Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kecemasan menurut Stuart (2012), kecemasan merupakan kekhawatiran

yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak

pasti dan ketidakberdayaan. keadaan emosi yang dialami tidak memiliki

objek secara spesifik, kecemasan dialami secara subjektif dan

dikomunikasikan secara interpersonal dan berada dalam suatu rentang.

Kecemasan merupakan gangguan psikiatrik yang paling umum dan sering

terjadi, kecemasan dapat menimbulkan rasa khawatir yang tidak jelas dan

menyebar, berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan menyebabkan rasa

tidak berdaya. Sebagai akibatnya, terjadi perubahan-perubahan pada diri

seseorang, salah satunya perubahan kualitas tidurnya. Walaupun merupakan

hal yang normal dialami namun kecemasan tidak boleh dibiarkan karena lama

kelamaan dapat menyebabkan gangguan yang dapat melemahkan dan

mengganggu kehidupan dari individu yang mengalami kecemasan.

Cemas adalah salah satu keadaan atau gejala yang dirasakan pasien dalam

menghadapi penyakit saat dirawat di ruang ICU. Pasien mengalami

kecemasan yang tinggi ketika beresiko tinggi meninggal. Faktor resiko yang

berhubungan dengan kecemasan pasien diruang perawatan intensif adalah Id,

super ego, perasaan takut, frustasi terkait kondisi medis, ancaman atau

penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.


Pelayanan di ruang ICU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil

yang membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat (Dirjen

Bina Upaya Kesehatan, 2011). Proses selama perawatan di ruang ICU,

kecemasan tidak hanya dirasakan oleh keluarga, tetapi dapat dialami oleh

seorang pasien yang sedang dirawat dirumah sakit. Salah satu faktor yang

dapat menurunkan perasaan cemas pada pasien adalah keluarga tetap

memberikan dukungan terhadap pasien yang dirawat. Masalah kesehatan

dapat terganggu karena kurangnya istirahat tidur serta kecemasan.

Gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan pada umumnya dan

masalah kesehatan. Berdasarkan World Health Organization (WHO)

menyatakan bahwa tahun 1997 sebagai tahun kesehatan jiwa, pertimbangan

ini berdasarkan studi Bank Dunia yang menyatakan bahwa gangguan

kesehatan jiwa khususnya kecemasan merupakan penyebab utama hilangnya

kualitas hidup manusia (Ibrahim, 2012). Angka kecemasan di Amerika

Serikat 28% sepanjang hidupnya mengalami kecemasan (Halgin &

Whitbourne, 2010). Di Indonesia, masalah Gangguan kesehatan jiwa berupa

gangguan kecemasan dan depresi pada orang dewasa secara nasional

mencapai 11,6 persen. Populasi orang dewasa mencapai sekitar 150 juta.

dengan demikian ada 1.740.000 orang di Indonesia yang mengalami

gangguan mental emosional. Prevalensi tingkat kecemasan di ICU RS Islam

Pekanbaru adalah kecemasan ringan 15%, sedang 72,5% dan berat 12,5%

(Astuti & Sulastri,2012). Sedangkan prevalensi tingkat kecemasan di ruang

ICU di Rumah Sakit Cibinong didapatkan tingkat kecemasan ringan 6 orang


(16,7%), tingkat kecemasan sedang 28 orang ( 77,8%), tingkat kecemasan

berat 36 orang ( 5,6%). Jumlah tingkat kecemasan pasien yang tidak teratasi

akan mempengaruhi kebutuhan istirahat dan tidur, (Ruth f. Craven, Costance

J. Himle 2000).

Tidur merupakan hal sangat penting bagi pasien yang dirawat diruangan

ICU. Tidur sebagai suatu keadaan dimana organisme secara reguler, berulang,

dan mudah kembali lagi (reversible) di tandadi oleh keadaan yang relatif

diam/tanpa gerak dan meningkatnya ambang respon terhadap stimuli

eksternal.

Istrahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua

orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal maka setiap orang memerlukan

istirahat dan tidur yang cukup. Istirahat merupakan keadaan yang tenang,

rileks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan atau kecemasan.

Sebagian besar orang dapat beristirahat sewaktu mereka merasa bahwa segala

sesuatu dapat diatasi, m.erasa diterima, mengetahui apa yang terjadi, bebas

dari gangguan atau ketidak nyamanan, mempunyai rencana-rencana kegiatan

yang memuaskan mengetahui adanya bantuan sewaktu diperlukan.

Kurang tidur dapat mengakibatkan dampak negatif. Saat kita terjaga, kita

menyimpan suatu keadaan yang disebut ‘sleep debt’ yang dapat diganti hanya

melalui tidur. Hal ini diatur oleh suatu mekanisme dalam tubuh yang disebut

sebagai “sleep homeostat”, yang mengatur keinginan kita untuk tidur. Jika
jumlah ‘sleep debt’ besar, maka “sleep homeostat” akan memberitahukan

pada kita bahwa kita perlu tidur lebih banyak (Robotham, 2011)

Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan

psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata

sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah

terserang penyakit. Sedangkan dari segi psikis, kurang tidur akan

menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita

akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan, dan sulit berkonsentrasi

(Endang, 2007).

Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan

adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang

serius. Prevalensi gangguan tidur pada penderita penyakit cukup tinggi yaitu

sekitar 67 %. Walaupun demikian, hanya satudari delapan kasus yang

menyatakan bahwagangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter (Amir,

2007).

Dalam penelitian yang dilakukan di ruangan ICU badan RSUD Dr. M. Ashari

Kabupaten Pemalang, dengan jumlah responden sebanyak 68 orang

didapatkan hasil 36 orang atau sebanyak 52,9 % pasien menunjukkan cemas

dan mengalami gangguan tidur selama di rawat di ruangan ICU. Sedangkan

32 orang lainnya atau sebanyak 47,1 % menyatakan cemas dan tidak


mengalami gangguan pola tidur selama dirawat diruangan ICU. Cemas dan

depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur, hal ini disebabkan

karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah melalui

sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.

Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011 tentang “Kajian Stres

Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah Di

Ruang Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor

bagi anak saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres

hospitalisasi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan beberapa perilaku

pada anak. Apabila masalah tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat

proses perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin

tersebut terbukti 85% anak mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di

Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan

pola tidur pada anak usia prasekolah.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur

karena cemas diantara lain adalah mengidentifikasi kecemasan, menulis rasa

khawatir yang sedang dipikirkan, mengubah waktu tidur,mendengarkan

musik atau membaca buku. Cemas akibat kurangnya pola tidurdan istirahat

akan menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas, dan daya tahan

tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan dari segi

psikis, kurang tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana


kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lamban menghadapi

rangsangan, dan sulit berkonsentrasi (Endang, 2007).

Berdasarkan data rekam medis di RS OMNI Alam Sutera selama 6 bulan

terakhir Januari sampai dengan Juni 2019 didapatkan data 123 orang jumlah

pasien yang dirawat diruangan ICU. Penyakit yang paling banyak ditemukan

yaitu diantaranya penyakit stroke hemoragik, penurunan kesadaran, cronic

hard failure, CAD, sepsis, stroke non hemoragik dan syok hipovolemik. Dari

123 orang pasien pindah ruangan 101 pasien, meninggal 22 pasien.

Alasan ketertarikan untuk melakukan penelitian dengan judul tersebut ialah

berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa angka kematian pasien

di ICU tinggi, hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada peningkatan

kecemasan sehingga terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan

tidur keluarga pasien. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti

tertarik melakukan penilitian tentang “Hubungan tingkat kecemasan dengan

pemenuhan istirahat dan tidur pada pasien yang dirawat di ruang ICU RS

Omni Hospital Alam Sutera”.

1.2 Rumusan Masalah

Tidur merupakan hal sangat penting bagi pasien yang dirawat di

ruang ICU. Kebutuhan untuk tidur sangat penting bagi kualitas hidup

semua orang. Tiap individu memiliki kebutuhan tidur yang berbeda

dalam kuantitas dan kualitasnya. Perawatan di Ruang ICU dapat

menimbulkan perubahan perilaku terhapad pasien salah satunya adalah


kecemasan. Keadaan cemas akan mempengaruhi kebutuhan istirahat dan

tidur terhadap pasien. Berdasarkan rumusan masalah diatas peneliti

tertarik meneliti tentang “Hubungan tingkat kecemasan dengan

pemenuhan istirahat dan tidur pada pasien yang dirawat di ruang ICU

RS Omni Hospital Alam Sutera?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan Hubungan tingkat kecemasan dengan

pemenuhan istirahat dan tidur pada pasien yang dirawat di ruang

ICU RS Omni Hospital Alam Sutera?”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui penyebab kecemasan pada pasien yang dirawat

di ruang ICU RS Omni Hospital Alam Sutera.

2. Mengetahui pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada

pasien yang dirawat di ruang ICU RS Omni Hospital Alam

Sutera.

3. Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan

pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada pasien yang

dirawat di ruang ICU RS Omni Hospital Alam Sutera.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Pengembangan Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai literatur dan bahan

masukan dalam proses belajar mengajar dalam asuhan keperawatan

pasien dalam keadaan kritis di ruang ICU.

1.4.2 Bagi Pengembangan Masyarakat

Memperoleh gambaran mengenai tingkat kecemasan pasien yang

dirawat di ruang ICU sehingga dapat menambah pengetahuan

keluarga tentang kondisi pasien selain itu dapat digunakan sebagai

acuan peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan

metode peneliti lain atau faktor-faktor yang mempengaruhi dan

berhubungan.

1.4.3 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang hubungan

tingkat kecemasan dengan pemenuhan istirahat dan tidur pada

pasien yang dirawat di ruang ICU di Rumah Sakit OMNI Alam

Sutra.

Anda mungkin juga menyukai