Anda di halaman 1dari 2

NAMA : JIHAN ALIFIA KUSUMA

KELAS : II-A / 02

MATKUL : KOMUNIKASI

KOMUNIKASI PADA PASIEN ANAK

Berkomunikasi dengan anak-anak pada tingkat usia yang berbeda membutuhkan modi
fikasi dari keterampilan yang dipelajari. Dengan memahami tingkat kognitif, perkembang
an, dan fungsional anak, perawat dapat memilih strategi komunikasi yang paling tepat. A
nak-anak menjalani perubahan terkait usia yang signifikan dalam kemampuan untuk mem
proses informasi kognitif dan kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan lingku
ngan. Untuk memiliki hubungan terapeutik yang efektif dengan seorang anak, maka pera
wat harus mampu memahami perasaan dan proses berpikir dari sudut pandang anak. (Eli
zabeth, 2003: 396). Berkomunukasi dengan anak yang normal tanpa ada gangguan apapu
n pasti akan berbeda dengan anak yang mengalami gangguan, contohnya saja seperti ber
komunikasi dengan anak yang sehat dan berkomunikasi dengan anak yang mengalami A
DHD tentunya teknik yang digunakan dalam berkomunikasi akan berbeda,nah kali ini sa
ya akan membahas tentang Komununikasi dengan Anak Penyandang ADHD.
Pembahasan
ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, adalah gangguan yang dita
ndai oleh rentang perhatian yang buruk yang tidak sesuai dengan perkembangan atau ciri
hiperaktivitas dan impulsivitasnya atau keduanya tidak sesuai dengan usia. Anak penyan
dang ADHD juga termasuk sebagai makhluk sosial yang pada hakekatnya membutuhkan
kegiatan komunikasi di dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan komunikasi tersebut dapat
dilakukan oleh orang tua dari anak tersebut, saudara, dokter, perawat, terapis, dan juga te
man-teman sebayanya yang ada disekeliling anak tersebut. Tetapi proses komunikasi yan
g dilakukan oleh anak penyandang ADHD dapat dikatakan cukup berbeda dengan proses
komunikasi anak pada umumnya. Pola komunikasi terapeutik yang digunakan berdasarka
n dengan yang dikemukakan oleh Mundakir (2006) dalam bukunya tentang komunikasi k
eperawatan, yaitu:
1. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara yang rendah dan l
ambat agar anak jauh lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh perawat.
2. Mengalihkan aktivitas, anak yang terkadang hiperaktif lebih menyukai aktivitas yang i
a sukai, sehingga perawat perlu membuat jadwal yang bergantian antara aktivitas yang
pasien anak sukai dengan aktivitas medis.
3. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak yang aman saat berin
teraksi dengan anak.
4. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat mendapat respo
n dari anak yang kurang baik, dan kembali melakukan kontak mata saat kira-kira ana
k sudah dapat mengontrol perilakunya.
5. Sentuhan, menyentuh anak seizin dari si anak.
Kesimpulan
Pola komunikasi terapeutik pada anak dengan ADHD dapat menggunakan pola komunika
si yang dikemukakan oleh Mundakir (2006) dalam bukunya tentang komunikasi keperaw
atan, yaitu meliputi nada suara, mengalihkan aktivitas, jarak interaksi, kontak mata, dan s
entuhan.

Anda mungkin juga menyukai