Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN OLEH :
PUTERI NADILA
1614401070

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANNJUNGKARANG
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB II
PEMBAHASAN

I. LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

A. Kasus (masalah utama)


Isolasi sosial
B. Proses terjadinya masalah
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Damayanti,
2008)
Isolasi sosial merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat
didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam.
(NANDA-1, 2012)
Proses terjadinya isolasi sosial dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan psiko
dinamika model Stuart (2009) dimana pada model ini masalah keperawatan dimulai dengan
menganalisa faktor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan
mekanisme koping yang digunakan oleh seorang klien sehingga menghasilkan respon baik
yang bersifat konsruktif maupun destruktif dalam rentang adaptif sampai maladaptif.
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasien yang menunjukkan
penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan data hasil observasi.
Data subjektif: pasien mengungkapkan tentang
1) Perasaan sepi
2) Perasaan tidak aman
3) Perasaan bosan
4) Ketidakmampuan konsentrasi
5) Perasaan ditolak
Data Objektif:
1) Banyak diam
2) Tidak mau bicara
3) Menyendiri
4) Tidak mau berinteraksi
5) Tampak sedih
6) Ekspresi datar
7) Kontak mata kurang

3. Rentang respon:

Respon adaptif: kesepian respon maladaptif:


Menyendiri menarik diri manipulasi
Otonomi ketergantungan impulsif
Kebersamaan narkikisme

4. Faktor presdiposisi
Faktor presdiposisi adalah faktor pendukung yang menunjang klien mengalami
gangguan jiwa. Berikut faktor presdiposisi pada gangguan isolasi sosial.
a) Faktor biologis: hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma
kepala dan riwayat penggunaan napza.
b) Faktor psikologi : pada pasien yang mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan
pengalaman negatif pasien terhadap gambaran diri, ketidak jelasan atau berlebihnya
peran yang dimiliki, kegagalan mencapai cita-cita krisis udentitas yang akhirnya
menjadi masalah isolasi soial.
c) Faktor sosial budaya : pasien dengan isolasi sosial umumnya berasal dari tingkat
ekonomi rendah riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tindakan
pendidikan rendah dan kegagalan dalam hubungan sosial.

5.Faktor presipitasi
Faktor presipitasi adalah faktor pencetus yang membuat pasien akhirnya mengalami
gangguan jiwa setelah mengalami faktor-faktor pendukung.
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan isolasi sosial adalah riwayat penyakit
infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak kekerasan dalam keluarga, kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan dikeluarga atau masyarakaat yang sering tidak
sesuai dengan pasien, konflik antar masyarakat.
6. Perilaku
Adapun perilaku yang biasa muncul pada isolasi sosial berupa: kurang spontan, apatis,
ekspresi wajah kurang berseri, afektumpul, tidak merawat dan memperhatikan kebersihan
diri komunikasi verbal menurun atau tidak ada
Klien tidak bercakap dengan klien lain atau perawat, mengisolasi diri ( menyendiri)
klien tampak memisahkan diri dengan orang lain, tidak atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitar.

7. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

NO Data Masalah
1. Ds: -Mengungkapkan dirinya malas bertemu orang lain Isolasi sosial
-Mengungkapkan malu bertemu orang lain
Do: - Klien tampak menyendiri
- Ekspresi datar
- Tidak komunikatif

2 Ds: - Menyatakan bahwa dirinya tidak berguna Harga diri rendah


- Sering merasa bersalah dengan dirinya sendiri
Do: - Kontak mata kurang
- Apatis
- Sulit percaya dan berbicara dengan orang baru

3.. Ds: - Klien mengungkapkan seperti ada yang berbisik kepadanya Halusinasi
- Klien mengatakan ketakutan kepada sesuatu yang tidak
jelas
- Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
Do: - Klien tampak berbicara sendiri
- Klien tampak tertawa sendiri
- Pandangan klien kesatu arah
8. Pohon Masalah

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah kronik

C. Diagnosa keperawatan
a. Isolasi sosial
b. Harga diri rendah kronik
c. Gangguan persepsi sensori: halusinasi

D. Rencana Tindakan keperawatan (Isolasi Sosial)


Perencanaan :
Tujuan:
1. klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi:
a. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi teraupeti
b. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c. Tanyakan nama lengkap klien, dan nama yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan pertumbuhan dasar klien
Rasional:
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Kriteria Evaluasi:
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari:
1) Diri sendiri
2) Orang lain
3) Lingkungan
Intervensi:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien untuk menggunakan perasaannya

Rasional :
Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan faktor resipitasi yang dialami
klien
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
Kriteria evalusai:
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
Intervensi:
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
b. Beri kesempatan kepada pasien tentang mengungkapkan perasaan tentang kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
c. Diskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
d. Beri komentar positip terhadap kemampuan pengungkapan perasaan tentang kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
Rasional:
Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria evaluasi:
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara:
Klien - Perawat
Klien – Perawat – Klien lain
Klien – Perawat - Keluarga
Klien – Perawat – Kelompok
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap:
Klien - Perawat
Klien – Perawat - Perawat lain
Klien – Perawat – Perawat lain - Klien lain
Klien – Perawat - Keluarga/kelompok/masyarakat
c. Beri komentar terhadap keberhasilan yang telah dilakukan
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f. Motivasi klien untuk melakukan, mengikutu kegiatan ruangan
g. Beri komentar atas kegiatan klien dalam ruangan
II. LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Masalah Utama
Defisit perawatan diri

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

2. Faktor Predisposisi dan Faktor Presivitasi


Menurut Depkes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan
pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan
sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.

3. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
 Badan bau, pakaian kotor
 Rambut dan kulit kotor
 Kuku panjang dan kotor
 Gigi kotor disertai mulut bau
 Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif
 Menarik diri, isolasi diri
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Social
 Interaksi kurang
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma
 Cara makan tidak teratur
 BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

4. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri kadang perawatan diri Tidak melakukan
seimbang kadang tidak perawatan saat stress

5. Penatalaksanaan
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis karena
hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapai kejiwaan melalui
komunikasi terapeutik.

C. Pohon Masalah

Effect Isolasi Sosial: menarik diri



Core Problem Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan

Causa Harga Diri Rendah Kronis

D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

E. Data yang Perlu Dikaji


1. Data Subyektif:
Klien mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau
memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.
2. Data Obyektif:
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor, mulut bau,
penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.

F. Diagnosis Keperawatan Jiwa


1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri

G. Rencana Tindakan Keperawatan


Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
1. Untuk Klien
Tujuan Umun: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan
diri.
Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:
1) Wajah cerah, tersenyum
2) Mau berkenalan
3) Ada kontak mata
4) Menerima kehadiran perawat
5) Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
1) Berikan salam setiap berinteraksi.
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
3) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6) Buat kontrak interaksi yang jelas.
7) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8) Penuhi kebutuhan dasar klien.

2. Untuk Keluarga
a. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan memotivasi klien untuk kebersihan diri
melalui pertemuan keluarga
b. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

Defisit Perawatan Diri


1. Untuk Klien
Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi,
berpakaian, makan, dan BAB/BAK
Intervensi:
a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara mandiri
b. Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berhias, makan/minum, BAB/BAK
secara mandiri
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengawali masalah kurang perawatan diri
2. Untuk Keluarga
a. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh klien agar dapat
menjaga kebersihan diri
b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan memantau klien dalam merawat klien
c. Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam merawat diri.

H. Strategi Pelaksanaan Tindakan


SP Pada Pasien SP Pada Keluarga
SP 1 SP I k
1. Menjelaskan pentingnya1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
kebersihan diri keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan cara menjaga 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
kebersihan diri defisit perawatan diri, dan jenis defisit
3. Melatih pasien cara menjaga perawatan diri yang dialami pasien beserta
kebersihan diri proses terjadinya
4. Membimbing pasien
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
memasukkan dalam jadwal defisit perawatan diri
kegiatan harian.
SP 2 p SP 2 k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
latihan sebelumnya. merawat pasien dengan defisit perawatan
2. Menjelaskan cara makan diri
yang baik 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Melatih pasien cara makan merawat langsung kepada pasien defisit
yang baik perawatan diri
4. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP 3 p SP 3 k
1. Memvalidasi masalah dan 1. Membantu keluarga membuat jadual
latihan sebelumnya. aktivitas di rumah termasuk minum
2. Menjelaskan cara eliminasi obat (discharge planning)
yang baik 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
3. Melatih cara eliminasi yang pulang
baik.
4. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

Anda mungkin juga menyukai