Anda di halaman 1dari 7

Nama : Septi Nuryanti

Universitas :Universitas Cenderawasih

Program studi : Pendidikan Matematika

KARTINI INSPIRASI TAK PERNAH MATI

Kartini adalah pejuang kaum wanita yang berjasa memperjuangkan kaumnya. Ia


berjuang membuat derajat wanita setara dengan kaum laki-laki. Dia juga memberantas
kebodohan dan memajukan kaumnya. Kartini juga ingin memperoleh kebebasan. Ia
sosok wanita yang berani. Dia juga senang berteman. Kita perlu mengenal kartini lebih
dalam karena jasa-jasanya dan tekadnya yang kuat.
Raden Ajeng Kartini adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita
dengan segala cita-cita, tekad dan perbuatanya .Ide-ide besarnya telah mampu
menggerakkan dan mengilhami kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa
lalu.
Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus dia mampu mengubah kaumnya
dari belenggu diskriminasi. Penderitaan perempuan Jawa yang dunianya sebatas tembok
rumah dan bersedia untuk dimadu kini bisa bebas untuk berpartisipasi di segala bidang.
Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di
Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih
tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan
Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Biasanya pada Hari Kartini, banyak wanita Indonesia yang berparade menggunakan
Kebaya Kartini Masa Kini. Tak lupa, sambil melakukan sosialisasi tentang penghapusan
kekerasan terhadap perempuan. Hal ini adalah bukti bahwa wanita mampu berdiri
tangguh melawan kriminalitas
Dalam memeriahkan Hari Kartini, wanita Indonesia beserta para aktivis biasanya
mengkampanyekan kesetaraan gender perempuan. Sehingga jaman now udah banyak
nih wanita yang bekerja dalam bidang apa saja. Nah, kamu bisa cari Perlengkapan Kerja
Super Praktis sebagai penunjang aktivitas harianmu. Kartini merupakan ujung tombak
dalam pembangunan. Perempuan harus memiliki pengetahuan luas agar bisa mendidik
generasi muda. Tentunya yang berkualitas sebagai penerus pembangunan bangsa. Yuk,
coba dirikan Bimbingan Belajar Eksis untuk masa depan tanah air lebih cerah. Sosok
R.A Kartini memberikan inspirasi bagi wanita Indonesia. Banyak hal yang dapat
dilakukan hingga dicapai untuk berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas hidup.
Sehingga, kesejahteraan dapat dirasakan merata oleh seluruh kaum perempuan.
Temukan Kebutuhan Wanita Terbaik untuk kehidupan lebih baik.
Seiring dengan perkembangan zaman, melalui gerakan emansipasi ini, perempuan
Indonesia akhirnya dapat mensejajarkan diri dengan kaum pria dalam berbagai bidang
kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial. Perempuan sudah dapat
men-duduki posisi-posisi penting di bidang birokrasi. Perempuan juga sudah dapat
berkiprah di bidang politik. Selain itu, perempuan juga sudah banyak yang sukses di
bidang sosial dan ekonomi.
Di era globalisasi ini, perempuan tidak hanya bekerja di lingkungan rumah ataupun
melayani suami walaupun hal tersebut adalah salah satu kewajiban perempuan
mengikuti kodratnya. Akan tetapi, perempuan juga dapat berperan untuk bangsa di
ranah politik, ekonomi dan sosial. Bukti nyata dari hal tersebut dapat dilihat pada Pasal
65 ayat 1 UU (Undang-Undang) Nomor 12 Tahun 18 Februari 2003 yang berbunyi
“Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat), DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) provinsi dan DPRD
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) kabupaten/kota untuk setiap daerah pemilihan
dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%”. Ketentuan
dari UU (Undang-Undang) di atas merupakan tindak lanjut dari konvensi PBB
(Persatuan Bangsa-Bangsa), yaitu persoalan yang menyangkut penghapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Selain itu, Uni Antar Parlemen (Inter
Parliamentary Union) pada tahun 1997 di New Delhi mendeklarasikan “Hak politik
perempuan harus dianggapi sebagai satu kesatuan dengan hak asasi manusia. Oleh
karena itu, hak politik perempuan tidak dapat dipisahkan dari hak asasi manusia”. UU
(Undang-Undang) dan konvensi PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) tersebut menandakan
bahwa dalam ranah politik peran perempuan sudah mulai diakui dan diperhitungkan.
Di bidang ekonomi, tidak sedikit perempuan yang menjadi tulang punggung
keluarga atau membantu suami bekerja. Bahkan, ada beberapa perempuan yang
mengerjakan pekerja-an laki-laki sebagai supir bus. Hal ini terlihat pada Perusahaan
Transjakarta Busway yang memiliki 80 pengemudi perempuan. Dalam bidang sosial,
perempuan yang dulu lekat dengan stigma kasur, sumur, dan dapur sekarang telah
mampu bangkit dan menggeser stigma kasar tersebut. Bahkan, dalam bidang sosial ini
kaum perempuan telah memiliki benteng untuk melindungi diri dari pengaruh
globalisasi dalam bidang sosial ini. Kaum perempuan telah dilindungi oleh UU
(Undang-Undang) pornografi dan pornoaksi yang banyak menyita perhatian khalayak.
Pada hakikatnya UU (Undang-Undang) tersebut adalah sebuah bentuk perlindungan
kehormatan perempuan yang dijadikan bahan eksploitasi oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
Beberapa perempuan Indonesia sudah membuktikan kepada bangsa bahwa mereka
mampu memegang peran penting dalam membangun bangsa. Salah satu dari mereka
adalah Mari Elka Pangestu seorang ekonom Indonesia kelas dunia. Kita juga
mengenal Susi Susanti yang sudah mengharumkan nama Indonesia dalam bidang
olahraga (bulu tangkis), beliau adalah peraih piala emas Olimpiade Bercelona pada
tahun 2002. Sosok yang masih tergambar jelas di hati rakyat adalah mantan presiden
kelima kita yaitu Megawati Soekarnoputri, wanita pertama yang pernah memerintah
negara ini. Mereka semua adalah pelaku emansipasi perempuan. Mereka memanfaatkan
jasa Raden Ajeng Kartini tersebut untuk membekali diri mereka sendiri dengan
keahlian, pengetahuan, dan wawasan berfikir yang luas. Mereka mencari dan menggali
potensi mereka tanpa menuntut selalu diistimewakan sebagai perempuan. Ibu kita
Kartini pasti bangga pada mereka.
Lain halnya dengan generasi sekarang, perempuan generasi muda sekarang sudah
telah banyak terlena dan terombang-ambing oleh arus globalisasi yang semakin
mewarnai dan meracuni bangsa. Tidak sedikit efek dari era globalisasi ini berpengaruh
negatif sehingga tidak menutup kemungkinan partisipasi perempuan dalam
pembangunan bangsa pada masa mendatang tidak dapat berjalan, sehingga tidak ada
lagi pembuktian bahwa perempuan mampu berdiri membangun bangsa. Bahkan,
persoalan ini apabila dibiarkan dan tidak ada usaha untuk melakukan perbaikan akan
dapat menciptakan generasi muda yang bimbang dan tidak memiliki masa depan yang
pasti.
Kesetaraan gender adalah tujuan kelima dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDG) yang ditentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk dilaporkan oleh sekitar 40
negara dalam bentuk Voluntary National Review (VNR).
Indonesia telah meratifikasi UU No. 7 Tahun 1984 tentang Kesepakatan
Internasional untuk Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
(The Convention on Elimination of all forms of Discrimination Against Woman
/CEDAW) selama 33 tahun. Konvensi ini wajib diadopsi dan diimplementasikan pada
berbagai produk peraturan perundang-undangan dalam rangka menghapuskan kekerasan
dan meningkatkan pemberdayaan perempuan.

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan


kesetaraan gender dan keadilan, salah satunya melalui program MAMPU kemitraan
Australia-Indonesia. Melalui MAMPU, organisasi masyarakat sipil (OMS) bekerja
sama dengan Pemerintah Indonesia, parlemen dan berbagai pemangku kepentingan
lainnya di tingkat pusat dan daerah untuk menyempurnakan kebijakan, peraturan dan
akses terhadap layanan pemerintah yang berdampak pada perempuan miskin.

Sejak dimulai pada tahun 2013, OMS yang bekerja melalui MAMPU telah
mencapai 936 desa di 145 kota/kabupaten dan 27 provinsi di Indonesia. Secara
keseluruhan, para OMS Mitra MAMPU telah membentuk 2.200 kelompok perempuan
lokal, dengan 52.000 perempuan (dan 2.300 laki-laki) sebagai anggota. Melalui
MAMPU, OMS terlibat lebih banyak dengan para pengambil kebijakan, dan
melakukannya dengan ‘suara dan pengaruh yang lebih besar’. Sejak Mei 2016 hingga
Maret 2017, terdapat 12 kebijakan pemerintah dan memiliki potensi signifikan untuk
menguntungkan 720.000 perempuan pada tahun 2020 melalui perbaikan akses terhadap
layanan.

Tindak lanjut MAMPU Fase II (2017 – 2020) akan berfokus pada usaha
meningkatkan pengaruh dan suara perempuan terhadap kebijakan dan layanan serta
terus membangun kapasitas mitra dan organisasi melalui aksi kolektif dan advokasi di
tingkat lokal maupun nasional. Untuk itu, MAMPU telah menyelenggarakan Forum
Mitra tahunan pada 11-12 Juli 2017 di Hotel Alila, Jakarta. Acara ini dihadiri lebih dari
140 perempuan dari 23 provinsi, mewakili lebih dari 100 mitra, submitra, dan organisasi
di tingkat komunitas.

Mengangkat tema Kepemimpinan Perempuan untuk Mengakhiri Pemiskinan


Perempuan dan Ketimpangan Relasi Gender, forum ini membahas model inisiatif yang
mendorong meningkatnya akses perempuan miskin terhadap layanan pemerintah,
termasuk program-program perlindungan sosial, layanan migrasi, asuransi pekerja,
deteksi dini kanker, juga peningkatan layanan terhadap korban kekerasan terhadap
perempuan.

Pemerintah Indonesia juga telah meluncurkan Strategi Nasional Akses terhadap


Keadilan (SNAK) 2016 – 2019 dengan berfokus pada kelompok target yaitu kelompok
masyarakat perempuan dan anak-anak yang tergolong miskin, terpinggirkan, disabilitas
dan yang memerlukan perlindungan khusus. Sasaran yang ingin dicapai adalah
terpenuhinya akses masyarakat pada pelayanan dan pemenuhan hak-hak dasar,
penyelesaian sengketa dan konflik yang efektif dan memberikan perlindungan hak asasi
manusia, bantuan hukum yang mudah diakses, serta pengelolaan dan pemanfaatan tanah
dan sumber daya alam yang berkepastian hukum dan berkeadilan. Hasil yang dicapai
hingga kini adalah berbagai regulasi yang melindungi perempuan dan anak, perbaikan
di sektor keterbukaan informasi dan pelayanan publik, upaya penyederhanaan proses
berperkara perdata, pelaksanaan bantuan hukum, dan masih banyak lainnya.

Dalam hal penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan, telah


dikembangkan program untuk optimalisasi implementasi standar pelayanan minimum
(SPM) dalam perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan, penguatan lembaga
penyedia layanan pemulihan di tingkat nasional dan daerah, peningkatan jumlah polisi
wanita, peningkatan jumlah jaksa dan hakim perempuan dan program sertifikasi bagi
penegak hukum yang menangani kasus-kasus kekerasan pada perempuan.

Kemajuan dalam pelaksanaan program SNAK diantaranya hingga kini telah


teralokasi anggaran daerah di 25 Provinsi dan 83 Kabupaten/Kota untuk penanganan
kekerasan terhadap perempuan dan anak; terbentuk Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di 27 Provinsi dan 197
Kabupaten/Kota; terbentuk Gugus Tugas Trafficking di 28 Provinsi dan 88
Kabupaten/Kota; terbentuk 123 lembaga layanan korban kekerasan berbasis rumah
sakit; terbentuk Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) di 456 Polres/Mapolres;
dan terbentuk 41 Lembaga Pengada Layanan Berbasis Komunitas.
Pengembangan model restorative justice melalui peradilan adat sebagaimana
yang telah berjalan di Aceh, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah menjadi praktik
baik yang dikembangkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
dalam menyelesaikan permasalahan tindak pidana ringan termasuk kekerasan di dalam
rumah tangga yang dialami masyarakat di daerah-daerah terpencil dan masih sulit
mengakses sistem peradilan formal.

Meskipun demikian masih banyak tantangan yang kita hadapi bersama. Pada
acara Indonesia Development Forum yang diselenggarakan oleh Bappenas bekerjasama
dengan Knowledge Sector Initiative dan Australian Government di Jakarta tanggal 29
Mei 2017, disampaikan temuan riset Gender dan Birokrasi dari Ketua Cakra Wikara
Indonesia (CWI) Anna Margaret bahwa jumlah perempuan di tingkat jabatan eselon
tinggi di kementerian justru semakin berkurang. Permasalahannya banyak PNS
perempuan yang cenderung enggan mengurus kenaikan pangkat dan jabatan yang tinggi
karena lebih menginginkan waktu kerja fleksibel guna mengurus rumah tangga.
Rendahnya jumlah rekrutmen dan promosi pangkat maupun jabatan PNS perempuan di
sejumlah kementerian merefleksikan persoalan struktural ketimpangan distribusi gender
dalam birokrasi.

Salah satu rekomendasi yang mengemuka adalah penerapan merit system yang
mensyaratkan objektivitas, transparansi dan rekrutmen dan promosi berbasis
kompetensi. Penerapan merit system mencoba membuka peluang yang sama kepada
semua pihak untuk rekrutmen dan promosi PNS serta berupaya menghilangkan
diskriminasi dan nepotisme dalam perekrutan dan promosi dalam birokrasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://anitasilalahi.wordpress.com/2017/09/12/kesetaraan-gender-dan-tujuan-
pembangunan-berkelanjutan-sdgs-di-indonesia/

http://monalisatampubolon.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai