
design is the type of this study. The population of this research was all students of XI MS,
SMA Negeri 1 Kediri. Saturation sampling method was chosen to be the sampling method of
this study. The sample of this study were XI MS 1 as the experiment class and XI MS 2 as
control class. In experiment class, Auditory Intellectually Repetition (AIR) assisted by mind
mapping was given, whereas conventional learning model was applied in control class. The
result of statistic obtained tcount = 2,292 > ttable = 1,684 which means H0 is rejected. Based on
this results, it can be concluded that the implementation of Auditory Intellectually Repetition
(AIR) learning model assisted by mind mapping provides better impact on the students’
learning outcomes of choloid system at XI MS, SMA Negeri 1 Kediri.

Keywords : Auditory Intellectually Repetition (AIR) learning model, mind mapping media,
and learning outcomes
PENDAHULUAN pelajaran yang sulit dan penuh dengan
Ilmu kimia adalah cabang ilmu konsep. Ilmu kimia yang abstrak menjadi
pengetahuan alam yang mempelajari semakin abstrak dan tidak dapat menarik
struktur, sifat-sifat materi, perubahan suatu minat siswa sehingga nilai kimia siswa
materi menjadi materi lain, serta energi masih cendrung dibawah KKM.
yang menyertai perubahan materi
Menurut Arifin dalam Rosyana
(Dimyati, 2009). Ilmu kimia merupakan
(2014), sumber kesulitan siswa dalam
salah satu inti dari ilmu sains, dengan
mempelajari ilmu kimia yakni pada 1)
karakteristik bersifat abstrak disebagian
kesulitan dalam memahami istilah,
materinya, matematik, eksperimen, sarat
kesulitan ini timbul karena kebanyakan
dengan konsep, mulai dari konsep yang
siswa hanya menghafal istilah dan tidak
sederhana hingga konsep yang kompleks,
memahami maksut yang benar dari istilah
serta berisikan fakta, prosedur dan hukum
tersebut. 2) kesulitan dengan angka,
(Haristy, 2013). Secara epistimologi
kebingungan siswa sering dijumpai dalam
bahasa, definisi dari ilmu kimia yang
menyelesaikan rumusan perhitungan
berasal dari bahasa arab “alkemi” yang
kimia. Hal ini disebabkan siswa tidak
bermakna seni menyepuh logam dan
mengetahui dasar-dasar matematika
mineral. Ilmu kimia tidak pernah lepas dari
dengan baik. 3) kesulitan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
memahami konsep kimia, karena
kebutuhan manusia atau kontak langsung
kebanyakan konsep dalam kimia
dengan bahan-bahan kimia baik bahan
merupakan konsep yang abstrak dan
alami maupun bahan buatan.
kompleks. Untuk mengatasi hal tersebut,
Ilmu kimia menjadi mata pelajaran perlu ditunjukkan dalam bukti yang lebih
wajib yang harus dipelajari serta penting konkrit, misalnya dengan percobaan atau
untuk dikuasai oleh siswa tingkat media tertentu.
SMA/MA karena sangat erat kaitannya
Berdasarkan hasil observasi yang
dengan kehidupan sehari-hari. Melihat
dilakukan pada guru mata pelajaran kimia
pentingnya ilmu kimia dalam proses
di SMA Negeri 1 Kediri, diperoleh
pembelajaran, siswa diharapkan dapat
informasi bahwa guru sering menerapkan
mencapai nilai minimal KKM yaitu 75
model pembelajaran konvensional yang
sebagai bukti bahwa siswa telah mencapai
didominasi dengan metode ceramah.
tujuan pembelajaran kimia. Namun yang
Model konvensional masih sering
terjadi ialah ilmu kimia dianggap sebagai
diterapkan karena dengan ceramah, guru
tidak perlu menyiapkan berbagai hal yang Berdasarkan permasalahan tersebut,
cukup menyita waktu berkaitan dengan perlu diatasi dengan memperhatikan
model yang akan digunakan. Padahal faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses belajar mengajar keberhasilan belajar misalnya penggunaan
merupakan hal utama yang diharapkan model dan metode dalam kegiatan belajar.
dalam melaksanakan pendidikan sekolah. Pemilihan model pembelajaran yang
Hal ini tidak sesuai dengan Kurikulum efektif merupakan hal penting yang harus
2013 yang diterapkan di sekolah tersebut. diterapkan oleh guru agar memperoleh
Informasi tersebut didukung oleh hasil hasil yang optimal. Pemilihan model
wawancara peneliti dengan beberapa pembelajaran hendaknya dapat melibatkan
siswa. Menurut beberapa siswa, ilmu kimia siswa secara aktif, baik secara fisik,
dikategorikan sebagai salah satu mata intelektual dan emosionalnya dalam
pelajaran yang membosankan dan sulit belajar. Untuk itu proses pembelajaran
untuk dipahami. Akibatnya siswa hanya dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
menghafalkan materi pembelajaran dan itu yang mengarahkan siswa untuk bekerja
ketika akan ujian saja. Setelah itu, siswa dan mengalami semua proses belajar
tidak mengingat kembali konsep yang secara berkelompok, selalu mengaitkan
diajarkan sebelumnya. setiap materi dan memberikan penguatan.
Salah satu model pembelajaran
Ketika proses pembelajaran
yang memungkinkan dapat mengatasi
berlangsung, respon siswa terhadap
permasalahan tersebut adalah model
kegiatan belajar mengajar masih biasa saja
pembelajaran Auditory Intellectually
dan kurang aktif. Masalah tersebut
Repetition (AIR). Model pembelajaran ini
disebabkan metode belajar yang digunakan
dipilih sebagai salah satu upaya untuk
cenderung monoton serta kurangnya
meningkatkan hasil belajar kimia peserta
pemanfaatan media pembelajaran. Hal
didik terutama dalam pencapaian hasil
inilah yang menyebabkan hasil belajar
belajar kimia yang optimal. Model
kimia siswa kelas XI MS masih tergolong
pembelajaran ini berpusat pada siswa
rendah atau masih di bawah KKM (75),
sehingga siswa benar-benar terlibat secara
sebagaimana disajikan pada tabel berikut
aktif dalam proses pembelajaran. Adanya
Kelas Nilai rata-rata keterlibatan siswa secara aktif dalam
XI MS 1 60,45 proses pembelajaran tersebut mampu
XI MS 2 62,14 mendorong siswa untuk mendapatkan
(Sumber: Arsip SMAN 1 Kediri, 2017) suatu pemahaman konsep yang lebih baik,
tercipta proses pembelajaran yang hidup pembelajarannya sudah baik dan
dan tidak hanya berpusat pada guru, dipadukan dengan media yang baik pula
sehingga siswa akan lebih tertarik terhadap maka semangat dan motivasi belajar
kimia. Selain itu model pembelajaran peserta didik akan semakin meningkat
Auditory Intellectually Repetition (AIR) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
menerapkan jika belajar juga harus dengan peserta didik itu sendiri. Penggunaan
pengulangan (repetition). Pengulangan media pembelajaran yang inovatif bisa
yang bertujuan untuk lebih mengingat dilakukan salah satunya dengan cara
kembali materi pelajaran yang telah menggunakan mind mapping yang
diajarkan. disajikan dalam bentuk kata dan gambar.
Model pembelajaran Auditory Siswa akan diberikan kata kunci (keyword)
Intellectually Repetition (AIR) menuntut yang dapat memberikan efek stimulasi baik
peserta didik untuk belajar melalui dalam logika berpikir maupun secara
mendengarkan, berbicara, presentasi, emosional.
mengemukakan pendapat, menanggapi, Mind mapping adalah pemetaan
berkonsentrasi dan berlatih pikiran atau peta pikiran yang
menggunakannya melalui bernalar, memanfaatkan pengingat-pengingat visual
mencipta, mengontruksi, memecahkan dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide
masalah. Belajar juga harus dilakukan yang berkaitan di dalam otak (Faizi, 2013).
dengan pengulangan untuk memperdalam Mind mapping dapat menjelaskan
dan memperluas pemahaman peserta didik hubungan antara satu persoalan dengan
melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, persoalan lainnya baik dalam hal
maupun kuis (Mutlikha, 2015). Oleh perbandingan, tingkatan, keterkaitan, dan
karena itu dengan menerapkan model relasi lainnya. Pengalaman belajar yang
pembelajaran Auditory Intellectually didapatkan oleh siswa secara langsung
Repetition (AIR) akan memberikan inilah yang akan meningkatkan motivasi
pengalaman yang berbeda bagi setiap dan hasil belajar siswa dan juga tingkat
siswa, dan diharapkan akan mampu pemahaman siswa terhadap materi yang
meningkatkan hasil belajar siswa diberikan oleh guru.
khususnya pada materi sistem koloid. Berdasarkan uraian di atas, penulis
Selain penggunaan model tertarik untuk mengadakan penelitian
pembelajaran yang inovatif, penggunaan dengan judul “Pengaruh Penerapan Model
media juga perlu diperhatikan oleh guru, Pembelajaran Auditory Intellectually
karena jika penggunaan model Repetition (AIR) Berbantuan Media Mind
Mapping Terhadap Hasil Belajar Sistem dengan jumlah populasi seluruh siswa
Koloid Siswa Kelas XI MS SMA Negeri 1 kelas XI MS sebanyak 44 siswa. Sampel
Kediri”. dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI
MS 1 sebagai kelas eksperimen dan Kelas
METODELOGI PENELITIAN
XI MS 2 sebagai kelas kontrol yang
Penelitian yang digunakan adalah
masing-masing berjumlah 22 siswa.
penelitian eksperimen. Jenis penelitian
Teknik pengambilan sampel yang
yang dilakukan yaitu quasy eksperimental
digunakan yaitu teknik sampling jenuh.
atau eksperimen semu. Jenis penelitian ini
Sampling jenuh adalah teknik penentuan
memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak
sampel bila semua anggota populasi
dapat berfungsi sepenuhnya untuk
digunakan sebagai sampel (Sugiyono,
mengontrol variabel-variabel luar yang
2014).
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Quasy eksperimental digunakan karena Variabel bebas dalam penelitian ini

pada kenyataannya sulit mendapatkan adalah pembelajaran menggunakan model

kelompok kontrol yang digunakan untuk Auditory Intellectually Repetition (AIR)

penelitian (Sugiyono, 2012). Rancangan berbantuan media mind mapping, yang

penelitian yang akan digunakan dalam diperlakukan untuk kelas eksperimen dan

penelitian ini yaitu post-test only control pembelajaran dengan model konvensional

group design . yanng diperlakukan untuk kelas kontrol.

Penelitian dilakukan pada dua Sedangkan variabel terikat pada penelitian

kelas, yaitu satu kelas sebagai kelas ini adalah hasil belajar siswa pada materi

eksperimen dan satu kelas lainnya sebagai sistem koloid.

kelas kontrol. Penelitian ini, dalam


Penelitian ini menggunakan
pembelajaran pada kelas eksperimen
instrumen tes hasil belajar. Instrumen tes
menggunakan model pembelajaran
yang digunakan berupa tes objektif dengan
Auditory Intellectually Repetition (AIR)
bentuk pilihan ganda. Instrumen yang telah
berbantuan media mind mapping,
disusun terlebih dahulu diuji tingkat
sedangkan pada kelas kontrol
validitasnya dengan uji validitas isi
menggunakan model pembelajaran
menggunakan statistik Aiken’s V dan
konvensional. validitas butir soal menggunakan Korelasi

Penelitian ini dilakukan di SMA biserial. Untuk menguji reabilitas

Negeri 1 Kediri. Kegiatan penelitian instrumen menggunakan rumus KR-20. Uji

berlangsung mulai bulan April – Mei 2018 hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji-t. Uji-t dilakukan setelah berarti bahwa data hasil uji normalitas
data dianalisis dengan uji normalitas dan pada kedua kelas terdistribusi normal.
homogenitasnya.
Uji homogenitas varians dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian ini menggunakan rumus uji-F.
Penelitian yang dilakukan ini Berdasarkan perhitungan menggunakan
difokuskan untuk mengetahui adanya data nilai post-test diperoleh nilai Fhitung
perbedaan hasil belajar dalam ranah sebesar 1,59. Harga Fhitung dikonsultasikan
kognitif dari pengaruh penerapan model dengan Ftabel pada dk pembilang = 21 dan
pembelajaran Auditory Intellectually dk penyebut = 21, diperoleh harga Ftabel
Repetition (AIR) berbantuan media mind pada taraf signifikan 5% sebesar 2,09
mapping pada materi sistem koloid. Oleh sehingga harga Fhitung < Ftabel (1,59 < 2,09)
karena itu, peneliti memberikan tes maka varians kedua data tersebut dikatakan
evaluasi berupa post-test pada kelas homogen.
eksperimen dan kelas kontrol yang menjadi
Untuk membuktikan hipotesis pada
sampel pada penelitian ini. Post-test ini
penelitian ini, maka data hasil belajar siswa
dilakukan sebagai tahap evaluasi untuk
diolah dengan menggunakan rumus uji-t
mengukur tingkat hasil belajar siswa
separated varians, dengan pengambilan
setelah diberikan pembelajaran
keputusan bedasarkan pada hipotesis
sebelumnya. Adanya post-test akan
statistik yang diuji sebagai berikut:
diperoleh data berupa hasil belajar siswa
yang kemudian dilakukan beberapa uji Ho: µ eksperimen  µ control
yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan Ha: µ eksperimen > µ control
uji hipotesis.
Berdasarkan hasil perhitungan
Uji normalitas dalam penelitian ini
diperoleh nilai thitung (2,292) > ttabel (1,684).
menggunakan rumus chi kuadrat.
pada taraf signifikan 5%. Dari hasil
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
perhitungan statistik tersebut menunjukkan
nilai (χ2hitung) pada kelas eksperimen
bahwa menerima hipotesis alternatif (Ha)
sebesar 5,97 dan kelas kontrol sebesar
yang menyatakan bahwa penerapan model
7,31. Nilai (χ2hitung), kemudian
pembelajaran Auditory Intellectually
dikonsultasikan dengan harga (χ2Tabel) pada
Repetition (AIR) berbantuan media mind
taraf signifikan 5% yaitu sebesar 11,07,
mapping dapat memberikan pengaruh yang
sehingga diperoleh (χ2hitung) < (χ2Tabel) yang
lebih baik pada hasil belajar sistem koloid
siswa kelas XI MS SMA Negeri 1 Kediri. Repetition (AIR) berbantuan media mind
Data nilai rata-rata kelas dan nilai tertinggi mapping lebih tinggi daripada siswa yang
dapat dilihat pada grafik berikut. diajarkan menggunakan model

Grafik Perbandingan Hasil Belajar konvensional.

90.91 86,36 Penggunaan model pembelajaran


100
90 72.31 65,08 Auditory Intellectually Repetition (AIR)
80
70 54.54
60 40,91 40,91 berbantuan media mind mapping
50
40 22,73 memberikan pengaruh yang baik terhadap
30
20
10 keaktifan siswa di dalam kelas jika
0
dibandingkan dengan penggunaan model
konvensional. Hal tersebut telah sejalan
dengan karateristik dari model
KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR) itu sendiri, dimana model
. Berdasarkan grafik di atas, terlihat
tersebut melibatkan siswa untuk berperan
perbedaan yang cukup tinggi dari nilai
aktif dalam setiap tahapan proses
hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
pembelajaran. Dalam pembelajaran AIR,
dan kelas kontrol. Hasil post-test pada
siswa dituntut untuk mendengarkan,
kelas eksperimen (XI MS 1) yang
menyelidiki dan melatih suatu informasi
menggunakan model pembelajaran
yang telah diperoleh dengan pemberian
Auditory Intellectually Repetition (AIR)
tugas atau kuis, sehingga siswa dapat
berbantuan media mind mapping diperoleh
meningkaktkan kemampuannya dan dapat
nilai rata-rata kelas sebesar 72,31 dengan
pula meningkatkan hasil belajarnya.
ketuntasan klasikalnya sebesar 40,91%,
Tercapainya hasil belajar yang
sedangkan pada kelas kontrol yang
lebih tinggi pada kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran
dibandingkan dengan kelas kontrol karena
konvensional diperoleh nilai rata-rata kelas
dengan menggunakan model pembelajaran
sebesar 65,08 dengan ketuntasan
Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)
klasikalnya sebesar 22,73%, dengan
siswa menjadi lebih aktif, Hal ini
kriteria ketuntasan minimal (KKM)
disebabkan pada model pembelajaran AIR
sebesar 75. Data post-test tersebut
siswa ditekankan pada tiga kemampuan
menggambarkan bahwa hasil belajar siswa
yaitu Auditory, Intellectually, dan
yang diajarkan menggunakan model
Repetition.
pembelajaran Auditory Intellectually
Pada Auditory siswa tersebut ditransfer ke dalam memori jangka
mendengarkan, berbicara, memberikan panjang.
ide atau argumentasi secara lisan. Ketika Pendapat ini sejalan dengan
Intellectually siswa dituntut mampu penelitian yang dilakukan oleh Syahliani,
memecahkan suatu masalah dengan dkk (2014) yang menyatakan bahwa
menemukan sendiri konsep dan penerapan model pembelajaran AIR
mendiskusikan LKS yang diberikan. memperoleh respon yang sangat baik dari
Dengan adanya proses tersebut, siswa siswa, aktivitas siswa semakin meningkat
mengetahui makna dari konsep–konsep dan meningkatkan hasil belajar siswa.
yang dipelajari dan tersimpan dalam Selain itu dengan adanya
memori siswa. Sesuai dengan pendapat penggunaan media mind mapping dapat
Burhan dkk (2014) yang menyatakan meningkatkan minat dan memotifasi siswa
bahwa dalam diskusi kelompok siswa dalam belajar, karena media mind mapping
dapat menemukan sendiri konsep dengan merupakan media yang menarik yang
mengerjakan latihan sehingga siswa menggunakan gambar dan warna, dimana
mengetahui makna dari konsep–konsep gambar dan warna berfungsi untuk
yang dipelajari dan memperluas mengaktifkan otak kanan anak.
pengetahuan. Pada repetition siswa dapat Keseimbangan antara otak kanan dan kiri
memantapkan pemahaman yang diperoleh akan menyebabkan otak senang dan
selama pembelajaran melalui bentuk menimbulkan rasa ketertarikan serta emosi
pengulangan (Repetition) yang berkaitan positif untuk mempelajari materi lebih
dengan materi sistem koloid yang dalam lagi (Munandar,2016). Adanya
dipelajari. Penyimpanan informasi dalam media mind mapping siswa dapat lebih
memori jangka pendek memiliki waktu dan berperan aktif dalam belajar dengan
jumlah yang terbatas. mengungkapkan ide-ide atau gagasan dan
Proses mempertahankan informasi masukan sesuai dengan pembelajaran yang
ini dapat dilakukan dengan adanya telah dilakukan sebelumnya, sehingga
kegiatan repetition yang masuk ke dalam mempermudah ingatan siswa terkait materi
otak, dengan adanya latihan dan repetition yang telah dipelajari. Sesuai dengan
akan membantu dalam proses mengingat, pendapat Buzan (2010) yang mengatakan
karena semakin lama informasi itu tinggal bahwa mind mapping adalah alat pilihan
dalam memori jangka pendek, maka untuk membantu menajamkan ingatan.
semakin besar kesempatan memori Ketika seseorang dapat mengingat dengan
baik, maka ia dapat mencapai segala
sesuatu yang diinginkan termasuk dalam eksperimen yang diberikan perlakukan
mencapai suatu prestasi belajar. dengan model pembelajaran Auditory
Rendahnya hasil belajar kimia Intellectually Repetition (AIR) berbantuan
siswa pada kelas kontrol dengan model media mind mapping memberikan
pembelajaran konvensional disebabkan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil
beberapa alasan diantaranya, 1) belajar jika dibandingkan dengan kelas
penggunaan metode pembelajaran yang kontrol yang diberikan perlakuan dengan
tidak tepat. Penggunaan metode ceramah model konvensional.
yang menjadi dominan dalam
Pencapaian proses pembelajaran
pembelajaran di dalam kelas sehingga
menggunakan Auditory Intellectually
hanya berpusat pada guru, hal ini akan
Repetition (AIR) berbantuan media mind
membuat siswa jenuh karena hanya
mapping dalam penelitian ini dapat dilihat
mendengarkan saja sehingga membuat
pada besar kecilnya nilai persentase
siswa tidak tertarik dengan materi yang di
aktifitas siswa dalam setiap pertemuan
ajarkan. Hal tersebut membuat siswa
proses pembelajaran. Karena setiap
menjadi pasif di dalam kelas, 2) siswa pada
melakukan pembelajaran ada dua orang
kelas kontrol tidak kondusif, kelasnya ribut
observer yang mengamati sekaligus
sehingga menyebabkan guru kewalahan
menilai aktifitas guru dan siswa selama
dalam menyampaikan materi secara
proses pembelajaran berlangsung. Grafik
optimal, 3) kurangnya pemanfaatan media
nilai rata-rata persentase aktifitas siswa
pembelajaran sehingga siswa kurang
pada kelas eksperimen dan kontrol dapat
termotivasi dalam mempelajari ilmu kimia,
dilihat pada grafik berikut.
4) pelajaran kimia pada kelas kontrol
berada pada jam terakhir sehingga tingkat % Aktivitas Siswa
penyerapan materi oleh siswa sudah 78.00% 75,96%
76.00%
menurun disebabkan otak mereka seudah 74.00%
jenuh dengan materi-materi sebelumnya. 72.00%
70.00%
Perolehan nilai rata-rata post-test 68.00%
66.00% 64,42% KELAS
pada kelas eksperimen (XI MS 1) lebih 64.00% EKSPERIMEN
62.00%
tinggi dari rata-rata nilai posttest kelas 60.00% KELAS
58.00% KONTROL
kontrol (XI MS 2), maka dapat
disimpulkan bahwa terjadi perbedaan hasil
belajar akibat perbedaan perlakuan yang
diberikan pada kedua sampel, dimana kelas
Pada grafik tersebut dapat dilihat mapping siswa menjadi lebih aktif dan
bahwa hasil observasi keaktifan siswa pada semangat dalam belajar.
kelas eksperimen lebih tinggi Keaktifan siswa juga dapat dilihat
dibandingkan dengan keaktifan siswa pada dari aktivitas bertanya siswa. Di kelas
kelas kontrol. Persentasi keaktifan siswa eksperimen siswa yang aktif bertanya dan
kelas eksperimen dan kelas kontrol mengemukakan pendapatnya lebih banyak
berdasarkan lembar observasi masing- dibandingkan kelas kontrol. Hal ini
masing adalah 75,96% dan 64,42%. menandakan bahwa minat belajar kelas
Tingginya aktifitas siswa pada kelas eksperimen juga lebih tinggi karena siswa
eksperimen dikarenakan kelas eksperimen yang benar-benar berminat pada suatu
menerapkan Model pembelajaran Auditory pelajaran akan selalu bertanya apabila ada
Intellectually Repetition (AIR) berbantuan yang belum dipahami. Menurut Astuti
media mind mapping dimana guru sebagai (2011) tinggi rendahnya minat siswa
motivator dan pemberi arah sementara terhadap mata pelajaran yang diajarkan
siswa yang berperan aktif dalam proses berkaitan erat dengan rasa ingin tahu atau
pembelajaran. kebutuhan akan informasi yang salah
Proses pembelajaran di kelas satunya dengan mengajukan pertanyaan.
eksperimen lebih banyak aktifitas yang Dari sini, dapat diketahui bahwa siswa
dilakukan oleh siswa. Pembelajaran pada yang memiliki minat belajar yang tinggi
kelas eskperimen menekankan pada tiga maka hasil belajar siswa juga akan
aspek Auditory, Intellectually, Repetition meningkat, karena siswa akan sulit unuk
(AIR). Auditory berarti mendengarkan, meningkatkan hasil belajarnya apabila
berbicara, memberikan ide atau siswa sendiri tidak memiliki minat pada
argumentasi secara lisan, Intellectually pelajaran tersebut.
melatih kemampuan berpikir mampu Berdasarkan pemaparan di atas,
memecahkan suatu masalah, serta mampu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
memantapkan pemahaman yang diperoleh menggunakan Model Auditory
selama pembelajaran melalui bentuk Intellectually Repetition (AIR) berbantuan
pengulangan (Repetition) yang berkaitan media mind mapping berdampak positif
dengan materi sistem koloid yang dalam meningkatkan keaktifan siswa.
dipelajari. Dalam proses pembelajaran, Tingginya tingkat keaktifan siswa tersebut
siswa aktif dalam berdiskusi dengan teman menjadi salah satu faktor utama terjadinya
kelompok, mengemukakan pendapat, peningkatan hasil belajar siswa. Hal
selain itu juga dengan adanya media mind tersebut sesuai dengan pendapat dari
Hardiyanti,dkk (2013) yang menyatakan yang telah diberikan, 3) ketika siswa dalam
bahwa pembelajaran yang dilakukan memberi kesimpulan masih belum baik
dengan model Model Auditory sehingga diperlukan bantuan guru untuk
Intellectually Repetition (AIR) dapat memperbaiki.
meningkatkan keaktifan siswa dalam
KESIMPULAN
proses pembelajaran dan memberikan
respon yang positif. Selain itu penggunaan Berdasarkan data hasil penelitian
media mind mapping juga memberikan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pengaruh pada keaktifan siswa di kelas penerapan model pembelajaran Auditory
eksperimen. Dengan adanya media mind Intellectually Repetition (AIR) berbantuan
mapping siswa akan lebih mampu media mind mapping memberikan
mengekspresikan dirinya dalam mengisi pengaruh yang lebih baik pada hasil belajar
media mind mapping. Hal ini sesuai sistem koloid siswa kelas XI MS SMA
dengan pendapat Agustyaningrum, dkk Negeri 1 Kediri.
(2016) yang mengatakan penggunaan SARAN
media mind mapping dalam pembelajaran Diharapkan untuk peneliti
dapat membuat siswa lebih aktif dan selanjutnya agar dapat melakukan
mengungkapkan ide-ide atau gagasan dan penelitian lebih lanjut dengan
masukan dalam penjelasan yang menggunakan model pembelajaran
disampaikan oleh guru. Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Sederet kelebihan pada model berbantuan media mind mapping pada
pembelajaran Auditory Intellectually materi yang lain dan tidak hanya
Repetition (AIR) berbantuan media mind mencakup ranah kognitif, melainkan dapat
mapping juga tidak terlepas dari mencakup ranah afektif dan psikomotorik
kekurangan selama proses penelitian. maupun tingkat berpikir tingkat tinggi
Beberapa masalah yang muncul di dengan memperhatikan karakter siswa dan
antaranya : 1) kurangnya buku paket kimia faktor-faktor lain yang berpengaruh
sehingga pada tahapan Auditory tidak terhadap prestasi belajar siswa sehingga
berjalan optimal, 2) masih ditemukan dapat lebih menyempurnakan penelitian
beberapa siswa yang masih belum sebelumnya.
berpartisipasi dalam proses pembelajaran
seperti siswa sulit untuk berdiskusi dengan
teman kelompok hal ini terlihat dari
beberapa siswa mengerjakan sendiri tugas
DAFTAR PUSTAKA Haristy, D. R., Enawaty, E., & Lestari, I.
2013. Pembelajaran Berbasis
Agustyaningrum, N., dan Simanungkalit,
Literasi Sains pada Materi Larutan
H.T. 2016. Pengaruh Penggunaan
Elektrolit dan Non Elektrolit di
Media Pembelajaran Mind
SMA Negeri 1 Pontianak. Jurnal
Mapping Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan dan Pembelajaran, 2
Matematika Siswa Kelas VII Smp
(12). 90-98.
Tunas Baru Jin-Seung Batam
Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Munandar, Wajar Aziz. 2016. Media Mind
Pythagoras, 5(1): 32-37. Map Untuk Meningkatkan Retensi
Siswa Dalam Pembelajaran
Astuti, Arni. 2009. Pembelajaran Kimia
Pendidikan Kewarganegaraan
Dengan Pendekatan CTL
Kelas III. Jurnal Pendidikan Guru
(Contexual Teaching and Learning)
Sekolah Dasar. 5(18). 234-244.
Melalui Metode Proyek Dan
Eksperimen Ditinjau Dari Sikap Mutlikha, D.I. 2015. Efektivitas
Ilmiah Dan Kemampuan Penggunaan Model Pembelajaran
Berkomunikasi Siswa (Studi Kasus AIR(Auditory, Intellectualy,
Pada Materi Larutan Asam Basa Repetition) Terhadap Hasil Belajar
Kelas XI IPA Semester 2 SMA Sejarah Siswa Kelas XI SMA
Negeri I Surakarta Tahun Pelajaran Negeri 2 Kota Tegal Tahun
2008/2009). Surakarta. Pelajaran 2015/2016. Skripsi
Universitas Negeri Semarang.
Burhan, A.V., Suherman., Mirna. 2014.
Penerapan Model Pembelajaran Rosyana, W. 2014. Pembelajaran Model
Auditory Intellectually Repetition TGT (Team Games Tournament)
(AIR) Pada Pembelajaran Menggunakan Media Permainan
Matematika Siswa Kelas VIII Monopoli Dan Permainan Ular
SMPN 18 Padang. 1(1). 1-8. Tangga Pada Materi Pokok Sistem
Koloid. Jurnal Skripsi.
Bujan, Toni. 2010. Buku Pintar Mind
Mapping untuk Anak Agar Anak Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Mudah Menghafal dan Kuantitatif, Kuantitatif dan R &D .
Berkonsentrasi. Jakarta: Gramedia Bandung: Alfabeta.
Pustaka Utama.
________. 2014. Metode Penelitian
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Kuantitatif, Kuantitatif dan R &D .
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Bandung: Alfabeta.
Cipta.
Syahliani, Mita., Jamal, M. Arifuddin., dan
Faizi, Mastur. 2013. Ragam Metode An’nur, Syubhan. 2014. Penerapan
Mengajarkan Eksakta Pada Murid. Model Pembelajaran Auditory
Jogjakarta: Diva Press. Intelectually Repetition (AIR)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Hardiyanti, I.G.A.D., Wahyuni, D.S.,
Siswa. Jurnal Berkala Ilmiah
Darmawiguna, I.G.M. 2013.
Pendidikan Fisika. 2(3). 38-47.
Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR)
Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas X. Jurnal Karmapati. 2 (4).
519-524.

Anda mungkin juga menyukai