Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

SURVEILANS PPI
JANUARI FEBRUARI MARET

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH


YOGYAKARTA
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Kegiatan PPIRS

Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit sebagai


tolak ukur mutu pelayanan kesehatan, dilakukan berdasarkan susunan progam kerja
yang telah disusun komite PPIRS di awal tahun 2016. Dalam triwulan pertama
tahun 2016 ada beberapa program yang mampu dilaksanakan oleh IPCN yang
dalam hal ini sebagai motor dari PPI, namun demikian pencapaian kegiatan yang
diaksanakan belum bisa dikatakan sebuah keberhasilan mengingat masih
banyaknya program yang masih dibawah target pencapaian.

B. Tujuan

Tergambarnya kegiatan yang telah dilakukan PPI dan pencapaiannya selama


triwulan kedua tahun 2016 yang berdasarka program kerja Komite PPI yang telah
disusun diawal tahun sebagai berikut :

1. Memperoleh data dasar.


2. Untuk kewaspadaan dini KLB.
3. Menilai standart mutu RS.
4. Menilai keberhasilan suatu program PPI.
5. Meyakinkan para klinisi.
6. Sebagai tolok ukur akreditasi.

2
BAB II
LAPORAN KEGIATAN SURVEILANS

Hasil survelens HAIs Rumah Sakit PKU Muhammadiyah selama periode tahun 2016,
ditemukan insiden HAI`s antara lain : ISK 2,4 ‰ (93 kejadian) dari beberapa macam
operasi baik bersi, kotor dan bersih terkontaminasi, phlebitis 2,4‰ (227kejadian),
decubitus 0,2%(2kejadian), untuk HAP dan IADP Komite PPI belum bisa menemukan
data tersebut.
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan perlu adanya evaluasi dan
monitoring terhadap kejadian infeksi rumah sakit di ruang rawat inap dalam rangka
menurunkan angka kejadian infeksi di Rumah Sakit membandingkan dengan angka
kejadian HAIs pada tahun 2016

NO JENIS INFEKSI TRESHOOLD Standar


2017 Kamus
Indikator
Kerja RS
1. Infeksi saluran kemih ( ISK ) - ≤ 4,7 ‰
2. Ventilatorassociated pneumonia (VAP) - ≤ 5,8 ‰
3. Infeksi aliran darah primer (IADP) - ≤5‰
4. Plebitis 24‰ ≤ 1,5‰
5. Dekubitus 0,2% ≤ 1,5 %
6. Infeksi daerah operasi (ID0) 2,4 % ≤ 2%

3
A. GRAFIK dan Analisa Kegiatan HAIs
1. Angka Kejadian Infeksi HAI’s

DATA ANGKA KEJADIAN INFEKSI


JANUARI FEBRUARI MARET 2017

70
60
PERMILL ‰

50
40
30
20
10
-
PHLEB IADP ISK VAP IDO HAP
ITIS
JAN 20 - - - - -
FEB 56 1 70 - - -
MRT 17 - 50 - - -

Keterangan : Terdapat kecenderungan peningkatan dari 20‰, 56 ‰ kemudian


menjadi 17 ‰. Keadaan ini dilakukan investigasi Outbreak untuk ditelusuri,
dianalisis dan dibuat laporan.

Angka kejadian infeksi Phlebitis dapat diketahui trend nya sebagai berikut :

ANGKA KEJADIAN PHLEBITIS


JANUARI FEBRUARI MARET 2017
60
50
PERMILL ‰

40
30
20
10
-
JAN FEB MRT
PHLEBITIS 20 56 17

4
Trend angka kejadian phlebitis diatas dapat diketahui adanya kenaikan yaitu
di bulan Januari = 20‰, Februari= 56‰, Maret=17‰.
Phlebitis yang ditemukan termasuk dalam kriteria Phlebitis Kimiawi (dari
obat2an injeksi kasus penyakit jantung).
A. Analisa
Dari grafik diatas masih terlihat bahwa kejadian plebitis masih belum stabil,
dimana dibulan September ada peningkatan tetapi bulan Oktober turun
kembali.
Analisa akar masalah
a) Metode
- Pemasangan belum sesuai dengan SPO (melebihi hari
pemasangan)
- Tempat pemasangan infus yang kurang tepat (di dekat
persendian)
b) Material
- Selang infus belum menggunakan selang yang ada airvanted
untuk mencegah kontaminasi cairan.
- Kepekatan cairan yang di suntikkan melalui IV kateter.

c) Environment
- Plebitis diakibatkan karena penggunaan penyuntikan obat-
obatan.
- Jumlah terapi injeksi yang di berikan pada pasien.
- Belum terdatanya semua kejadian plebitis di rumah sakit.
- Belum maksimalnya penggunaan APD di rumah sakit.
- Belum maksimalnya hand hygiene di Rumah Sakit.

5
B. Analisis PDSA dan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
1) PLAN
Tindakan :
a. Koordinasi dengan keperawatan tentang SPO pemasangan iv
kateter dan memasukan pemakaian iv dressing dalam SPO.
b. Pendidikan dan pelatihan petugas saat rapat bulanan
c. Penyuluhan tentang pentingnya penggunaan APD
d. Penyuluhan tentang pentingnya handhygiene petugas.
e. Disinfektan threeway sebelum melakukan injeksi
f. Rekomendasikan penggunaan selang infus yang ada airvanted
untuk mencegah kontaminasi cairan
g. Kontrol jumlah hari pemasangan
h. Survei ruangan perhari mengetahui kejadian plebitis
i. Melibatkan IPCLN dan unit ruang rawat dalam mengumpulkan
data Plebitis.
j. Sosialisasi dan monitor kepatuhan HH
2) DO :
a. Monitor dan evaluasi tempat pemasangan iv kateter dan pemakaian
iv dressing.
b. Monitor dan evaluasi tentang penggunaan APD saat pemasangan
iv kateter.
c. Monitor penulisan hari dan tanggal pemasangan iv kateter
d. Meningkatkan peran IPCLN dalam melaksanakan pelaporan
kejadian phlebitis.
e. Koordinasi dengan bidang keperawatan tentang SPO pemasangan
infuse dan monitor kepatuhan terhadap SPO pemasangan iv
kateter.
f. Monitoring harian ke ruang perawatan
g. Sosialisasi cuci tangan melalui IPCLN untuk meningkatkan
kepatuhan petugas untuk melakukan cuci tangan

6
3) STUDY :
Angka Plebitis masih terlihat belum stabil, bulan September kembali
mengalami peningkatan, dan sedikit menurun di bulan Oktober
November berada diatas tresshold tahun 2015 yaitu 2 ‰, adapun hal –
hal yang kurang benar dalam pemasangan iv kateter :
a. Hari pemasangan iv kateter masih ada yang tidak tercatat
b. Masih ada yang tidak memakai iv dressing
c. Masih ada yang tidak memakai APD saat memasang iv kateter
d. Pelaporan kejadian phlebitis mulai dilaksanakan oleh unit tetapi
masih banyak yang belum dilaporkan

4) ACTION :
TindakanPerbaikan (Corrective Action)
a. Menekankan kembali lama hari pemasangan iv kateter dan
penulisan hari pemasangan serta pemasangan iv dressing untuk
mempermudah pengamatan
b. Sosialisasi tentang penggunaan swab alkhohol
c. Monitor dan evaluasi kepatuhan Hand Hygiene
d. Mendorong unit perawatan untuk meningkatkan pelaporan
kejadian plebitis.
e. Mengingat phlebitis bisa terjadi karena proses memasukan obat
injeksi, maka perlu koordinasi dengan MPO untuk melaksanakan
workshop pengoplosan dan tehnik memasukan obat intravena.

Rencana Tindak Lanjut (RTL) :


Tindakan :
1. Cek panduan dan SPO pemasangan dan pelepasan Infus.
2. Lakukan monitor dan evaluasi pasien yang terpasang Infus.
3. Koordinasikan dengan unit terkait bila ada Phlebitis.
4. Refreshing IHT (inhouse training) “Penyuntikan yang aman”

Anda mungkin juga menyukai