Anda di halaman 1dari 12

BAB 4

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Tudi Kasus

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sumber Porong. Desa Sumber

Porong merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Lawang

Kabupaten Malang, yang merupakan pintu gerbang bagian utara dari

Kabupaten Malang dan berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan. Batas-

batas wilayah Desa Sumber Porong yaitu sebelah barat Desa Turirejo,

sebelah timur Desa Smuberngepoh, sebelah selatan Desa Mulyorejodan

sebelah utara Desa Sentul. Desa sumber Porong meupakan salah satu

desa dari 10 Desa dan 3 kelurahan di Kecamatan Lawang, dengan luas

wilayah ± 372 hektar. Semua tempat di Desa Sumber Porong dapat

ditempuh dengan menggunakan transportasi roda 2 maupun roda 4.

Jumlah penduduk di Desa Sumber Porong pada tahun 2019 sejumlah

8900 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 4400 dan perempuan

sebanyak 4500.

Penelitian ini dilakukan di RW 5 Desa Sumber Porong Kecamatan

Lawang Kabupaten Malang. Jumlah Lansia yang ada di RW 5 ada 72

lansia dan yang menderita asam urat ada 15 lansia. Lansia yang ada di

RW 5 ini tinggal bersama keluarga dimana lansia mendapat dukungan

dari keluarga berupa finansial (sosial), dukungan emosional, dan

dukungan fisik (kesehatan). Keadaan lansia dengan keluarga harmonis

50
51

dan lingkungan sekitar nyaman dan orang-orang disekitar rumah juga

ramah.

4.1.2 Gambaran Lingkungan Subjek Penelitian

Subjek 1 alamatnya di Jalan Krajan Selatan RT 02 RW 05 Desa

Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Rumah subjek

terdapat 1 lantai yang berisi 2 kamar tidur, kamar mandi, dapur, serta

gudang. Subjek 1 tidak bekerja atau ibu rumah tangga.

Subjek 2 alamatnya Jalan Krajan Selatan RT 01 RW 05 Desa

Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Rumah subjek

terdapat lantai 1 yang berisi 3 kamar tidur kamar mandi, dan dapur.

Pekerjaan subjek 2 adalah mengajar mengaji.

4.1.3 Gambaran Subjek Studi Kasus

Studi kasus ini terdapat 2 subjek penelitian yaitu Subjek 1 (Ny. S)

dan Subjek 2 (Tn. S). kedua subjek tersebut diberikan penjelasan tentang

SOP kompres serai hangat dan penilaian nyeri dengan menggunakan

skala. Subjek studi kasus bersedia menandatangani lembar persetujuan

dengan peneliti melakukan kontrak selama 1 minggu atau 7 hari.

Intervensi dilakukan setiap hari selama 1 minggu. Selanjutnya peneliti

melakukan observasi dengan mengukur tingkat nyeri dengan skala.

Pengukuran tingkat nyeri dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi.
52

4.1.3.1 Gambaran Umum Subjek 1

Subjek 1 adalah Ny. S umur 56 tahun beragama Islam

bersuku Jawa dengan pendidikan terakhir yang ditempuh Ny. S

adalah SD (Sekolah Dasar). Ny. S tinggal dengan anak dan

suaminya. Dulu Ny. S bekerja sebagai pedagang tapi sekarang

Ny. S sudah tidak bekerja lagi. Ny. S pernah melakukan

pemeriksaan lab. Gejala yang sering dirasakan oleh Ny. S

adalah cekot-cekot. Daerah nyeri yang dirasakan oleh Ny. S

adalah di lutut kanan dan kiri. Nyeri yang dirasakan Ny. S

sangat mengganggu aktivitas sehari-hari seperti berjalan. Skala

nyeri yang dirasakan oleh Ny. S adalah 5 (nyeri sedang). Ny. S

belum tahu tentang kompres serai hangat. Ny. S mengatakan

merasakan nyeri pada lututnya sudah lama. Ny. S hanya minum

obat anti nyeri yang dibeli di apotik. Setelah minum obat

memang nyerinya hilang tetapi tidak lama kemudian nyeri terasa

lagi.

4.1.3.2 Gambaran Umum Subjek 2

Subjek 2 adalah Tn. S umur 51 tahun beragama Islam

bersuku Jawa dengan pendidikan terakhir yang ditempuh Tn. S

adalah SMP (Sekolah Menengah Pertama). Tn. S tinggal

bersama dengan istrinya. Pekerjaan yang dilakukan oleh Tn. S

adalah mengajar mengaji. Gejala yang dirasakan oleh Tn. S

adalah nyeri. Daerah nyeri yang dirasakan oleh Tn. S adalah


53

kedua lutut. Tn. S biasa merasakan nyeri ketika akan bangun

tidur. Nyeri yang dirasakan menggangu aktifitas Tn. S seperti

berjalan. Skala nyeri yang dirasakan oleh Tn. S adalah 4 (Nyeri

Sedang). . Tn. S belum tahu tentang kompres serai hangat. Tn. S

hanya minum obat yang dibeli di apotik dan menunjukkan

penurunan tetapi tidak lama. Setelah itu nyeri kembali lagi.

Table 4.1 Kesimpulan Gambaran Fokus Studi Kasus

Keterangan Subjek 1 Subjek 2


Nama Ny. S Tn. S
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Usia 56 tahun 51 tahun
Pendidikan terakhir SD SMP
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Guru mengaji
Alamat Jl. Krajan Selatan Jl. Krajan Selatan
RT. 02 RW. 05 RT. 01 RW. 05
Desa Sumber Desa Sumber
Porong Kabupaten Porong Kabupaten
Malang Malang
Gejala yang Cekot-cekot Cekot-cekot
dirasakan
Gejala mengganggu Iya, saat berjalan Iya, bangun dari
aktivitas tidur dan berjalan
Skala Nyeri 5 (Nyeri Sedang) 4 (Nyeri Sedang)

4.1.4 Pemaparan Fokus Sudi Kasus

Penelitian yang dilakukan pada tanggal 28 November 2019 – 04

Desember 2019 didapatkan 2 responden yang sama dengan kriteria

sampel yang sudah peniliti tetapkan. Skala nyeri sebelum dilakukan

kompres serai hangat untuk Ny.S adalah 5 (Nyeri Sedang) dan Tn. S

adalah 4 (Nyeri Sedang). Ny. S dan Tn. S sama-sama memiliki keluhan

nyeri sendi di kedua lutut. Peneliti melakukan pendekatan dan


54

memberikan penjelasan kepada kedua responden, setelah itu responden

menyetujui dan menandatangani lembar informed consent. Peneliti

melakukan kontrak waktu selama 1 minggu, kemudian pada hari

pertama peneliti melakukan wawancara awal dengan menanyakan

riwayat penyakit asam urat, pengukuran tingkat nyeri dan pemberian

kompres serai hangat sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur)

dengan suhu air 37oC.

Setelah peneliti melakukan kompres hangat serai setiap hari kepada

2 responden dengan frekuensi 1 hari 1 kali selama 20 menit. Ny. S yang

awalnya sebelum dilakukan kompres didapatkan nyeri dengan skala

nyeri 5 (nyeri sedang) setelah memasuki hari observasi ke-7 mengalami

penurunan hingga skala 2 (Nyeri Ringan), rata-rata penurunan nyeri

sendi yang dirasakan oleh Ny. S menurut NRS yaitu 0,42 sedangkan

menurut WBP yaitu 0,57.

Tn. S sebelum dilakukan kompres didapatkan skala nyeri 4 (Nyeri

Sedang) namun setelah dilakukan kompres didapatkan skala nyeri 0

(tidak nyeri) setelah memasuki hari observasi ke-5. Rata-rata penurunan

nyeri sendi yang dirasakan oleh Tn. S menurut NRS yaitu 0,57

sedangkan menurut WBP yaitu 0,57.

Berikut hasil pengambilan data berdasarkan dari hasil wawancara

observasi yang dilakukan pada 2 responden. sesuai dengan wawancara

yang telah dibuat oleh peneliti:

1. Setelah dilakuan kompres serai hangat, apa yang bapak/ibu rasakan?


55

“Rasanya sudah mendingan mbak daripada sebelumnya, dulukan


kalau dibuat jalan nyeri, tapi sekarang sudah lebih enak.” Kata Ny.
S.

“Sekarang alhamdulillah lebih nyaman mbak, dulukan ketika


bangun tidur selalu nyeri terus kalau sekarang udah nggak nyeri
lagi.” Kata Tn. S.

Hasil wawancara yang dapat disimpulkan bahwa kedua reponden

mengalami perubahan rasa nyeri. Sebelumnya kedua responden

mengeluhkan rasa nyeri yang mengakibatkan terganggunya aktivitas.

Setelah keduanya dilakukan terapi kompre serai hangat selama 1-7 hari

hari didapatkan perubahan nyeri yang cukup baik. Sehingga keduanya

dapat melakukan aktivitas tanpa adanya gangguan.

2. Apakah Bapak/ Ibu masih merasakan nyeri setelah dilakukan

kompres serai hangat?

“Kalau dulukan nyerinya banget mbak, kalau sekarang sudah


mendingan. Jarang kerasa sakit kayak yang dulu” Kata Ny. S.

“Sekarang sudah enakan mbak, malah kayak gak nyeri lagi. Bangun
tidur itu nggak nyeri lagi” Kata Tn. S.

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kedua responden

sudah tidak lagi merasa nyeri. Awalnya kedua responden sering merasa

nyeri. sebelumnya keduanya hanya mengkonsumsi obat saja dan

kembali merasakan nyeri, sedangkan sekarang setelah diberikan

kompes serai hangat kedua responden sudah jarang merasakan nyeri.

3. Skala nyeri dirasakan setelah dilakukan kompres hangat?


“Kalau sekarang sudah masuk 2 mbak (Nyeri Ringan)” Kata Ny. S.

“Sekarang yang saya rasakan sudah 0 (Tidak Nyeri) mbak ” Kata


Tn. S.
56

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kedua responden

setelah diberikan kompes serai hangat selama 7 hari mencapai skala 2

(Nyeri Ringan) dan 0 (Tidak Nyeri). Sebelumnya Ny. S merasakan

nyeri skala 5 (Nyeri sedang) sedangkan Tn. S merasakan nyeri 4 (Nyeri

sedang) yang artinya kedua reponden mengalami penurunan nyeri

setelah dilakukan kompres serai selama 7 hari.

Tabel 4.2 Tabel Observasi tingkat nyeri NRS (Numeric Rating Scale)

sebelum dikompres dan sesudah dikompres hangat serai

Obse Tanggal Skala Skala Skala Skala


rvasi observasi sebelum sesudah sebelum sesudah
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
kompres kompres kompres kompres
(subjek 1) (subjek 1) (subjek 2) (subjek 2)
1 28 5 5 4 4
November
2019
2 29 5 5 3 3
November
2019
3 30 5 4 2 2
November
2019
4 01 4 4 1 1
Desember
2019
5 02 4 3 0 0
Desember
2019
6 03 3 3 0 0
Desember
2019
7 04 3 2 0 0
Desember
2019
Rata-rata 0,42 0,57
57

Tabel 4.3 Tabel Observasi Tingkat Nyeri WBP (Wong Baker Pain)

sebelum dan sesudah dilakukan kompres serai hangat

Obse Tanggal Skala Skala Skala Skala


rvasi observasi sebelum sesudah sebelum sesudah
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
kompres kompres kompres kompres
(Subjek 1) (Subjek (Subjek 2) (Subjek
1) 2)
1 28 6 6 4 4
November
2019
2 29 6 6 2 2
November
2019
3 30 6 4 2 2
November
2019
4 01 4 4 0 0
Desember
2019
5 02 4 2 0 0
Desember
2019
6 03 2 2 0 0
Desember
2019
7 04 2 2 0 0
Desember
2019
Rata-rata 0,57 0,57

4.2 Pembahasan Hasil Studi Kasus

Berdasakan hasil penelitian didapatkan peneliti melakukan terapi kompres

serai hangat selama 7 hari, sehingga keduanya dalam pelaksanaan terapi

selama 7 hari tersebut rutin tanpa ada masalah. Bahan penerapan yang mudah

didapatkan dapat mempermudah dalam menerapkannya. Pengobatan dengan

menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapat


58

meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi

komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan

penyakit kronis yang harus mengeluarkan dana (Widiyatuti, 2008).

Hasil penilitian yang didapat peneliti setelah memberikan kompres serai

hangat terhadap subyek peneliti mengalami penurunan nyeri dilihat dari hasil

observasi yang dilakukan pada tabel berikut:

Table 4.4 Tabel observasi NRS (Numeric Rating Scale) dan WBP (Wong

Baker Pain)

Obse Tanggal Skala Skala Skala Skala


rvasi observasi sebelum sesudah sebelum sesudah
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
kompres kompres kompres kompres
(subjek 1) (subjek 1) (subjek 2) (subjek 2)
1 28 5 5 4 4
November
2019
2 29 5 5 3 3
November
2019
3 30 5 4 2 2
November
2019
4 01 4 4 1 1
Desember
2019
5 02 4 3 0 0
Desember
2019
6 03 3 3 0 0
Desember
2019
7 04 3 2 0 0
Desember
2019
Rata-rata 0,42 0,57
59

Obse Tanggal Skala Skala Skala Skala


rvasi observasi sebelum sesudah sebelum sesudah
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
kompres kompres kompres kompres
(Subjek 1) (Subjek (Subjek 2) (Subjek
1) 2)
1 28 6 6 4 4
November
2019
2 29 6 6 2 2
November
2019
3 30 6 4 2 2
November
2019
4 01 4 4 0 0
Desember
2019
5 02 4 2 0 0
Desember
2019
6 03 2 2 0 0
Desember
2019
7 04 2 2 0 0
Desember
2019
Rata-rata 0,57 0,57

Subyek 1 yang awalnya sebelum dilakukan kompres didapatkan nyeri

dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang) setelah memasuki hari observasi ke-7

mengalami penurunan hingga skala 2 (Nyeri Ringan), rata-rata penurunan

nyeri sendi yang dirasakan oleh Ny. S menurut NRS yaitu 0,42 sedangkan

menurut WBP untuk pengukurannya melalui ekspresi wajah subyek dengan

skala awal sebelum dilakukan kompres hangat yaitu skala 6 (Nyeri Sedang)

dan setelah diberi kompres serai didapatkan memasuki hari ke-4 nyeri

menurun hingga skala 2 (Nyeri Ringan) rata-rata yang didapat yaitu 0,57.
60

Subyek 2 sebelum dilakukan kompres didapatkan skala nyeri 4 (Nyeri

Sedang) namun setelah dilakukan kompres didapatkan skala nyeri 0 (tidak

nyeri) setelah memasuki hari observasi ke-5. Rata-rata penurunan nyeri sendi

yang dirasakan oleh Tn. S menurut NRS yaitu 0,57 sedangkan menurut WBP

untuk pengukurannya melalui ekspresi wajah subyek dengan skala awal

sebelum dilakukan kompres hangat yaitu skala 4 (Nyeri Sedang) dan setelah

diberi kompres serai didapatkan memasuki hari ke-5 nyeri menurun hingga

skala 0 (Tidak Nyeri) rata-rata yang didapat yaitu 0,57.

Rasa nyeri yang dirasakan oleh kedua responden cukup mengganggu

dalam keduanya melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga keduanya sulit

melakukan kegiatan sehari-hari. Namun ketika setelah dilakukan kompres

serai hangat keduanya dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari. Lansia

mengalami penurunan fisik dan mempunyai masalah kesehatan, tetapi lansia

tetap berperan aktif dalam memenuh kebutuhan aktivitas sehari-hari, dengan

keadaan lansia yang tidak mau bergantung dengan anak-anaknya. Lansia harus

dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Sesuai dengan UU

Kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1 dalam (Wahjudi Nugroho, B.Sc,

2008) manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisik kejiwaan, dan social. Perubahan ini akan memerikan

pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Kesehatan

manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap

dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif

sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta dalam pembangunan.


61

Kedua responden mengatakan mengalami perubahan nyeri setelah

dilakukan kompres serai hangat di daerah yang dirasakan nyeri terasa lebih

nyaman. Rasa pedas dan bersifat hangat sebagai anti inflamasi yang

terkandung pada serai yang dapat menurunkan nyeri. Rasa panas dapat

merilekskan daerah nyeri, sehingga pembuluh darah mengalami vasodilatasi

yang akhirnya terjadi peningkatan aliran darah. Peningkatan aliran darah dapat

menyingkirkan produk-produk inflamasi seperti bradikinin, histamine,

prostaglandin yang menimbulkan nyeri local (Samsudin, Kundre, & onibala,

2016).

Penerapan terapi ini dilakukan selama 7 hari oleh peneliti. Peneliti sama-

sama melakukannya secara penuh kepada kedua responden sehingga keduanya

mengalami penurunan rasa nyeri. Peneliti melakukannya dengan ketekunan

yang tinggi, dikarenakan bila dalam menerapkan terapi komplementer

seseorang tidak dibarengi dengan kesabaan dan ketekunan dalam

melaksanakannya maka tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Sesuai

dengan pendapat yang dikemukan oleh (Yopi Jalu Paksi, 2010) yaitu semakin

besar ketekunan, semakin besar langkah menuju keberhasilan.

4.3 Keterbatasan Studi Kasus

1. Peneliti tidak meneliti penyebab tingginya asam urat.

Anda mungkin juga menyukai