STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. L / Perempuan / 49 tahun
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : RT 20 Kenali Asam Bawah
1
V. Keluhan Utama :
Nyeri sendi yang memberat sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas
2
8. Tinggi Badan : 155 cm
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
2. Mata Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : lembab
Bau pernafasan : normal
6. Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH20,
7. Thorak
Jantung: BJ I/II reguler normal, murmur(-), gallop(-)
Paru : Nafas vesikuler +/+, ronkhi (-/-), wheezing(-/-)
X. Pemeriksaan Anjuran
Darah rutin
3
CRP
Rontgen
Rheumatoid factor
ACPA
Anti CCP
XI. Manajemen
a. Promotif :
Memberikan informasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan
pengobatannya.
Menjelaskan kepada pasien untuk rutin berobat ke dokter.
b. Preventif :
Jika terjadi keluhan, segera berobat ke dokter.
Mengistirahatkan sendi yang sakit untuk meredakan nyeri.
Makan makanan yang banyak mengandung asam lemak omega 3 seperti
minyak ikan.
Menurunkan berat badan dengan tujuan untuk mengurangi beban kerja
sendi.
Jangan memijat sendi yang sakit.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Farmakologi
4
Antasida 3x 200mg selama 3 hari.
Pengobatan tradisional
Bahan:
Daun kumis kucing sebanyak 1 genggam, daun meniran 7 batang,
temulawak 10 potong, daun murbei 1 genggam, dan bidara upas 1
jari.
Cara membuatnya:
Semua bahan ini di rebus dalam air sebanyak 2 gelas, kemudian disaring
untuk diminum airnya. Minum 2 kali sehari secara rutin.
d. Rehabilitatif
Senam rematik dapat membantu memperbaiki kelenturan, kekuatan,
daya tahan, dan kebugaran tubuh.
Terapi penyinaran dengan tujuan untuk meredakan nyeri dan
merelaksasi otot
5
Resep
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tulang
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel
yaitu osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang denagn
membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau
jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang
aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan esjumlah besar
fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan
memasuki aliran darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali didalam
darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang
7
setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel
besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat
diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks
dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat
terlepas kedalam aliran darah.
b. Sendi
Sendi dalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligament, tendon, fasia atau otot. Terdapat tiga tipe sendi yakni:
c. Jaringan Ikat
8
pada reaksi-reaksi imunitas dan peradangan yang terlihat pada penyakit
reumatik. Jenis sel yang kedua dalam jaringan ikat ini adalah sel-sel yang tetap
berada dalam jaringan seperti fibroblast, kondrosit dan osteoblas. Sel-sel ini
mensintesis berbagai macam serat dan proteoglikan substansi dasar dan
membuat tiap jenis jarinagn ikat memiliki susunan sel tersendiri.
Arthritis rheumatoid adalah tipe arthritis yang paling parah dan dapat
menyebabkan cacat, kebanyakan menyerang perempuan hingga tiga sampai empat
kali daripada laki-laki. Artritis Rematoid merupakan suatu penyakit autoimun
dimana persendian yang biasanya menyerang sendi tangan dan kaki. Secara
simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. rematik
jenis ini memang banyak hinggap pada wanita daripada pria, biasanya
dirasakan pada awal usia 25-50 tahun dan selanjutnya.
2.3 Epidemologi
9
sampai 45 tahun, wanita mendominasi dengan rasio 6:1; rasio jenis kelamin
kurang lebih sama antara pasien dalam dekade pertama kehidupan dan pada
mereka lebih dari 60 tahun.
Rheumatoid arthritis adalah enam kali lebih sering terjadi pada kembar
dizigotik dan anak-anak tidak kembar dari orang tua dengan faktor
rheumatoid positif - erosif rheumatoid arthritis bila dibandingkan dengan
anak yang orang tuanya tidak memiliki penyakit. Jika salah satu dari
sepasang kembar monozigot dipengaruhi, kembar lainnya memiliki risiko 30
kali lebih besar terkena penyakit.
2.4 Etiologi
10
penyakit ini Kecenderungan wanita sering menderita penyakit Artritis
reumatoid dan sering di jumpai pada wanita yang sedang hamil
menimbulkan dugaan adanya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu
faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian
hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana
yang di harapkan. Sedangkan kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor
hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.
Jenis Kelamin
11
Umur
Riwayat Keluarga
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis rematoid
maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
Radikal bebas
2.5 Patofisiologi
12
Tumor nekrosis faktor (TNF), interleukin-1 (IL-1), dan interleukin-6
(IL6) merupakan sitokin proinflamasi yang penting dalam inisiasi dan
kelanjutan inflamasi. Sel T yang teraktivasi menghasilkan sitotoksin, yang
secara langsung toksis terhadap jaringan, dan sitokin, yang menstimulasi
aktivasi lebih lanjut proses inflamasi dan menarik sel-sel ke daerah
inflamasi. Makrofag menstimulasi untuk melepaskan prostaglandin dan sitotoksin.
Sel B yang teraktivasi menghasilkan sel plasma, yang membentuk antibodi
dengan kombinasi dengan komplemen, mengakibatkan akumulasi
polymorphonuclear leukocyte (PMN). PMN melepaskan sitotoksin, radikal
bebas oksigen, dan radikal hidroksil yang mendukung kerusakan selular pada
sinovium dan tulang. Substansi vasoaktif (histamin, kinin, prostaglandin)
dilepaskan pada daerah inflamasi, meningkatkan aliran darah dan
permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema, rasa hangat,
erythema, dan rasa sakit dan membuat granulosit lebih mudah untuk keluar
dari pembuluh darah menuju daerah inflamasi.
Nyeri sendi
Pembengkakan sendi
Nyeri sendi bila disentuh atau di tekan
Tangan kemerahan
Lemas
Kekakuan pada pagi hari yang bertahan sekitar 30 menit
13
Demam
Berat badan turun
2.7 Diagnosis
1) Kekakuan pagi hari (lamanya paling tidak satu jam), Kekakuan di pagi
hari selama lebih dari 1 jam; dapat bersifat generalisata tetapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa
menit dan selalu berkurang dari satu jam.
2) Artritis pada tiga atau lebih sendi
3) Artritis sendi-sendi jari-jari tangan
4) Artritis yang simetris
5) Nodul rheumatoid, adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa pasien artritis reumatoid. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku)
atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun
demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat
14
lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk
suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
6) Faktor reumatoid dalam serum
7) Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a. Cairan synovial
15
b. Darah tepi
c. Pemeriksaan Sero-imunologi
16
didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada sendi yang
terkena.
17
2.8 Penatalaksanaan
a. Terapi nonfarmakologi
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
2. Istirahat.
Rencana penyembuhan termasuk penjadwalan istirahat. Pasien harus
belajar mendeteksi tanda-tanda tubuh, dan tahu kapan harus
menghentikan atau memperlambat aktivitas, untuk mencegah rasa sakit
karena aktivitas berlebihan. Beberapa pasien merasakan teknik
relaksasi, pengurangan stres, dan biofeedback sangat membantu.
Beberapa pasien menggunakan tongkat atau bidai untuk melindungi
persendian dari tekanan. Bidai atau penahan (braces) memberikan
dukungan ekstra pada otot yang lemah. Mereka juga menjaga
persendian pada posisi yang benar seelama tidur maupun beraktivitas.
Bidai hanya dipakai untuk masa terbatas sebab otot membutuhkan
latihan untuk mencegah kekakuan dan kelemahan. Terapis atau dokter
dapat membantu menentukan bidai yang tepat.
3. Terapi fisik.
Mengurangi rasa sakit dengan cara non farmakologik. Terapi fisik
dengan panas atau dingin dan latihan fisik akan membantu menjaga
dan mengembalikan rentang gerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan
kejang otot. Mandi atau berendam air hangat akan mengurangi rasa sakit
dan kekakuan. Efek fisiologi dari suhu adalah relaksasi otot dan
18
mengurangi rasa sakit. Walau demikian pemakaian panas harus
dipertimbangkan secara komprehensif bagi pasien
Penderita ada yang melakukan penyembuhan tanpa obat.
Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air
hangat, dapat mengurangi kekakuan dan rasa sakit.
Kadang kantung es (cold packs) dibungkus handuk dapat
menghilangkan rasa sakit atau mengebalkan bagian yang
ngilu. Tanyakan kepada dokter atau terapi mana yang lebih
cocok bagi pasien. Untuk artritis di lutut, pasien dapat memakai
sepatu dengan sol tambahan yang empuk untuk meratakan
pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian akan
mengurangi tekanan di lutut.
4. Menurunkan berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan beban biomekanik pada sendi
penyangga berat dan ini adalah prediktor tunggal paling baik dari
kebutuhan operasi sendi. Pengurangan berat badan dikaitkan dengan
pengurangan simtom dan kecacatan. Walau penurunan hanya 5 lb
(2,5Kg) dapat menurunkan tekanan biomekanik pada sendi penyangga
beban. Walau intervensi diet untuk yang berat badan berlebih masuk
akal, tetapi ini membutuhakan motivasi yang kuat dan program
penurunan badan yang terstruktur. Diet yang sehat dan olahraga akan
sangat membantu.
b. Terapi Farmakologi
1. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi
yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
Aspirin
Pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari,
kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan
atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
19
Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
NSAIDs. Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) dapat
mengurangi gejala nyeri dan mengurangi proses peradangan. Yang
termasuk dalam golongan ini adalah ibuprofen dan natrium naproxen.
Golongan ini mempunyai risiko efek samping yang tinggi bila
dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
2. Kortikosteroid. Golongan kortikosteroid seperti prednison dan
metilprednisolon dapat mengurangi peradangan, nyeri dan
memperlambat kerusakan sendi. Dalam jangka pendek kortikosteroid
memberikan hasil yang sangat baik, namun bila di konsumsi dalam
jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek
samping yang serius.
3. DMARD (Disease-Modifying Antirheumatic Drugs): Methotrexate
(Immunosupresan), Leflunomide, Sulfasalazin, Hydroxychloroquine
4. Agen Biologi (Etanercept, Infliximab, Adalimumab, Anakinra,
Abatacept, Rituximab)
5. Obat remitif (DMARD) lain. Obat ini diberikan untuk pengobatan jangka
panjang. Oleh karena itu diberikan pada stadium awal untuk
memperlambat perjalanan penyakit dan melindungi sendi dan jaringan
lunak disekitarnya dari kerusakan. Yang termasuk dalam golongan ini
adalah auranofin, Azathioprine, Penicillamine, Cyclosporine dan garam
emas.
6. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak
berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan
dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur
yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon,
sinovektomi.
20
1) Diusahakan agar badan dalam keadaan hangat.
2) Gunakan campuran garam 1 sendok makan, tawas ½ sendok makan, dan air
rebusan sirih untuk merendam/mengompres bagian badan yang
terserang rheumatik.
3) Daun seledri sebanyak 10 batang dimakan sebagai lalap.
4) Daun kumis kucing sebanyak 1 genggam, daun meniran 7 batang,
temulawak 10 potong, daun murbei 1 genggam, dan bidara upas 1
jari. Semua bahan ini di rebus dalam air sebanyak 2 gelas, kemudian
disaring untuk diminum airnya.
5) Dengan obat gosok alami:
Air jeruk nipis, minyak kayu putih dan kapur sirih dicampur dan
digunakan untuk menggosok bagian tubuh yang sakit.
Daun kecubung wuluh 5 lembar dan kapur siri ditumbuk dan
digosokkan pada bagian tubuh yang sakit.
Bengle lempu yang dan cabe ditumbuk halus, kemudian dicampur
dengan minyak kayu putih dan digosokkan pada bagian tubuh
yang sakit.
21
BAB III
ANALISA KASUS
22
e. Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor risiko atau etiologi.
Untuk faktor risiko genetik/ keturunan, tidak bisa diubah. Namun, yang bisa
kita lakukan adalah mencegah ataupun mengurangi nyeri akibat reumatoid
artritis. Beberapa usaha yang bisa dilakukan:
Mengistirahatkan sendi yang sakit sampai nyerinya reda.
Senam rematik dapat membantu memperbaiki kelenturan, kekuatan,
daya tahan, dan kebugaran tubuh.
Mengompres bagian yang nyeri dengan menggunakan handuk yang
sudah dicelupkan ke dalam air hangat atau handuk yang berisi
potongan es selama 10-20 menit.
Terapi penyinaran dengan tujuan untuk meredakan nyeri dan
merelaksasi otot
23
BAB IV
LAMPIRAN
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi ke-4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Indonesia; 2007.
2. Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran, edisi ketiga jilid 1.
Media Aesculapius : Jakarta.
3. Price SA & Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, edisi 6. Penerbit Nuku Kedokteran. EGC
4. Baratawijaya, Karnen. 2005. Imunologi Dasar. Jakarta: Gaya Baru
5. Criteria for the classification arthritis rheumatoid; 2009, Diunduh dari
URL:http//www. American College of Rheumatology.com
6. Heredity and Arthritis. 2012. American College of Rheumatology
Available at : www.rheumatology.org
25