Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN MASALAH HIPERTENSI

Oleh :
Lailatul Isnaini (P17220173016)

DIII-3A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN, LAWANG
Februari 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Dan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Dengan Masalah Hipertensi

Nama : Lailatul Isnaini

NIM : P17220173016

Telah disetujui oleh:

Lawang, 20 Februari 2020

Mahasiswa

(Lailatul Isnaini)

Pembimbing Lahan Pembimbing institusi

( ) ( )
KONSEP KELUARGA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Teori Keluarga
a. Pengertian Keluarga
1) Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua / lebih
individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin
saja memiliki /tidak memiliki hubungan darah / hukum
yang mencirikan orang tersebut kedalam satu keluarga
(Whall, 1986).
2) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
serta tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
3) Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang
terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah /adopsi dan
tinggal dalam satu rumah (Friedman, 1998).

b. Bentuk-bentuk Keluarga
1) Menurut Susman (1974) & Maclin (1988)
a) Keluarga Tradisional
 Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak yang hidup dalam rumah
tangga yang sama
 Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga
yang hanya dengan satu orang yang mengepalai
akibat dari penceraian, pisah atau ditinggalkan
 Pasangan inti,hanya terdiri dari suami dan istri saja,
tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama
mereka
 Bujang dewasa yang tinggal sendirian
 Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami
sebagai pencari nafkah dan istri tinggal dirumah
dengan anak sudah kawin atau bekerja
 Jaringan keluarga besar,terdiri dari dua keluarga inti
atau lebih atau anggota keluarga yang tidak
menikah, hidup berdekatan dalam daerah geografis
b) Keluarga Non tradisional
 keluarga dengan orang tua yg memiliki anak tanpa
menikah
 Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
 Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah
(kumpul kebo)
 keluarga gay dan lesbi adalah pasangan yang
berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai
pasangan yang menikah
 keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri
dari lebih satu pasangan monogamy dengan anak-
anak, secara bersama menggunakan fasilitas,
sumber, dan memiliki pengalaman yang sama

2) Menurut Anderson Carter


 Keluarga Inti (nuclear family) yaitu keluarga yang
terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau anak
angkat
 Keluarga besar (ekstended family) yaitu keluarga
inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah
 Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga
yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih
dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti
 Keluarga duda/janda (single family) yaitu rumah
tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
kandung atau anak angkat yang disebabkan karena
perceraian atau kematian
 Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama-sama
 Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk
tanpa pernikahan
c. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga.
Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (1998);
Setiawati & Dermawan (2005) yaitu
1. Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenihi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan
respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami
tiap anggota keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan
batasan-batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai2 budaya keluarga.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan
kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan
kebutuhan perkembangan fisk, mental, spiritual dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, papan dn kebutuhan lainnya melalui
keefektifan sumber dana keluarga.Mencari sumber2
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan
penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan yang akan datang (pendidikan anak dan jaminan hari
tua).
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan
keturunan tetapi untuk memelihara dan membebaskan anak
untuk kelanjutan generasi.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan
kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara
anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga, memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi Pendidikan
Diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya

d. Tugas keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan.Lima tugas keluarga yang dimaksud :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
e. Tingkat kemandirian keluarga
Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan
perawat keluarga dapat dimulai dari seberapa tingkat kemandirian
keluarga dengan mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi
ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai
tingkat kemandirian IV, menurut Dep-Kes (2006) sebagai berikut :
1. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I /KM I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II /KM II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III /KM III)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV /KM IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif

f. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga


1) Tahap I, Pasangan pemula/baru menikah
Tugas :
 Saling memuaskan antar pasangan
 Beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-
masing pihak
 Merencanakan dengan matang jumlah anak
 Memperjelas peran masing-masing pasangan
2) Tahap II, Keluarga dengan menunggu kelahiran anak
Tugas:
 Mempersiapkan biaya persalinan
 Mempersiapkan mental calon orang tua
 Mempersiapkan berbagai kebutuhan anak
3) Tahap III, Keluarga dengan mempunyai bayi
Tugas:
 Memberikan ASI sebagai kebutuhan dasar bayi
(ASI ekslusif 6 bln)
 Memberikan kasih sayang
 Mulai mensosialisasikan dengan lingkungan
keluarga besar masing-masing pasangan
 Pasangan kembali melakukan adaptasi karena
kehadiran anggota keluarga baru termasuk siklus
hubungan sex
 Mempertahankan hubungan dalam rangka
memuaskan pasangan
4) Tahap IV, Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas:
 Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan
 Mulai menanamkan keyakinan beragama
 Mengenalkan kultur keluarga
 Memenuhi kebutuhan bermain anak
 Membantu anak dalam sosialisasi dengan
lingkungan sekitar
 Menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil
 Memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak
5) Tahap V, Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas:
 Memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat
sekolah maupun biaya sekolah
 Membiasakan belajar teratur
 Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolahnya
 Memberikan pengertian pada anak bahwa
pendidikan sangat penting untuk masa depan anak
 Membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas
dengan lingkungan sekitarnya

6) Tahap VI, Keluarga dengan anak remaja


Tugas:
 Memberikan perhatian lebih pada anak remaja
 Bersama-sama mendiskusikan tentang rencana
sekolah/kegiatan di luar sekolah
 Memberikan kebebasan dalam batasan yang
bertanggung jawab
 Mempertahankan komunikasi dua arah
7) Tahap VII, Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat
Tugas:
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu anak untuk mandiri
 Mempertahankan komunikasi
 Memperluas hubungan keluarga antara orang tua
dengan menantu
 Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah
ditinggal anak
8) Tahap VIII, Keluarga dengan tahap berdua kembali
Tugas:
 Menjaga keintiman pasangan
 Merencanakan kegiatan yang akan datang
 Tetap menjaga komunikasi dengan anak dan cucu
 Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
9) Tahap IX, Keluarga dengan tahap masa tua
Tugas:
 Saling memberikan perhatian yang menyenangkan
antar pasangan
 Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
 Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua
seperti dengan berolahraga, berkebun, mengasuh
cucu
 Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan
adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini
g. Level Pencegahan Perawatan keluarga
Pencegahan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level
prevensi yaitu
1) Pencegahan primer (primary prevention)
2) Pencegahan sekunder (secondary prevention)
3) Pencegahan tersier (tertiary prevention)
KONSEP HIPERTENSI

1. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg
(Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah
diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan
sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD)
normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
2. Anatomi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis
kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas                 : pembuluh darah besar
2) Bawah             : diafragma
3) Setiap sisi        : paru
4) Belakang         : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b.  Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang
terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri
yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari
jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak
sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih
kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka
mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30
µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke
jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic
yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah
dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya
elastic dan termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur  yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin,
2006)
c.  Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter
pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d.  Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil
yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya
mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal,
menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara
pembuluh darah arteri dan vena.
e.  Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan
sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami
kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang
jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan
limfe ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat
di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.
f.  Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk
oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau
alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti
vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih
kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa
darah kotor kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis, mempunyai
katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension
1. Diastolik
a. < 85 mmHg                 : Tekanan darah normal
b. 85 – 99                        : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104                        : Hipertensi ringan
d. 105 – 114                    : Hipertensi sedang
e. >115                            : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg               : Tekanan darah normal
b. 140 – 159                    : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160                           : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita
hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh
tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah
terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh
darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai
kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD
yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan
darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan
dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan
lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
4. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau


transport  Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
– perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
a. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
Ciri perseorangan
1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
5) Kebiasaan hidup
6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
8) Kegemukan atau makan berlebihan
9) Stress
10) Merokok
11) Minum alcohol
12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid

5. Faktor Resiko
a. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
b. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
c. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa
hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine,
DM, dsb.
e. Factor emosional dan tingkat stress
f. Gaya hidup yang monoton
g. Sensitive terhadap angiotensin
h. Kegemukan
i. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

6. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke
sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal
tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Pathways
7. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :


a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa
( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan,
dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien
9. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
1) Pemekaran pembuluh darah
2) Perdarahan
3) Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
1) Malam banyak kencing
2) Kerusakan sel ginjal
3) Gagal ginjal
c. Jantung
1) Membesar
2) Sesak nafas (dyspnoe)
3) Cepat lelah
4) Gagal jantung

10. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat 
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20
– 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat
diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,
namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih
dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman
dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

11. Cara Pencegahan


1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
Perawatan Hipertensi
- Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
kegemukan).
- Batasi pemakaian garam.
- Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor
keturunan hipertensi dalam keluarga.
- Tidak merokok.
- Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
- Hindari minum kopi yang berlebihan.
- Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
- Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40
tahun.
Bagi yang sudah sakit
Berobat secara teratur.
Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa
petunjuk dokter.
Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk
penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk
hipertensi.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama
kesembuhan, kunci utamanya adalah :
1. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
2. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
3. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
 
12. Diit Hipertensi
a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
1) konsumsi lemak dibatasi
2) konsumsi Cholesterol dibatasi
3) konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4) Makanan yang boleh dikonsumsi
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1) Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
2) Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur
ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
3) Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
4) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5) Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis,
kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
6) Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.

7) Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak
lebih 15 gram perhari.
8) Minuman
Thea  encer, coklat encer, juice buah.
c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
1) Makanan yang banyak mengandung garam
o Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur
atau soda.
o Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang,
sarden ikan teri, telur asin.
 o Keju, margarine dan mentega.
2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol
    Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.
3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
o Lemak hewan     :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.
o Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
4) Makanan yang banyak menimbulkan gas
    Kool, sawi, lobak, dll.
d. Bagaimana Mengatur Diit
1) Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan,
margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau
minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2) Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak
50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
3) Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4) Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5) Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca
cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara
tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang
perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis,
serta kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat – obat
tradisional tersebut diantaranya:
1) Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga
bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya.
Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus.
Kemudian parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari
belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga
minggu sampai satu bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat
diminum dua hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup
pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi,
sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya
lebih banyak.
2) Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai
halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan
usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi
dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut
penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan
darah.    
3) Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah
setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna
coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau
memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu.
Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut
ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung
sekali makan.
4) Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir
sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus,
kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya.
Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur
5) Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4
gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu
gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
6) Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7) Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
8) Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum
       13. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup,
penyakit serebrovaskuler
Tanda :
- Kenaikan TD
- Nadi : denyutan jelas
- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung : murmur
- Distensi vena jugularis
- Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),  pengisian
kapiler mungkin lambat
c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
- Letupan suasana hati
- Gelisah
- Penyempitan kontinue perhatian
- Tangisan yang meledak
- otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
- Peningkatan pola bicara

d. Eliminasi
Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,  riwayat
penyakit ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala :
- Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol
- Mual
- Muntah
- Riwayat penggunaan diuretik
 Tanda :
- BB normal atau obesitas
- Edema
- Kongesti vena
- Peningkatan JVP
- glikosuria
f. Neurosensori
  Gejala :
- Keluhan pusing / pening, sakit kepala
- Episode kebas
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
- Episode epistaksis
Tanda :
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
- nyeri hilang timbul pada tungkai
- sakit kepala oksipital berat
- nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
- Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
- Sianosis
i. Keamanan
Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda       : Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       :
- Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
- Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
- Penggunaan obat / alkohol
  
14. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi
yang diderita klien
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit
RENCANA KEPERAWATAN

N DIANGOSA
O KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX KOLABORASI
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah  Cardiac Pump Cardiac Care
jantungberhubungan effectiveness   - Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi,
denganpeningkatan   Circulation Status durasi)
afterload, vasokonstriksi,  Vital Sign Status   - Catat adanya disritmia jantung
hipertrofi/rigiditas Kriteria Hasil:   - Catat adanya tanda dan gejala penurunan
ventrikuler, iskemia  - Tanda Vital dalam cardiac putput
miokard rentang normal  - Monitor status kardiovaskuler
(Tekanan darah, Nadi,  - Monitor status pernafasan yang menandakan
respirasi) gagal jantung
  - Dapat mentoleransi  - Monitor abdomen sebagai indicator
aktivitas, tidak ada penurunan perfusi
kelelahan   - Monitor balance cairan
  - Tidak ada edema paru,  - Monitor adanya perubahan tekanan darah
perifer, dan tidak ada  - Monitor respon pasien terhadap efek
asites pengobatan antiaritmia
  - Tidak ada penurunan  - Atur periode latihan dan istirahat untuk
kesadaran menghindari kelelahan
  - Monitor toleransi aktivitas pasien
  - Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
  - Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
  - Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
  - Catat adanya fluktuasi tekanan darah
  - Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
  - Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
  - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
  - Monitor kualitas dari nadi
  - Monitor adanya pulsus paradoksus
  - Monitor adanya pulsus alterans
  - Monitor jumlah dan irama jantung
  - Monitor bunyi jantung
  - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
  - Monitor suara paru
  - Monitor pola pernapasan abnormal
  - Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
  - Monitor sianosis perifer
  - Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
  - Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

2 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitasberhubungan   Energy conservation Energy Management
dengankelemahan,   Self Care : ADLs   - Observasi adanya pembatasan klien dalam
ketidakseimbangan suplai Kriteria Hasil : melakukan aktivitas
dan kebutuhan oksigen.   - Berpartisipasi dalam  - Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan
aktivitas fisik tanpa terhadap keterbatasan
disertai peningkatan  - Kaji adanya factor yang menyebabkan
tekanan darah, nadi kelelahan
dan RR   - Monitor nutrisi  dan sumber energi
  - Mampu melakukan tangadekuat
aktivitas sehari hari  - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
(ADLs) secara mandiri dan emosi secara berlebihan
  - Monitor respon kardivaskuler  terhadap
aktivitas
  - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
  - Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
  - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
  - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
  - Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
  - Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
  - Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
  - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
  - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
  - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
  - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
  - Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual

3 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan peningkatan  Pain Level, Pain Management
tekanan vaskuler serebral   Pain control,   - Lakukan pengkajian nyeri secara
  Comfort level komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
- Mampu mengontrol presipitasi
nyeri (tahu penyebab  - Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik  - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri,  - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mencari bantuan)   - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 -- Melaporkan bahwa  - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
nyeri berkurang lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
dengan menggunakan masa lampau
manajemen nyeri   - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
 -- Mampu mengenali menemukan dukungan
nyeri (skala, intensitas,  - Kontrol lingkungan yang dapat
frekuensi dan tanda mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
nyeri) pencahayaan dan kebisingan
 -- Menyatakan rasa  - Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyaman setelah nyeri  - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
berkurang (farmakologi, non farmakologi dan inter
 -- Tanda vital dalam personal)
rentang normal   - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
  - Ajarkan tentang teknik non farmakologi
  - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
  - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
  - Tingkatkan istirahat
  - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
  - Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
  - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
  - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
  - Cek riwayat alergi
  - Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
  - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
  - Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
  - Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
  - Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
  - Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
  - Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

4 Cemas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction


dengan krisis situasional tindakan keperawatan§  - Gunakan pendekatan yang menenangkan
sekunder adanya hipertensi selama 3 x 24§  - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
yang diderita klien jam,   cemas pasien pelaku pasien
berkurang dengan §  - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
kriteria hasil: dirasakan selama prosedur
v Anxiety Control §  - Temani pasien untuk memberikan keamanan
v Coping dan mengurangi takut
v Vital Sign Status §  - Berikan informasi faktual mengenai
- Menunjukan teknik diagnosis, tindakan prognosis
untuk mengontrol§  - Dorong keluarga untuk menemani anak
cemas è teknik nafas§  - Lakukan back / neck rub
dalam §  - Dengarkan dengan penuh perhatian
-- Postur tubuh pasien§  - Identifikasi tingkat kecemasan
rileks dan ekspresi§  - Bantu pasien mengenal situasi yang
wajah tidak tegang menimbulkan kecemasan
-- Mengungkapkan§  - Dorong pasien untuk mengungkapkan
cemas berkurang perasaan, ketakutan, persepsi
§ TTV dbn §  - Instruksikan pasien menggunakan teknik
TD = 110-130/ 70-80 relaksasi
mmHg §  - Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
RR = 14 – 24 x/ menit
N   = 60 -100 x/ menit
S    = 365 – 375 0C

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
kurangnya informasi process   - Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
tentang proses penyakit   Kowledge : health pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Behavior   - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Kriteria Hasil : bagaimana hal ini berhubungan dengan
§  - Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
menyatakan   - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
- pemahaman tentang muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
penyakit, kondisi,  - Gambarkan proses penyakit, dengan cara
prognosis dan program yang tepat
pengobatan   - Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna
§  - Pasien dan keluarga cara yang tepat
mampu melaksanakan  - Sediakan informasi pada pasien tentang
prosedur yang kondisi, dengan cara yang tepat
dijelaskan secara  - Hindari harapan yang kosong
benar   - Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
§  - Pasien dan keluarga tentang kemajuan pasien dengan cara yang
mampu menjelaskan tepat
kembali apa yang  - Diskusikan perubahan gaya hidup yang
dijelaskan perawat/tim mungkin diperlukan untuk mencegah
kesehatan lainnya. komplikasi di masa yang akan datang dan
atau proses pengontrolan penyakit
  - Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
  - Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
  - Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
  - Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
  - Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Hamzah, www.wikicek.com : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC,

Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition.
Oxford: Oxford University Press

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC)  Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Anda mungkin juga menyukai