1. Gempa Bumi
a. Pengertian
Gempa bumi adalah getaran/gelombang semntara pada kulit bumi/ lempeng / kerak
lifofer yang menyebar ke seh\gala arah. Baik dalam skala kuat (karena dekat dengan pusat
gempa/ episentrum di permukaan bumi maupun skala lemah. Berkay perkembangan ilmu
teknologi, kekuatan gempa memang dapat diukur. Sayangnya, gempa tetap belum bias
diramalkan secar akurat bilamana akan terjadi.
b. Jenis Gempa
Berdasarkan sebab dan akibat yang tercatat, gempa bumi di kelompokkan menajadi
tiga, yaitu gempa bumi vulkanik (disebut gempa vulkanik) , gempa bumi tektonik (gempa
tektinik), dan gempa bumi runtuhan (disebut gempa runtuhan).
1) Gempa Vulkanik
Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh kinerja gunung apai. Pada
umumnya hanya merupakan gempa yang lemah yang hanya terasa di sekitar gunung
api. Anggpan bahwa gempa yang besar di sebabkan oleh adany aerupsi gunung api
tidak sepunuhanya benar. Gempa vulkanik biasanya terjadi sebelum, selama, dan
sesudah letusan gunung api.
a) Sebab utama gempa vulkanik adalah :
(1) Persentuhan magma dengan dinding-dinding tubuh gunung api dan tekanan gas
pada peledakan-peledakan hebat
(2) Perpindahan mendadak dari magma di dalam dapur magma.
Berdasrkan rekaman kejadian gempa yang pernah terjadi, kurang lebih hanya 7
persen yang digolongkan ke dalam gempa vulkanik.
2) Gempa Tektonik
Gempa tektonik di sebabkan oleh pergeseran kulit bumi yang tiba-tiba di dalam bumi
dan erat sekali dengan gejala pembentukan gunungan. Gempa tetktonik dikenal pula
sebagai gempa dislokasi. Gempa tektonik terjadi apabila terbentuk patahan-patahan
yang baru atau jika terjadi pergeseran-pergeseran sepanjang patahan karena timbul
tegangan-tegangan di dalam kulit bumi.
3) Gempa runtuhan
Gempa runtuhan jarang sekali terjadi fdan hanya merupakan 3 persen dari seluaruh
gempa yang berhasil direkam. Gejala ini terdapat di daerah-daerah yang terdapat
runtuhan-runtuhan dalam tanah. Misalnya, di daerah gua-gua batu gamping dan daerha
pertambangan. Sering pula di bedakan gempa yang berpusat di daratan atau gempa
darat dan gempa yang berpusat di laut atau gempa laut.
c. Penyebab Gempa Bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian
membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat
ditahan lagi oleh pinggiran lempengan.
2. Banjir
Fenomena banjir selalu dikaitkan dengan sungai. Banjir terjadi apabila debit air yang
mengalir melalui bagian penampang sungai tidak tersalurkan dan tertampung sampai
lembah aliran sungai. Tidak tersalurkannya air sungai dengan baik disebabkan oleh badan
sungai yang semakin sempit karea didesak permukiman warga. Banjir juga dapat terjadi
karena sungai tersumbat sampah sehingga daya mengalirkan air tidak seimbang.
a. Daerah Aliran Sungai
Sungai berdasarkan atas asal terbentuknya dibagi menjadi:
1) Sungai primer umumnya terbentuk di daerah pegunungan yang tinggi dan di
disnilah mata air yang keluar dari dalam tanah mengalir
2) Sungai sekunder merupakan cabang sungai primer, umumnya terbentuk di daerah
lereng pegunungan
3) Sungai tersier adalah sungai yang merupakan muara sungai sekunder yang akhirnya
mengalirkan semua air sungai dan bermuara di laut.
Ketiga jenis sungai tersebut tersebut membentuk sistem jaringan sungai dan
daerah yang dilaluinya dan disebut sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS). Wilayah DAS
dibagi menjadi tiga, DAS hulu, DAS tengah, dan DAS hilir.
Berdasarkan kontinuitas aliran air di sungai, dibedakan :
1) Sungai intermitent yaitu sungai yang mengalirkan air tidak sepanjang tahun
2) Sungai permanent yaitu sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun, meskipun
debit sungai dapat berubah, engecil, atau membesar tergantung musim.
3. Tanah Longsor
Tanda-tanda awal akan terjadinya tanah longsor antara lain condognya pepohonan,
miringnya tiang listrik, ada rekahan tanah berbentuk seperti tapal kuda, dan keluarnya mata
air. Pada kenyataannya tanda-tanda itu tidak berlaku universal. Banyak faktor yang ikut
berperan dalam terjadinya tanah longsor antara lain kondisi geologi, model pemanfaatan
lahan, perlakuan manusia pada lingkungan hutan, rekayasa manusia dalam membuat sarana
dan prasarana pembangunan, serta rekayasa manusia dalam mengubah bentang alam dan
memanfaatkannya.
a. Daerah rawan tanah logsor
Tanah longsor dibedakan menjadi beberapa jenis, berdasarkan atas cara
perpindahannya massa batuan yang ada. Jenis tanah longsor tersebut adalah:
1). Tanah longsor tipe jatuhan (rocks fall), terjadi apabila massa batuan berpindah dari
daerah elevasi tinggi ke daerah elevasi rendah. longsor ini semata-mata terjadi
karena pengaruh gravitasi. Tanah longsor tipe ini terjadi di tebing yang curam baik
yang terjadi secara alamiah atau karena buatan manusia.
2). Tanah longsor tipe rayapan (creep soil), terjadi apabila massa batuan yang terdiri
dari pelapukan tanah yang cukup tebal longsor secara perlahan-lahan. Tanda-tanda
awal tanah longsor ini adalah keluarnya air. Longsornya akan bertambah cepat
apabila dipicu huajn lebat. Tanah longsor jenis ini umumnya terjadi pada musim
hujan.
3). Tanah longsor tipe nendatan, biasanya terjadi di daerah yang relatif datar. Tanah
longsor ini dipicu oleh terjadinya hujan lebat.
4. Gunung Berapi
a. Pengertian
Gunung api adalah suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi
sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat erupsi. Erupsi adalah fenomena keluarnya magma dari dalam
bumi (Pusat Mitigasi Bencana UPI,2010).
b. Jenis gunung berapi
Berdasarkan bentuknya, Pusat Mitigasi Bencana UPI(2010) membagi jenis gunung
api, yaitu :
1) Stratovolcano
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat
menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga
membentuk suatu kerucut besar (raksasa), terkadang bentuknya tidak beraturan,
karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis
ini.
2) Perisai
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga
tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan
berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh
bentuk gunungapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
3) Cinder Cone
Merupakan gunungapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di
sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di
puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
4) Kaldera
Gunung api jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung
atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini
Klasifikasi gunung berapi di indonesia :
1) Tipe A
Gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu
kali sesudah tahun 1600an
2) Tipe B
Gunung api yang sesudah tahun 1600an belum lagi mengadakan erupsi
magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan
solfatara.
3) Tipe C
Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih
terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola
pada tingkah lemah.
c. Jenis-jenis erupsi
Menurut Sukandarumidi (2010) ada dua jenis erupsi, yaitu :
1) Erupsi linier
Disebut juga erupsi belahan, yaitu erupsi yang melalui belahan atau rekahan yang
terbentuk memanjang. Pada umumnya, hasil yang dikeluarkan sebagian besar terdiri
atas lava yang bersifat basaltik dan membentuk apa yang disebut sebagai basalt
2) Erupsi sentral
Apabila lava keluar melalui terusan kepundan atau diatrema. Erupsi yang demikian
dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a) Erupsi yang semata-mata efusif, yang sebagian besar menghasilkan lava.
Sebagai contohnya yang terkenal terdapat di Hawaii dikenal sebagai aspit atau
gunung api perisai (lava datar tinggi dihasilkan oleh erupsi belahan, sedangkan
asspit oleh erupsi sentral.
b) Erupsi eksplosif, yang sebagian besar menghasilkan bahan-bahan lepas atau
debu gunung api. Lubang kepundaan disebuut corot sedangkan lubang eksplosif
disebut maar. Sgunung api ini mempunyai tekanan gas tinggi dan ledakan yang
hampir selalu keras.
c) Erupsi campuran , yang menghasilkan gunung api stato atau gunung api berlapis,
terdiri dari bahan-bahan lepas dan lava sebagian besar adalah rempah-rempah
lepas dan sebagian keci lava.
5. Tsunami
a. Pengertian
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu “tsu” yang berarti pelabuhan/laut, dan
“nami” yang berarti gelombang. US Army Corps of Engineers (1990) mendefinisikan
Tsunami sebagai gelombang laut gravitasi periode panjang yang ditimbulkan oleh
gangguan seperti petahan, gempa, longsor, jatuhnya benda langit, letusan gunung berapi
dibawah laut dan letusan didekat muka air laut.
b. Penyebab tsunami
1) Longsoran Lempeng Bawah Laut (Undersea landslide)
Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar
lempeng tektonik. Celah retakan antara kedua lempeng tektonik ini disebut dengan
sesar (fault). Proses ini dinamakan dengan penujaman (subduction). Gempa
subduksi sangat efektif membangkitkan gelombang tsunami.
2) Gempa Bumi Bawah Laut (Undersea earthquake)
Gempa tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng
bumi. Jika gempa semacam ini terjadi dibawah laut, air diatas wilayah lempeng yang
begerak tersebut berpindah dari posisi ekuilibriumnya. Gelombang muncul ketika air ini
bergerak oleh pengaruh gravitasi kembali ke posisi ekuilibriumnya. Apabila wilayah yang
luas pada dasar laut bergerak naik ataupun turun, tsunami dapat terjadi.
Berikut adalah persyaratan terjadinya tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi:
a) Gempa bumi yang berpusat ditengah laut dan dangkal (0-30 km)
b) Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
c) Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
B. Dampak Bencana
Menurut Kanisius (2010, hal. 33), dampak yang terjadi akibat bencana adalah:
a. Dampak bencana terhadap kehidupan sosial
Bencana alam yang melanda suatu daerah dapat mengakibatkan terganggunya
ketenangan dan pola hidup masyarakat. Mereka kehilangan sebagian atau seluruh kekayaan
yang dimiliki, seperti rumah, ternak, ladang, dan sawah, maupun anggota keluarga
(Kanisius, 2010, hal. 33).
Bencana alam pasti menimbulkan penderitaan bagi masyarakat. Keadaan kehidupan
sosial masyarakat berubah menjadi kurang menguntungkan dan memerluka bantuan
masyarakat lain yang tidak mengalami bencana dan memiliki kelebihan harta dan ikhlas
membantu. Bencana alam memunculkan kembali solidaritas masyarakat, tanpa
memandang golongan, bahkan asal negara dan bangsa. Dampak negatif bencana alam
terhadap sosial masyarakat dapat dikurangi apabila setiap anggota masyarakat menyadari
betapa pentingnya hidup berdampingan, bergotong royong, saling membantu, dan
menghilangkan rasa saling curiga (Kanisius, 2010, hal. 35).
1) Dampak bencana terhadap kehidupan ekonomi masyarakat
Bencana alam dapat merusak sarana prasarana ekonomi masyarakat, seperti pasar,
perindustrian, perkantoran, dan lain sebagainya. Saluran telekomunikasi rusak, jaringan
listrik putus, dan kemampuan ekonomi masyarakat pun menjadi sangat terbatas (Kanisius,
2010, hal. 35).
Dampak bencana alam terhadap ekonomi masyarakat dapat berlangsung dalam waktu
yang singkat atau waktu yang lama tergantung pada kepedulian pemerintah dan daya juang
hidup masyarakat. Usaha mengurangi dampak bencana alam terhadap ekonomi antara lain
dengan meyakinkan setiap anggota masyarakat bahwa mereka harus bangkit, tidak boleh
merenungi nasib, harus berusaha mengatasi masalah ekonomi bersama-sama pemerintah
(Kanisius, 2010, hal. 36).
2) Dampak bencana terhadap politik dan keamanan
Bencana alam dapat dimanfaatkan oleh sekelompok orang yang kurang bertanggung
jawab untuk mengguncang keamanan dan kestabilan politik. Terjadi pencurian,
perampokan, pertikaian antar kelompok, dan teror yang dihembuskan oleh orang-orang
ikut meramaikan suasana yang mengguncang kerukunan masyarakat. Usaha untuk
mengurangi dampak negatifnya antara lain dengan cara membangun rasa saling percaya
antar para korban bencana alam dan menghilangkan rasa saling curiga, setia kawan dan
bergotong royong menangkal isu-isu tendensi dari luar, solidaritas sosial diperkuat, dan
ciptakan ketenangan bersama (Kanisius, 2010, hal. 37).
3) Dampak bencana terhadap lingkungan hidup
Bencana alam dapat mengubah lingkungan hidup menjadi kurang mendukung secara
estetika. Misalnya, lumpur laut yang terbawa gelombang tsunami ke darat mencemari
semua sumur penduduk sehingga air sumur tidak layak dimanfaatkan untuk keperluan
rumah tangga dan juga keadaan sanitasi yang tidak terjamin (Kanisius, 2010, hal. 38).
Lingkungan akan menjadi lebih baik kembali apabila dibarengi dengan perencanaan dan
pelaksanaan rekonstruksi pemukiman. Usaha untuk mengurangi dampak negatif bencana
alam terhadap lingkungan hidup wajib dilakukan, dengan kesadaran bahwa lingkungan
yang sehat dan tertata baik mampu menjauhkan ancaman terhadap kesehatan. Kesehatan
lingkungan merupakan tanggung jawab kita bersama (Kanisius, 2010, hal. 39).
b. Promosi kesehatan
1) Berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan masyarakat yang berkaitan dengan
kesiapsiagaan bencana.
2) Menilai masyarakat untuk menentukan masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya,
prevalensi penyakit, penyakit kronis dan kecacatan dan sumber daya kesehatan di
masyarakat. 51 ICN Kerangka Kompetensi Keperawatan Bencana
3) Mitra dengan pihak lain untuk melaksanakan langkah-langkah yang akan mengurangi
risiko yang berkaitan dengan orang-ke-orang transmisi penyakit, sanitasi dan penyakit
bawaan makanan.
4) Berpartisipasi dalam perencanaan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan
masyarakat seperti, imunisasi massal dan program administrasi pengobatan.
5) Bekerja dengan masyarakat untuk memperkuat kemampuan sistem perawatan kesehatan
untuk merespon dan pulih dari bencana.
2. Kompetensi kesiapsiagaan/preparedness
Menurut Warfield (2008) kesiapsiagaan adalah fase manajemen bencana dimana
perencanaan dan kesiapsiagaan adalah prioritas. Tujuannya adalah untuk mencapai tingkat
yang memuaskan kesiapan untuk menanggapi situasi darurat.
Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukannya persiapa yang baik dengan
memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yag ditimbukan akibat
terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan pertolongan serta
perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana (Japanese Red Cross Society &PMI,
2009:14)
a. Praktik etika , praktik hukum dan akuntabilitas
1) Praktik etika
a) Kerjasama dengan pihak lain untuk mengidentifikasi dan mengatasi tantangan etika
b) Menerapkan kerangka etika nasional disetujui untuk mendukung pengambilan keputusan
dan memprioritaskan.
c) Melindungi hak, nilai-nilai dan martabat individu dan masyarakat.
d) Praktik sesuai dengan keyakinan budaya, sosial dan spiritual individu dan masyarakat.
e) Menjaga kerahasiaan dalam komunikasi dan dokumentasi.
f) Memahami keyakinan pribadi seseorang dan bagaimana keyakinan berdampak pada
respon bencana.
g) Menjelaskan bagaimana masalah keamanan dan etika mungkin bertentangan.
2) Praktik hukum
a) Praktik sesuai dengan, negara bagian, nasional dan internasional hukum yang berlaku
setempat.
b) Memahami bagaimana hukum dan peraturan khusus untuk dampak bencana pada praktek
keperawatan dan korban bencana.
c) Mengakui peran hukum kesehatan masyarakat untuk melindungi masyarakat dalam
bencana.
d) Memahami implikasi hukum dari bencana dan darurat 53 ICN Kerangka Kompetensi
Keperawatan Bencana peristiwa (misalnya keamanan, menjaga bukti, kerahasiaan).
e) Menjelaskan masalah hukum dan peraturan yang berkaitan dengan isu-isu seperti: bekerja
sebagai sukarelawan;
(1) peran dan tanggung jawab relawan;
(2) meninggalkan pasien;
(3) adaptasi standar pelayanan;
(4) peran dan tanggung jawab kepada majikan, dan
(5) delegasi.
3) Akuntabilitas
a) Menerima akuntabilitas dan tanggung jawab atas tindakan sendiri.
b) Delegasi kepada orang lain sesuai dengan praktek profesional, hukum dan peraturan yang
berlaku dan situasi bencana.
c) Mengidentifikasi batas-batas pengetahuan sendiri, keterampilan dan kemampuan dalam
bencana dan praktek sesuai dengan mereka.
d) Praktik sesuai dengan hukum dan peraturan yang mengatur perawat dan praktik
keperawatan.
e) Advokat untuk penyediaan perawatan yang aman dan tepat.
2) Implementasi
(a) Melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat termasuk pada saat darurat dan
perawatan trauma sesuai dengan prinsip ilmiah yang diterima.
(b) Berlaku kritis, fleksibel dan berpikir kreatif untuk menciptakan solusi dalam memberikan
asuhan keperawatan
(c) Berlakunya prinsip triase yang diterima saat melakukan perawatan berdasarkan situasi
bencana dan sumber daya yang tersedia.
(d) Menciptakan lingkungan perawatan pasien yang aman.
(e) Mempersiapkan dan menyediakan transportasi untuk keselamatan pasien
(f) Menunjukkan administrasi yang aman untuk obat, vaksin dan imunisasi.
(g) Menerapkan prinsip-prinsip pengendalian infeksi untuk mencegah penyebaran penyakit.
(h) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dan merevisi perawatan yang diperlukan.
(i) Menyediakan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi.
(j) Menjaga keselamatan pribadi dan keselamatan orang lain di tempat bencana
(k) Dokumen perawatan sesuai dengan prosedur bencana.
(l) Menyediakan perawatan dengan cara yang mencerminkan latar belakang budaya,
sosial, spiritual dan beragam individu.
(m) Melakukan perawatan pada korban yang meninggal dengan cara yang menghormati
keyakinan budaya, sosial dan spiritual penduduk sebagai situasi memungkinkan.
(n) Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh orang lain.
(o) Bekerja dengan individu dan lembaga yang tepat untuk membantu korban agar bisa
berhubungan kembali dengan anggota keluarga dan orang yang dicintai.
c. Perawatan psikologis
1) Menjelaskan tahapan respon psikologis terhadap bencana dan tanggapan perilaku yang
diharapkan.
2) Memahami dampak psikologis bencana terhadap orang dewasa, anak-anak, keluarga,
masyarakat rentan dan masyarakat.
3) Memberikan dukungan psikologis yang tepat bagi mereka yang selamat
4) Menggunakan hubungan terapi efektif dalam situasi bencana.
5) Mengidentifikasi respon perilaku individu terhadap bencana dan memberikan intervensi
yang tepat sesuai kebutuhan (misalnya psikologis pertolongan pertama).
6) Membedakan antara respon adaptif terhadap bencana dan respon maladaptif.
7) Berlaku intervensi kesehatan mental yang tepat dan memulai arahan yang diperlukan.
8) Mengidentifikasi strategi penanganan yang tepat bagi mereka yang selamat.
9) Mengidentifikasi korban dan responden yang memerlukan dukungan perawatan
kesehatan mental tambahan dan mengacu pada sumber daya yang tepat.
b. Pemulihan masyarakat
1) Mengumpulkan data yang berhubungan dengan penanggulangan bencana untuk di
evaluasi.
2) Mengevaluasi respon dan praktik keperawatan selama bencana dan bekerja sama dengan
organisasi-organisasi keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan respon.
3) Berpartisipasi dalam analisis data yang berfokus pada peningkatan respon.
4) Mengidentifikasi bidang diperlukan perbaikan dan mengkomunikasikan daerah-daerah
untuk personil yang tepat.
5) Membantu masyarakat dalam transisi dari tahap respon bencana / darurat melalui
pemulihan dan rehabilitasi untuk fungsi normal.
6) Memberikan informasi tentang sumber-sumber rujukan dan sumber daya yang digunakan
dalam bencana.
7) Membantu dalam mengembangkan strategi pemulihan yang meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
8) Kerjasama dengan kelompok yang sesuai dan lembaga untuk membangun kembali
pelayanan kesehatan dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
(2010). Bencana Alam Dan Bencana Antropogene. Jakarta: Kanisius
Hendra. C. (2012). Dampak Gempa Bumi http://gureekebencanaan.blogspot.com/. (Diakses tanggal
3 Februari 2014 pukul 22.30 WIB)
DAFTAR PUSTAKA