Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak

terhadap berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan

sehat. Menurut Rukiyah (2015) pemberian imunisasi merupakan tindakan

pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi tertentu seperti

tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis atau

seandainya terkenapun tidak memberikan akibat yang fatal bagi tubuh karena

penyakit infeksi atau menular dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi

sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan penyakit. Hal ini sesuai dengan

peraturan menteri kesehatan Republik Indonesi nomor 42 tahun 2013.

Peraturan tersebut menyatakan tentang penyelenggaraan imunisasi bahwa

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan

status kesehatan seluruh rakyat diperlukan tindakan imunisasi sebagai

tindakan preventif.

Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional merupakan salah satu

intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif dalam upaya mencegah

morbiditas dan mortalitas pada anak. Imunisasi lanjutan ini sangat perlu

diberikan untuk anak karena gangguan kesehatan yang terjadi pada masa anak

dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang, kecacatan dan kematian.

(Notoatmodjo, 2014). Keberhasilan imunisasi sangat dipengaruhi oleh tingkat

1
2

pengetahuan, kerjasama dan dukungan dari orang tua anak terutama seorang

ibu. Sayangnya saat ini masih banyak orang tua terutama seorang ibu yang

melakukan imunisasi hanya untuk memenuhi program dari pemerintah

sedangkan mereka belum mengetahui manfaat imunisasi untuk anak.

Menurut Ranuh (2015) faktor yang mempengaruhi rendahnya

cakupan imunisasi adalah pengetahuan dan kesadaran orang tua. Pengetahuan

adalah hasil dari mengetahui dan dasar tindakan seseorang yang terjadi

setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Proses

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan akan

menjadi motivasi seseorang untuk melakukan tindakan. Tindakan yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih konsisten atau menetap dibandingkan

tindakan tanpa didasari pengetahuan (Agustina, 2012). Pengetahuan ibu yang

baik mengenai imunisasi akan menjadi motivasi ibu untuk membawa bayinya

mendapatkan imunisasi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2012) bahwa

tingkat pengetahuan ibu memiliki pengaruh terhadap status imunisasi

anaknya di tingkat sekolah dasar. Lebih lanjut Ranuh (2008) menyatakan

bahwa rendahnya pengetahuan dan kesadaran orang tua tentang imunisasi

menyebabkan rendahnya kelengkapan imunisasi pada anak. Untuk

mendapatkan imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, dan ada

pula yang merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang
3

informasi atau penjelasan dari petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi,

serta hambatan lainnya. Orang tua adalah orang yang berperan besar dalam

merawat anak dan dalam pengambilan keputusan di rumah tangga untuk

kelengkapan imunisasi anak.

Tingginya angka kematian anak sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan ibu terhadap pentingnya imunisasi termasuk imunisasi lanjutan.

Kurangnya pengetahuan ibu ini disebabkan oleh kurangnya sarana informasi

yang tersedia dan keadaan sosial budaya (Poerwadarminta, 2012). Beberapa

hal penting terkait dengan pemberian imunisasi pada anak adalah status

kesehatan anak saat akan diberikan imunisasi, pengalaman yang lalu tentang

imunisasi, pengertian orang tua tentang imunisasi, kontraindikasi dan dampak

jika tidak diberikan imunisasi (Hidayat, 2009). Namun pada umumnya

sebagian besar ibu-ibu masih merasa takut dan enggan membawa anaknya

untuk imunisasi karena belum mengetahui tentang imunisasi terutama pada

jadwal imunisasi, salah faham mengenai kontra indikasi dan kerisauan

tentang efek samping sehingga menyebabkan banyak anak-anak tidak

diberikan imunisasi (Marimbi, 2010).

Imunisasi sangat penting diberikan bagi anak karena bertujuan untuk

memberikan kekebalan sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibody

spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit.Imunisasi

merupakan program yang cukup efektif dan efesien mencegah penyakit–

penyakit menular yang mewabah. Sejauh ini imunisasi telah menunjukkan

kemampuannya untuk mengurangi kejadian luar biasa di


4

masyarakat.Imunisasi dapat mencegah penyakit yang sering terjadi pada

anak– anak.Pemberian suntikan imunisasi pada bayi dan anak balita, tepat

pada waktunya merupakan faktor penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi

diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak (Proverawati &

Andini, 2010).

Menurut CDC (2012) Difteri merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri Corynebacteriumdiphtheriae. Difteri menyebabkan

adanya selaput tebal di tenggorokan. Hal terebut dapat menyebabkan

penyempitan saluran pernapasan sehingga seseorang mengalami kesulitan

bernapas dan bahkan kematian. Gejala awal penyakit difteri yaitu demam 38

C, pseudomembrane (selaput tipis), putih keabuan pada tenggorok (laring,

faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah serta dapat disertai

dengan nyeri menelan, leher bengkak seperti leher sapi (bullneck) dan sesak

nafas disertai bunyi (stridor). Proses penemuan kasus difteri dimulai dengan

menegakkan diagnosa yaitu dengan mengklasifikasikan dalam kasus probable

dan kasus konfirmasi: Kasus probable adalah kasus yang menunjukkan

gejala-gejala demam, sakit menelan, selaput putih pada tenggorokan

(pseudomembrane), sering leher membengkak dan sesak nafas disertai bunyi

(stridor). Kasus konfirmasi adalah kasus probable yang disertai hasil konfi

rmasi laboratorium positif Corynebacterium diphtheria atau ada hubungan

epidemiologi dengan kasus konfirmasi yang lain.

Difteri merupakan masalah kesehatan sejak ribuan tahun yang lalu

yang menyerang kesehatan manusia yang dapat mengakibatkan komplikasi


5

dan kematian. Organisasi kesehatan dunia World Health Organization

(WHO) mencatat sebanyak 4,5 juta kematian 10,5 juta per tahun terjadi akibat

infeksi yang bisa dicegah dengan imunisasi. Penyakit difteri dapat dicegah

dengan imunisasi sesuai dengan pengembangan program imunisasi. Sasaran

program ini adalah bayi usia 2–12 bulan untuk vaksin Difteri Pertusis Tetanus

(DPT) sebagai imunisasi dasar. Pada usia 6–7 tahun (Sekolah Dasar kelas 1)

pemberian booster difteri toksoid (DT) (FKUI, 2015).

Di Indonesia difteri merupakan masalah kesehatan berbasis

lingkungan yang tersebar di seluruh dunia. Pada Tahun 2011 Indonesia

menduduki peringkat kedua dengan 806 kasus difteri setelah India dengan

jumlah kasus difteri 3.485 dan Nepal merupakan negara ketiga dengan 94

kasus difteri.Difteri menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia (FKUI,

2014). Adapun Povinsi Aceh Memiliki 146 kasus difteri pada tahun 2018 dan

Kabupaten Bener Meriah mengalami 16 Kasus difteri yang tersebar di

beberapa Kecamatan yaitu: (1) Kecamatan Bukit dengan 2 kasus difteri (2)

Kecamatan Pintu Rime Gayo dengan 7 kasus difteri (3) Kecamatan Mesidah

dengan 3 kasus difteri (4) Kecamatan Bandar dengan 1 kasus difteri (5)

Kecamatan Syiah Utama dengan 3 kasus difteri (Dinas Kesehatan Bener

Meriah 2018).

Berdasarkan observasi awal yang dilaksanakan di Kecamatan Bukit

Kabupaten Bener Meriah pada tanggal 5 Januari 2019 di peroleh informasi

sebagai berikut : (1) pemahaman orang tua tentang difteri dan hal apa saja

yang perlu diperhatikan sebagai faktor risiko penyebab difteri anak masih
6

sangat terbatas. (2) rendahnya pemahaman orang tua tentang bahaya penyakit

difteri dan cara pencegahannya. (3) kesibukan orang tua yang menyebabkan

lupa membawa anak untuk mendapatkan imunisasi dengan alasan

ketidakmudahan akses untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis membuat

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ bagaimana faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan orang tua terhadap pemberian imunisasi difteri

pada balita di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah Tahun 2019”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan orang

tua terhadap pemberian imunisasi difteri pada balita di di Kecamatan Bukit

Kabupaten Bener Meriah tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan orang

tua di Tinjau dari pendidikan.

b. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan orang

tua di Tinjau dari usia

c. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan orang

tua di Tinjau dari pekerjaan

d. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pengetahuan orang

tua di Tinjau dari pengalaman


7

3. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Menambah wawasan dan pengetahuan tetang pentingnya pemberian

imunisasi difteri pada balita.

2. Bagi Institusi

Dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau

sebagai masukan dalam membuat suatu kebijakan khususnya dalam upaya

pengenalan penyakit Difteri dan pelaksanaan penyuluhan tentang

pemberian imunisasi Difteri pada balita di Dinas Kesehatan dan

Puskesmas.

3. Institusi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu keperawatan

mengenai pemberian imunisasi difteri pada balita.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat digunakan masyarakat sebagai pedoman pengetahuan

dan informasi tentang imunisasi difteri, serta untuk menambah masukkan

bagi setiap orang akan pentingnya pemberian imunisasi difteri pada balita.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi dan sebagai bahan tinjauan keilmuan dalam

bidang kesehatan terutama tentang adakah hubungan faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan orang tua terhadap pemberian imunisasi

difteri pada balita.

Anda mungkin juga menyukai