5)
Dengan mengambil laju perubahan pada arah x dan y, kemiringan untuk sel
pusat “e” dihitung dengan menggunakan alogaritma:
Kemiringan sel pusat = √ ([dz/dx]2 + [dz/dy]2)
Gambar 51. Perbandingan Nilai Kemiringan Lereng Satuan Derajat dan Persen
Sumber: Esri, 1996
Hasil dari analisis ini berupa data kemiringan lereng berdasarkan kelas
kelerengannya dalam satuan persen. Namun hasil analisis ini masih belum efektif
jika di tinjau dari hubungan antara resolusi spasial dengan skala pemetaan. Selisih
antara skala yang digunakan dengan skala efektif dari hasil perhitungan
menggunakan rumus Tobler adalah 1 : 40.000. Untuk menyamakan nilai keduanya
dapat dilakukan proses generalisasi data menggunakan tools “Raster Calculator”
yakni memasukkan sintak nilai jumlah piksel yang ingin dieliminasi, dengan
tahapan sebagai berikut.
L = (SP/10.000)2 .................................................................................................(5.6)
Keterangan:
L adalah luas (Ha/1 cm2)
SP adalah skala peta
Sehingga dari rumus tersebut didapatkan hasil dari nilai skala peta yang
digunakan dan skala efektif sebagai berikut.
108
Resolusi spasial data efektif didapatkan menggunakan rumus Tobler dengan
acuan skala peta yang digunakan (1 : 100.000), sedangkan luas Ha/1cm 2 dalam peta
didapatkan dari rumus (5.6) dengan hasil 36 ha untuk resolusi yang digunakan saat
ini dan 100 ha untuk resolusi efektif/ideal yang seharusnya, sehingga terdapat selisih
besar luas 64 ha/1cm2.
109
Generalisasi data memungkinkan peneliti untuk menyederhanakan dengan cara
mengeliminasi data dalam jumlah piksel ≤ 3, menggunakan fungsi sintak pada
“Raster Calculator” sebagai berikut:
SetNull(Lookup(“Data Kelas Lereng”,”Count”)<3,1) ……..............................(5.8)
Definisi sintak tersebut adalah menentukan nilai sel data raster “Data Kelas
Lereng” yang memiliki angka kurang dan sama dengan 3 pada field “Count” untuk
di eliminasi (No Data). Hasil analisis ini akan digunakan sebagai area masking
(referensi) pada tools “Nibble” untuk disebar secara bertetangga sehingga sel “No
Data” sebelumnya akan tergeneralisasi dengan sel disekitarnya dan menghasilkan
nilai data baru.
Hasil yang diperoleh dari analisis spasial kelerengan dengan mengikuti prinsip
tersebut ditampilkan dalam bentuk peta, tabel dan grafik.
Tabel 5.5. Luas dan Persentase Kelas Kemiringan Lereng Kabupaten Bantaeng
Luas Kelas Kemiringan Lereng (Ha)
No Kecamatan Total
0-15% 15-30% 30-50% 50-70% >70%
1 Kec. Bantaeng 57.25 24.86 10.49 3.95 1.31 97.86
2 Kec. Bissappu 77.75 28.30 12.01 2.76 0.60 121.42
3 Kec. Eremerasa 68.45 39.62 21.34 7.91 5.17 142.49
Kec. Gantarang
4 167.34 5.55 0.17 0.00 0.00 173.06
Keke
5 Kec. Pa'jukukang 166.56 3.26 0.01 0.00 0.00 169.82
6 Kec. Sinoa 32.44 57.40 32.22 9.77 6.29 138.12
7 Kec. Tompobulu 122.16 63.08 26.31 12.01 13.03 236.59
8 Kec. Ulu Ere 45.98 61.22 47.01 21.34 26.73 202.28
Total Luas (Ha) 737.93 283.28 149.56 57.74 53.13 1281.64
Persentase Luas (%) 57.58 22.10 11.67 4.51 4.15 100.00
Sumber: Penulis, 2017
110