PROVINSI GORONTALO
MEI 2019
Nilai-Nilai Strategis :
Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah: (i) kejujuran dan integritas (trust and integrity); (ii)
profesionalisme (professionalism); (iii) keunggulan (excellence); (iv) mengutamakan kepentingan
umum (public interest); dan (v) koordinasi dan kerja sama tim (coordination and teamwork)
yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).
Pengembangan Ekonomi
Rahmi Mabrury
Yudist Admiral N
Gorontalo 96135
T 0435-824444
F 0435-827993
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga
penyusunan Laporan Perekonomian Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan baik. Kajian
ini disusun dan disajikan setiap triwulan meliputi aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan
pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran
dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek ekonomi
ke depan.
Melalui kajian ini, peranan strategis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Gorontalo diharapkan dapat tercapai yaitu sebagai economic intelligent and research unit yang
diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat,
menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan stakeholders di daerah dan di pusat dalam
pengambilan kebijakan.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan data atau informasi, baik secara
langsung maupun melaui survei dan Liaison. Saran dan masukan dari berbagai pihak sangat
kami harapkan demi kualitas kajian dan peranan yang lebih baik ke depan.
Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal, terutama bagi
pengembangan perekonomian Provinsi Gorontalo.
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. vi
1.2.2 INVESTASI................................................................................................ 10
5.1.1 PENGANGGURAN.................................................................................... 69
5.2 KESEJAHTERAAN..................................................................................................... 70
KEUANGAN PEMERINTAH
Total pagu anggaran APBN Total pagu anggaran APBN dan APBD Provinsi Gorontalo
dan APBD Provinsi pada tahun 2019 tercatat sebesar Rp 12 triliun yang terdiri atas
Gorontalo pada tahun 2019
APBD Provinsi dengan pangsa 16,3% (Rp1,9 triliun), APBD
tercatat sebesar Rp 12
Kabupaten/Kota 52,1% (Rp 6,3 triliun), dan APBN 31,6% (Rp 3,7
triliun yang terdiri atas
APBD Provinsi dengan triliun). Nilai Pagu pada tahun ini apabila dibandingkan dengan
pangsa 16,3% (Rp1,9 tahun 2018 turun sebesar -4,2% atau sebesar Rp 524,9 miliar dari
triliun), APBD Rp 12,5 triliun. Penurunan pagu anggaran bersumber dari
Kabupaten/Kota 52,1% (Rp
penurunan pagu angaran APBN sebesar -8,33% dibandingkan tahun
6,3 triliun), dan APBN
INFLASI DAERAH
Melambatnya Melambatnya pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada
pertumbuhan ekonomi triwulan I 2019 juga turut disertai dengan penurunan tekanan
Gorontalo pada triwulan I
inflasi, dari 2,15% menjadi 1,56% (yoy). Capaian tersebut juga
2019 juga turut disertai
berada di bawah inflasi nasional yang mencapai 2,48% (yoy).
dengan penurunan
tekanan inflasi, dari 2,15% Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2017 pada periode
menjadi 1,56% (yoy). yang sama, terjadi penurunan yang cukup signifikan dari tingkat
inflasi sebesar 2,73% (yoy). Tingkat inflasi yang cukup terjaga
ditopang oleh membaiknya pasokan pangan sehingga mendorong
normalisasi harga pangan dibandingkan tahun 2018.
Berdasarkan Berdasarkan disagregasinya, penurunan tekanan inflasi
disagregasinya, penurunan
Gorontalo pada triwulan I 2019 terutama didorong oleh deflasi
tekanan inflasi Gorontalo
kelompok volatile food dimana pada triwulan I 2019 tercatat deflasi
pada triwulan I 2019
terutama didorong oleh sebesar -5,26% (yoy) turun dari triwulan IV 2018 sebesar -1,15%
deflasi kelompok volatile (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi kelompok inti dan administered
PROSPEK PEREKONOMIAN
Perekonomian Gorontalo Perekonomian Gorontalo pada triwulan III 2019 diperkirakan
pada triwulan III 2019 akan tumbuh pada kisaran 6,0-6,4% (yoy) tau melambat
diperkirakan akan tumbuh
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sumber pertumbuhan ekonomi
pada kisaran 6,0-6,4%
diperkirakan akan ditopang oleh permintaan domestik seiring
(yoy) tau melambat
dibandingkan triwulan dengan realisasi anggaran pemerintah yang semakin meningkat.
sebelumnya. Peningkatan belanja pemerintah tersebut didorong oleh
rampungnya proses pengadaan dan lelang sehingga belanja
terutama modal dan infrastuktur dapat terealisir secara optimal.
Sementara itu, konsumsi masyarakat diperkirakan akan lebih rendah
dari triwulan sebelumnya seiring dengan berakhirnya puncak
aktivitas konsumsi masyarakat saat bulan Ramadhan dan perayaan
hari raya Idul Fitri. Di sisi eksternal, kinerja ekspor terutama
perdagangan antar daerah diperkirakan akan melambat karena
faktor seasonal pasca Lebaran. Namun, ekspor luar negeri
diperkirakan akan meningkat seiring dengan dimulainya ekspor
beberapa komoditas baru seperti minyak kelapa (VCO).
Secara keseluruhan tahun, Secara keseluruhan tahun, kinerja perekonomian Gorontalo
kinerja perekonomian di 2019 diperkirakan akan lebih baik dari tahun 2018 dan berada
Gorontalo di 2019
dalam kisaran 6,7%-7,1% (yoy). Perbaikan tersebut terutama
PROVINSI GORONTALO
2016 2017 2018 2019
Indikator
IV IV I II III IV I
Ekonomi Makro Regional
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Rp
8,07 8,88 9,16 9,23 9,61 9,73 9,97
Triliun)
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Rp
5,93 6,39 6,53 6,55 6,79 6,79 6,59
Triliun)
Ekspor
- Nilai Ekspor Non Migas (US$ Juta) 1,13 1,58 5,02 1,83 1,61 1,50 1,21
Impor
- Nilai Impor Non Migas (US$ Juta) 0,94 2,67 - - 2,67 2,70 1,02
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) 1,30 4,34 2,83 1,88 1,79 2,15 1,56
Perbankan*
Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 4,45 4,63 5,02 4,67 5,30 4,69 5,10
- Giro 0,58 0,52 1,14 0,90 1,23 0,64 1,01
- Tabungan 2,68 2,91 2,52 2,60 2,62 1,08 1,42
- Deposito 1,19 1,20 1,35 1,17 1,44 2,99 2,67
Kredit (Rp Triliun) 11,20 13,71 13,58 13,69 14,31 14,55 14,73
- Modal Kerja 3,05 3,69 3,64 3,71 4,08 4,23 4,20
- Investasi 1,37 1,94 1,94 1,99 2,08 2,11 2,31
- Konsumsi 6,78 8,08 8,00 7,98 8,14 8,22 8,21
Kredit UMKM (Rp Triliun) 3,04 3,38 3,93 4,01 4,30 3,98 4,09
- Modal Kerja 2,41 2,56 2,88 3,71 3,23 3,15 3,10
- Investasi 0,63 0,83 1,05 1,99 1,07 0,83 0,99
Loan to Deposit Ratio (%) 251,96 296,22 270,60 292,98 270,00 309,96 288,52
NPL Gross (%) 3,06 2,78 2,13 2,92 2,08 2,55 2,85
Sistem Pembayaran
Inflow/Outflow
- Inflow (miliar) 366 117 516 363 444 397 476
- Outflow (miliar) 422 268 354 417 216 606 275
Transaksi Kliring
- Volume Transaksi 17.025 3.618 10.303 8.655 9.668 11.625 8.583
- Nominal Transaksi (Rp Miliar) 436 100 256 396 279 302 236
Sementara itu perlambatan pertumbuhan lebih lanjut tertahan oleh masih baiknya
kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, dan investasi di daerah di awal tahun 2019.
Kinerja pertumbuhan RT dan konsumsi LNPRT pada triwulan I 2019 tumbuh masing-masing
sebesar 7,50% (yoy) dan 11,36% (yoy) didorong oleh masih tingginya daya beli masyarakat
pasca HKBN di akhir tahun 2018 dan peningkatan aktivitas konsumsi LNPRT menjelang periode
tahun politik. Sementara itu, kinerja investasi yang baik diawal tahun didorong oleh Penanaman
Modal Asing (PMA) yang membaik dan cukup terjaganya Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN). Sesuai dengan hal tersebut, sisi lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan yang
lebih baik di triwulan laporan adalah LU Konstruksi dan LU Industri Pengolahan masing masing
sebesar 4,80% (yoy) dan 10,77% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar 2,44% (yoy) dan
3,53% (yoy). Pertumbuhan tersebut sejalan dengan peningkatan akitivtias investasi swasta
untuk penyediaan faktor produksi perusahaan.
8.50
8.20
8.00
7.71 7.67 7.82
7.50 7.45
7.29 7.25
7.00 6.98 7.02
6.65 6.61 6.64 6.72
6.50
6.19
6.00 5.94 5.86
5.50 5.40 5.28 5.24
5.00
4.75
4.50
4.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019
PDRB
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Gorontalo (%, yoy)
1.2.1 KONSUMSI
Pada triwulan I 2019 kinerja konsumsi mengalami pertumbuhan melambat sebesar
4,41% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,74% (yoy) sesuai dengan pola
musiman di awal tahun. Sumber utama perlambatan sisi konsumsi secara umum adalah kinerja
konsumsi pemerintah yang menurun sebesar -8,40% (yoy) dibandingkan triwulan lalu sebesar
2,26% (yoy). Perlambatan kinerja konsumsi pemerintah sejalan dengan realisasi pembangunan
yang belum optimal karena masih pada tahap pengadaan dan penunjukkan pemenang
pelaksana proyek. Tingginya ketergantungan pertumbuhan terhadap konsumsi pemerintah
terlihat dari pangsa belanja pemerintah terhadap total PDRB mencapai 20,18%, dan 26,18%
dari belanja pemerintah berbentuk belanja barang dan jasa. Sejalan dengan itu, berdasarkan
pada realisasi anggaran belanja pemda yang bersumber dari pendanaan APBD, tingkat realisasi
belanja pemda di triwulan I 2019 tumbuh melambat sebesar 6,08% (yoy) dibandingkan
triwulan lalu sebesar 14,14% (yoy).
Sementara itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi lebih lanjut dari konsumsi tertahan
oleh pertumbuhan pada konsumsi RT dan konsumsi LNPRTmasing-masing sebesar 7,50% (yoy)
dan 11,36% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,26% (yoy) dan 5,43% (yoy).
Terjadinya pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga akibat dari terjaganya daya beli RT,
perbaikan pendapatan akibat kenaikan UMP sebesar 8,27% (yoy) dengan tingkat inflasi yang
rendah dan stabil. Sementara itu pertumbuhan pada konsumsi LNPRT di triwulan laporan
sebagai dampak dari adanya tahun politik Pilpres dan Pileg yang sudah terasa sejak awal tahun
2019 terutama untuk pengeluaran parpol menjelang kampanye.
Memasuki triwulan II 2019, kinerja konsumsi diperkirakan akan semakin meningkat
sejalan dengan jatuhnya periode Idul Fitri yang akan mendorong peningkatan semua komponen
konsumsi baik dari RT, pemerintah maupun LNPRT. Peningkatan konsumsi RT akibat periode
Idul Fitri disebabkan karena adanya kecenderungan peningkatan daya beli untuk pemenuhan
konsumsi di awal periode bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran. Sementara itu konsumsi
pemerintah akan naik sejalan dengan adanya realisasi THR ASN dan pegawai swasta yang akan
direalisasikan pada pertengahan/akhir triwulan II 2019. Selain itu memasuki periode liburan di
akhir triwulan II 2019 juga akan berpotensi mendorong peningkatan belanja untuk kebutuhan
tersier berupa aktivitas leisure/ wisata penduduk.
Jan
Jan
Jan
Mar
May
Mar
May
Mar
Sep
Jul
Sep
Jul
Sep
Nov
Nov
Nov
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2018 2019
2017 2018 2019
Grafik 1.2 tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga (%, Grafik 1.3 Perkembangantingkat penghasilan dan konsumsi
yoy) RT
%, yoy
Penghasilan Saat Ini
Rp, Triliun
Kredit Konsumsi Growth - Rhs
210.00 9 20
Ketersediaan Lapangan Kerja
Pembelian Barang Konsumsi 8
190.00
7 15
170.00 6
10
5
150.00
4
125.46 5
130.00 3
114.57
2 0
110.00 98.70
1
90.00 - -5
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017 2018 2019
2015 2016 2017 2018 2019
Grafik 1.4 Perkembangan tingkat penghasilan dan konsumsi Grafik 1.5 Kredit Konsumsi
RT
Dari sisi penerimaan, terjadinya peningkatan konsumsi RT juga tercermin dari terjaganya
pendapatan RT yang sebagian besar memiliki jenis mata pencaharian petani dilihat dari nilai NTP
sebesar 103,59 pada Maret 2019 dibandingkan Desember 2018 sebesar 103,91. Dilihat
berdasarkan jenisnya, subkelompok pertanian yang mendorong terjaganya NTP pada triwulan I
2019 adalah kelompok holtikultura dengan NTP sebesar 113,04 dibandingkan triwulan IV 2018
sebesar 111,32, sedangkan kelompok lainnya cenderung stabil.
165
140 Indeks yang Diterima (It) Petani 110 Tanaman Padi dan palawija
Indeks yang Dibayar (Ib) Holtikultura
135 NTP (rhs) Tanaman Perkebunan Rakyat
145
105 Peternakan
130 Perikanan
100 125
125
95 105
120
115 90
85
II III IV I II III IV I II III IV I
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2017 2018 2019
2015 2016 2017 2018 2019
Grafik 1.6 Level IKE Triwulanan
Grafik 1.7 Ekspektasi Konsumen Ke Depan
160
150
150 142.58
138.92
140
130
130
120
110
110
100 90
Jan
Feb
Sep
Jan
Feb
Mar
May
Mar
Dec
Jul
Oct
Apr
Jun
Aug
Nov
Apr
90
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2018 2019
Grafik 1.8 Ekspektasi Konsumen Ke Depan Grafik 1.9 Ekspektasi Konsumen Ke Depan
KONSUMSI PEMERINTAH
Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan I 2019 mengalami perlambatan yang cukup
dalam sebesar 8,40% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2018 yang menurun 2,26% (yoy).
Terjadinya perlambatan konsumsi pemerintah sesuai dengan pola musiman di awal tahun
akibat belum ekfektifnya kegiatan pemerintahan.
Perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah dari sumber APBD pada triwulan ini
terlihat dari realisasi belanja operasi yang merupakan komponen belanja terbesar (pangsa
68,73% terhadap total belanja) dimana pada triwulan I 2019 tumbuh sebesar sebesar 6,23%
(yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar 44,47% (yoy). Dilihat berdasarkan
komponennya, penurunan pertumbuhan belanja operasi yang melambat paling tinggi adalah
aktivitas belanja pegawai pada triwulan berjalan tumbuh sebesar 3,17% (yoy) dibandingkan
triwulan lalu sebesar 7,05% (yoy). Selain itu, kinerja belanja bansos yang berasal dari
pendanaan APBD melambat seiring dengan tidak adanya perayaan keagamaan, maupun
kondisi lingkungan yang aman dari kejadian bencana alam. Pada triwulan laporan, belanja
bansos APBD pemda Gorontalo terkontraksi sebesar -5,18% (yoy) dibandingkan triwulan IV
2018 yang tumbuh 104,7% (yoy).
Rp miliyar
Rp miliyar
%
%
Grafik 1.10 Perkembangan Realisasi belanja Bansos APBD Pemda Grafik 1.11 Perkembangan Realisasi Belanja Pegawai
Gorontalo APBD Pemda Gorontalo
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
%
%
x 100000000
x 100000000
0 -60 0 -1
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Grafik 1.12 Perkembangan Realisasi Belanja APBNPemda Grafik 1.13 Perkembangan Realisasi
Gorontalo Belanja Barang/Jasa APBN pemda Gorontalo
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi
Berdasarkan pada data realisasi belanja bantuan sosial pemerintah daerah dari sumber
pendanaan APBN pada triwulan ini mengalami pertumbuhan sebesar 18,26% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -7,45% (yoy). Namun, pertumbuhan bansos
tersebut tertahan oleh perlambatan belanja bansos pemda dari pendanaan APBD yang
terkoreksi pada triwulan I 2019 sebesar -5,18% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar
104,70% (yoy).
100 1200 30 150
Belanja Bansos APBD Belanja Bansos APBN
Rp miliyar
Rp miliyar
%
%
gBelanja Bansos APBD 1000 25 gBelanja Bansos APBN
80
100
800
20
60 600
15 50
40 400
10
200 0
20 5
0
0 -200 0 -50
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Grafik 1.14 Belanja bansos pemda Gorontalo APBD Grafik 1.15 Belanja Bansos Pemda Gorontalo APBN
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo
12.00
11.36
10.90 10.59
10.00
8.00
7.61
6.00
5.43
4.00
2.00
0.00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2018 2019
1.2.2 INVESTASI
Kinerja investasi Provinsi Gorontalo pada triwulan I 2019 tumbuh sebesar 5,34% (yoy)
lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar 3,08% (yoy), sebagaimana tercermin dari
agregat Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan perubahan persediaan. Peningkatan
investasi terjadi didorong oleh aktivitas investasi swasta melalui perbaikan kondisi usaha secara
umum di Gorontalo berupa adanya pertumbuhan pada aktivitas kredit investasi perbankan.
Sementara itu pertumbuhan investasi lain didorong oleh mulai dilaksanakannya PSN Bendungan
Bolango Ulu di Kab. Bone Bolango yang di rencanakan untuk dilaksanakan di tahun ini,
maupun realisasi bebagai proyek pemeliharaan fasilitas.
Kinerja investasi swasta yang tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit investasi
perbankan sampai dengan Maret 2019 mengalami pertumbuhan sebesar 19,27% (yoy)
dibandingkan Desember 2018 sebesar 8,5% (yoy). Terjadinya perbaikan kredit investasi sudah
terjadi sejak awal tahun 2019 dimana pangsa kredit investasi perbankan naik menjadi 15,7%
pada Maret 2019 dibandingkan pada Desember sebesar 14,48%. Selain itu, terjadinya
peningkatan kredit investasi di Gorontalo juga sejalan dengan pertumbuhan kredit investasi
nasional yang didorong oleh kegiatan pembangunan Proyek Listrik, Gas dan Air (LGA) dan
proyek pertanian.
%
2500000.00 50
1,400.00 gBelanja Modal APBD 45
100 2000000.00 40
1,200.00
35
1,000.00 50 1500000.00 30
800.00 25
0 1000000.00 20
600.00
15
400.00 500000.00 10
-50
200.00 5
0.00 0
- -100 IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2015 2016 2017 2018 2019
2016 2017 2018 2019
Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Sumber: LBU, Bank Indonesia
Grafik 1.19 Perkembangan Realisasi PMA Grafik 1.20 Perkembangan Realisasi PMDN
Sumber: Dinas PNM, ESDM dan Transmigrasi Prov. Gorontalo Sumber Dinas PNM, ESDM dan Transmigrasi Prov. Gorontalo
Tabel 1.3 Realisasi PMDN dan PMA per Lapangan Usaha di Provinsi Gorontalo
2018 2019
1 1
PMA
Investasi Investasi
Proyek Proyek
(US$. Ribu) (US$. Ribu)
PRIMER Tanaman Pangan dan
Perkebunan
Peternakan 1
Kehutanan
Perikanan
Pertambangan 4 16.2 2 87,785.8
Total 4. 16.2 2. 87,786.8
SEKUNDER
Industri Makanan
Industi Kayu
Industri Karet, Barang
dari karet dan Plastik 1.
Total 0. 0. 0. 1.
TERSIERListrik, Gas dan Air 6 2,068.4 2
Perdagangan dan
Reparasi
Hotel dan Restoran
Transportasi, Gudang
dan Telekomunikasi 1
Jasa Lainnya
Total 6 2,068 0 3
Kinerja ekspor pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 6,93% (yoy) atau melambat
dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar 48,22% (yoy). Perlambatan tersebut terutama
disebabkan oleh masih rendahnya aktivitas perdagangan luar negeri karena belum terdapatnya
kontrak ekspor dengan negara importir. Komoditas unggulan asal Provinsi Gorontalo adalah
gula tetes, dan jagung pipilan yang masih terekam nihil. Perlambatan kinerja ekspor didorong
oleh tingginya permintaan jagung yang berasal dari kebutuhan pasar domestik di awal tahun
dan relatif kompetitifnya harga jagung domestik. Penurunan kinerja ekspor juga tercermin dari
terkontraksinya pertumbuhan muat barang pelabuhan di Gorontalo pada triwulan I 2019 yakni
sebesar -8,62% (yoy) dibandingkan triwulan lalu 40,43% (yoy).
Sejalan dengan perlambatan kinerja ekspor, kinerja impor pada triwulan I 2019 juga
tumbuh melambat yakni sebesar 0,64% (yoy) dibandingkan triwulan lalu sebesar 18,01% (yoy).
Faktor pendorong perlambatan impor tersebut adalah masih rendahnya kinerja konsumsi
pemerintah di awal tahun yang menyebabkan masih rendahnya impor barang modal dan
material untuk pemenuhan pembangunan berbagai proyek. Penurunan impor Gorontalo pada
triwulan berjalan juga tercermin dari perlambatan aktivitas bongkar pelabuhan di Gorontalo.
d
US$ ribu NILAI EKSPOR (US$ ribu) MUAT BARANG gMUAT BARANG (yoy) (right hand side)
%
25,000.00 gNILAI EKSPOR (right… 150 180 180.00
Ribu Ton
160 % 160.00
20,000.00 100 140 140.00
120.00
120
15,000.00 50 100.00
100
80.00
10,000.00 0 80
60.00
60
40.00
5,000.00 -50
40 20.00
20 -
- -100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 0 (20.00)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2018 2019
2017 2018 2019
Grafik 1.21 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri
Gorontalo
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo, diolah Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, diolah
6 200.00 400 Bongkar Barang 80
USD Juta
Ribu Ton
%
5
NILAI IMPOR (US$ juta)
150.00 350
%
60
100.00 300
4 40
50.00 250
3
0.00 200 20
2 150
-50.00 0
1 100
-100.00 -20
50
0 -150.00
0 -40
Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2017 2018 2019
2017 2018 2018
Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Impor Gorontalo Grafik 1.24 Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan di
Gorontalo
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo, diolah Sumber: BPS Provinsi Gorontalo, diolah
Memasuki triwulan II 2019, sesuai dengan pola seasonalnya kinerja ekspor dan impor
diperkirakan akan meningkat. Pertumbuhan kinerja ekspor didorong oleh perdagangan antar
daerah dan ekspor luar negeri. Pada triwulan II 2019 diperkirakan sudah tersedianya kontrak
ekspor jagung pipilan dengan negara importir seperti Filipina, Singapura dan negara ASEAN
dengan pasokan yang memadai pasca panen. Masuknya periode Idul Fitri di triwulan II 2019
akan mendorong aktivitas perdagangan antar daerah untuk pemenuhan kebutuhan akibat
peningkatan daya beli di kota mitra dagang terutama untuk komoditas strategis seperti Barito,
daging ayam dan telur ayam ras.
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,24 6,43 9,09 4,24 14,18 7,12 7,64 5,35
6,42
Pertambangan dan Penggalian 3,95 0,08 4,71 4,12 2,69 0,42 5,54 3,24 3,52
Industri Pengolahan 4,67 6,58 3,46 10,01 8,42 5,49 3,53 6,74 10,77
Pengadaan Listrik dan Gas 1,72 12,04 8,48 9,19 10,63 12,23 4,83 9,11 3,82
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
2,46 14,92 16,28 13,73 14,64 -1,13 19,71 12,90 21,86
dan Daur Ulang
Konstruksi 9,77 5,10 2,48 4,79 0,53 2,03 2,44 2,46 4,80
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
5,73 9,91 9,59 10,62 3,79 5,66 18,35 10,06 16,95
dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 9,67 6,47 5,32 7,71 0,88 2,27 8,00 4,66 7,43
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8,05 8,71 10,62 8,80 1,60 5,37 14,77 7,64 10,69
Informasi dan Komunikasi 9,80 10,23 10,57 6,32 3,27 9,96 19,53 9,82 10,84
Jasa Keuangan dan Asuransi 10,15 18,45 9,87 13,48 10,76 0,03 -6,24 4,11 -6,39
Real Estate 8,22 8,31 5,32 4,61 3,36 4,51 9,79 5,62 8,80
Jasa Perusahaan 5,57 5,91 5,51 5,83 5,20 2,72 8,43 5,63 4,49
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
3,76 -0,10 0,09 1,87 0,10 5,02 0,11 1,91 -0,01
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 7,14 3,78 6,21 9,52 9,16 9,55 9,24 9,37 9,38
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,64 8,48 4,94 10,18 9,57 7,90 6,77 8,53 9,81
Jasa lainnya 4,92 3,54 3,54 4,13 1,78 0,01 8,99 3,85 9,80
PDRB 6,22 6,52 6,74 6,19 7,45 5,24 7,25 6,51 6,72
165
140 Indeks yang Diterima (It) Petani 110 Tanaman Padi dan palawija
Indeks yang Dibayar (Ib) Holtikultura
85
115 90 III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019
2017 2018 2019
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, diolah Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, diolah
Knot
Rp, Miliar
Kredit Pertanian Growth - Rhs Curah Hujan Kecepatan Angin Rata-rata (Rhs)
1,800 1000
1,600 90 4.5
800 80
1,400 4
70 3.5
1,200 600
60 3
1,000
400 50
2.5
800 40
2
600 200 30
1.5
400 20
0 10 1
200
0 0.5
- -200
09-02-2019
19-02-2019
26/08/2018
16/10/2018
21/10/2018
26/10/2018
31/10/2018
07/11/2018
15/11/2018
25/11/2018
03/12/2018
08/12/2018
13/12/2018
18/12/2018
23/12/2018
29/12/2018
05/01/2019
11/01/2019
17/01/2019
23/01/2019
30/01/2019
-10 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
-20 -0.5
2015 2016 2017 2018 2019
Pada triwulan II 2019, kinerja lapangan usaha pertanian diperkirakan akan mengalami
peningkatan seiring dengan jatuhnya musim panen. Selain itu, kondisi cuaca pada triwulan I
2019 dengan curah hujan yang meningkat dan pasokan air yang melimpah untuk pertumbuhan
tanaman. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi
pertanian, khususnya komoditas jagung dan padi dengan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan produksi pertanian secara umum melalui metode off-farm
maupun on-farm.
2.50 10
SBT Perdagangan
8
2.00
6
1.50
4
1.00
2
0.50
0
0.00 III IV I II III IV I II III IV I
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I -2
-0.50 2017 2018 2019
2014 2015 2016 2017 2018 2019
-4
-1.00
-6
Grafik 1.29 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Perdagangan Grafik 1.30 Perkembangan Kondisi Usaha Perdagangan
Ekspektasi SBT
Sumber : LBU BI diolah
Sumber : SKDU Bank Indonesia
100.00
50.00
-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
(50.00) 2017 2018 2018
Sementara itu, dari sisi pemerintah, masih rendahnya realisasi belanja khususnya belanja
barang juga telah menahan laju pertumbuhan sektor perdagangan. Realisasi belanja barang
APBD Gorontalo secara akumulasi pada triwulan I 2019 hanya mencapai 3,0% dari pagu
belanja APBD 2019 dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 5,0%. Masih
berlangsungnya proses pengadaan disinyalir menyebabkan rendahnya realisasi belanja pada
triwulan I 2019 tersebut sehingga turut menyebabkan capaian kinerja sektor perdagangan tidak
optimal.
Memasuki triwulan II 2019, aktivitas perdagangan diperkirakan akan terus meningkat
seiring dengan masuknya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Sesuai dengan pola
musimannya aktivitas konsumsi masyarakat pada bulan Ramadhan akan meningkat signifikan
sehingga diharapkan akan meningkatnya kinerja sektor perdagangan.
Rp, Juta %
%, yoy
kredit Investasi Growth - Rhs Impor Aspal (g) Impor Aspal
500 140 4,000,000 250
Rp, Triliun
200 20 1,500,000 0
150 0 1,000,000 -50
100 -20 500,000 -100
50 -40
- -150
- -60 IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019
2016 2017 2018 2019
Grafik 1.32 Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.33 Perkembangan Impor Barang Modal
7,43%. Lebih dalam peningkatan pagu anggaran belanja pemda diharapkan sejalan dengan
strategi pembangunan yang mulai terdesentralisasi dan berdampak positif terhadap
perekonomian Gorontalo.
2019
2018 31.6
33.0
APBN
APBD Provinsi
52.1 52.5
APBD Kab/Kota
14.5
16.3
Dari sisi penyerapan anggaran, tingkat realisasi belanja pemda Gorontalo tahun 2018
meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Terjadinya peningkatan
serapan belanja pemerintah sejalan dengan pemerataan pembangunan di daerah untuk
mengejar target akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Peningkatan
realisasi belanja tercermin dari serapan belanja APBD Provinsi di triwulan laporan 15,2% (Rp
297 miliar) dibandingkan periode di tahun lalu 14,1% (Rp 257 miliar), dan kinerja penyerapan
APBN sebesar 13,8% (Rp 525 miliar). Namun terdapat penurunan tingkat realisasi belanja yang
berasal dari APBD Kabupaten/Kota pemda yang hingga triwulan I 2019 adalah sebesar 11,89%
(Rp743 miliar), turun dibandingkan periode yang sama di 2018 sebesar 12,43% (Rp 816 miliar).
Kinerja belanja pemda yang meningkat dibandingkan tahun lalu sejalan dengan tingkat
realisasi pendapatan pemda yang juga cenderung meningkat (grafik 2.2). Pada triwulan
laporan, level Rasio Indeks Kemampuan Rutin (IKR) adalah sebesar 28,88% sedikit lebih rendah
dibandingkan tahun 2018 sebesar 29,3% yang didorong oleh realisasi belanja yang lebih besar
dari realisasi peningkatan pendapatan. Sesuai pola musimannya, peningkatan belanja yang
tumbuh lebih besar sebesar 7,4% (yoy) dibandingkan pendapatan sebesar 2% (yoy) pada
triwulan I sejalan dengan kegiatan pembangunan pemda untuk mengejar realisasi fisik dan
keuangan yang belum terselesaikan di tahun 2018..
Sementara itu tingkat IKR pemerintah Kabupaten/Kota secara keseluruhan masih berada
dalam kategori kurang dan belum mencapai level minimum IKR 60%. Adapun kinerja IKR
terbaik dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Gorontalo sebesar 20,78% akibat level PAD
Kabupaten Gorontalo yang cukup tinggi sebesar Rp 16,4 miliar dan realisasi belanja operasi
sebesar Rp 79 miliar (grafik 2.3). Lebih dalam tingkat PAD Kabupaten Gorontalo yang tinggi
berasal dari pendapatan pajak, dan pendapatan lain-lain yang sah dengan pangsa masing-
masing 87% dan 10%.
Belanja Operasi Belanja Operasi
Total Pendapatan % 150 50
PAD
Rp, Miliar
Rp, Miliar
Grafik 2.2. Perbandingan Belanja Wilayah dengan Pendapatan Grafik 2.3. Perbandingan Belanja Wilayah dengan
Daerah Pendapatan Daerah
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo (diolah) Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo
(diolah)
Peningkatan realisasi belanja di awal tahun yang selalu lebih tinggi dari realisasi
pendapatan mendorong penurunan level rasio pengelolaan belanja pemda Gorontalo.
Peningkatan belanja pemda didorong oleh strategi pemda untuk menyelesaikan target
pembangunan dan fisik daerah yang sudah dikerjakan pada tahun anggaran 2018 dari
komponen belanja barang dan jasa mencapai 20,7% (yoy). Sedangkan komponen belanja
bansos mengalami penurunan sebesar -5,2% (yoy) dikarenakan realisasi belanja bansos baru
akan dilakukan pada triwulan selanjutnya setelah berlangsungnya Pemilu 2019 di triwulan I.
Sementara itu, kinerja pertumbuhan PAD dari APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota Gorontalo
terekam turun -64% (yoy) didorong oleh penurunan pendapatan dari Pendapatan Lain-Lain
sebesar -53,7% dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan sebesar -24,7%. Namun
penurunan tersebut ditahan oleh pertumbuhan pendapatan pajak daerah yang mencapai
37,1%. Tingkat rasio pengelolaan belanja pada triwulan I 2019 berdasarkan pada wilayah kerja
paling tinggi dimiliki oleh Kabupaten Gorontalo sebesar 246,32% (grafik 2.5), mengindikasikan
tata kelola belanja yang sudah baik dengan memperhatikan tingkat pendapatan daerah.
1700
Rp, Miliar %
Tot. Pendapatan Tot. Pendapatan 190
Rp, Miliar % 1500 Tot. Belanja
Tot. Belanja
2000 200
Rasio Pengelolaan Belanja (Rhs) 1300 170
167.24
150 1100 150
1500 100.38 100.20
91.36 109.72
98.66 100 900 130
700
1000 50 104.84 101.79 110
99.13 99.93
500 100.57 97.91
0 90
300
500
-50 100 70
Grafik 2.4. Rasio Pengelolaan Belanja Provinsi Gorontalo 2018 Grafik 2.5. Rasio Pengelolaan Belanja Kabupaten/Kota
2018
Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo
(diolah) Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo
(diolah)
Kinerja kemampuan keuangan daerah Pemda Gorontalo hingga triwulan I 2019 tercatat
sebesar Rp 305,18 miliar, naik sebesar 6,7% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 2018
sebesar Rp286,05 miliar (grafik 2.6). Terjadinya kenaikan kemampuan keuangan pemda sejalan
dengan penurunan aktivitas belanja pegawai yang lebih rendah dari pertumbuhan PAD.
180 Rp, Miliar
Kemampuan Keuangan Daerah
150.91 1200 Kemampuan Keuangan Daerah Kapasitas Fiskal
160 Kapasitas Fiskal
140.95 Rp, Miliar Kemampuan Fiskal Daerah 1,042.40
Kemampuan Fiskal Daerah
140 125.69 1000 934.30 937.54
121.12 119.42 885.52
113.77 110.35106.82
120 820.02
105.17 795.60
800 747.57
100 89.97
625.94
74.12
80 600 505.07
60 67.83 404.18
353.64 365.37
400 305.18
40 294.45
18.97
15.05 17.28
20 8.22 9.85 200
7.39
76.27
0
Kota Kab. Kab. Kab. Gorut Kab. Bone Kab. 0
Gorontalo Gorontalo Boalemo Bolango Pohuwato 2015 2016 2017 2018 2019
Grafik 2.6. Gambaran kondisi Keuangan SecaraSpasial Grafik 2.7. Gambaran kondisi Keuangan Pemda Gorontalo
Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo
(diolah) (diolah)
Provinsi pada triwulan I 2019 menjadi Rp72,17 miliar dibandingkan pada tahun 2018 sebesar
Rp68,19 miliar akibat dari perbaikan penerimaan pajak, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
1400 35
1200 30
1000 25
800 20
600 15
400 10
200 5
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018 2019
Grafik 2.8. Rasio Kemandirian Fiskal Pemerintah Provinsi Gorontalo
Di sisi lain, kinerja kemandirian fiskal pemda Kabupaten/kota pada triwulan I 2019 juga
terekam mengalami perbaikan dengan kemampuan fiskal daerah menjadi Rp 76,27 miliar
dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp 73,63 miliar (grafik 2.9). Kinerja
Kemampuan Keuangan Daerah tertinggi dimiliki oleh Kota Gorontalo sebesar 150,91%
mencerminkan kondisi pelaksanaan desentralisasi pembangunan yang baik dibandingkan
kab/kota lain. Sementara itu, kinerja kapasitas fiskal tertinggi secara spasial pada triwulan I
2019 adalah Kabupaten Pohuwato dengan nilai mencapai Rp 18,97 miliar.
Di sisi lain, perbaikan pada tingkat pendapatan pemerintah daerah Gorontalo terjadi
akibat dari penurunan ketergantungan terhadap Keuangan Pemerintah Pusat (transfer Dana
Perimbangan) meskipun dari rasio kemandirian fiskal mengalami penurunan dari 19,85% pada
2018 menjadi sebesar 15,34% pada 2019 (grafik 2.10). Kabupaten/kota yang mempunyai rasio
kemandirian yang tertinggi adalah Kabupaten Gorontalo tercatat sebesar 8,35% (grafik 2.11).
Kabupaten Gorontalo memiliki level Rasio Kemandirian Fiskal tertinggi mengindikasikan
kemampuan keuangan yang lebih kuat dalam menghasilkan pendapatan yang bersumber dari
daerahnya sendiri dibandingkan Kabupaten dan Kota lainnya di Gorontalo.
PAD PAD
Rp, Miliar Rp, Miliar
% PAD + DBH % % Rasio Kemandirian ((PAD + DBH) / Pendapatan)
% Rasio Kemandirian ((PAD + DBH) / Pendapatan) 10 20
% Rasio Kemandirian (PAD / Pendapatan)
30 % Rasio Kemandirian (PAD / Pendapatan) 80
8.80 8.60
70 8 16
25 8.35
7.54
60
20 6 12
50 5.12
15 40 4.27 4.75
4 3.66 3.19 8
30 3.76
10 3.34
2.61
2 4
20
5
10 0 0
Kota Kab. Kab. Kab. Gorut Kab. Bone Kab.
0 0 Gorontalo Gorontalo Boalemo Bolango Pohuwato
2015 2016 2017 2018 2019
tw 1 2019
Grafik 2.10. Rasio Kemandirian Fiskal Provinsi Gorontalo Grafik 2.11. Rasio Kemandirian Fiskal Kabupaten/Kota di
Provinsi Gorontalo
Sumber : Dinas Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Gorontalo Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo
(diolah) (diolah)
Tabel 2.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Triwulan I 2018 dan 2019
ekonomi daerah yang baik sehingga mampu mendorong pertumbuhan pendapatan yang
bersumber dari kemampuan daerah. Tingginya realisasi pendapatan daerah didorong oleh
kinerja baik dari semua komponen PAD baik dari Penerimaan Pajak, Retribusi Daerah, dan
Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan. Berdasarkan pangsanya, Pajak Daerah
merupakan penyumbang PAD terbesar yaitu sebesar 97,9%, disusul oleh lain-lain PAD sebesar
1,9%, dan retribusi daerah sebesar 0,27%.
Pendapatan daerah yang berasal dari pajak pemerintah provinsi tumbuh sejalan dengan
meningkatnya pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), BBNKB, PBBKB, Pajak Air
Permukaan, dan Pajak Rokok. Meningkatnya pendapatan dari pajak kendaraan akibat dari
strategi pemerintah yang memberlakukan tax holiday untuk kendaraan mutasi dari luar Provinsi
Gorontalo pada tahun pertama. Sementara itu, peningkatan penggunaan pajak air dan rokok
sejalan dengan peningkatan konsumsi dari kegiatan usaha maupun rumah tangga di Gorontalo.
Di sisi lain, strategi pemda untuk melakukan reformasi kemudahan pembayaran pajak online
yang bekerja sama dengan perbankan, retail dan e-payment dan kebijakan lintas stakeholder
seperti pembayaran pajak STNK online yang bekerjasama dengan kepolisian dan perbankan
daerah.
Selain itu, realisasi yang berasal dari hasil retribusi daerah baru sebesar 1,51% atau Rp
0,2 miliar juga masih perlu dioptimalkan dan didorong oleh perbaikan perolehan dari pungutan
dan perizinan daerah. Penerimaan pos retribusi berasal dari penerimaan pungutan daerah untuk
pembayaran jasa umum, jasa usaha maupun perizinan tertentu seperti Izin Perpanjangan IMTA.
Di sisi lain, kinerja penerimaan dari Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan yang juga
merupakan salah satu pendorong peningkatan PAD masih belum optimal jika dibandingkan
tahun 2018 di periode yang sama mencapai sebesar 14,15% atau Rp 1 miliar. Adapun potensi
sumber dari Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan berupa pembagian laba atas penyertaan
modal dari perusahaan BUMN di Gorontalo seperti PT Pelindo IV maupun BUMD milik Provinsi
Gorontalo, kondisi ini tentu seharusnya dapat menjadi perhatian dari Pemerintah Provinsi
Gorontalo untuk meksimalkan potensi pendapatan daerah.
Lain-lain
PAD
Yang
Sah
2%
Pajak
Daerah
98%
400.00
Billions
300.00
200.00
100.00
-
a. Bagi Hasil Pajak b. Dana Alokasi c. Dana Alokasi
Umum Khusus
2018 2019
Grafik 2.13 Dana Perimbangan APBD Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2017 & 2018
300
Billions
250
200
150
100
50
-
Belanja Belanja Modal Belanja Tidak Belanja Bagi
Operasi Terduga Hasil
TW I 2018 TW I 2019
Grafik 2.14. Pangsa Belanja Operasional dan Non Operasional terhadap Anggaran Belanja
lingkungan Provinsi hasil dari pelaksanaan perekrutan PNS serentak pada akhir tahun 2018
turut mendorong tingginya kontribusi belanja operasi.
Berdasarkan jenisnya, realisasi Belanja Operasi Provinsi Gorontalo hingga triwulan I 2019
tercatat sebesar 17% atau sebesar Rp 250,0 miliar turun dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 17,5% atau sebesar Rp 232,7 miliar. Penurunan Belanja Operasi didorong oleh
turunnya realisasi belanja bantuan sosial sebesar 1% jika dibandingkan dengan tahun 2018
yang sebesar 13,2% pada periode yang sama. Namun untuk realisasi belanja barang
mengalami peningkatan realisasi sebesar 16,9% (yoy) dari anggaran Provinsi Gorontalo sejalan
dengan upaya pemda untuk mengejar target pembangunan fisik daerah. Di sisi lain, realisasi
belanja pegawai pada triwulan I 2019 turun sebesar 17% (yoy) dibandingkan dengan tahun
2018 yang mencapai 19%. Meski mengalami sedikit penurunan, belanja pegawai memiliki
kontribusi sebesar 47,5% dari komposisi belanja operasi. Hal ini didorong oleh peningkatan
pengeluaran pemerintah untuk tanggungan gaji guru SMA/SMK, Pengawas Ketenagakerjaan
dan ASN Kehutanan yang beralih ke anggaran Pemprov dan penambahan Pegawai di Instansi
SKPD Pemerintahan yang berasal dari hasil seleksi CPNS 2018.
Sementara itu, realisasi tertinggi dari komponen belanja selanjutnya adalah kegiatan
Transfer sebesar 19,38% atau Rp 32,9 miliar, meningkat signifikan dibandingkan tahun
sebelumnya yang mencapai 13,04% atau Rp 19,9 miliar. Perbaikan realisasi Transfer di tahun
2019 tersebut didorong oleh peningkatan signifikan dari komponen Transfer Bagi Hasil Pajak
sebesar 64,7%. Peningkatan Transfer Bagi Hasil Pajak didorong oleh strategi pemprov untuk
mendorong realisasi pembangunan yang dilakukan oleh Pemkot maupun Pemkab di Gorontalo.
Tabel 2.2. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2018 dan 2019
2018 2019
No Uraian Pagu APBD Realisasi Pagu APBD Realisasi
% Realisasi thd APBD % Realisasi thd APBD
(Rp miliar) (Rp miliar) (Rp miliar) (Rp miliar)
I Belanja Operasi 1,325.91 232.73 17.55% 1474.8 249.9 16.95%
a. Belanja Pegawai 648.50 123.23 19.00% 696.7 118.8 17.05%
b. Belanja Barang dan Jasa 421.80 61.59 14.60% 546.8 92.4 16.91%
c. Belanja Bunga - - - 0.0 0.0 -
d. Belanja Subsidi - - - 0.0 0.0 -
e. Belanja Hibah 197.63 40.24 20.36% 197.6 38.4 19.41%
f. Belanja Bantuan Sosial 57.98 7.67 13.22% 33.7 0.3 1.03%
g. Belanja Bantuan Keuangan 0.97 - 0.00% 2.0 0.0 0.00%
II Belanja Modal 332.50 4.32 1.30% 304.2 14.1 4.65%
III Belanja Tidak Terduga 5.00 0.62 12.46% 5.0 0.3 6.20%
IV Belanja Bagi Hasil 153.18 19.97 13.04% 169.8 32.9 19.38%
Total Belanja 1,816.58 257.64 14.18% 1,953.70 297.28 15.22%
Tabel 2.3. Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo tahun 2018 dan tahun 2019
2018 2019
No Uraian
(%) (%)
1800 Rp, Miliar Realisasi Pagu yang belum terealisasi 2400 Realisasi Pagu yang belum terealisasi
1600 Rp. Miliar
1900
1400
1200
1400
1000 46,27%
5,69%
900 36,63%
800 1,50%
Grafik 2.15. Pangsa Realisasi APBN di Provinsi Gorontalo Grafik 2.16. Perbandingan Realisasi APBN di Provinsi
Triwulan IV 2018 Gorontalo per Kota / Kabupaten
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Gorontalo
(diolah) (diolah)
Realisasi belanja pemerintah provinsi perlu untuk terus ditingkatkan sebagai salah satu
indikator yang mencerminkan keseriusan daerah dalam pengelolaan keuangannya. Kedepan
Pemerintah Provinsi Gorontalo dapat meningkatkan kinerja penyerapan anggaran pada setiap
satuan kerja wilayah. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo
perlu untuk dilakukan dalam monitoring realisasi anggaran secara intensif. Pencapaian target
realisasi berupa visi dan misi pembangunan sejalan dengan target pemerintah daerah untuk
memperbaiki parameter output yang masih rendah seperti tingkat ketimpangan sosial, tingkat
kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka dan IPM di Provinsi Gorontalo. Perbaikan tingkat
realisasi pembangunan infrastruktur di Gorontalo sebagai penggerak roda perekonomian dalam
perbaikan daya saing Provinsi Gorontalo dimata investor, baik domestik maupun mancanegara.
pangan sehingga mendorong normalisasi harga pangan dibandingkan tahun 2018. Dengan
perkembangan tersebut, sampai dengan triwulan I 2019 inflasi tahun kalender Gorontalo baru
mencapai 1,74% (ytd) atau berada di bawah pada kisaran sasaran inflasi 3,5±1%.
Grafik 3.1 Tingkat Inflasi Tahun Kalender Provinsi Gorontalo (ytd) Grafik 3.2 Inflasi Provinsi Gorontalo dan Nasional (yoy)
Grafik 3.3 Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo berdasarkan Grafik 3.4 Sumbangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo
Kelompok Disagregasi berdasarkan Kelompok Disagregasi
Inflasi bahan makanan pada triwulan I 2019 tercatat mengalami deflasi mencapai sebesar -
4,52% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya sebesar -0,52% (yoy).
Tabel 3.1 Pertumbuhan dan Andil Disagregasi IHK Provinsi Gorontalo Triwulan I 2019
% (mtm) % (yoy)
Disagregasi
Inflasi/Deflasi Andil Inflasi/Deflasi Andil
IHK 0.09 0.09 1.56 1.56
Inti 0.03 0.02 3.20 1.92
Volatile food 0.03 0.01 -5.26 -1.10
Adm. Prices 0.35 0.07 4.68 0.88
Menurunnya tekanan inflasi kelompok volatile food juga ditopang oleh tingginya deflasi
subkelompok sayur-sayuran. Inflasi sayur-sayuran pada triwulan I 2019 menurun drastis dari
yang mengalami inflasi sebesar 14,13% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi -13,96% (yoy).
Penurunan tekanan inflasi tersebut terjadi pada hampir seluruh jenis sayur-sayuran. Selanjutnya,
Penurunan harga juga terjadi pada komoditas ikan yang turun lebih dalam lagi dengan deflasi
sebesar -17,27% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang juga mengalami deflasi sebesar -9,57%
(yoy) sejalan dengan cuaca yang mendukung penangkapan ikan oleh nelayan. Sementara itu,
kondisi tekanan inflasi yang menurun cukup tertahan dengan adanya peningkatan tekanan
inflasi subkelompok telur dan susu serta buah-buahan dan bumbu-bumbuan. Pada triwulan I
2019 subkelompok telur dan susu mengalami peningkatan tekanan inflasi mencapai sebesar
5,25% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 0,82% (yoy).
Memasuki triwulan II 2019, tekanan inflasi volatile food diperkirakan akan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan IV 2018. Peningkatan tersebut terutama didorong
oleh permintaan masyarakat yang diprediksi akan meningkat seiring adanya bulan suci
Ramadhan dan perayaan hari raya Idul Fitri khususnya sub kelompok bahan makanan yang
diperkirakan akan meningkat cukup signifikan. Namun demikian, kondisi cuaca yang baik
diperkirakan akan tetap menjaga pemenuhan pasokan bahan makanan dan ikan bagi
masyarakat Gorontalo.
Grafik 3.6 Inflasi Angkutan Udara Grafik 3.7 Pola Inflasi/Deflasi Administered prices
Selain itu, adanya peningkatan tarif cukai rokok tahun 2019 khususnya untuk jenis
rokok kretek filter dengan andil inflasi sebesar 0,34% mengalami peningkatan tekanan inflasi
menjadi sebesar 10,48% (yoy) pada triwulan I 2019 dari 9,27% (yoy) pada triwulan IV 2018.
Hal ini diperkirakan akan berlanjut pada triwulan II 2019, dimana kebijakan kenaikan tarif cukai
rokok diimplementasikan bertahap selama tahun 2019.
Ke depan, pada triwulan II 2019 inflasi administered prices diperkirakan akan meningkat
didorong peningkatan inflasi angkutan udara dan angkutan antar provinsi seiring dengan
meningkatnya permintaan saat arus mudik Idul Fitri 2019.
Sementara itu, tekanan inflasi kelompok inti pada triwulan I 2019 terpantau meningkat
yakni dari 2,85% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi sebesar 3,20% (yoy). Peningkatan
tersebut terutama didorong oleh komoditas ayam goreng dengan andil mencapai 0,41% (andil
yoy) dimana pada triwulan I 2019 tercatat mengalami inflasi sebesar 45,66% (yoy), meningkat
tajam dari triwulan IV 2018 sebesar 7,66% (yoy). Kenaikan tersebut terutama didorong
kenaikan bahan bakunya seperti ayam hidup, daging ayam ras dan minyak goreng.
Sementara itu, kenaikan inflasi inti juga didorong oleh penyesuaian harga yang terjadi
setiap awal tahunnya untuk biaya jaringan saluran TV dan tarif pulsa ponsel dimana pada
triwulan I 2019 mengalami inflasi masing-masing sebesar 33,33% (yoy) dan 10,89% (yoy).
Selain itu, penyesuaian biaya juga terjadi untuk sekolah menengah pertama dan
akademi/perguruan tinggi dimana masing-masing mengalami inflasi sebesar 22,63% (yoy) dan
6,23% (yoy). Dari biaya perumahan, upah pembantu rumah tangga juga terpantau mengalami
inflasi sebesar 6,05% (yoy) seiring dengan penyesuaian UMR tahun 2019.
Memasuki triwulan II 2019, Inflasi inti diperkirakan akan meningkat seiring dengan
peningkatan permintaan masyarakat akan komoditas makanan jadi, sandang dan papan.
Namun demikian, stabilnya nilai tukar Rupiah dan penurunan harga komoditas global
diperkirakan akan menekan peningkatan tekanan inflasi lebih lanjut.
Secara keseluruhan, pada triwulan II 2019 tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat.
Oleh karena itu, sinergi seluruh stakeholder dalam melakukan upaya monitoring pasokan dan
harga bahan harus terus ditingkatkan guna memonitor tingkat inflasi di Gorontalo. Upaya
stabilisasi harga melalui berbagai kegiatan seperti peningkatan produksi dan pasokan barang,
serta pelaksanaan operasi pasar harus dijalankan dengan lebih efektif. Strategi pengendalian
inflasi sesuai dengan roadmap pengendalian inflasi melalui koordinasi antar instansi melalui
rapat TPID perlu terus dilaksanakan untuk mencapai target inflasi nasional sebesar 3,5% ± 1%
(yoy).
Tabel 3.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tabel 3.3 Komoditas Utama Penyumbang Deflasi
Bulan Januari 2019 Bulan Januari 2019
(10 komoditas berkontribusi terbesar) (mtm) (10 komoditas berkontribusi terbesar) (mtm)
Inflasi Inflasi
Kontribusi Kontribusi
No. Komoditas (%, No. Komoditas (%,
(%, mtm) (%, mtm)
mtm) mtm)
Inflasi Deflasi
1 Ekor Kuning 0,13 11,11 1 Bensin -0,04 -0,97
2 Selar/Tude 0,11 5,98 2 Daging Ayam Ras -0,03 -3,65
3 Angkutan Udara 0,06 6,17 3 Cakalang/Sisik -0,03 -3,00
4 Cabai Rawit 0,03 4,67 4 Pisang -0,03 -8,45
5 Sewa Rumah 0,03 0,78 5 Kangkung -0,03 -6,16
6 Bawang Merah 0,02 3,45 6 Tomat Sayur -0,03 -3,36
7 Wortel 0,02 38,16 7 Daun Bawang -0,01 -12,74
8 Bubara 0,01 9,08 8 Cabai Merah -0,01 -10,46
9 Sofa 0,01 8,58 9 Kentang -0,01 -4,08
10 Malalugis/Sohiri 0,01 2,36 10 Kembung/Gembung/Banyar/Gembolo/Aso-Aso
-0,01 -5,59
Sumber inflasi bulan ini terutama berasal dari kelompok volatile food yang tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,35% (mtm). Namun realisasi tersebut lebih rendah dari bulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 1,43% (mtm). Penurunan tersebut terutama didorong oleh
deflasi subkelompok daging sebesar -1,62% (mtm) seiring dengan deflasi komoditas daging
ayam kampung dan ras sebesar -6,47% (mtm) dan -1,62% (mtm). Namun demikian, inflasi
subkelompok ikan segar dan bumbu-bumbuan yang mencapai 2,86% (mtm) dan 1,84% (mtm).
Sementara itu, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,13% (mtm),
lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,67% (mtm).
Penurunan tersebut didorong oleh penurunan harga bahan bakar non subsidi seiring
penurunan harga minyak dunia. Inflasi inti juga tercatat mengalami penurunan dari 0,24%
(mtm) pada Desember 2018 menjadi 0,14% (mtm). Penurunan tersebut didorong oleh
komoditas utama inflasi inti yakni komoditas sandang, minyak goreng dan semen yang masing-
masing mengalami deflasi sebesar -2,81% (mtm), -0,48% (mtm) dan -0,09% (mtm).
IHK Gorontalo di Februari 2019 tercatat mengalami deflasi sebesar -0,68% (mtm), jauh
lebih rendah dibandingkan nasional yang juga mengalami deflasi -0,08% (mtm) dan rata-rata
historis inflasi bulan Januari dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (0,05% mtm). Deflasi tersebut
terutama didorong oleh deflasi pada kelompok volatile food di tengah peningkatan inflasi inti
dan administered prices.
Tabel 3.4 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tabel 3.5 Komoditas Utama Penyumbang Deflasi
Bulan Februari 2019 Bulan Februari 2019
(10 komoditas berkontribusi terbesar) (mtm) (10 komoditas berkontribusi terbesar) (mtm)
Kontribusi Inflasi Kontribusi Inflasi
No. Komoditas No. Komoditas
(%, yoy) (%, yoy) (%, yoy) (%, yoy)
Inflasi Deflasi
1 Ayam Goreng 0,414 45,66 1 Layang/Benggol -0,335 -33,75
2 Angkutan Udara 0,309 28,30 2 Selar/Tude -0,259 -17,53
3 Rokok Kretek Filter 0,298 8,03 3 Cakalang/Sisik -0,143 -16,13
4 Biaya Jaringan Saluran TV 0,190 33,33 4 Ekor Kuning -0,121 -12,06
5 Tarip Pulsa Ponsel 0,176 10,89 5 Malalugis/Sohiri -0,083 -32,35
6 Nike 0,169 66,67 6 Kacang Panjang -0,049 -32,81
7 Angkutan Antar Kota 0,128 14,28 7 Daging Sapi -0,042 -5,86
8 Ayam Hidup 0,127 10,92 8 Beras -0,030 -0,56
9 Kue Kering Berminyak 0,104 9,31 9 Apel -0,026 -12,50
10 Daging Ayam Ras 0,096 11,76 10 Semen -0,022 -1,06
Sumber: BPS, diolah
Pasokan yang melimpah mendorong kelompok volatile food sebagai faktor utama deflasi
di Februari 2019, yang mencapai -4,06% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada
komoditas ikan yang turun sebesar -12,03% (mtm) sejalan dengan cuaca yang mendukung
penangkapan ikan oleh nelayan. Selain itu, komoditas utama bumbu-bumbuan juga mengalami
deflasi dimana bawang merah dan cabai merah mengalami deflasi sebesar -14,31% (mtm) dan
-5,63% (mtm) seiring dengan masuknya musim panen raya untuk komoditas tanaman
hortikultura di beberapa sentra produksi.
Di sisi lain, Inflasi inti tercatat mengalami peningkatan dari 0,14% (mtm) pada Januari
2019 menjadi 0,27% (mtm). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan makanan
jadi terutama ayam goreng yang mengalami inflasi sebesar 35,29% (mtm) seiring peningkatan
harga daging ayam kampung dan minyak goreng. Peningkatan tekanan inflasi inti juga
didorong oleh kenaikan upah pembantu rumah tangga dan sewa rumah yang tercatat inflasi
sebesar 0,47% (mtm) dan 0,33% (mtm) seiring dengan penyesuaian harga yang terjadi di
setiap awal tahun. Selain itu, komoditas lain yang mendorong inflasi inti adalah mie instan dan
gula pasir yang mengalami inflasi sebesar 2,61% (mtm) dan 0,76% (mtm).
Kelompok administered prices juga mencatat inflasi sebesar 0,25% (mtm), lebih tinggi
dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,13% (mtm). Peningkatan
tersebut terutama didorong oleh tarif angkutan udara yang mengalami inflasi sebesar 4,43%
(mtm). Kelompok komoditas tembakau juga mengalami inflasi sebesar 1,79% (mtm) didorong
kenaikan cukai rokok tahun 2019. Sementara itu, komoditas bensin tercatat mengalami deflasi
sebesar -0,23% (mtm) seiring dengan penurunan harga bahan bakar non subsidi.
Meningkatnya inflasi pada bulan Maret 2019 terutama didorong oleh peningkatan
harga beberapa komoditas utama volatile food yakni cabai rawit, ikan dan daging ayam. volatile
food pada bulan Maret 2019 tercatat Inflasi sebesar 0,03% (mtm), meningkat dibandingkan
bulan Februari yang mengalami deflasi sebesar -4,06% (mtm). Terbatasnya pasokan dari
Sulawesi Selatan dan cuaca buruk mendorong peningkatan harga komoditas cabai rawit, ikan
kakap merah dan cakalang dimana masing-masing mengalami inflasi sebesar 17,56% (mtm),
10,09% (mtm) dan 7,69% (mtm). Selain itu, peningkatan inflasi volatile food juga didorong
oleh peningkatan harga bawang merah dan bawang putih yang masing-masing tercatat
sebesar 8,20% (mtm) dan 8,00% (mtm) seiring dengan berkurangnya pasokan karena
berakhirnya panen di sentra produksi wilayah Sulawesi (bawang merah) dan pasokan impor
yang menurun (bawang putih). Komoditas daging ayam baik ayam kampung maupun ayam ras
pada Maret 2019 tercatat mengalami inflasi masing-masing sebesar 7,29% (mtm) dan 7,21%
(mtm) seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat seiring substitusi daging sapi yang
harganya masih berada pada level yang cukup tinggi yakni Rp110.000/kg dibandingkan 2 bulan
lalu yang hanya Rp80.000/kg (harga daging sapi bulog).
Inflasi kelompok administered prices pada Maret 2019 juga terpantau meningkat
menjadi sebesar 0,35% (mtm) dibandingkan dengan bulan Februari 2019 sebesar 0,25%
(mtm). Tekanan inflasi administered prices terutama didorong oleh inflasi angkutan udara
sebesar 4,15% (mtm). Inflasi angkutan udara di Gorontalo tersebut lebih besar dibandingkan
inflasi angkutan udara nasional yang tercatat sebesar 2,27% (mtm). Sampai dengan Maret
2019 inflasi angkutan udara mencapai 24,12% (ytd) dengan andil mencapai 0,27%. Namun
demikian, laju peningkatan inflasi AP tertahan oleh deflasi pada tarif listrik sebesar -0,32%
(mtm) seiring dengan pemberian diskon Rp52/kWh bagi pelanggan Rumah Tangga Mampu 900
VA mulai 1 Maret 2019.
Sementara itu, tekanan inflasi inti cenderung mereda dimana pada bulan Maret 2019
tercatat sebesar 0,03% (mtm) lebih rendah dibandingkan bulan Februari 2019 sebesar 0,27%
(mtm). Penurunan tersebut terutama didorong oleh menurunnya harga bahan bangunan seperti
seng, besi beton dan semen yang mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,55% (mtm), -
2,95% (mtm) dan -0,15% (mtm). Selain itu komoditas utama inflasi inti lainnya yakni minyak
goreng dan gula pasir juga mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,18% (mtm) dan -
0,38% (mtm) seiring dengan penurunan harga yang terjadi secara nasional.
1
Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi (lihat tabel 3.1)
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO MEI 2019 43
BAB 3
INFLASI DAERAH
kelompok pendidikan, kelompok sandang dan kelompok perumahan. Di sisi lain, inflasi
kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau, kelompok transportasi dan komunikasi serta
kelompok kesehatan terpantau meningkat. Sementara itu, kelompok lainnya cenderung stabil.
Tabel 3.8 Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan menurut Kelompok
Inflasi (yoy) Sumbangan Inflasi (yoy)
Kelompok Pengeluaran 2017 2018 2019 2017 2018 2019
I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I
` Umum 2.73 3.69 4.41 4.34 2.83 1.88 1.79 2.15 1.56 2.73 3.69 4.41 4.34 2.83 1.88 1.79 2.15 1.56
1 Bahan Makanan 4.99 4.94 7.12 6.49 3.61 1.80 -0.61 -0.52 -3.14 1.23 1.23 1.75 1.61 0.89 0.45 -0.15 -0.13 -1.05
2 Mamin, Rokok dan Tembakau 3.08 1.78 2.20 2.48 1.52 2.54 4.08 4.26 6.28 0.49 0.28 0.35 0.39 0.24 0.41 0.66 0.69 1.04
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 2.32 4.53 4.50 4.56 3.23 1.19 1.55 1.68 1.59 0.62 1.22 1.21 1.23 0.87 0.32 0.42 0.45 0.43
4 Sandang 2.76 2.32 2.32 2.45 2.22 2.97 2.42 3.02 2.78 0.14 0.11 0.11 0.12 0.11 0.15 0.12 0.15 0.14
5 Kesehatan 4.33 5.04 4.89 5.87 3.78 2.86 1.95 0.75 1.31 0.18 0.21 0.21 0.25 0.16 0.12 0.08 0.03 0.06
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 1.13 0.84 2.72 2.72 3.37 3.37 8.45 8.42 7.54 0.05 0.04 0.13 0.13 0.16 0.16 0.43 0.42 0.38
7 Transportasi dan Komunikasi 0.22 3.28 3.62 3.42 2.14 1.52 1.44 3.09 3.80 0.04 0.61 0.67 0.63 0.40 0.28 0.27 0.58 0.72
normalnya permintaan masyarakat akan bahan makanan pasca periode Hari Raya Natal dan
tahun baru.
Kelompok Sandang
Pada triwulan I 2019 inflasi kelompok sandang menurun dari 3,02% (yoy) menjadi
2,78% (yoy). Penurunan tersebut terjadi karena kembali normalnya permintaan masyarakat
pasca Hari Raya Natal dan tahun baru. Selain itu, masyarakat juga disinyalir menunda pembelian
sandang jelang Hari Raya Idul Fitri yang akan jatuh pada triwulan II 2019. Komponen
subkelompok yang mengalami penurunan yakni sandang anak-anak dan barang pribadi dan
sandang lainnya, sedangkan sandang laki-laki dan wanita cenderung meningkat.
Tabel 3.11 Inflasi Kelompok Sandang
Tabel 3.13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Kelompok Kesehatan
Tekanan inflasi kelompok kesehatan pada triwulan I 2019 meningkat dari 0,75% (yoy)
menjadi 1,31% (yoy). Peningkatan terutama terjadi pada harga obat-obatan yang tercatat
mengalami inflasi sebesar 2,45% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi
sebesar -0,50% (yoy). Peningkatan harga obat-obatan tersebut disinyalir disebabkan oleh biaya
distribusi yang meningkat seiring dengan kenaikan tarif ekspedisi.
2 Gorontalo 1,56%
2. Melakukan koordinasi dan komunikasi bersama dengan Badan Ketahanan Pangan, Dinas
Pertanian, Dinas Pangan, PPI dan aparatur penegak hukum untuk melakukan monitoring,
pengumpulan informasi kondisi terkini pasokan dan perkembangan harga komoditas
pangan di setiap daerah dan pasar-pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern
serta isu-isu terkini;
4. Memperkuat cadangan pangan pemerintah dan tata kelola operasi pasar oleh Bulog;
6. Melakukan peningkatan upaya penanaman cabai rawit dan tomat sayur di tingkat rumah
tangga bekerja sama dengan PKK, khususnya di Kota Gorontalo dan Kabupaten
Gorontalo, dengan tujuan meningkatkan pasokan di tingkat rumah tangga;
7. Melakukan sidak terhadap pelaku perdagangan dan tata niaga komoditas pangan
strategis oleh TPID, Satgas dan Dewan Ketahanan Pangan untuk menjaga praktek bisnis
yang baik dan juga menjaga ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan pasokan dan
tingkat harga;
8. Upaya koordinasi Program pengembangan distribusi dan cadangan pangan, berupa
kegiatan lumbung pangan masyarakat dan Toko Tani Indonesia (bekerjasama dengan
Gapoktan dan BULOG);
9. Polda Gorontalo akan membackup kegiatan operasi pasar dari sisi keamanan, koordinasi
pihak satgas pangan akan melakukan pengawasan dan keamanan distribusi pangan dari
hulu sampai hilir yang akan berpotensi pada gangguan kamtibmas;
10. Melakukan upaya pengendalian harga daging ayam ras dan ikan segar, yang tercatat
persisten menjadi pendorong tekanan inflasi selama beberapa tahun terakhir melalui
berbagai upaya, seperti dukungan terhadap pelaksanaan operasi pasar, pengadaan
operasional cold storage, bantuan operasional kapal tangkap dan upaya lainnya;
11. Penyediaan beras oleh Bulog Sub Divisi Regional (subdivre) Gorontalo untuk ketahanan
selama lima bulan ke depan. Selain itu melaksanakan arahan Kementerian Perdagangan
untuk melakukan Operasi Pasar;
12. PT Pertamina Gorontalo mengeluarkan larangan bagi SPBU untuk melayani pembelian
oleh pengecer BBM terutama dalam jumlah besar. Serta meminta SPBU untuk
menambahkan waktu operasional menjadi 24 jam apabila dibutuhkan sesuai dengan tren
kebutuhan di lapangan;
13. PT. Pertamina Gorontalo bersama dengan PT. Hiswana Migas melakukan penambahan
pasokan LPG 3 Kg dan bright gas 5 Kg serta pengawasan distribusi LPG yang disalurkan
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO MEI 2019 49
BAB 3
INFLASI DAERAH
oleh agen kepada pengecer melalui pangkalan siaga serta melakukan sosialisasi
penggunaan LPG Non Subsidi kepada rumah makan dan industri kecil sehingga jika
terdapat pelanggaran, pihak Pertamina bersama dengan PT Hiswana Migas akan
memberikan pembinaan hingga sanksi berupa skorsing tidak dapat menjual LPG kepada
agen tersebut atau melakukan pencabutan izin sebagai agen LPG Pertamina;
14. Memperbaiki manajemen produksi melalui penguatan kelembagaan petani (corporate/
cooperative farming), pengelolaan produksi dan pascapanen khususnya pengeringan dan
pergudangan, seperti penggunaan Integrated Cold Storage (ICS) untuk penyimpanan
komoditas ikan segar dan penggunaan CAS (Control Atmosphare Storage) untuk
penyimpanan komoditas hortikultura (cabai rawit dan bawang merah) yang mempunyai
karakter tidak tahan lama;
15. Meningkatkan tingkat rendemen dan kualitas beras melalui revitalisasi penggilingan,
untuk memperbaiki kualitas dan pasokan beras;
16. Menyalurkan Rastra Bansos dan Bantuan Pangan Non Tunai sesuai dengan jadwal dan
dengan kualitas yang terjaga.
17. Mendorong peningkatan produktivitas petani, dengan meningkatkan kualitas SDM petani.
Ketahanan sektor Rumah Tangga (RT) masih cukup kuat yang didukung oleh daya beli
yang terjaga. Kondisi tersebut sejalan dengan menurunnya harga-harga yang bahkan tercatat
deflasi selama 3 bulan berturut-turut (Februari s.d April), sedangkan pendapatan RT
diperkirakan membaik sejalan dengan peningkatan UMP di tahun 2019. Peningkatan
penghasilan ini mendorong peningkatan konsumsi RT di Gorontalo pada triwulan I 2019,
dimana tumbuh sebesar 7,55% (yoy) atau meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 7,29%
(yoy).
Stabilitas keuangan juga didukung oleh ketahanan sektor korporasi seiring dengan
membaiknya penjualan dan rentabilitas sektor korporasi. Perbaikan ini mendorong
meningkatnya penyaluran kredit kepada sektor korporasi dengan risiko kredit yang terjaga.
Pendorong perbaikan pada kinerja korporasi di triwulan I 2019 adalah implementasi strategi
mitigasi risiko kredit dan likuiditas oleh korporasi di tengah kinerja perekonomian yang
melambat.
Kinerja sektor UMKM pada triwulan I 2019 secara keseluruhan juga mengalami
perbaikan. Penyaluran kredit UMKM di triwulan I 2019 tumbuh sebesar 7,62% (yoy) meningkat
dari triwulan IV 2018 sebesar 4,22% (yoy). Kondisi tersebut mendorong porsi kredit UMKM
terhadap total kredit perbankan meningkat menjadi 27,93% dari sebelumnya sebesar 27,75%,
di atas persyaratan minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (20%). Namun tekanan
finansial di sektor UMKM patut dicermati seiring dengan NPL yang mencapai 7,57%, jauh di
atas target indikatif 5%.
Mengingat peran UMKM yang cukup penting dalam perekonomian, Bank Indonesia
terus melakukan berbagai program kerja untuk pengembangan UMKM. Di sisi lain, Bank
Indonesia juga terus melakukan inovasi, sinergi dan kolaborasi untuk mendukung tercapainya
ketahanan dan kemandirian pangan dengan melakukan pengembangan klaster serta
mendukung UMKM unggulan Gorontalo untuk dapat menembus pasar Nasional dan
Internasional.
Tabel 4.1 Indikator Perbankan Provinsi Gorontalo
realisasi PDRB Investasi triwulan I 2019 yang meningkat. Kredit modal kerja juga mengalami
peningkatan dari 14,56% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 15,51% (yoy) di triwulan I
2019. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan kredit pada sektor pertanian seiring
dengan masuknya musim tanam di triwulan laporan.
Jumlah Rekening
Pangsa Kredit
Pertumbuhan Kredit
DAERAH Perseorangan Perumahan dan
Perseorangan (%, yoy) Otomotif Elektronik Multiguna Lainnya
(%) Apartemen
Kab. Bone Bolango 8.42 9.00 535 1,060 172 241 2,442
Selain itu, tabungan juga terpantau tumbuh meningkat menjadi sebesar 9,40% (yoy) dari
3,03% (yoy) pada triwulan IV 2019. Di sisi lain, kinerja deposito semakin memburuk dimana
pada triwulan I tercatat terkontraksi sebesar -23,35% (yoy), lebih dalam dari triwulan
sebelumnya sebesar -9,72% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, struktur pangsa DPK di
perbankan Gorontalo saat ini menjadi tabungan sebesar 53,48%, giro sebesar 27,87% dan
deposito sebesar 23,01%.
Grafik 4.2 Proporsi DPK di Gorontalo Triwulan IV 2018 Grafik 4.3 Proporsi DPK di Gorontalo Triwulan I 2019
Grafik 4.5.Perkembangan dan Laju Pertumbuhan DPK Grafik 4.6. Perkembangan DPK perseorangan Gorontalo
Grafik 4.7. Pertumbuhan Kredit UMKM Gorontalo Grafik 4.8. Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit
Pangsa kredit UMKM di Gorontalo cukup stabil. Pangsa UMKM Gorontalo mengalami
peningkatan menjadi sebesar 27,93% pada triwulan I 2019 dari 27,75% pada triwulan
sebelumnya. Berdasarkan kelompok nominal kreditnya, mayoritas pangsa realisasi kredit UMKM
pada triwulan I 2019 tersalurkan pada rentang nominal < 10jt yaitu sebesar 22,83% dan
rentang nominal >100 juta Rp500 juta sebesar 22,04%. Di sisi lain, berdasarkan sebaran
wilayah per Kabupaten dan Kota di Gorontalo, pada periode laporan konsentrasi realisasi kredit
UMKM terbesar masih berada di Kota Gorontalo dengan pangsa mencapai 38,43% dan diikuti
oleh Kabupaten Gorontalo sebesar 31,63%.
Grafik 4.9. Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Nominal Grafik 4.10. Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan
Kota/Kabupaten
Sumber: LBU BI (diolah) Sumber: LBU BI (diolah)
Eksistensi UMKM terus didorong oleh Bank Indonesia melalui kebijakan persentase
kredit yang harus disalurkan kepada UMKM dengan porsi kredit UMKM minimal 20%. Porsi
tersebut pada triwulan I tahun 2019 telah ditingkatkan menjadi 27% dari total kredit di provinsi
Gorontalo. Bank Indonesia menilai kebijakan ini akan mampu mendorong pertumbuhan UMKM
yang berkualitas, akan tetapi NPL UMKM yang cenderung lebih tinggi dari kredit non-UMKM
perlu mendapat perhatian, khususnya pada saat seleksi debitur yang mengajukan kredit.
Grafik 4.11 Kontribusi Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 4.12 Pangsa Konsumsi RT terhadap PDRB
Besarnya peran rumah tangga dalam pertumbuhan ekonomi Gorontalo diiringi dengan
kerentanan yang rendah. Adapun sumber kerentanan tersebut umumnya berasal dari keyakinan
2
Rumah tangga di dalam sistem keuangan memiliki 2 (dua) fungsi yaitu sebagai penyedia dana dan sebagai penerima pendanaan dari
institusi keuangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga adalah tingkat pendapatan, tingkat
pengangguran, tingkat konsumsi dan kondisi pembiayaan/kredit oleh rumah tangga.
dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun yang akan datang dimana
pada akhirnya akan mempengaruhi pola belanja rumah tangga. Hasil Survei Konsumen Bank
Indonesia mengindikasikan bahwa level optimisme konsumen Gorontalo pada triwulan I 2019
tetap terjaga dan cenderung cukup optimis, yang tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masih di atas level optimis 100. Indeks IKE dan IEK
pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 111.34 dan 138.92.
Grafik 4.13 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi Grafik 4.14 Persepsi Rumah Tangga terhadap Ekonomi 6
Saat Ini Bulan Mendatang
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, diolah Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, diolah
Kinerja Lapangan Usaha (LU) utama Provinsi Gorontalo yang melambat turut menahan
laju pertumbuhan keuangan serta menurunkan kerentanan sektor korporasi. Perlambatan
kinerja pertumbuhan ekonomi Lapangan Usaha utama Provinsi Gorontalo seperti LU Konstruksi,
LU pertanian, Perdagangan Besar Eceran (PBE) dan Industri Pengolahan. Kinerja LU Konstruksi
mengalami deselerasi sebesa -9,03% (yoy) yang disebabkan oleh proyek-proyek infrastruktur
pemerintah belum beroperasi secara optimal sesuai dengan siklus tahunan.
Perlambatan LU pertanian didorong oleh jatuhnya periode musim tanam dari tanaman
pangan utama sehingga korporasi pertanian belum beroperasi maksimal dalam penyerapan
hasil panen. Di sisi lain, LU PBE melambat sejalan dengan kembali normal level persediaan
setelah peningkatan di akhir tahun. Adanya panen raya beberapa komoditas holtikultura di
awal triwulan I 2019 cukup mendorong pertumbuhan kinerja sektor pertanian yang merupakan
sektor ekonomi terbesar di Gorontalo dengan pertumbuhan sebesar 8,59% (yoy). Selanjutnya,
masih bergairahnya perdagangan lokal Gorontalo pasca perayaan hari Natal dan tahun baru
mampu membantu kinerja sektor perdagangan eceran dan besar mencapai sebesar 2,79%
(yoy). Sedangkan LU industri pengolahan semakin semarak dengan mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 31,55%(yoy).
Pada triwulan I 2019, sejalan dengan perlambatan ekonomi, kegiatan dunia usaha di
Gorontalo juga melambat. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) selama
triwulan I 2019 yang diukur berdasarkan Saldo Bersih Tertimbang (SBT), kondisi kegiatan usaha
mengalami penurunan dari 35,02% menjadi 13,41% pada triwulan laporan. Penurunan
tersebut disebabkan oleh melambatnya aktivitas perekonomian pada siklus musiman pasca
perayaan hari raya Natal dan tahun baru. Namun demikian, berdasarkan hasil Liaison Bank
Indonesia, ke depan pelaku usaha memiliki optimisme yang cukup tinggi pada perbaikan kinerja
ekonomi di triwulan II 2019.
Melihat pada sisi pertumbuhannya, pertumbuhan kredit korporasi untuk modal kerja
mengalami perlambatan pertumbuhan di akhir periode triwulan I 2019. Terjadinya perlambatan
pertumbuhan kredit korporasi didorong oleh penurunan gairah bisnis pasca siklus musiman
perayaan hari Natal dan tahun baru sehingga adanya penurunan tingkat konsumsi masyarakat
Gorontalo. Sedangkan di sisi kredit korporasi investasi, stance korporasi untuk menjaga
kesehatan balance sheet nya membuat korporasi cenderung berhati-hati dalam berinvestasi
khususnya dalam rangka menunggu pergerakan arah ekonomi dengan adanya Pilpres dan
Pileg.
Secara keseluruhan risiko kredit korporasi dalam batas aman sejalan dengan level NPL
yang membaik. Tekanan risiko kredit gagal bayar yang tercermin pada indikator Non
Performing Loan (NPL) menunjukkan bahwa kerentanan korporasi masih dalam batas aman.
NPL korporasi masih terjaga dan mengalami perbaikan dari 2,55% pada triwulan IV 2018
menjadi 2,99% pada triwulan I 2019.
Meskipun tekanan risiko kredit cenderung aman, namun kerentanan yang terjadi pada
sektor ini perlu untuk diwaspadai agar stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan tetap
terjaga mengingat eratnya keterkaitan antarsektor. Keterkaitan sektor korporasi terhadap sektor
rumah tangga dalam hal penyerapan tenaga kerja yang kemudian berpengaruh terhadap
penghasilan.
Transaksi non tunai yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Gorontalo adalah Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang mencakup kliring kredit dan
kliring debet. Transaksi yang diproses oleh SKNBI meliputi akumulasi data keuangan elektronik
transaksi card based melalui mesin Electronic Data Capture (EDC) berupa kartu kredit dan kartu
debet, dan transaksi paper based (cek, bilyet giro dan nota debet).
Pada triwulan I 2019, transaksi kliring melalui SKNBI provinsi Gorontalo mengalami
penurunan. Transaksi kliring melalui SKNBI secara volume tercatat sebesar 8.614 warkat dengan
nilai nominal transaksi sebesar Rp240,9 miliar. Volume tersebut menunjukkan penurunan
sebesar -12,18% (qtq) dibandingkan volume transaksi SKNBI pada triwulan IV yang mengalami
penurunan sebesar -7,99% (qtq) atau tercatat sebanyak 9.809 warkat. Penurunan volume
transaksi juga diikuti oleh penurunan nilai transaksi sebesar -14,86% mencapai Rp240,8 miliar
dari sebelumnya sebesar Rp282,9 miliar. Sementara itu, rata-rata harian transaksi SKNBI di
Gorontalo pada triwulan I 2019 tercatat 141,6 warkat dengan nilai sebesar Rp3,94 miliar per
hari.
Transaksi Tunai
Pergerakan aliran masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia pada
triwulan I 2019 masih mengikuti pola historisnya yaitu menunjukkan adanya peningkatan net
inflow. Sesuai dengan polanya, pada triwulan laporan penarikan uang kartal menurun disertai
kenaikan penyetoran seiring dengan persiapan kebutuhan masyarakat akan uang tunai dalam
persiapan menghadapi momentum perayaan Bulan Ramadhan pada periode triwulan II 2019
serta adanya panen raya. Hal ini didukung dengan tingginya hasil survei SKDU Bank Indonesia
khususnya pada perkiraan pengeluaran untuk konsumsi 3 bulan mendatang dibandingkan saat
ini dengan indeks sebesar 195.
Hal ini tercermin dari aktivitas setoran-bayaran uang tunai yang tercatat net inflow
sebesar Rp200,7 miliar. Angka tersebut berbanding terbalik dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat net outflow (lebih besar uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia) sebesar
Rp49,5 miliar. Net inflow pada triwulan I 2019 tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang net inflow sebesar Rp255,5 miliar.
Uang Rupiah yang beredar di masyarakat terus-menerus dijaga kualitasnya oleh Bank
Indonesia. Uang Rupiah perlu dijaga kualitasnya agar uang yang beredar dalam kondisi baik dan
layak sehingga masyarakat nyaman dalam menggunakan uang Rupiah sehari-hari. Uang Rupiah
memiliki ciri-ciri berupa tanda-tanda tertentu yang bertujuan mengamankan uang Rupiah dari
upaya pemalsuan. Secara umum, ciri-ciri keaslian uang Rupiah dapat dikenali dari unsur
pengaman yang tertanam pada bahan uang. Adapun terkait temuan uang palsu (UPAL) di
KpwBI Gorontalo, pada periode I triwulan 2019 ditemukan 5 lembar uang palsu yang terdiri
dari 3 lembar pecahan Rp100.000 dan 2 lembar pecahan Rp50.000.
Masyarakat memiliki peran besar dalam memutus mata rantai kejahatan pemalsuan
uang Rupiah, diantaranya dengan melaporkan dugaan tindak pidana pemalsuan yang dialami
atau diketahui kepada Polisi. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo bekerja sama
dengan Kepolisian Daerah Gorontalo senantiasa melakukan koordinasi terkait penanganan
uang Rupiah seperti Dugaan Pelanggaran Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah di Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Dugaan Tindak Pidana terhadap Uang Rupiah.
Kegiatan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah terus dilakukan
dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat akan keaslian uang Rupiah.
Grafik 4.19 Perkembangan Inflow Outflow Grafik 4.20 Data Temuan Uang Palsu Gorontalo
secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik diantara negara emerging
dalam perekonomian. Lebih lanjut bentuk kontribusi Bank Indonesia untuk turut mendorong
pertumbuhan sektor riil adalah peran dalam pengembangan sektor Usaha Menengah, Kecil,
dan Mikro (UMKM) sebagai sektor ekonomi informal terbesar dan memiliki karakter resilient
terhadap kondisi krisis. Secara umum, definisi sektor UMKM berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah jenis usaha
yang dipisahkan berdasarkan kriteria aset dan omset sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Sektor UMKM berdasarkan Aset dan Omset
Kriteria
No Usaha
Aset Omset
1 Usaha Mikro maks Rp 50 juta maks Rp 300 juta
2 Usaha Kecil > Rp 50 Juta s.d. Rp 500 Juta > Rp 300 juta s.d. Rp 2,5 Milyar
3 Usaha Menengah > Rp 500 juta s.d. 10 Milyar > Rp 2,5 Milyar s.d. Rp 50 Milyar
Gorontalo). Peran KPwBI Provinsi Gorontalo dalam melakukan pengembangan UMKM terbagi atas 16 kelompok UMKM Pangan, dan 8
kelompok UMKM LED.
KPwBI Provinsi Gorontalo telah melakukan berbagai program pengembangan UMKM yang terdiri atas tahap riset & edukasi
produk, pengembangan akses permodalan, pengembangan infrastruktur bisnis, kesesuaian terhadap regulasi dan HKI, dan kegiatan
pemasaran. Sejak tahun 2017, program pengembangan kelompok ekonomi yang dilakukan baik kepada UMKM pangan maupun UMKM
LED adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Timeline PSBI Tematik Bank Indonesia
IMF-WB Exhibiton Bali 2018 International Couture New York Fashion Week 2017
Berbagai keikutsertaan UMKM Unggulan KPwBI provinsi Gorontalo dalam berbagai kegiatan
pameran bertujuan sebagai bentuk strategi pemasaran lanjut dengan menyasar pembentukan brand lokal
yang berkualitas tinggi. Sesuai dengan strategi manajemen pemasaran yang dikembangkan oleh KPwBI
provinsi Gorontalo menganut sistem 4P yaitu terdiri dari Product, Price, Place dan Promotion. Dengan
berlandaskan pada strategi 4P dibangun sebuah brand kerajinan Sulaman Karawo dan Kerajinan Eceng
Gondok dengan kriteria:
a. Produk, dibuat sesuai dengan spesifikasi target konsumen yang disasar (high end, medium high,
dan middle low consumer).
Penentuan kelompok konsumen yang disasar oleh UMKM berimplikasi pada kualitas produk,
lokasi pemasaran, dan metode pemasaran yang dilakukan. Pada 5 kelompok UMKM Unggulan
Sulaman Karawo memiliki segmen konsumen yang beragam sesuai dengan kapasitas yang
dimiliki. Kelompok Rumah Karawo dan Kelompok Tiar Handmade menyasar high-end consumer
dengan jenis produk yang dihasilkan berkarakter eksklusif dari segi motif, desain, serta jumlah
produk yang terbatas. Sementara Kelompok Seruni, Kelompok Sumber Usaha, Kelompok
Nirwana, Kelompok Sartin, Kelompok Alata, dan Kelompok Usaha Jaya menyasar medium high
consumer dengan jumlah produksi yang lebih masal dan tingkat harga yang relatif lebih
terjangkau.
b. Price, harga dibentuk berdasarkan pada asas competitiveness, dan kelas konsumen yang disasar.
Penentuan harga produk melihat sisi persaingan pasar dan sesuai dengan tingkat konsumen
yang disasar. Harga lebih banyak dibentuk berdasarkan sisi penawaran untuk high-end consumer
dimana penciptaan harga dipengaruhi oleh nilai seni yag dijual, tingkat kerumitan pekerjaan, dan
subjektivitas pembeli. Sementara itu untuk medium high consumer dan middle low consumer,
penentuan harga dipengaruhi oleh tingkat harga barang sejenis di pasaran.
c. Place, pemilihan lokasi penjualan sebagai selling point yang memiliki foot traffic tinggi, tingkat
aksesibilitas tinggi, dan fasilitas yang memadai seperti lahan parkir, ketersediaan jaringan
internet, maupun pekerja yang ramah dan profesional.
Selling point merupakan aspek yang penting sebagai brand image dari produk yang dijual,
penentuan selling point seperti butik, mall, toko, dan lainnya menyesuaikan dan dapat bervariasi.
Karakteristik seperti tingginya foot traffic berpegaruh terhadap jumlah pengunjung yang
berpotensi sebagai pembeli. Ketersediaan berbagai fasilitas pendukung seperti lahan parkir,
aksesibilitas juga berpengaruh terhadap foot traffic dari lokasi penjualan.
d. Promotion, keikutsertaan Kelompok UMKM Unggulan dalam berbagai gelaran pameran nasional
dan internasional yang juga didukung oleh strategi endorsement dari berbagai public figure.
Bentuk promosi yang dilakukan tidak hanya terbatas pada metode promosi konvensional tapi
juga bentuk promosi yang melibatkan kemajuan industri telekomunikasi seperti menggunakan
platform market place, dan social media untuk menjangkau berbagai lapisan audience yang
beragam. Bank Indonesia melalui program UMKM Digital mendorong setiap UMKM binaan
untuk memiliki online shop, website untuk mengakses potensi pasar nasional maupun
internasional.
5.1 KETENAGAKERJAAN
Kinerja ketenagakerjaan Gorontalo sampai dengan Februari 2019 mengalami perbaikan
dibandingkan Agustus 2018. Perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dan perlambatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada triwulan
berjalan. Jumlah angkatan kerja Gorontalo hingga Februari 2019 tercatat sebesar 629.691
orang dengan TPAK sebesar 72,43% meningkat dibandingkan periode Agustus 2018 sebesar
578.880 orang dengan TPAK sebesar 67,34%. Peningkatan TPAK didorong oleh terjadinya
peningkatan jumlah penduduk angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. Selain itu,
pertumbuhan kebutuhan pegawai dari sisi lapangan usaha terutama pada sektor informasi
komunikasi, real estate dan jasa-jasa juga mendorong peningkatan TPAK.
Perbaikan kinerja ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo pada triwulan I 2019, sejalan
dengan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Pada triwulan I 2019,
ekspektasi ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 126,33 meningkat dibandingkan
triwulan IV 2018 sebesar 108,33. Kondisi tersebut mencerminkan masih tingginya optimisme
masyarakat akan ketersediaan lapangan pekerjaan di Gorontalo terutama pada LU konstruksi,
LU informasi komunikasi dan LU jasa.
1,000 75
Ribu Orang 180.00
900 %73 160.00
800 71 126.33
239.60
280.72
231.36
297.80
247.64
140.00
265.94
257.85
295.72
270.62
295.76
265.28
700 69
300.27
120.00
600 67
100.00
500 65
80.00 108.33
400 63
300 61 60.00
40.00
478.81
520.64
500.06
534.01
517.79
563.40
562.20
590.06
547.77
622.40
578.88
629.69
200 59
100 57 20.00
- 55 -
Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb I II III IV I II III IV I II III IV I
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Bukan Angkatan Kerja
Grafik 5.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Grafik 5.2 Perkembangan Indeks Ekspektasi
Gorontalo Ketersediaan Tenaga Kerja Hasil Surbei Konsumen
5.1.1 PENGANGGURAN
Tingkat pengangguran pada Februari 2019 tercatat sebesar 3,47%, lebih rendah
dibandingkan Agustus 2018 sebesar 4,03%. Penurunan TPT di Gorontalo didorong oleh
peningkatan penyerapan tenaga kerja dibeberapa sektor utama. Hasil liaison Bank Indonesia
kepada pelaku usaha menyatakan bahwa peningkatan kegiatan penambahan jumlah pegawai
seiring dengan peningkatan permintaan domestik untuk lapangan usaha seperti konstruksi,
komunikasi, dan jasa. Peningkatan realisasi tenaga kerja tersebut, diiringi dengan peningkatan
pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja di Gorontalo pada triwulan I 2019 yang tercermin
pada indeks penghasilan dari hasil SK Bank Indonesia sebagaimana dijelaskan pada paragraf
sebelumnya.
Berdasarkan tingkat pendidikan, TPT tertinggi terjadi pada tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), perguruan tinggi (diploma dan universitas), dan Sekolah Menegah
Atas (SMA) yang masing-masing tercatat sebesar 9,99%, 4,89%, dan 4,72%. Sementara,
tingkat pendidikan rendah yakni SMP dan SD masing-masing tercatat sebesar 1,84% dan
2,02%. Karakteristik perekonomian Provinsi Gorontalo yang ditopang oleh sektor informal
menyebabkan banyaknya ketersediaan lapangan pekerjaan bagi pekerja berpendidikan rendah.
Selain itu, tenaga kerja berpendidikan rendah cenderung menerima apapun jenis pekerjaan
yang tersedia.
5,000 1.00
0 -
Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
Sumber: Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia
5.2 KESEJAHTERAAN
120 Indeks
100
80
60
40
20
0
IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2016 2017 2018 2019
Pendapatan rumah tangga -Rhs Pengaruh Inflasi
Grafik 5.7 Perkembangan NTP Provinsi Gorontalo Grafik 5.8 Perkembangan NTP Provinsi Gorontalo per
Subsektor
Jika dilihat per subsektornya, penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) terjadi di hampir
seluruh subsektor. Penurunan paling tinggi terjadi pada sektor perikanan yang NTP-nya turun
sebesar -1,69% (qtq) dari 100,84 pada triwulan I 2019 menjadi 99,14 pada triwulan I 2019.
Kondisi tersebut mencerminkan tingkat kesejahteraan nelayan di triwulan laporan yang
mengalami kerugian/defisit (NTP di bawah 100), sehingga dibutuhkan bantuan pemerintah
dalam penyediaan alat mesin pertanian dan sarana produksi perikanan untuk mendorong
penurunan biaya produksi. Selanjutnya, meskipun masih surplus (di atas nilai 100) NTP yang
mengalami penurunan adalah nilai tukar padi dan palawija, perkebunan rakyat, peternakan,
dan perikanan yang masing-masing tercatat sebesar 108,21, 93,72, 101,08 dan 99,14.
Sementara itu, NTP hortikultura meningkat dari 111,32 menjadi 113,04.
5.2.3 KEMISKINAN
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo hingga September 2018 mengalami
penurunan menjadi sebanyak 188,3 ribu jiwa (15,83%) dari 198,51 ribu jiwa (16,81%) pada
bulan Maret 2018. Penurunan penduduk miskin tersebut terjadi baik di pedesaan maupun
perkotaan seiring semakin gencarnya program bantuan sosial pemerintah dalam pengentasan
kemiskinan. Selain itu, inflasi yang rendah dan stabil hingga periode September 2018 juga turut
mendorong perbaikan tersebut.
Tabel 5.3 Garis Kemiskinan Gorontalo Tahun 2018 (dalam rupiah)
Pada September 2018 terjadi penyesuaian nilai Garis Kemiskinan (GK) yang tercatat
mengalami kenaikan sebesar 2,79% dari Rp316.296/kapita/bulan pada bulan Maret 2018
menjadi Rp325.129/kapita/bulan pada bulan September 2018. Disagregasi GK berdasarkan
pada komponennya yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan
Non Makanan (GKNM). Peningkatan GKNM untuk perkotaan dan pedesaan per September
2018 terekam jauh lebih besar dibandingkan GKM. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pola
konsumsi kebutuhan nonmakanan lebih banyak dan relatif lebih tinggi seperti untuk komoditas
perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, pakaian, serta jasa. Pada September 2018,
sumbangan GKM terhadap GK cenderung stabil menjadi sebesar 77,54% dibandingkan Maret
2018 sebesar 77,62%. Stabilnya tingkat inflasi dari kenaikan harga beberapa komoditas
pangan strategis seperti daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan tomat
sayur mendorong stabilnya GKM.
Tabel 5.4 Perkembangan Kemiskinan Gorontalo
Dari sisi tingkat kedalaman kemiskinan (P1) dan keparahan kemiskinan (P2), pada
September 2018 indeks P1 mengalami penurunan dari 3,06 pada Maret 2018 menjadi 3,03.
Sementara itu, indeks P2 mengalami peningkatan dari 0,75 pada Maret 2018 menjadi 0,83
pada September 2018. Penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengindikasikan bahwa
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI GORONTALO MEI 2019 73
BAB 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Grafik 5.9 Perkembangan Rasio Gini Gorontalo Grafik 5.10 Perkembangan Kemiskinan Gorontalo
Ketimpangan di Gorontalo juga tercermin dari distribusi pendapatan3 yang tidak merata.
Pada periode September 2018, 20% penduduk dengan pendapatan tertinggi mempunyai porsi
pendapatan sebesar 47,46% (terhadap total pendapatan), sedangkan 40% berpendapatan
menengah mempunyai porsi sebesar 37,19% dan 40% berpendapatan rendah hanya
mempunyai porsi sebesar 15,35%. Hal tersebut menunjukan distribusi pendapatan di Gorontalo
dikuasai oleh masyarakat dengan penghasilan tinggi (high income people).
Dalam perkembangannya ketimpangan distribusi pendapatan tersebut cenderung
melebar yang tercermin dari bentuk kurva Lorenz4 yang menjauhi perfect distribution line.
Penguasan pendapatan oleh 20% penduduk berpendapatan tertinggi meningkat dari 46,25%
di Maret 2018 menjadi 47,46% pada September 2018. Sementara itu, penguasaan pendapatan
oleh penduduk berpendapatan menengah dan berpendapatan kecil cenderung menurun
dimana pada periode Maret 2018 tercatat sebesar 38,03% dan 15,72% turun menjadi 37,19%
dan 15,35% pada periode September 2018..
Grafik 5.11 Porsi Distribusi Pendapatan Gorontalo Grafik 5.12 Kurva Lorenz Gorontalo
3
Merujuk pada konsep perhitungan Bank Dunia, BPS menghitung distribusi pendapatan dengan membagi populasi menjadi tiga kelompok,
yakni 20% penduduk dengan pendapatan tertinggi (High income), 40% penduduk dengan pendapatan menengah (middle income) dan 40%
dengan pendapatan terendah (low income).
4
Kurva Lorenz (Max O. Lorenz, 190) merupakan diagram yang menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan menurut kelompok
penduduk. Semakin dekat Kurva Lorenz dengan garis diagonal, menunjukkan distribusi pendapatan yang semakin merata. Sebaliknya,
kurva yang semakin jauh dari garis diagonal menunjukan distribusi pendapatan penduduk yang semakin timpang.
Grafik 5.15 Porsi Distribusi Pendapatan Perkotaan Gorontalo Grafik 5.16 Kurva Lorenz Perkotaan Gorontalo
(% thd total)
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo, diolah
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo, diolah
setiap tahunnya dan pada tahun 2017 mencapai 67,01. Namun demikian, level IPM Gorontalo
tersebut termasuk ke dalam kategori menengah ke bawah atau lebih rendah dibandingkan
dengan provinsi lain di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Oleh karena itu, diperlukan
kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan kualitas pengembangan manusia seperti
memperbaiki kualitas pendidikan, kesehatan dan pendapatan, sehingga kesejahteraan akan
merata dan jurang kesenjangan antara kaya dan miskin dapat dipersempit.
Tabel 5.5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Gorontalo
tahun lalu akan mendorong tekanan dari inflasi volatile food. Di sisi lain, inflasi administered
prices akan dipengaruhi oleh inflasi tiket pesawat terbang dimana sampai dengan bulan April
sudah mencapai 27,82% (ytd). Selain itu, pergerakan harga minyak mentah dunia yang
berfluktuasi perlu diwaspadai sebagai potensi risiko kenaikan harga BBM ke depan. Oleh karena
itu, sinergi seluruh stakeholder dalam melakukan upaya monitoring pasokan dan harga bahan
harus terus ditingkatkan guna memonitor tingkat inflasi di Gorontalo. Upaya stabilisasi harga
melalui berbagai kegiatan seperti peningkatan produksi dan pasokan barang, serta pelaksanaan
operasi pasar harus dijalankan dengan lebih efektif. Strategi pengendalian inflasi sesuai dengan
roadmap pengendalian inflasi melalui koordinasi antar instansi melalui rapat TPID perlu terus
dilaksanakan untuk mencapai target inflasi nasional sebesar 3,5% ± 1% (yoy).
Sejalan dengan realisasi belanja modal pemerintah, kinerja investasi juga diperkirakan
akan ikut terakselerasi. Berlanjutnya pembangunan proyek-proyek strategis nasional akan
mendorong investasi terutama investasi bangunan. Adanya pelaksanaan pembangunan proyek
strategis besar seperti Bendungan Bone, Jalan GORR, Gorontalo Islamic Center dan
pengembangan RS. H. Ainun Habibie, serta proyek investasi rutin pembangunan irigasi,
pembangunan dan perbaikan jalan, serta berbagai proyek lainnya, akan menjadi pendorong
investasi di triwulan III 2019.
Namun demikian, perbaikan kinerja perekonomian Gorontalo diperkirakan akan
tertahan oleh kinerja eksternal yang melambat. Di sisi eksternal, kinerja ekspor terutama
perdagangan antar daerah diperkirakan akan melambat karena faktor seasonal pasca lebaran.
Namun, untuk ekspor luar negeri diperkirakan akan meningkat seiring dengan dimulainya
ekspor beberapa komoditas baru seperti minyak kelapa (VCO). Disisi lain, adanya peningkatan
impor seiring meningkatnya barang modal untuk pelaksanaan investasi, diperkirakan menjadi
faktor penahan akselerasi pertumbuhan ekonomi Gorontalo yang lebih tinggi.
Dari sisi lapangan usaha, sektor kontruksi diperkirakan akan tumbuh stabil, sedangkan
sektor utama lainnya seperti pertanian, perdagangan, dan transportasi pergudangan
diperkirakan akan melambat. Berakhirnya musim panen raya di triwulan II 2019 menyebabkan
perlambatan di sektor pertanian. Meskipun diperkirakan terdapat panen gadu di triwulan III
2019, hasil produksi tanaman pangan tidak akan seoptimal dari triwulan sebelumnya. Namun,
tingginya intensi pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi ditandai dengan tingginya
penyaluran bantuan dalam bentuk alat atau benih diharapkan mampu menahan perlambatan
produksi lebih lanjut.
Sementara itu, berakhirnya puncak aktivitas konsumsi pasca bulan Ramadhan dan
perayaan Idul Fitri juga turut menahan kinerja kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE).
Selain itu, melambatnya kategori perdagangan juga disebabkan oleh penurunan kinerja
perdagangan antar daerah. Selanjutnya, menurunnya aktivitas perdagangan tersebut akan
menyebabkan perlambatan sektor transportasi dan pergudangan.
Namun, meningkatnya realisasi belanja infrastruktur pemerintah akan meningkatkan
kinerja kategori konstruksi. Peningkatan belanja pemerintah seiring dengan selesainya proses
pengadaan yang diperkirakan sudah dalam tahap penyelesaian diharapkan juga mampu
mendorong perbaikan iklim investasi di Gorontalo. Sejalan dengan itu, aktivitas pembangunan
proyek pemerintah yang terus berjalan seperti pembangunan jalan GORR, proyek
pengembangan Rumah Sakit provinsi H. Ainun Habibie, pembangunan Waduk Randangan, dan
aktivitas revitalisasi Danau Limboto dapat turut mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
Melihat prospek dan risiko ke depan, perekonomian Gorontalo untuk keseluruhan
tahun 2019 diperkirakan lebih baik dari tahun 2018 dengan tingkat pertumbuhan pada kisaran
6,7%-7,1% (yoy). Sumber utama peningkatan pertumbuhan ekonomi Gorontalo pada tahun
2019 berasal dari peningkatan permintaan domestik yaitu konsumsi dan investasi. Konsumsi
rumah tangga diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya seiring
meningkatnya pendapatan masyarakat bersumber dari peningkatan kinerja pertanian sebagai
lapangan usaha utama, peningkatan UMP, peningkatan aktivitas ekonomi secara umum, dan
terjaganya tekanan inflasi. Selain itu, konsumsi pemerintah dan LNPRT diperkirakan akan
meningkat seiring dengan pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Legislatif tahun 2019. Sejalan
dengan hal tersebut, belanja pemerintah khususnya belanja barang dan modal diperkirakan
akan meningkat. Selain itu pembangunan infrastruktur strategis juga akan terus berlanjut di
tahun 2019.
Secara keseluruhan, inflasi Gorontalo tahun 2019 diperkirakan akan terjangkar pada
target inflasi nasional yakni 3,5±1%. Namun demikian risiko peningkatan tekanan inflasi masih
cukup tinggi. Potensi peningkatan inflasi tahun 2019 diperkirakan berasal dari sisi volatile food
dan administered prices. Kembali normalnya harga komoditas volatile food setelah rendahnya di
tahun lalu akan mendorong tekanan dari inflasi volatile food. Di sisi lain, inflasi administered
prices akan dipengaruhi oleh inflasi tiket pesawat terbang dimana sampai dengan bulan April
sudah mencapai 27,82% (ytd). Selain itu, pergerakan harga minyak mentah dunia yang
berfluktuasi perlu diwaspadai sebagai potensi risiko kenaikan harga BBM ke depan. Oleh karena
itu, sinergi seluruh stakeholder dalam melakukan upaya montoring pasokan dan harga bahan
harus terus ditingkatkan guna memonitor tingkat inflasi di Gorontalo. Upaya stabilisasi harga
melalui berbagai kegiatan seperti peningkatan produksi dan pasokan barang, serta pelaksanaan
operasi pasar harus dijalankan dengan lebih efektif. Strategi pengendalian inflasi sesuai dengan
roadmap pengendalian inflasi melalui koordinasi antar instansi melalui rapat TPID perlu terus
dilaksanakan untuk mencapai target inflasi nasional sebesar 3,5% ± 1% (yoy).
Tabel 1.B. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Gorontalo Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Pengeluaran atau Dari Sisi
Penggunaan (Miliar Rupiah)
2018 2019
Kategori/Lapangan Usaha (%, yoy) 2016 2017 2018
I II III IV I
Konsumsi Rumah Tangga 14.286 15.261 3.918 4.069 4.146 4.178 16.312 4.214
Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah
Tangga 169 184 49 50 50 52 210 54
Konsumsi Pemerintah 4.933 5.151 976 1.383 1.458 1.717 5.534 890
Pembentukan Modal Tetap Bruto 7.721 7.957 1.989 2.014 2.101 2.285 8.389 2.069
Perubahan Persediaan 393 429 216 94 101 34 445 256
Total Ekspor (LN + AD) 5.106 5.422 1.660 1.351 1.612 1.110 427 1.773
Total Impor (LN + AD) 9.102 9.310 2.282 2.411 4.284 2.472 9.838 2.296
PDRB 23.507 25.095 6.522 6.551 6.795 6.904 26.773 6.959
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Tabel 1.C. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Gorontalo Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha atau Dari Sisi
Penawaran (Miliar Rupiah)
2018 2019
Kategori/Lapangan Usaha (%, yoy) 2016 2017 2018
I II III IV I
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 11.955 13.193 3.603 3.619 3.840 3.558 13.193 3.864
Pertambangan dan Penggalian 380 400 101 101 104 113 400 106
Industri Pengolahan 1.334 1.414 381 388 389 392 1.414 427
Pengadaan Listrik dan Gas 13 16 4 4 4 5 16 4
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
17 20 5 5 5 4 20 6
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 3.819 3.979 988 999 1.058 788 3.979 1.070
Perdagangan Besar dan Eceran, dan
3.484 3.943 1.040 1.056 1.104 703 3.943 1.250
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 1.976 2.093 530 541 551 379 2.093 587
Penyediaan Akomodasi dan Makan 718 816 212 213 223 149 816 238
Tabel 1.D. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Gorontalo Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha atau Dari Sisi
Penawaran (Miliar Rupiah)
UMUM/TOTAL 121,78 123,79 126,20 126,32 127,07 127,29 128,51 128,58 129,80 129,28
BAHAN MAKANAN 127,98 131,67 135,37 134,73 136,29 136,41 138,39 133,91 135,58 130,24
Padi-padian, Umbi-umbian dan
129,46 129,87 129,15 126,92 126,88 128,05 127,87 128,27 127,70 127,96
Hasilnya
Daging dan Hasil-hasilnya 141,33 131,07 139,67 147,23 147,17 147,37 161,26 149,31 160,34 158,76
Ikan Segar 130,33 131,52 141,34 145,54 158,84 132,07 146,80 145,88 143,64 127,89
Ikan Diawetkan 109,25 118,03 115,04 119,91 115,52 118,25 118,28 113,47 115,15 113,18
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 113,52 112,61 114,75 112,77 120,02 120,58 119,00 118,67 121,00 119,98
Sayur-sayuran 151,21 164,37 184,14 161,04 143,43 118,44 180,28 146,41 163,69 148,31
Kacang - kacangan 124,15 124,68 125,94 39,21 137,16 114,99 138,95 141,52 141,52 140,39
Buah - buahan 123,82 108,25 116,45 127,46 119,28 155,53 116,13 121,84 124,79 121,24
Bumbu - bumbuan 112,15 152,34 141,56 126,10 115,68 164,05 129,00 120,68 117,72 123,52
Lemak dan Minyak 106,68 110,56 108,74 108,67 109,77 144,30 107,09 107,82 107,07 106,58
Bahan Makanan Lainnya 119,92 119,92 123,32 119,92 119,92 173,44 128,12 136,22 137,24 137,24
MAKANAN JADI, MINUMAN,
128,86 130,11 131,63 131,69 132,05 116,88 134,62 137,06 137,68 140,39
ROKOK & TEMBAKAU
Makanan Jadi 123,29 123,94 125,39 125,72 126,09 100,00 127,50 129,27 129,38 133,57
Minuman yang Tidak Beralkohol 128,08 123,93 119,23 119,94 119,70 113,78 118,79 120,43 120,41 121,85
Tembakau dan Minuman Beralkohol 142,07 148,66 153,54 153,83 154,62 114,44 162,38 166,95 169,17 169,46
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS &
116,12 118,12 120,51 120,69 121,42 115,98 122,01 122,56 123,46 123,87
BAHAN BAKAR
Biaya Tempat Tinggal 112,26 112,84 113,36 113,34 114,19 114,19 114,92 115,52 116,72 116,86
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 128,4 136,52 148,27 148,26 148,43 130,34 148,49 148,50 148,51 149,08
Perlengkapan Rumah tangga 117,24 118,24 118,30 118,49 118,28 125,85 118,51 119,32 119,48 120,20
Penyelenggaraan Rumah tangga 117,85 117,99 116,86 118,17 120,01 128,10 118,51 122,22 123,45 125,40
SANDANG 113,53 114,34 115,10 115,69 116,31 197,2 118,20 118,49 119,82 120,13
Sandang Laki-laki 113,52 115,37 115,78 116,32 116,21 151,99 118,06 119,55 121,03 121,20
Sandang Wanita 108,35 108,75 108,27 109,12 110,18 136,69 111,54 109,85 110,70 111,04
Sandang Anak-anak 114,46 115,77 116,51 117,05 118,61 147,99 119,91 120,18 122,00 122,20
Barang Pribadi dan Sandang Lain 122,82 121,41 123,38 125,80 125,37 87,50 129,49 131,44 132,57 133,30
KESEHATAN 120,69 122,64 125,39 125,93 127,77 142,11 127,88 128,39 128,73 128,95
Jasa Kesehatan 103,7 103,70 105,45 105,45 105,45 140,67 105,45 105,45 105,45 105,45
Obat-obatan 114,34 119,47 121,54 123,34 127,08 114,64 124,49 125,72 126,45 126,88
Jasa Perawatan Jasmani 159,6 159,60 168,00 172,82 172,82 100,00 173,28 173,42 173,42 173,42
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 129,48 131,31 131,67 133,75 136,09 143,03 137,70 138,21 138,61 138,93
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH
109,01 109,34 109,58 111,92 111,98 130,2 113,02 121,38 121,41 121,54
RAGA
Pendidikan 107,55 107,55 107,55 111,65 111,65 125,62 111,65 120,25 120,25 120,25
Kursus-kursus / Pelatihan 112,69 112,69 112,69 112,69 113,37 111,28 124,57 124,57 124,57 124,57
Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 116,32 118,04 117,52 117,57 117,64 151,23 122,40 123,36 123,64 124,13
Rekreasi 107,11 107,51 107,71 108,69 108,82 122,52 108,93 122,39 122,35 122,60
Olahraga 118,71 118,11 119,52 121,05 121,05 101,71 121,53 121,53 121,53 121,53
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA
123,17 124,61 127,18 127,33 127,38 100 128,64 129,16 131,31 132,12
KEUANGAN
Transpor 128,15 129,05 131,76 132,49 132,56 107,85 134,10 133,28 135,92 136,94
Komunikasi Dan Pengiriman 101,56 103,45 103,41 103,67 103,67 139,35 103,78 110,48 111,22 111,34
Jasa Keuangan 130,2 130,20 130,20 130,50 130,50 130,14 130,50 130,50 130,50 105,45
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
3. PERBANKAN
2017 2018 2019
Indikator Perbankan (dalam miliar)
IV I II III IV I
- Pertanian, Perburuan & Kehutanan 1.303,23 1.324,11 1.403,88 1.536,29 1.599,83 1.665,35
- Listrik, Gas, & Air 65,92 58,97 57,89 52,83 52,06 48,83
- Perdagangan Besar & Eceran 3.091,18 3.133,34 3.089,61 3.254,28 3.364,66 3.471,65
- Akomodasi & Penyediaan Makan Minum 278,26 217,30 225,15 225,83 227,12 217,69
- Transportasi, Pergudangan, &
80,56 82,60 79,44 90,08 99,16 84,11
Komunikasi
- Perantara Keuangan 8,81 9,69 9,93 15,73 15,62 17,47
- Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa
79,54 82,87 85,58 115,08 122,81 127,77
Perusahaan
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan,
0,18 0,27 0,75 13,40 42,58 75,66
& Jaminan Sosial
- Jasa Pendidikan 13,26 11,36 10,70 10,14 10,85 14,97
- Jasa Kesehatan & Keg. Sosial 26,90 28,68 26,27 35,28 35,04 44,59
- Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya,
168,32 189,79 188,39 199,48 208,12 212,64
Hiburan, & Lainnya
- Jasa Perorangan yg Melayani Rumah
10,01 9,32 9,35 13,84 12,56 12,40
Tangga
- Badan Internas. & Badan Ekstra Internas.
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Lainnya
- Kegiatan yg Belum Jelas Batasannya 0,32 0,06 0,21 0,05 1,13 1,24
Administered price
Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air
serta transportasi ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah
misalnya tembakau dan minuman beralkohol.
Base Effect
Efek kenaikan/penurunan nilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level
variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup
rendah/tinggi.
BEC
Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan
kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut.
BI-RTGS
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement)
pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time
(electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari
sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Ceteris paribus
Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan.
Inflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks
harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh masyarakat luas.
Inflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices.
Inflow
Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia.
Kredit Investasi
Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan
pabrik dan pembelian mesin.
Kredit Konsumsi
Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit
Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit
tanpa agunan.
Leading Indicators
Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis.
Liaison
Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik
melalui wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan
usaha.
Outflow
Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia.
Passthrough effect
Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan
berdampak pada harga retail suatu produk.
PDRB Riil
Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk
menghilangkan pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu.
Seasonal event
Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan
cenderung terjadi berulang antar tahun.
SurveI Konsumen
Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui
persepsi atau tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian.
Uang Kartal
Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa
kertas maupun logam.
Volatile foods
Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan
bahan makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile).