Anda di halaman 1dari 45

A.

Obat Antibiotik
1. Amoxicillin
 Indikasi:
Amoksisilina efektif terhadap penyakit:
Infeksi saluran pernafasan kronik dan akut: pneumonia, faringitis (tidak untuk
faringitis gonore), bronkitis, langritis.
Infeksi sluran cerna: disentri basiler.
Infeksi saluran kemih: gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis.
Infeksi lain: septikemia, endokarditis.
 Kontra Indikasi:
Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.
 Dosis:
Dosis amoksisilina disesuaikan dengan jenis dan beratnya infeksi.
Anak dengan berat badan kurang dari 20 kg: 20 – 40 mm/kg berat badan sehari,
terbagi dalam 3 dosis.
Dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 20 kg: 250 – 500 mg sehari,
sebelum makan.
Gonore yang tidak terkompilasi: amoksisilina 3 gram dengan probenesid 1 gram
sebagai dosis tunggal.
2. Ampicillin 500 mg
 Indikasi:
Ampisilina digunakan untuk pengobatan:
Infeksi saluran pernafasan,seperti pneumonia faringitis, bronkitis, laringitis.
Infeksi saluran pencernaan, seperti shigellosis, salmonellosis.
Infeksi saluran kemih dan kelamin, seperti gonore (tanpa komplikasi), uretritis,
sistitis, pielonefritis.
Infeksi kulit dan jaringan kulit.
Septikemia, meningitis.
 Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap penisilina.
 Dosis:
Terapi oral
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 20 kg :
Infeksi saluran pernafasan : 250 – 500 mg setiap 6 jam.
Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam.
Anak-anak dengan berat badan 20 kg atau kurang : 50 – 100 mg/kg BB sehari
diberikan dalam dosis terbagi setiap 6 jam. Pada infeksi yang berat dianjurkan
diberikan dosis yang lebih tinggi.

Terapi parenteral
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 20 kg :
Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan kulit : 250 – 500 mg setiap 6 jam.
Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam.
Septikemia dan bakterial meningitis : 150 – 200 mg/kg BB sehari dalam dosis
terbagi setiap 3 – 4 jam, diberikan secara i.v. selama 3 hari selanjutnya secara i.m.
Anak-anak dengan berat badan 20 kg atau kurang:
Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan kulit : 25 – 50 mg/kg BB sehari
dalam dosis terbagi setiap 6 jam.
Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 50 – 100 mg/kg BB
sehari dalam dosis terbagi setiap 6 jam.
Septikemia dan bakterial meningitis : 100 – 200 mg/kg BB sehari dalam dosis
terbagi setiap 3 – 4 jam, diberikan secara i.v. selama 3 hari selanjutnya secara i.m.
Bayi berusia 1 minggu atau kurang :
25 mg/kg BB secara i.m./i.v. setiap 8 – 12 jam.
Bayi berusia lebih dari 1 minggu :
25 mg/kg BB secara i.m./i.v. setiap 6 – 8 jam.

3. Cefixime Kapsul
 Indikasi:
Cefixime diindikasikan untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang rentan antara lain:
Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia coli
dan Proteus mirabilis.
Otitis media disebabkan oleh Haemophilus influenzae (strain ?-laktamase
positif) dan Streptococcus pyogenes.
Faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
Bronkitis akut dan bronkitis kronik dengan eksaserbasi akut yang disebabkan
oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (strain beta-
laktamase positif dan negatif).
 Kontra Indikasi:
Penderita dengan riwayat shock atau hipersensitif akibat beberapa bahan dari
sediaan ini.
 Dosis:
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan ?30 kg, dosis harian yang
direkomendasikan adalah 50-100 mg (potensi) cefixime diberikan per oral dua
kali sehari.
Dosis sebaiknya disesuaikan dengan usia penderita, berat badan dan keadaan
penderita. Untuk infeksi yang berat dosis dapat ditingkatkan sampai 200 mg
(potensi) diberikan dua kali sehari.
4. Ceftazidime
 Indikasi:
Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh kuman yang susceptible antara lain:
Infeksi umum:
septicaemia; bacteriaemia; peritonitis; meningitis; penderita ICU dengan
problem spesifik, misalnya luka bakar yang terinfeksi.
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah:
pneumonia, bronkopneumonia; pleuritis pada paru-paru; emfisema;
bronciectasis yang terinfeksi; abcess pada paru-paru; infeksi paru-paru pada
penderita cystic fibrosis.
Infeksi saluran kemih:
pyelonephritis akut dan kronis; pyelitis; prostatitis; berbagai abscess renal
Infeksi jaringan lunak dan kulit:
celullitis; erysipelas; abscess; mastitis; luka bakar atau luka lain yang
terinfeksi; ulkus pada kulit
Infeksi tulang dan sendi:
osteotitis, osteomyelitis; artritis septik; bursitis yang terinfeksi
infeksi abdominal dan bilier
cholangitis, cholecystitis; peritonitis; diverkulitis; penyakit radang pelvic
Dialysis
Infeksi-infeksi yang dikaitkan dengan dialisis haemo dan peritoneal dan CAPD
(continous ambulatory peritoneal dialysis).
 Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap antibiotika sefalosporin.
 Dosis:
Dosis umum
Ceftazidime digunakan secara parenteral, dosis tergantung pada tingkat
keparahan, sensitifitas dan tipe infeksi serta usia, berat badan dan fungsi ginjal
penderita.
Dewasa:
Dosis Ceftazidime yang digunakan untuk orang dewasa adalah 1-6 gram per hari,
dapat diberikan dosis masing-masing 500 mg, 1 g atau 2 g setiap 12 atau 8 jam
secara IV atau IM.
Untuk infeksi saluran kemih dan infeksi yang kurang serius, dosis 500 mg atau 1
g setiap 12 jam sudah mencukupi
Untuk sebagian besar infeksi sebaiknya diberikan dosis 1 g setiap 8 jam atau 2 g
setiap 12 jam.
Untuk infeksi yang parah terutama untuk penderita “immunocopromised”,
termasuk neutropenia, dapat diberi dosis 2 g setiap 8 jam atau 12 jam.
Untuk penderita cystic fibrosis dengan fungsi ginjal yang normal yang mengalami
infeksi paru-paru pseudomonal sebaiknya digunakan dosis 100-150 mg/kg/hari
sebagai dosis terbagi.
Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal penggunaan dosis 9 g/hari masih
aman.
Bayi dan anak:
Dosis lazim untuk anak-anak yang berusia lebih dari 2 bulan adalah 30-100
mg/kg/hari, diberikan sebagai dosis terbagi (2-3 kali). Dosis hingga 150
mg/kg/hari (maksimum 6 g sehari) dalam 3 dosis terbagi dapat diberikan pada
anak-anak yang menderita fibrocystic, infected immunocompromised dan
meningitis.
Neonatus dan bayi di bawah 2 bulan
Dosis 25-60 mg/kg/hari diberikan dosis sebagai dosis terbagi 2 kali sehari, telah
terbukti efektif. Waktu paruh Ceftazidime pada neonatus dapat 3-4 kali lebih lama
dibandingkan dengan orang dewasa.
Dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Ceftazidime diekskresikan melalui ginjal secara filtrasi glomeruler. Sehingga
dosis pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal harus disesuaikan atau
diturunkan.
Pada penderita infeksi berat terutama neutropenia yang biasanya mendapatkan
dosis 6 g sehari, ini tidak bisa dilakukan pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal, maka unit dosis pada tabel di atas dapat dinaikkan 50% atau frekuensi
pemberian disesuaikan. Pada penderita ini dianjurkan agar kadar Ceftazidime
dalam serum dipantau dan kadar dalam serum tidak boleh lebih dari 40 mg/liter.
Bila hanya ada klirens kreatinin serum, maka rumus (persamaan Cokcroft’s) dapat
digunakan untuk mengestimasi klirens kreatinin.
Kreatinin serum menunjukkan fungsi ginjal pada keadaan tunak.
5. Clindamycin Capsul
 Indikasi:
Efektif untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkanoleh bakteri anaerob,
streptokokus, pneumokokus dan stafilokokus, seperti :
Infeksi saluran pernafasan yang serius.
Infeksi tulang dan jaringan lunak yang serius.
Septikemia.
Abses intra-abdominal.
Infeksi pada panggul wanita dan saluran kelamin.
 Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap klindamisin dan linkomisin.
 Dosis:
Dewasa : Infeksi serius 150-300 mg tiap 6 jam
Infeksi yang lebih berat 300-450 mg tiap 6 jam
Anak-anak : Infeksi serius 8-16 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3-4
Infeksi yang lebih berat 16-20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3-4
Untuk menghindari kemungkinan timbulnya iritasi esofageal, maka obat harus
ditelan dengan segelas air penuh.
Pada infeksi streptokokus beta hemolitik,pengobatan harus dilanjutkan paling
sedikit 10 hari.

6. KALMICETINE Kloramfenikol Sirup


 Indikasi:
Sebagai terapi pilihan utama untuk pengobatan tifus dan paratifus.
Untuk infeksi-infeksi berat yang disebabkan oleh:
– Salmonella sp.
– H. influenzae (terutama infeksi meningeal)
– Rickettsa
– Limphogranuloma
– Psittachosis
– Gram-negatif yang menyebabkan bakteremia meningitis.
 Kontra Indikasi:
– Penderita yang hipersensitif terhadap kloramfenikol
– Penderita gangguan fungsi hati yang berat
– Penderita gangguan fungsi ginjal yang berat
 Dosis dan Cara Pemberian:
– Dewasa, anak-anak dan bayi berumur di atas 2 minggu: 50 mg/kg BB sehari
dibagi menjadi 3-4 dosis.
– Bayi berumur di bawah 2 minggu: 25 mg/kg BB sehari dibagi menjadi 4 dosis.
7. Spiradan
 Indikasi:
Spiradan efektif untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman gram
positif terutama infeksi oleh Staphylococcus pyogenes (termasuk yang
menghasilkan pinisilinase), pneumokokus dan streptokokus pada saluran
pernafasan, telinga tengah, kulit maupun infeksi/abses pada gigi.
Spiradan juga efektif untuk gonore dan non gonokokaluretritis.
 Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap antibiotika golongan makrolid.
 Dosis:
Dewasa: 3 kali 1 tablet (500 mg) selama 5 hari.
Anak-anak: 50 mg/kg berat badan/hari (setara dengan 150.000 IU) dibagi dalam 2
– 4 dosis selama 5 hari.
8. Suprachlor
 Indikasi:
• Sebagai pilihan utama pengobatan tipus, paratipus.
• Untuk infeksi-infeksi berat yang disebabkan oleh:
– Salmonella spp.
– H. Influenza (terutama infeksi meningeal).
– Ricketsia.
– Lymphogranuloma-psittacosis.
– Gram negatif yang menyebabkan bakteremia, meningitis atau infeksi berat
lainnya.
• Dan infeksi-infeksi oleh kuman yang resisten terhadap antibiotika lainnya dan
sensitif terhadap kloramfenikol.
 Kontra Indikasi:
– Penderita yang hipersensitif terhadap kloramfenikol.
– Penderita dengan gangguan faal hati yang berat.
9. Tevox
 Indikasi:
Levofloksasin diindikasikan untuk orang dewasa (>18 tahun) dengan infeksi-
infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif pada kondisi sebagai
berikut :
– Sinusitis maksilaris akut.
– Bronkitis kronik dengan eksaserbasi bakteri akut.
– Pneumonia (community-acquired pneumonia).
– Infeksi kulit dan struktur kulit tanpa komplikasi.
– Infeksi saluran kemih
– Pielonefritis akut
 Kontra Indikasi:
N/A
 Dosis: Tevox Infus: diberikan secara perlahan melalui infus intravena.
Tevox Tab: 250-500 mg satu kali sehari tergantung jenis dan tingkat keparahan
dari infeksi dan sensitivitas dari patogen penyebab.
10. Vancocin
 Indikasi:
– Infeksi berat yang disebabkan oleh stafilokokus yang resistan terhadap metisilin
(beta laktam)
– Pasien yang alergi terhadap pinisilin
– Pasien yang tidak memberikan respon terhadap obat-obat lain termasuk pinisilin
atau sefalosporin
– Infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang peka terhadap vancomycin
 Kontra Indikasi:
Hipersensitivitas terhadap vancomycin.
 Dosis:
Pasien dengan fungsi ginjal normal:
Dewasa: 500 mg setiap 6 jam atau 1 gram setiap 12 jam.
Anak-anak: 10 mg/kg/6 jam.
Bayi: dosis awal: 15 mg/kg, dilanjutkan dengan 10 mg/kg/12 jam.
Pasien dengan kelainan fungsi ginjal:
Disesuaikan dengan creatinine clearance penderita.

11. Ampicillin 125 mg/5ml


 Indikasi:
Ampisilina digunakan untuk pengobatan :
Infeksi saluran pernafasan,seperti pneumonia faringitis, bronkitis, laringitis.
Infeksi saluran pencernaan, seperti shigellosis, salmonellosis.
Infeksi saluran kemih dan kelamin, seperti gonore (tanpa komplikasi), uretritis,
sistitis, pielonefritis.
Infeksi kulit dan jaringan kulit.
Septikemia, meningitis.
 Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap penisilina.
 Dosis:
Untuk pemakaian oral dianjurkan diberikan ½ sampai 1 jam sebelum makan.
Cara pembuatan suspensi, dengan menambahkan air matang sebanyak 50 ml,
kocok sampai serbuk homogen. Setelah rekonstitusi, suspensi tersebut harus
digunakan dalam jangka waktu 7 hari.
Pemakaian parenteral baik secara i.m. ataupun i.v. dianjurkan bagi penderita yang
tidak memungkinkan untuk pemakaian secara oral.
Cara pembuatan larutan injeksi :
Kemasan Cara pemakaian Penambahan air untuk injeksi
Vial 0,5 g i.m./i.v. 1,5 ml
Vial 1,0 g i.m./i.v. 2,0 ml

12. Cefadroxil 500 mg


 Indikasi:
Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang sensitif seperti:
– Infeksi saluran pernafasan : tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis media.
– Infeksi kulit dan jaringan lunak.
– Infeksi saluran kemih dan kelamin.
– Infeksi lain: osteomielitis dan septisemia.
 Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.
 Dosis:
Dewasa:
Infeksi saluran kemih:
Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 – 2 g sehari dalam dosis
tunggal atau dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam
dosis terbagi.
Infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis
terbagi.
Infeksi saluran pernafasan:
Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi.
Infeksi sedang sampai berat, 1 – 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk
faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g
sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal
selama 10 hari.
Anak-anak:
Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 – 50 mg/kg BB sehari
dalam dua dosis terbagi.
Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 – 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua
dosis terbagi. Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic,
pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.

13. Cefixime Sirup


 Indikasi:
Cefixime diindikasikan untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme yang rentan antara lain:

a. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia


coli dan Proteus mirabilis.
b. Otitis media yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae (strain ?-
laktamase positif dan negatif), Moraxella (Branhamella) catarrhalis (sebagian
besar adalah ?-laktamase positif) dan Streptococcus pyogenes.
c. Faringitis dan tonsillitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
d. Bronkitis akut dan bronkitis kronik dengan eksaserbasi akut yang disebabkan
oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (strain ?-
laktamase positif dan negatif).

 Kontra Indikasi:
Penderita dengan riwayat shock atau hipersensitif akibat beberapa bahan dari
sediaan ini.
 Dosis:
Dosis harian yang lazim untuk pediatrik adalah 1,5-3 mg (potensi)/kgBB
diberikan per oral dua kali sehari. Dosis sebaiknya disesuaikan dengan keadaan
penderita. Untuk infeksi yang berat, dosis dapat ditingkatkan sampai 6 mg
(potensi)/kgBB diberikan dua kali sehari.
Pada anak-anak yang menderita otitis media sebaiknya diobati dengan suspensi.
Dari penelitian klinis, otitis yang diobati dengan sediaan suspensi cefixime
didapat bahwa kadar puncak dalam plasma lebih besar dari tablet bila diberikan
dengan dosis yang sama. Sehingga untuk pengobatan otitis media sebaiknya
sediaan suspensi jangan diganti.
Penderita dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan penyesuaian dosis
tergantung pada berat ringannya gangguan, yang direkomendasikan adalah 75%
dari dosis standar (yaitu 300 mg sehari) bila klirens kreatinin antara 21 dan 60
ml/menit atau untuk penderita dengan hemodialisis ginjal, dan 50% dari dosis
standar (yaitu 200 mg sehari) bila klirens kreatinin kurang dari 20 ml/menit atau
penderita yang menjalani dialisis terus menerus (opname).
Pada kasus overdosis:
Lavage lambung bisa dilakukan bila tidak ada antidot yang spesifik. Cefixime
tidak dikeluarkan dalam jumlah yang signifikan dari sirkulasi dengan
hemodialisis atau dialisis peritoneal.
14. Ciprofloxacin 500 mg
 Indikasi:
Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka
terhadap ciprofloxacin, antara lain pada :
– Saluran kemih termasuk prostatitis.
– Uretritis dan serpisitis gonore.
– Saluran cerna, termasuk demam thyfoid dan parathyfoid.
– Saluran nafas, kecuali pneumonia dan streptococus.
– Kulit dan jaringan lunak.
– Tulang dan sendi.
 Kontra Indikasi:
– Penderita yang hipersensitivitas terhadap siprofloksasin dan derivat quinolone
lainnya
– tidak dianjurkan pada wanita hamil atau menyusui,anak-anak pada masa
pertumbuhan,karena pemberian dalam waktu yang lama dapat menghambat
pertumbuhan tulang rawan.
– Hati-hati bila digunakan pada penderita usia lanjut
– Pada penderita epilepsi dan penderita yang pernah mendapat gangguan SSP
hanya digunakan bila manfaatnya lebih besar dibandingkan denag risiko efek
sampingnya.
 Dosis :
1.Untuk infeksi saluran kemih :
– Ringan sampai sedang : 2 x 250 mg sehari
– Berat : 2 x 500 mg sehari
– Untuk gonore akut cukup pemberian dosis tunggal 250 mg sehari
2.Untuk infeksi saluran cerna :
– Ringan / sedang / berat : 2 x 250 mg sehari
3.Untuk infeksi saluran nafas, tulang dan sendi kulit dan jaringan lunak :
– Ringan sampai sedang : 2 x 500 mg sehari
– Berat : 2 x 750 mg sehari
– Untuk mendapatkan kadar yang adekuat pada osteomielitis maka pemberian
tidak boleh kurang dari2 x 750 mg sehari
– Dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal : Bila bersihan kreatinin
kurang dari 20 ml/menit maka dosis normal yang dianjurkan harus diberikan
sehari sekali atau dikurangi separuh bila diberikan 2 x sehari.
– Lamanya pengobatan tergantung dari beratnya penyakit.
Untuk infeksi akut selama 5-10 hari biasanya pengobatan selanjutnya paling
sedikit 3 hari sesudah gejala klinik hilang.

15. Dumoxin
 Indikasi:
-Infeksi saluran pernafasan
-Pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumonia
-Pengobatan bronchitis dan sinusitis kronis
-Infeksi saluran kemih
-Infeksi kulit : acne vulgaris
-Penyakit karena hubungan seksual :
-Sebagai alternatif untuk pengobatan gonore dan sifilis.
-Infeksi mata yang disebabkan oleh Gonococci, Staphylococci dan H.Influenza
seperti trachoma dan konjunctivitis.
-Infeksi Ricketsia
 Kontra Indikasi:
N/A
16. KALMICETINE Kloramfenikol Kapsul
 Indikasi:
Sebagai terapi pilihan utama untuk pengobatan tifus dan paratifus.
Untuk infeksi-infeksi berat yang disebabkan oleh:
– Salmonella sp.
– H. influenzae (terutama infeksi meningeal)
– Rickettsa
– Limphogranuloma
– Psittachosis
– Gram-negatif yang menyebabkan bakteremia meningitis.
 Kontra Indikasi:
– Penderita yang hipersensitif terhadap kloramfenikol
– Penderita gangguan fungsi hati yang berat
– Penderita gangguan fungsi ginjal yang berat
 Dosis dan Cara Pemberian:
– Dewasa, anak-anak dan bayi berumur di atas 2 minggu: 50 mg/kg BB sehari
dibagi menjadi 3-4 dosis.
– Bayi berumur di bawah 2 minggu: 25 mg/kg BB sehari dibagi menjadi 4 dosis.
B. Obat Antikonvulsan.
1. Fenitoin (Ditalin, Dilantin)
Zat hipnotik ini terutama efektif pada grand mal dan serangan psikomotor, tidak untuk
serangan-serangan kecil karena dapat memprofokasi serangan.
 Indikasi : semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus
 Kontra indikasi : gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
 Dosis : oral 1-2x sehari @ 100-300 mg.
 Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.
2. Penobarbital
Zat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi Grand mal / besar, biasanya
dalam kombinasi dengan kafein atau efedrin guna melawan efek hipnotisnya.
 Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
 Kontra indikasi : depresi pernafasan berat, porifiria
 Dosis : oral 3 x sehari @ 25 – 75 mg maksimal 400 mg (dalam 2 dosis).
 Efek samping : mengantuk, depresi mental
3. Karbamazepin
 Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
 Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
 Dosis : oral 1-2x sehari @ 100-200 mg maksimal 1200 mg.
 Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
4. Klobazam
 Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek
ansietas.
 Kontra indikasi : depresi pernafasan
 Dosis : oral 1x sehari @ 10-30 mg, maksimal 60 mg
 Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan
kadang-kadang nyeri kepala, vertigo, hipotensi.
5. Diazepam (Valium)
Selain bersifat sebagai anksiolitika, relaksan otot, hipnotik, juga berkhasiat antikonvulsi.
Maka digunakan sebagai obat status epileptikus dalam bentuk injeksi.
 Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
 Kontra indikasi : depresi pernafasan
 Dosis : oral 2 – 3 x sehari @ 2 – 5 mg
 Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia,
ketergantungan, kadang nyeri kepala.
6. Primidon (Mysolin)
Strukturnya mirip dengan fenobarbital dan di dalam hati akan dibiotrasformasi menjadi
fenobarbital, tetapi kurang sedatif dan sangat efektif terhadap serangan grand mal dan
psikomotor.
 Indikasi : penanganan epilepsy grand mal dan psikomotor, seizure
fokal atau Jacksonian, sentakan mioklonik, dan serangan akinetik.
 Kontra Indikasi : hipersensitifitas, porfiria intermiten akut
 Dosis : Dimulai 4 x sehari @ 500 mg, hari ke 4 250 mg dan hari ke 11 25
mg
 Efek samping : mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, nistagmus, ataksia, dan
erupsi kulit berat
7. Karbamazepin (Tegretol)
Senyawa trisiklik ini mirip imipramin, Digunakan pada epilepsi grand mal dan
psikomotor dengan efek;l.tifitasnya sama dengan fenitoin tetapi efek sampingnya lebih
ringan.
 Indikasi : kejang karena epilepsy, nyeri saraf trigeminal, nyeri
neuropati diabetikum, dan kelainan mood
 Kontra Indikasi : riwayat penghambatan sumsum tulang, gangguan hati,
riwayat porfiria hepatik
 Dosis : Diminum dengan dosis rendah dan dinaikan berangsur-angsur
sampai 2-3 x sehari @ 200-400 mg
 Efek samping : pusing, sakit kepala, mual, muntah, reaksi alergi kulit,
peningkatan berat badan, dan penurunan trombosit.

C. Vasodilator
1. HIDRALAZIN HIDROKLORIDA
 Indikasi: hipertensi sedang hingga berat (sebagai terapi tambahan); gagal jantung
(dengan nitrat kerja panjang, tapi kombinasi ini sering tidak dapat ditoleransi); krisis
hipertensi (sebagai terapi alternatif pada kehamilan).
 Kontraindikasi: lupus eritematosus sistemik idiopatik, takikardia berat, gagal jantung
curah tinggi, insufisiensi miokard akibat obstruksi mekanik, cor pulmonale, aneurism
aorta, porfiria.
 Efek Samping: takikardi, palpitasi, wajah memerah, hipotensi, retensi cairan, gangguan
saluran cerna, sakit kepala, pusing
 Dosis:
Oral, hipertensi, 25 mg dua kali sehari, dapat ditingkatkan hingga maksimal 50 mg dua
kali sehari; gagal jantung (dosis awal dilakukan di rumah sakit) 25 mg 3-4 kali sehari, jika
diperlukan dosis dapat ditingkatkan setiap 2 hari.
Injeksi intravena lambat, hipertensi dengan komplikasi ginjal dan krisis hipertensi, 5-10
mg diencerkan dengan 10 mL NaCl 0,9%; dapat diulangi setelah 20-30 menit (lihat
peringatan).
2. NATRIUM NITROPRUSID
 Indikasi: krisis hipertensi, untuk mendapatkan penurunan tekanan
darah yang terkontrol pada anestesi; gagal jantung kronik atau akut.
 Kontraindikasi: defisiensi vitamin B12 berat, atropi optik Leber;
hipertensi sekunder.
 Efek Samping: disebabkan oleh pengurangan tekanan darah yang terjadi
secara cepat (kurangi kecepatan infus): sakit kepala, pusing, mual,
muntah-muntah, nyeri lambung, berkeringat, palpitasi, rasa was-was,
rasa tidak nyaman pada bagian retrosternal; jarang terjadi: penurunan
jumlah platelet, flebitis transien akut.
 Dosis:
Krisis hipertensi, secara infus intravena, dosis awal 0,5-1,5 mcg/kg
bb/menit, kemudian ditingkatkan bertahap 500 nanogram/kg
bb/menit setiap 5 menit dalam kisaran 0,5-8 mcg/kg bb/menit (dosis
lebih rendah jika sudah mendapat antihipertensi lain); penggunaan
dihentikan jika dalam 10 menit, respons tidak memuaskan dengan
dosis maksimal. Telah digunakan dosis awal lebih rendah 300
nanogram/kg bb/menit;

3. Alfa Bloker
DOKSAZOSIN
 Indikasi: Hiperplasia prostat jinak pada pasien yang memiliki riwayat hipertensi
maupun tekanan darah normal.
 Kontraindikasi: Usia <16 tahun, hipersensitivitas terhadap doksazosin, quinazolin,
sumbatan pada saluran pencernaan, hiperplasia prostat jinak dengan riwayat
hipotensi, pasien dengan riwayat hipotensi ortostatik, penyempitan atau
penyumbatan dalam saluran kemih, infeksi saluran kemih yang sudah berlangsung
lama, batu kandung kemih, dan inkontinensi luapan atau anuria dengan atau tanpa
masalah ginjal.
 Efek Samping: Vertigo, sakit kepala, tekanan darah rendah, pembengkakan pada
kaki, bronkitis, batuk, infeksi saluran napas, hidung tersumbat, bersin, hidung
berair, nyeri lambung/abdominal, mengantuk, gangguan pencernaan, nyeri ulu
hati, mulut kering, nyeri punggung, nyeri otot, gejala menyerupai pilek.
 Dosis: Hipertensi. 1 mg sehari, ditingkatkan setelah 1-2 minggu menjadi 2 mg
sekali sehari, kemudian 4 mg sekali sehari, bila perlu. Maksimal 16 mg sehari.
Tablet pelepasan termodifikasi: 4 mg sehari, tablet ditelan utuh dan jika perlu
dosis dapat ditingkatkan setelah 4 minggu menjadi 8 mg sehari.
TERAZOSIN
 Indikasi: hipertensi ringan sampai sedang; hiperplasia prostat jinak.
 Efek Samping: mengantuk, pusing, tidak bertenaga, edema perifer, sering kencing,
dan priapismus.
 Dosis: hipertensi, 1 mg sebelum tidur; bila perlu dosis ditingkatkan menjadi 2 mg
setelah 7 hari; dosis penunjang lazim 2-4 mg sekali sehari Hiperplasia prostat jinak.
4. Beta Bloker
ASEBUTOLOL
 Indikasi: hipertensi; angina; aritmia.
 Efek Samping: Sama dengan Propanolol.
 Dosis: hipertensi, dosis awal 400 mg sekali sehari atau 200 mg 2 kali sehari, jika
perlu tingkatkan setelah dua minggu sampai 400 mg 2 kali sehari. Angina, dosis
awal 400 mg sekali sehari atau 200 mg 2 kali sehari; 300 mg 3 kali sehari; pada
angina berat, sampai 1,2 g sehari telah digunakan. Aritmia, 0,4-1,2 g sehari dalam
2-3 dosis terbagi.
ATENOLOL
 Indikasi: hipertensi; angina; aritmia.
 Efek Samping: Sama dengan Propanolol; kurangi dosis pada gangguan ginjal.
 Dosis: Oral, hipertensi 50 mg sehari (dosis lebih tinggi tidak lagi perlu
dipertimbangkan).
Angina, 100 mg sehari dalam 1 atau 2 dosis. Aritmia, 50-100 mg sehari
Injeksi intravena, aritmia, 2,5 mg dengan kecepatan 1 mg/menit, ulangi pada
interval 5 menit sampai maksimal 10 mg.
Catatan. Bradikardi yang berlebihan dapat diatasi dengan injeksi intravena atropin
sulfat 0,6-2,4 mg dalam dosis terbagi 0,6 mg setiap kali, untuk overdosis lihat
penanganan keracunan.
BETAKSOLOL
 Indikasi: hipertensi; glaukoma.
 Efek Samping: Sama dengan propanolol; kurangi dosis pada gangguan ginjal.
 Dosis: 20 mg sehari (usia lanjut 10 mg), jika perlu tingkatkan sampai 40 mg.
LABETALOL HIDROKLORIDA
 Indikasi: hipertensi (termasuk hipertensi pada kehamilan, hipertensi dengan angina, dan
hipertensi setelah infark miokard akut); krisis hipertensi; mendapatkan hipotensi yang
terkendali pada anestesia.
 Efek Samping: hipotensi postural (hindari posisi tegak selama pemberian intravena dan
3 jam berikutnya), kelelahan, rasa lemah, sakit kepala, ruam kulit, "scalp tingling",
kesulitan berkemih, nyeri epigastrik, mual, muntah; kerusakan ruam lichenoid (jarang).
 Dosis: oral, dosis awal 50 mg sehari (usia lanjut 25 mg) 2 kali sehari dengan makanan,
tingkatkan dengan interval 14 hari sampai ke dosis lazim 100 mg 2 kali sehari; sampai
dengan 400 mg sehari dalam 2 dosis terbagi (jika lebih tinggi dalam 3-4 dosis terbagi).
Injeksi intravena, 50 mg selama paling tidak 1 menit, jika perlu ulangi setelah 5 menit;
maksimal 200 mg.
NADOLOL
 Indikasi: hipertensi, angina, aritmia, profilaksis migrain, tirotoksikosis.
 Efek Samping: Sama dengan propanolol.
 Dosis: hipertensi, 80 mg sehari bila perlu, tingkatkan dengan interval satu
minggu; maksimal 240 mg sehari. Angina, 40 mg sehari; jika perlu tingkatkan
dengan interval satu minggu, maksimal 160 mg sehari. Aritma, dosis awal 40
mg sehari; bila perlu tingkatkan sampai 160 mg; kurangi sampai 40 mg jika
terjadi bradikardi; Profilaksis migren, dosis awal 40 mg sehari, tingkatkan
dengan 40 mg dengan interval satu minggu; dosis penunjang lazim 80-160 mg
sehari; Tirotoksikosis (tambahan), 80-160 mg sehari.
PROPRANOLOL HIDROKLORIDA
 Indikasi: hipertensi; feokromositoma; angina; aritmia, kardiomiopati obstruktif
hipertrofik, takikardi ansietas, dan tirotoksikosis (tambahan); profilaksis
setelah infark miokard; profilaksis migren dan tremor esensial.
 Efek Samping: bradikardi, gagal jantung, hipotensi, gangguan konduksi,
bronkospasme, vasokonstriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue,
gangguan tidur, jarang ruam kulit dan mata kering (reversibel bila obat
dihentikan), eksaserbasi psoriasis.
 Dosis: oral, hipertensi, dosis awal 80 mg 2 kali sehari, tingkatkan dengan
interval mingguan bila perlu; dosis penunjang 160-320 mg sehari. Hipertensi
portal, dosis awal 40 mg 2 kali sehari, tingkatkan sampai 80 mg 2 kali sehari
sesuai dengan frekuensi jantung; maksimal 160 mg 2 kali sehari.
Feokromositoma (hanya bersama alfa bloker), 60 mg sehari selama 3 hari
sebelum pembedahan atau 30 mg sehari pada pasien yang tidak cocok untuk
pembedahan.
Ansietas dengan gejala seperti palpitasi, berkeringat, tremor, 40 mg 4 kali
sehari selama 2-3 hari, kemudian 80 mg 2 kali sehari, mulai 5-21 hari setelah
infark.
Injeksi intravena, aritmia dan krisis tirotoksik, 1 mg selama 1 menit; jika perlu
ulang dengan interval 2 menit; maksimal 10 mg (5 mg dalam anestesia).
5. Penghambat ACE
BENAZEPRIL
 Dosis: Dewasa 10 mg sekali sehari untuk pasien yang tidak menggunakan obat diuretika
atau 5 mg 1 kali sehari bagi pasien yang menggunakan diuretika. Dosis penunjang 20-40
mg 1 kali sehari atau 2 dosis bagi yang sama (maksimum 80 mg/hari). Untuk pasien
dengan gangguan fungsi ginjal (bersihan kreatinin kurang dari 30 mL/menit), dosis awal 5
mg 1 kali 1 hari, dosis penunjang 40 mg/hari
KAPTOPRIL
 Indikasi: hipertensi ringan sampai sedang (sendiri atau dengan terapi tiazid) dan
hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain; gagal jantung kongestif
(tambahan); setelah infark miokard; nefropati diabetik (mikroalbuminuri lebih dari
30 mg/hari) pada diabetes tergantung insulin.
 Efek Samping: hipotensi; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual (terkadang
muntah), diare, (terkadang konstipasi), kram otot, batuk kering yang persisten,
gangguan kerongkongan, perubahan suara, perubahan pencecap (mungkin
disertai dengan turunnya berat badan), stomatitis, dispepsia, nyeri perut;
gangguan ginjal; hiperkalemia; angiodema, urtikaria, ruam kulit (termasuk eritema
multiforme dan nekrolisis epidermal toksik), dan reaksi hipersensitivitas.
 Dosis: hipertensi, digunakan sendiri, awalnya 12,5 mg 2 kali sehari; jika digunakan
bersama diuretika (lihat keterangan), atau pada usia lanjut; awalnya 6,25 mg 2 kali
sehari (dosis pertama sebelum tidur); dosis penunjang lazim 25 mg 2 kali sehari;
maksimal 50 mg 2 kali sehari (jarang 3 kali sehari pada hipertensi berat).
Gagal jantung (tambahan), awalnya 6,25 - 12,5 mg di bawah pengawasan medis
yang ketat (lihat keterangan di atas); dosis penunjang lazim 25 mg 2 - 3 kali sehari;
maksimal 150 mg sehari.
Profilaksis setelah infark miokard pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri
(asimtomatik atau simptomatik) yang stabil secara klinis, awalnya 6,25 mg, dimulai
3 hari setelah infark, kemudian ditingkatkan dalam beberapa minggu sampai 150
mg sehari (jika dapat ditolerir dalam dosis terbagi).
Nefropati diabetik, 75-100 mg sehari dalam dosis terbagi; jika diperlukan
penurunan tekanan darah lebih lanjut, antihipertensi lain dapat digunakan
bersama kaptopril; pada gangguan ginjal yang berat, awalnya 12,5 mg 2 kali sehari
(jika diperlukan terapi bersama diuretika, sebaiknya dipilih diuretika kuat daripada
tiazid).
6. Antagonis Reseptor Angiotensin II
ALISKIREN
 Indikasi: Hipertensi.
 Kontraindikasi: Hipersensitif; kehamilan dan menyusui; Aliskiren tidak
dianjurkan digunakan pada kehamilan dan pada wanita yang merencanakan
kehamilan.
Bila kehamilan terdeteksi maka pengobatan harus segera dihentikan. Hal ini
berhubungan dengan kemungkinan interaksinya dengan RAS (Renin
Angiotensin Sistem) yang berhubungan dengan malformasi fetal dan kematian
neonatal.
 Efek Samping: Diare, rash, kenaikan asam urat, gout, batu ginjal, angioedema,
anaemia, hiperkalemia, sakit kepala, nasopharingitis, pusing, lemah, infeksi
saluran nafas bagian atas, nyeri punggung, dan batuk.
 Dosis: Dewasa > 18 tahun, Dosis awal 150 mg 1 kali sehari, jika tekanan darah
tidak terkontrol, dosis ditingkatkan hingga 300 mg 1 kali sehari, diberikan
tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain, diberikan tidak bersama
makanan. Tidak dianjurkan pemberian pada anak dan remaja di bawah 18
tahun, karena belum ada data keamanan dan khasiat yang memadai.
IRBESARTAN
 Indikasi: Hipertensi, untuk menurunkan albuminurea mikro dan makro pada
pasien hipertensi dengan diabetes mellitus tipe II yang mengalami netropati.
Kombinasi dengan HCT: untuk pasien hipertensi dimana tekanan darahnya tidak
dapat terkontrol dengan irbesartan atau HCT tunggal.
 Kontraindikasi: hamil dan menyusui, Kombinasi dengan HCT
 Efek samping: mual, muntah, lelah, nyeri pada otot; tidak terlalu sering: diare,
dispepsia, kemerahan, takikardia, batuk, disfungsi seksual; jarang: ruam,
urtikaria; sangat jarang: sakit kepala, mialgia, arthalgia, telinga berdenging,
gangguan pencecap, hepatitis, disfungsi ginjal.
 Dosis: Hipertensi, dosis awal 150 mg sehari sekali, jika perlu dapat
ditingkatkan hingga 300 mg sehari sekali. Pada pasien hemodialisis atau usia
lanjut lebih dari 75 tahun, dosis awal 75 mg/hari dapat digunakan. Hipertensi
pada pasien diabetes mellitus tipe II, dosis awal 150 mg sehari sekali dan
dapat ditingkatkan hingga 300 mg sehari sekali sebagai dosis penunjang untuk
pengobatan penyakit ginjal, pada pasien hemodialisis atau lansia di atas 75
tahun, dosis awal 75 mg sehari sekali.
Kombinasi Irbesartan/HCT 150mg/12.5 mg digunakan pada pasien hipertensi
dimana tekanan darahnya tidak dapat terkontrol dengan Irbesartan 150 mg atau
hidroklorotiazid tunggal.
Kombinasi Irbesartan/HCT 300mg/12.5 mg digunakan pada pasien hipertensi
dimana tekanan darahnya tidak dapat terkontrol dengan Irbesartan 300 mg atau
Irbesartan/HCT 150mg/12.5 mg.
Dosis yang lebih tinggi dari Irbesartan 300m /25 mg HCT sehari sekali tidak
dianjurkan.

8. Lain-Lain
NIFEDIPIN
 Indikasi: profilaksis dan pengobatan angina; hipertensi.
 Kontraindikasi: syok kardiogenik; stenosis aorta lanjut; kehamilan (toksisitas pada
studi hewan); porfiria.
 Efek Samping: pusing, sakit kepala, muka merah, letargi; takikardi, palpitasi; juga
edema kaki, ruam kulit (eritema multiform dilaporkan), mual, sering kencing; nyeri
mata, hiperplasia gusi; depresi dilaporkan; telangiektasia dilaporkan.
 Dosis: angina dan fenomena Raynaud, dosis awal 10 mg (usia lanjut dan gangguan
hati 5 mg) 3 kali sehari dengan atau setelah makan; dosis penunjang lazim 5-20 mg
3 kali sehari; untuk efek yang segera pada angina: gigit kapsul dan telan dengan
cairan.
Hipertensi ringan sampai sedang dan profilaksis angina: sediaan lepas lambat, 30
mg sekali sehari (tingkatkan bila perlu, maksimum 90 mg sekali sehari) atau 20 mg
2 kali sehari dengan atau setelah makan (awalnya 10 mg 2 kali sehari, dosis
penunjang lazim 10-40 mg 2 kali sehari).
D. ANTIHISTAMIN
1. LORATADINE
 Dosis
dewasa dan anak usia 12 tahun ke atas adalah 10 mg sebanyak satu kali sehari
anak usia 2-12 tahun sesuai berat badan: >30kg 1 tab/hari, <30kg ½ tab/hari
 indikasi:
Mengurangi gejala-gejala yang berkaitan dengan rhinitis alergik, seperti bersin-
bersin, pilek, dan rasa gatal pada hidung, rasa gatal dan terbakar pada mata.
Juga mengurangi gejala-gejala dan tanda-tanda urtikaria kronik serta penyakit
dermatologik alergi lain
 Kontraindikasi: hipersensitif
2. CHLORPHENAMINE
 Dosis :
Dewasa: 3 – 4 kali sehari 0.5 – 1 tablet.
Anak-anak 6 – 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
Anak-anak 1 – 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.
Per oral: 4 mg tiap 4-6 jam; maksimal 24 mg/hari.
Keterangan ANAK

 di bawah 1 tahun tidak dianjurkan;

 1-2 tahun 1 mg 2 kali sehari;

 2-5 tahun 1 mg tiap 4-6 jam, maksimal 6 mg/hari;

 6-12 tahun 2 mg tiap 4-6 jam, maksimal 12 mg/hari.

Injeksi :

 Injeksi subkutan atau intramuskular: 10-20 mg, diulang bila perlu maksimal
40 mg dalam 24 jam.

 Injeksi intravena lambat, lebih dari 1 menit: 10-20 mg dilarutkan dalam


spuit dengan 5-10 ml darah atau dengan NaCl steril 0,9% atau air khusus
untuk injeksi
 Indikasi: Pengobatan pada gejala-gejala alergis, seperti: bersin, rinorrhea, urticaria,
pruritis, dll.
 Efek Samping: Kadang-kadang menyebabkan rasa ngantuk. Perhatian: Selama minum
obat ini, jangan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
E. ANTIEMESIS

1. Antagonis Reseptor H2

Antagonis Reseptor H2 mengurangi sekresi asam lambung dengan caraberkompetisi


dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parientallambung. Bila
histamin berikatan dengan H2 maka akan dihasilkan asam. Dengandiblokirnya tempat ikatan
antara histamin dan reseptor digantikan dengan obat-obat ini,maka asam tidak akan
dihasilkan. Efek samping obat golongan ini yaitu diare, sakitkepala, kantuk, lesu, sakit pada
otot dan konstipasi (Wiseno. 2010;13).

Obat-obat Antagonis H2 (Wiseno. 2010;13):

Obat Dosis Frekuensi


perOral 300 mg
4 x sehari
atau

2 x sehari
400 mg
Simetidin
1 x sehari
800 mg

4 x sehari
IV 300 mg
PerOral 180 mg
2 x sehari
atau

Ranitidin 1 x sehari
300 mg

3 – 4 x sehari
Iv 50 mg
perOral 20 mg atau 2 x sehari
Famotidin
40 mg 1 x sehari
PerOral 150 mg 2 x sehari
atau
Nizatidin
1 x sehari
300 mg

a. Simetidin(Sukandar. 2008: 385)


 Indikasi : Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak stomal, refluks
esofagitis, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam
lambung akan bermanfaat
 Peringatan : lihat keterangan diatas, gangguan ginjal dan hati (kurangi dosis,
kehamilan dan menyusui; injeksi intravena lebih baik dihindari (infuse lebih
baik), terutama pada dosisi tinggi (kadang-kadang dapat menyebabkan aritmia)
dan pada gangguan kardiovaskular.
 Efek samping : kebisaan buang air besar berubah, pusing, ruam kulit, letih,
keadaan bingung yang reversible, kerusakan hati yang reversible, sakit kepala,
jarang terjadi gangguan darah (termasuk trombositepani,agranulositosis, dan
anemia aplastik), nyeri otot atau sendi, hipersensitivitas, bradikardi dan blok AV;
nefritis interstitial dan pankreatilis akut pernah dilaporkan; ginekomastia kadang-
kadang juga menjadi masalah dengan simetidin (tetapi biasanya hanya terjadi
pada dosis tinggi) dan impotensi yang reversible juga pernah dilaporkan (lihat
jiuga keterangan diatas)
 Dosis : oral 400 mg 2 kali sehari (setelah makan pagi dan sebelum tidur
malam) atau 800 mg sebelum tidur malam (tukak lambung dan tukak duodenum)
paling sedikit selama 4 minggu (6 minggu pada tukak lambung, 8 minggu pada
tukak akibat AINS); bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mg 4 kali
sehari atau kadang-kadang (missal seperti pada tukak stress) sampai maksimal 2,4
g sehari dalam dosis terbagi; anak lebih dari 1 tahun, 25-30 mg/kg/hari dalam
dosis terbagi.
b. Famotidin (Sukandar. 2008: 385)
 Indikasi : Tukak lambung dan tukaka duodenum, refluks esofagitis,
sindrom Zollinger Ellison
 Peringatan : Lihat pada simetidin; tidak menghambat metabolism obat
mikrosoma hati
 Efek samping : Lihat pada simetidin dan keterangan diatas
 Dosis : Tukak dan duodenum, pengobatan 40 mg sebelum tidur
malam selama 4-8 minggu pemeliharaan 9duodenum), 20 mg sebelum tidur
malam, anak-anak tidak dianjurkan. Refluks esofaginitis, 20-40 mg 2 kali sehari
selama 6-12 minggu, pemeliharaan 20 mg 2 kali sehari.
c. Nizatidin (Sukandar. 2008: 387)
 Indikasi : Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esophagitis
 Peringatan : Lihat pada simetidin, tidak menghambat metabolism obat
mikrosoma hati
 Efek samping : Lihat pada simetidin, berkeringat juga pernah dilaporkan,
ginekomastia (jarang)
 Dosis : Oral tukak lambung dan tukaan duodenum, pengobatan 300
mg sebelum tidur malam atau 150 mg 2 kali sehari selama 4-8 minggu (sampai 8
minggu pada tukak akibat AINS); pemeliharaan 150 mg sebelum tidur malam;
anak-anak tidak dianjurkan. Refluks esofagitis, 150-300 mg 2 kali sehari selama
sampai 12 minggu. IV untuk penggunaan jangka pendek pada tukak lambung
pasien rawat inap sebagai alternative terhadap penggunaan oral, dengan cara
infuse IV berselang selama 15 minit, 100 mg 3 kali sehari atau dengan cara infuse
IV berkesinambungan, 10 mg/ jam. Maksimal 480 mg sehari,anak-anak tidak
dianjurkan.
 Sediaan beredar : Axid Inj 25.
d. Ranitidine (Sukandar. 2008: 387)
 Indikasi : Tukak lambung dan tukan duodenum, refluks, esofagitis,
dispepsis episodic kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori,
sindrom Zollinger Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung akan
bermanfaat
 Peringatan : Lihat pada simetidin, tidak menghambat metabolism obat
mikrosoma hati secara nyata hindarkan pada porfiria
 Efek samping : Lihat pada simetidin dan keterangan diatas, ginekomastia dan
nyeri tekan pada laki-laki (jarang) multiform pernah dilaporkan.
 Sediaan beredar: Ranitidin (generic), Gastridin®, Graseri®, Radin®, Rantin®,
Renatac®, Tricker®, Ulceranin®, Zantadin®.
2. Antimuskarinik Yang Selektif (Sukandar. 2008: 389)
Pirazepin
 Indikasi : Tukak lambung dan duodenum
 Peringatan : Gangguan hati atau ginjal pecandu alcohol
 Kontraindikasi : pemberian bersama obat antiinflamasi nonsteroid (menimbulkan
toksisitas yang fatal)
 Efek samping : Leukopenia, trombositopenia, ulserasi mulut, stomatitis, diare,
depresi sumsum tulang, kerusakan hati dan ginjal, osteoporosos, reaksi paru dan
neutrotoksik
 Dosis : Oral, 50 mg 2 kali sehari, kisaran lazim 50-150 mg sehari dalam
dosis terbagi selama 4-6 minggu
 Sediaan beredar : Gastrozepin (Schering Indonesia) Tablet 25 mg (K) dan Pirezepin
(Ultrax* Darya Varia) Tablet 50 mg (K)

3. Perfenazin (trilafon)
 Indikasi : Untuk Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai
depresi, depresi karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca operasi.
 Efek samping antiemetik penotiazin adalah sedasi sedang, hipotensi gelaja
ekstrapirmidal, yang seperti perkinsonisme, efek SSP (kegelisahan, kelemahan,
reaksi distonik, agitasi), dan gejala antikoligenik ringan (mulut kering, retensi air
kemih,konstipasi). Karenan dosis obat ini untuk muntah lebih ringan daripada dosis
psikosis, maka efek samping yang ditimbulkan juga tidak seberat bila dipakai untuk
psikosis.
 Dosis umum: 8-16 mg/hari PO dalam dosis terbagi; 5-10 mg IM untuk pengontrolan
yang cepat, setiap 6 jam; 5 mg IV dalam dosis terbagi, secara perlahan.
4. Domperidone
 Efek antiemetik dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastroprokinetik)
dengan antagonis trhadap reseptor dopamin di kemoreseptor “trigger zone” yang
terletak diluar saluran darah otak di area postrema.
 Indikasi : Untuk pengobatan gejala dispepsia fungsional, mual dan muntah akut,
mual dan muntah yang disebabkan oleh pemberian levodopa dan bromokriptin lebih
dari 12 minggu.
 Kontraindikasi : Penderita hipersensitif terhadap domperidone dan penderita dengan
prolaktinoma tumor hipofise yang mengeluarkan prolaktin.
 Perhatian penggunaan : Hati-hati penggunaan domperidone pada wanita hamil dan
menyusui, Domperidone tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang, Hati-hati
penggunaan domperidone pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal.
 Efek samping : Meskipun jarang, dapat terjadi efek samping mengantuk, reaksi
ekstrapiramidal distonik, parkinson, tardive diskinesia (pada pasien dewasa dan usia
lanjut) dan dapat diatasi dengan obat antiparkinson, Peningkatan prolaktin serum
sehingga menyebabkan galaktorrhoea dan ginekomastia, dan Mulut kering, sakit
kepala, diare, ruam kulit, rasa haus, cemas dan gatal.
 Dosis :
o Dispepsia fungsional :
 Dewasa dan usia lanjut : 10-20 mg, 3 kali sehari dan jika perlu 10–20 mg, sekali
sebelum tidur malam tergantung respon klinik. Pengobatan jangan melebihi 12
minggu.
o Mual dan muntah (termasuk yang disebabkan oleh levodopa dan bromokriptin) :
 Dewasa (termasuk usia lanjut) : 10–20 mg, dengan interval waktu 4–8 jam.
 Anak-anak (sehubungan kemoterapi kanker dan radioterapi) : 0,2–0,4 mg/KgBB
sehari, dengan interval waktu 4–8 jam.

Obat diminum 15–30 menit sebelum makan dan sebelum tidur malam.

F. OBAT ANALGETIK
1. Analgetik opioid
Obat analgetik opioid : morfin, metadon, meperidin (petidin), fentanil, buprenorfin,
dezosin, butorfanol, nalbufin, nalorfin, dan pentazosin
 Indikasi :
a. Diindikasikan untuk obat praoperatif pada waktu anestesi dan untuk
analgetik pada persalinan
b. Untuk nyeri berat yang tak bisa dikurangi dengan analgetika non-opioid atau
obat analgetik opioid lain yang lebih lemah efeknya
Contoh : Petidine
 Dosis PO : 50-150mg, analgetik obstetric: 50-100mg saat kontraksi.
2. Non steroid anti inflammation drugs (NSAID)
Obat AINS dikelompokkan sebagai berikut:
a. Derivat asam salisilat, misalnya aspirin
Dosis :
Anak : 20-25mg/kgbb
Dewasa : 320-500mg
Indikasi : mengatasi rasa sakit, demam, radang tulang sendi, mengatasi serangan
jantung dan stroke.
Kontraindikasi : alergi, asma, tukak lambung, ibu hamil, gangguan hati ginjal
perdarahan, gagal jantung.
b. Derivat paraaminofenol, misalnya parasetamol
Dosis :
Anak : 10-15mg/kgbb setiap 4-6 jam
Dewasa : 325-650mg / 500mg
Indikasi :meredakan sakit kepala, menurunkan demam, meredakan nyeri.
Kontraindikasi : alergi, shock, gangguan fungsi hati ginjal, gizi buruk.
c. Derivat asam propionat, misalnya ibuprofen, ketoprofen, naproksen.
Ibuprofen : dosis :
Anak : 40mg/kgbb
Dewasa : 200-400mg
Indikasi : rasa sakit ringan, nyeri gigi, nyeri haid, demam.
Kontraindikasi : alergi, tukak peptic, penyakit ginjal, asma, gangguan fungsi hati.
d. Derivat asam fenamat, misalnya asam mefenamat
Dosis :
Anak : 25mg/kgbb
Dewasa : 500mg
Indikasi : nyeri menstruasi, nyeri setelah operasi, arthritis, demam, nyeri gigi,
cidera otot.
Kontraindikasi : alergi, ibu hamil trimester 3, tukak peptic, gagal hati, gagal ginjal,
anak usia dibawah 14 tahun, penyakit crohn.
e. Derivat asam fenilasetat, misalnya diklofenak.
Dosis : 25mg, 50mg, 75mg
Indikasi :arthritis, nyeri, nyeri sendi, cidera otot, nyeri haid, migraine.
Kontraindikasi : perokok, penyakit kardiovaskular, hipertensi, stroke, asma, maag,
gangguan ginjal hati, ibu menyusui, hamil, anemia, gangguan pembekuan darah.
f. Derivat asam asetat indol, misalnya indometasin.
Dosis : 25mg / 50-100mg 2x sehari
Indikasi : RA,OA, myalgia, nyeri haid, nyeri.
Kontraindikasi : alergi, tukak peptic, gangguan hati dan ginjal, kehamilan trimester
3,
g. Derivat pirazolon, misalnya fenilbutazon dan oksifenbutazon
Contoh fenilbutason
Dosis : 300-600mg/day
Indikasi : RA, gout, nyeri,
Kontraindikasi : tukak peptic, kehamilan, perdarahan gastrointestinal.
h. Derivat oksikam, misalnya piroksikam dan meloksikam
Contoh piroksikam
Dosis : 10mg / 20 mg
Indikasi : radang sendi dan tulang, RA, OA, dismenore, nyeri paska operasi, cidera
musculoskeletal
Kontraindikasi : alergi, asma, hayfever, polip hidung, tukak lambung, gagal
jantung.

G. ANTIINFLAMASI
1. Nama Generik : Asam Mefenamat / Mefenamic Acid
Nama Dagang : Alpain, Bonapons, Mefantan, Opistan, Ponstan, Dolfenal,
Dolodon, Ponalar, Pehastan
Dosis : Dosis awal 3 x 250-500 mg/hari
2. Nama Generik : Asam Meklofenamat
Nama Dagang : Meclomen
Dosis :
a) Dismenorea : 4x50 mg/hari
b) Artritis rheumatoid dan osteoarthritis : 200-400 mg/hari dibagi
beberapa dosis
3. Nama Generik : Flurbiprofen
Nama Dagang : Ansaid
Dosis : Dosis awal 200-300 mg/hari dibagi 2-3 dosis
4. Nama Generik : Asam Tioprofenat
Nama Dagang : Surgam
Dosis :
a) Dewasa : 4-6 x 325-650 mg/hari
b) Anak : 4-6 x 15-20 mg/kgbb/hari
5. Nama Generik : Benzidamin
Nama Dagang : Tantum Verde & Forte
Dosis :
a) Oral : 2-3 x 1 tablet/hari
b) Obat Kumur : 2-3 x 15 ml/hari
6. Nama Generik : Diklofenak
Nama Dagang : Divoltar, Klotaren, Neurofenac, Flamar, Voltaren, Voren,
Reclofen, Provoltar, dsb.
Dosis : 50-150 mg/hari atau 2-3 x 25-50 mg/hari
7. Nama Generik : Fenilbutazon
Nama Dagang : Bufazolidin, Butamidon, Cetapyrin, Neo Skelan, Neorheuma,
Sekafen
Dosis : Dewasa 3-4 x 100 mg/hari selama 7 hari dan dosis pemeliharaan tidak
lebih dari 300-400 mg/hari
8. Nama Generik : Ibuprofen
Nama Dagang : Arthrifen, Axalan, Brufen, Ibufen, Prifen, Ostarin, Ifen, dsb.
Dosis :
a) Dewasa : 4-6 x 200-400 mg/hari
b) Anak : 30-40 mg/kgbb/hari
9. Nama Generik : Ketoprofen
Nama Dagang : Profenid
Dosis :
a) Dewasa : 500-750 mg/hari dibagi 2-3 dosis
b) Anak : 10 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis
10. Nama Generik : Piroksikam
Nama Dagang : Infeld, Arpyrox, Felco 20, Indene, Pirocam, Feldene, Rosic,
Roxidene
Dosis : Dosis tunggal yaitu 10-20 mg
11. Nama Generik : Naproksen
Nama Dagang : Danaprox, Naxen, Prafena, Synflex
Dosis :
a) Dewasa : 500-750 mg/hari dibagi 2 dosis
b) Anak : 100 mg/hari dibagi 2 dosis
12. Nama Generik : Tenoksikam
Nama Dagang : Tilcotil
Dosis : 1 x 10-20 mg/hari
13. Nama Generik : Fenbufen
Nama Dagang : Cybufen
Dosis : 2 x 300 mg/hari
14. Nama Generik : Indometasin
Nama Dagang : Areumatik, Confortid
Dosis : Dewasa, 2-3 x 25 mg/hari
15. Nama Generik : Deksametason
Nama Dagang : Adrekon, Baycuten-N, Bufadexon, Cendometason, Cetadexon,
Cortidex, Indexon, dsb
Dosis : 0,2-6 mg/hari
16. Nama Generik : Metilprednisolon
Nama Dagang : Lameson, Urbason, dsb
Dosis :
a) Adrenal insufisiensi : 40 mg setiap 2 jam
b) Rheumatoid artritis : 40-120 mg/hari
17. Nama Generik : Triamsinolon
Nama Dagang : Bufacomb, Cortian, Cutinolone, Oralog, Kenacort, Kenantist, dsb
Dosis :
a) Intra-artikuler : 2-20 mg
b) Intra-lesi : >0,5 mg/m2
18. Nama Generik : Betametason
Nama Dagang : Aldecin, Benoson, Betason, Betnovate-N, Celestamine,
Diprogenta, Diprosone, dsb.
Dosis : 2-4 x 2 sedotan/hari
19. Nama Generik : Prednisolon
Nama Dagang : Borraginol, Cendoceptapred, Chloramfecort, Rheumagon,
Sulfapred, dsb
Dosis :
a) Suspensi : dosis rata-rata adalah 5-60 mg/hari
b) Hiperplasia adrenal : 5 mg/m2/hari dibagi 2-3 dosis
20. Nama Generik : Hidrokortison
Nama Dagang : Silacort, Actinic, Bufacort, Brentan, Bufaform, Dermacort,
Cortimycin, Proctosedyl
Dosis :
a) Rektal : 2x1 supositoria/hari (pagi dan malam)
b) Salep/krim : 2 x pemberian/hari
c) Reumatoid artritis : pemberian pada sendi lutut 25 mg
d) Biasanya 5-75 mg tergantung luas kerusakan

H. ANTIDIABETES

1. INSULIN
Tabel 1. Tipe Insulin
Tipe

SHORT INTERMEDIATE LONG

Contoh regular, dapat larut isofan, lente ultralente

suspensi insulin- kristalin suspensi

zink insulin-zink
Awitan kerja 30 menit 1-2 jam 4-6 jam

Puncak 2-4 jam 6-12 jam 16-18 jam

Durasi sampai 8 jam 18-24 jam 20-36 jam


2. ORAL ANTIDIABETIK

Tabel 2. Nama-nama Obat Antidiabetik Oral

NAMA KONTRA- EFEK

INDIKASI DOSIS

OBAT INDIKASI SAMPING

Akarbos Terapi Dosis awal 50 Hipersensitif, Gangg.

penambah utk mg, kemudian gangg. intestinal pencernaan

diet penderita dpt ditingkatkan kronis, gangg. seperti kembung

DM menjadi 100- ginjal berat, diare, nyeri

200 mg setelah kehamilan & saluran cerna

4-8 minggu, laktasi

3x/hr

Chlorpopamid DM tanpa DM Parah & DM tipe remaja Erupsi kulit,

komplikasi tipe pemeliharaan: & pertumbuhan, eritema

non-ketotik. 250 mg/hr. parah/tdk stabil, multiform,

komplikasi dg dermatitis

Ringan &

Lansia: 100 ketoasidosis, eksfoliatif


koma diabetik

mg/hr.
Glibenklamid NIDDM, Dosis awal 5 IDDM, penderita Efek

mg/hr bersama diabetik gastrointestinal,

makan pagi. ketoasidosis, reaksi

penderita Hipoglikemia,

Dosis umum:

nondiabetik dg reaksi alergi

2,5 mg 1-3 kali

glikosuria ginjal, kulit

sehari.

gangg. fungsi hati

& ginjal parah,

Maks: 15 mg/hr.

diabetes melitus

Lansia/kondisi dg komplikasi,

lemah fisik: 2,5 hamil &

mg/hr. menyusui,

hipersensitif

Gliclazid NIDDM dimana Dosis awal: 40- IDDM, diabetes Hipoglikemia,

modifikasi diet 80 mg/hr. ketoasidosis, gangg. fungsi

gagal utk koma, hamil, hati & saluran

mengendalikan Dosis lazim: 40- laktasi, bayi & cerna, reaksi


320 mg/hr.

hiperglikemia anak, pasca kulit, diskrasia

trauma darah.

Dosis > 160 mg

berat/infeksi,

hrs diberikan

Jarang: gagal

hipersensitif,

2x/hr.

hati, hepatitis &

gagal ginjal/hati

ikterus.

berat
Glikuidon NIDDM Awal 15mg/hr, IDDM, koma, Hipoglikemia,

dpt ditingkatkan diabetik alergi, ruam

sampai 45-60 ketoasidosis, kulit, gangg.

mg/hr diberikan hamil, laktasi hematologi,

2-3 dosis intoleransi sal

terbagi. cerna, mual

muntah

Dosis tunggal

maks. 60 mg,

dosis harian

maks. 120 mg

Glimepiride NIDDM dimana Awal 1 mg Hipersensitif, Gangg.

glukosa darah 1x/hr, kemudian diabetes penglihatan

tdk dpt ditingkatkan ketoasidosis, temporer, mual,

dikendalikan brtahap dg koma, IDDM, muntah, rasa

hanya dg diet, interval 1-2 gangg. fungsi hati penuh pd

latihan jasmani minggu, pd berat/sedang epigastrium,

& pengurangan kasus khusus 8 menjalani dialisis nyeri perut,

BB saja mg/hr diare,

peningkatan

enzim hati,
kolestasis,

ikterus,

hepamis, gagal

hati.

Glipizid Untuk kontrol 1x sehari 5 mg Hipersensitif, Hipoglisemia,

hipeglisemia pd IDDM, erupsi

NIDDM insufisensi hati & mukokutis,

ginjal parah gangg. saluran

cerna, gangg.

hati, reaksi

hematologi
Metformin Pengobatan 500 mg 3x Koma diabetik & Gangg. saluran

HCl utama & sehari ketoasidosis, cerna, koma

tambahan, gangg. fungsi diabetik &

(biguanid) atau

tunggal/kombina ginjal serius, ketoasidosis

si dg penyakit hati

850 mg 2x

insulin/sulfonilu kronis, kegagalan

sehari

rea jantung,

miokardial infark,

alkoholisme,

keadaan penyakit

kronik/akut yg

berkaitan dg

hipoksia jaringan,

hipersensitif thd

biguanid, infeksi,

gangren,

selama/segera stlh

pembedahan.
Nateglinide NIDDM 120 mg 3x/hr IDDM, diabetik Hipoglikemia,

tunggal/kombina ketosidosis, hamil gangg. sal

si dg Metformin & laktasi pencernaan

(mual, diare),

infeksi sal napas

atas, nyeri

punggung,

gejala flu,

pusing,

artropati,

bronkitis, batuk,

peningkatan

kadar enzim hati


Pioglitazon NIDDM. 15 atau 30 mg Pernah Edema ringan

Kombinasi sekali sehari mengalami hingga sedang

monoterapi dg kerusakan

sulfonilurea/met jantung,

formin saat kerusakan hati,

makan, olahraga pasien dialisa, &

& monoterapi kombinasi terapi

yg cukup dengan insulin.

Anak-anak < 18

thn

Repaglinid NIDDM yg tdk 0,5 mg setiap Hipersensitif, Hipoglikemia

trkontrol dg diet sblm makan. bumil &

dan olahraga, menyusui, IDDM,

Terapi pindahan

kombinasi dg ketoasidosis,

dr OAD lain: 1

Metformin. gangg. fungsi hati

mg setiap sblm

& ginjal parah

makan, maks. 4

mg.
Total dosis tdk

blh melebihi 16

mg/hr.

I. ANTIPIRETIK
 Indikasi : Antipiretik adalah golongan obat-obatan untuk demam. Demam
sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman infeksi. Saat
terjadi infeksi, otak kita akan menaikkan standar suhu tubuh di atas nilai normal
sehingga tubuh menjadi demam. Obat antipiretik bekerja dengan cara menurunkan
standar suhu tersebut ke nilai normal.
 Kontraindikasi: Masing-masing obat antipiretik tersebut memiliki kontraindikasi.
Paracetamol sebagai obat antipiretik utama di Indonesia tidak boleh diberikan pada
pasien yang pernah alergi terhadap paracetamol, pasien dengan gangguan fungsi
hati berat, dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Ibuprofen dan
obat antiradang nonsteroid lainnya bisa menyebabkan perdarahan saluran
pencernaan dan dapat memperparah penyakit maag pada pasien. Aspirin tidak
boleh diberikan pada penderita gangguan fungsi hati dan juga dapat menyebabkan
perdarahan saluran cerna.
 Efek samping: Efek samping yang muncul tergantung jenis obat antipiretiknya.
Beberapa efek samping yang pernah ditemui antara lain:

1. Alergi kulit;
2. Gatal-gatal;
3. Pusing;
4. Mual, muntah;
5. Nyeri ulu hati;
6. Buang air besar berdarah;
7. Gangguan fungsi hati;
8. Gangguan penyembuhan luka.
 Dosis obat antipiretik tergantung pada jenis obat yang digunakan. Berikut dosis
obat antipiretik yang sering digunakan:
1. Untuk paracetamol, dosisnya sebesar 325-650 mg, 3-4 kali sehari. Untuk anak-
anak dosisnya ialah 10-15 mg/kg berat badan, 3-4 kali sehari.
2. Untuk ibuprofen dosisnya ialah 300-800 mg, 4 kali sehari. Untuk anak-anak
dosisnya ialah 5-10 mg/kg berat badan, 3-4 kali sehari.
3. Untuk aspirin, dosisnya sebesar 325-650 mg, 3-4 kali sehari

Anda mungkin juga menyukai