Center

for
Sustainable
Development
Goals Studies

Universitas
Padjadjaran

Studi Baseline SDGs Indonesia dan Kontribusi

Masyarakat Bisnis dalam Pencapaian SDG

Zuzy Anna
Direktur Eksekutif SDGs Center UNPAD
www.sdgcenter.unpad.ac.id

Disampaikan pada Seminar Kontribusi Dunia Usaha Dalam Mencapai SDGs di Indonesia, Aula Rektorat Unpad Gedung 2 Lantai 4
Kampus Dipatiukur Bandung 6 Desember 2018
 From MDGs to SDGs:
An Ambitious Transformation

from 8 to 17 goals

From 60 indicators to 230

indicators (UNStats, March
2016)

New goals in SDGS

 Simple and becoming global language
It’s the interest of all: communities, government, academicians, businesses,individual
No one left behind
Means of Implementation
Comprehensive, Inclusive, Universal
Focus on human and humanity in all aspect
”Zero Goals” all target for each target, start with any target to achieve all
 STUDI SDGs CENTER UNPAD:
Lesson Learned dan Implikasi
Kontribusi Masyarakat Bisnis Dalam
Pencapaian SDGs

4
SDGs Center UNPAD Baseline Studies
Center for
Sustainable
Development
Goals Studies

Universitas
Padjadjaran

1. Nasional and Provinces Baseline Studies on

SDGs
2. West Java Province and Kab/Kota Baseline
Studies (SDGs Center-Bappeda Jabar)
3. Lampung Province Kab/Kota Baseline
Studies (SDGs Center –UNDP)
4. Lampung Provinces Spending Analyisis for
SDGs (SDGs Center –UNDP)
5. Distance to Target Analysis (SDGs Center –
UNDP on going Research)
Studi Baseline SDGs
Center for
Sustainable
Development
Goals Studies

Universitas
Padjadjaran

Latar belakang SASARAN SDGS

• SDGs adalah target yang cukup ambisius

(misalkan dibandingkan MDGs). Sementara
sumber daya (misalkan finansial) terbatas.
KONDISI SAAT INI
• Untuk mengoptimalisasikan sumber daya
tersebut kita perlu memahami sasaran apa yang
perlu diprioritaskan dan apa landasannya.
• Misal: Sasaran yang bisa dicapai oleh BAU
mungkin tidak memerlukan upaya ekstra, tapi
sasaran yang proyeksinya masih jauh dari BAU SEKARANG 2030

perlu upaya ekstra.

Tujuan SASARAN SDGS

• Mengkaji sejauh mana sasaran-sasaran SDGs

dapat dicapai oleh daerah Kabupaten/Kota dan
Provinsi-Provinsi di Indonesia PROYEKSI BERDASARKAN
KONDISI SAAT INI
• Memetakan di bidang-bidang SDGs apa dan TREN HISTORIS

Provinsi/Kabupaten/Kota mana yang

memerlukan perhatian lebih besar.

SEKARANG 2030
SISTEM PENILAIAN SCORECARD
Mencapai atau hampir mencapai target SDGs
A Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 indikator
mencapai atau hampir mencapai (97.5%) target SDGs.
Mendekati target SDGs
B Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 indikator
mendekati target SDGs dan mencapai setidaknya 90% jalan menuju target SDGs.
Lebih dari seperempat jalan menuju target SDGs
C Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 indikator
mengarah kepada target SDGs dan mencapai lebih dari 25% jalan menuju target SDGs.
Kurang dari seperempat jalam menuju target SDGs
D Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030 indikator
tersebut masih antara 25%-50% dari mencapai target SDGs.
Masih cukup jauh mencapai target SDGs
E Asumsi business-as-usual, hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2030, masih setengah
jalan (50%) atau lebih target SDGs dapat tercapai.
7
KESIAPAN NASIONAL
A
E SCORE NASIONAL 1.86 < C
24%
28%

Hanya 24% (327/1383 kombinasi

provinsi*indikator) diproyeksikan
mencapai atau hampir mencapai target
SDGs di 2030 dengan asumsi business-
as-usual.

B
17% SDGs tidak akan tercapai dengan
D hanya mengandalkan BAU. Perlu
18% C upaya ekstra keras.
13%

8
 0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
17.0
NAD | B 7.6
10.4
SUMUT | B 5.1
7.1
SUMBAR | B 4.0
8.4
RIAU | B 3.3
8.8

Kemiskinan PPP$1.9 (%)

JAMBI | B 4.1
14.1
SUMSEL | B 6.7
17.8
BENGKULU | C 11.3
14.3
LAMPUNG | B 7.4
5.4
BABEL | A 1.7
6.1
KEPRI | B 2.9
3.9
DKI | B 4.3
9.5
JABAR | B 5.9
13.5
JATENG | B 7.1
14.9
DIY | B 9.7
12.3
JATIM | B 5.5
5.9
BANTEN | B 2.6
4.7
BALI | A
2015

2.0
17.0
NTB | B 9.1
TUJUAN 1: TANPA KEMISKINAN

2030

22.4
NTT | C 11.8
7.9
KALBAR | B 3.0
5.8
KALTENG | A 2.1
4.9
KALSEL | A 2.1
6.2
KALTIM | A 2.2
6.1
KALUT | A 2.4
8.5
SULUT | B 6.3
14.5
SULTENG | B 6.7
9.4
SULSEL | B 4.4
12.7
SULTRA | B 5.3
18.2
GORONTALO | B 6.6
12.2
SULBAR | B 7.3
19.4
MALUKU | B 8.5
6.8
MALUT | B 2.8
25.7
PAPBAR | C 12.9
28.0
PAPUA | C 17.9
9

11.2
NASIONAL | B 5.7
 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
NAD | C 35

SUMUT | C 41

SUMBAR | C 40

RIAU | C 40

JAMBI | C 36

SUMSEL | B 26

BENGKULU | C 41

LAMPUNG | C 45

BABEL | A 18

KEPRI | C 27

DKI | C 28

JABAR | C 34

JATENG | C 36

DIY | B 24

JATIM | C 37
Balita dengan tinggi badan pendek dan sangat pendek (%)

BANTEN | B 24

2013
BALI | C 33

2030
NTB | C 49
TUJUAN 2: TANPA KELAPARAN

NTT | D 63

Target
KALBAR | C 38

KALTENG | C 38

KALSEL | C 43

KALTIM | A 16

KALUT | A 16

SULUT | C 37

SULTENG | C 40

SULSEL | D 58

SULTRA | C 43

GORONTALO | C 38

SULBAR | C 50

MALUKU | B 31

MALUT | C 36

PAPBAR | D 55
10

PAPUA | C 38

NASIONAL | C 37
 PENGANGGURAN
PERTUMBUHAN
LAMASEKOLAH

PEMBUNUHAN
WANITAKERJA
MORTALINTAS

PEKERJAANAK
REMAJAHAMIL

LAHANKRITIS
HARAPHIDUP
MORTALNEO

PERUMAHAN
UNIVERSITAS

DPRWANITA
BAYIPENDEK

KONSERVASI
ELETRIFIKASI
BALITAMATI
TONPERHA
BAYIKURUS
MISKINNAS

BOTTOM40

AREALAUT

TAHANAN
AIRMINUM
MEROKOK

INTERNET
MISKIN1.9

SANITASI

SAMPAH
LITERASI

LEDENG

PIDANA
HUTAN
PALMA
JALAN
NEET

AKTE
PM10
GINI

CO2
GOAL 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 7 8 8 8 8 9 9 10 10 10 11 11 11 12 13 14 15 15 15 16 16 16 16
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP. BANGKA BELITUNG
KEP. RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA
INDONESIA
 PENGANGGURAN
PERTUMBUHAN
LAMASEKOLAH

PEMBUNUHAN
WANITAKERJA
MORTALINTAS

PEKERJAANAK
REMAJAHAMIL

LAHANKRITIS
HARAPHIDUP
MORTALNEO

PERUMAHAN
UNIVERSITAS

DPRWANITA
BAYIPENDEK

KONSERVASI
ELETRIFIKASI
BALITAMATI
TONPERHA
BAYIKURUS
MISKINNAS

BOTTOM40

AREALAUT

TAHANAN
AIRMINUM
MEROKOK

INTERNET
MISKIN1.9

SANITASI

SAMPAH
LITERASI

LEDENG

PIDANA
HUTAN
PALMA
JALAN
NEET

AKTE
PM10
GINI

CO2
GOAL 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 7 8 8 8 8 9 9 10 10 10 11 11 11 12 13 14 15 15 15 16 16 16 16
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP. BANGKA BELITUNG
KEP. RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
Semua propinsi mengalami tantangan berat menghadapi SDGs tanpa kecuali.
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN DKI Jakarta masih memerlukan penurunan stunting sampai 6% lagi untuk
mencapai target SDGs. Jawa Barat membutuhkan kenaikan rata-rata lama
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
sekolah 2,5 tahun lagi untuk mencapai target SDGs.
PAPUA BARAT
PAPUA
INDONESIA
 PENGANGGURAN
PERTUMBUHAN
LAMASEKOLAH

PEMBUNUHAN
WANITAKERJA
MORTALINTAS

PEKERJAANAK
REMAJAHAMIL

LAHANKRITIS
HARAPHIDUP
MORTALNEO

PERUMAHAN
UNIVERSITAS

DPRWANITA
BAYIPENDEK

KONSERVASI
ELETRIFIKASI
BALITAMATI
TONPERHA
BAYIKURUS
MISKINNAS

BOTTOM40

AREALAUT

TAHANAN
AIRMINUM
MEROKOK

INTERNET
MISKIN1.9

SANITASI

SAMPAH
LITERASI

LEDENG

PIDANA
HUTAN
PALMA
JALAN
NEET

AKTE
PM10
GINI

CO2
GOAL 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 7 8 8 8 8 9 9 10 10 10 11 11 11 12 13 14 15 15 15 16 16 16 16
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP. BANGKA BELITUNG
KEP. RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR

Ketimpangan, salah satu tantangan

KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
terbesar provinsi-provinsi maju
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA
INDONESIA
 PENGANGGURAN
PERTUMBUHAN
LAMASEKOLAH

PEMBUNUHAN
WANITAKERJA
MORTALINTAS

PEKERJAANAK
REMAJAHAMIL

LAHANKRITIS
HARAPHIDUP
MORTALNEO

PERUMAHAN
UNIVERSITAS

DPRWANITA
BAYIPENDEK

KONSERVASI
ELETRIFIKASI
BALITAMATI
TONPERHA
BAYIKURUS
MISKINNAS

BOTTOM40

AREALAUT

TAHANAN
AIRMINUM
MEROKOK

INTERNET
MISKIN1.9

SANITASI

SAMPAH
LITERASI

LEDENG

PIDANA
HUTAN
PALMA
JALAN
NEET

AKTE
PM10
GINI

CO2
GOAL 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 7 8 8 8 8 9 9 10 10 10 11 11 11 12 13 14 15 15 15 16 16 16 16
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP. BANGKA BELITUNG
KEP. RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR

Demikian juga daya dukung

KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
perkotaan dan kualitas lingkungan
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA
INDONESIA
 PENGANGGURAN
PERTUMBUHAN
LAMASEKOLAH

PEMBUNUHAN
WANITAKERJA
MORTALINTAS

PEKERJAANAK
REMAJAHAMIL

LAHANKRITIS
HARAPHIDUP
MORTALNEO

PERUMAHAN
UNIVERSITAS

DPRWANITA
BAYIPENDEK

KONSERVASI
ELETRIFIKASI
BALITAMATI
TONPERHA
BAYIKURUS
MISKINNAS

BOTTOM40

AREALAUT

TAHANAN
AIRMINUM
MEROKOK

INTERNET
MISKIN1.9

SANITASI

SAMPAH
LITERASI

LEDENG

PIDANA
HUTAN
PALMA
JALAN
NEET

AKTE
PM10
GINI

CO2
GOAL 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 7 8 8 8 8 9 9 10 10 10 11 11 11 12 13 14 15 15 15 16 16 16 16
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP. BANGKA BELITUNG
KEP. RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA
INDONESIA
 PENGANGGURAN
PERTUMBUHAN
LAMASEKOLAH

PEMBUNUHAN
WANITAKERJA
MORTALINTAS

PEKERJAANAK
REMAJAHAMIL

LAHANKRITIS
HARAPHIDUP
MORTALNEO

PERUMAHAN
UNIVERSITAS

DPRWANITA
BAYIPENDEK

KONSERVASI
ELETRIFIKASI
BALITAMATI
TONPERHA
BAYIKURUS
MISKINNAS

BOTTOM40

AREALAUT

TAHANAN
AIRMINUM
MEROKOK

INTERNET
MISKIN1.9

SANITASI

SAMPAH
LITERASI

LEDENG

PIDANA
HUTAN
PALMA
JALAN
NEET

AKTE
PM10
GINI

CO2
GOAL 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 7 8 8 8 8 9 9 10 10 10 11 11 11 12 13 14 15 15 15 16 16 16 16
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP. BANGKA BELITUNG
KEP. RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA Provinsi yang relatif paling tertinggal di hampir semua
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
aspek: NTT, Maluku Utara, Papua Barat, Papua
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA
INDONESIA
 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
KALTIM 2.49

KEPRI 2.37

DIY 2.30

RIAU 2.22

BABEL 2.20

JATENG 2.17

DKI 2.15

JATIM 2.10

RELATIF PALING SIAP

SUMBAR 2.07

BANTEN 2.07

SULTRA 2.07

KALUT 2.05

JABAR 2.05

BALI 1.93

JAMBI 1.88
SCORE RATA-RATA PROVINSI

MALUKU 1.85
Hanya 13 provinsi dengan score > 2 (C)

NASIONAL 1.85

SULUT 1.83

SULSEL 1.83

KALTENG 1.80

SUMUT 1.78

GORONTALO 1.78

KALBAR 1.76

BENGKULU 1.73

LAMPUNG 1.73

SUMSEL 1.73

KALSEL 1.71

NAD 1.68

NTT 1.66

MALUT 1.66

NTB 1.63

SULTENG 1.63

SULBAR 1.63

PAPBAR 1.51
RELATIF PALING TIDAK SIAP

17

PAPUA 1.17
Monitoring SDGs dari sisi Input: Spending vs Target
Center for
Sustainable
Development
Goals Studies

Universitas
Padjadjaran

70 Target 100 101 Indikator: [6.2.1.(b)] Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan
Rp Miliar

100 sanitasi layak

60
99
50 50 90
98

Rp Miliar
45 80
40 97 40 70
30 96 35
60
95 30
20 Target 100 50
94 25
40
10 93 20
30
15
0 92 10 20
2012 (Murni) 2014 (Murni) 2015 (Realisasi) 2016 (Realisasi)2030 (Proyeksi) 5 10
0 0
Total Budget Program (Pegawai, Modal dan Barang dan Jasa) (Kiri) 2012 (Realisasi) 2013 (Realisasi) 2014 (Realisasi) 2015 (Realisasi) 2016 (Realisasi) 2017 2030 (Proyeksi)
(Perubahan)
Budget Program Tanpa Belanja Pegawai (Kiri)
Total Budget Program (Pegawai, Modal dan Barang dan Jasa) (Kiri)
Proyeksi Indikator (Kanan) Budget Program Tanpa Belanja Pegawai (Kiri)
Proyeksi Indikator (Kanan)
Indikator: [1.4.1.(g)] Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/sederajat (%)

Indikator: [10.2.1.* .] Proporsi penduduk yang hidup di bawah 50 persen dari median Indikator: [6.1.1.(a)] Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan
pendapatan, menurut jeniskelamin (Perempuan) (%) sumber air minum layak (%)

8 7 2.5 50

Rp Miiar
Rp Miliar

45
7 6 2 40
6 35
5
5 1.5 30
4 25
4
3 1 20
3 15
Target 100
2 0.5 10
2 Target 0
1 5
1
0 0
0 0 2012 (Realisasi) 2013 2014 2015 (Realisasi) 2016 (Realisasi) 2017 2030 (Proyeksi)
2012 (Realisasi) 2013 (Realisasi) 2014 (Realisasi) 2015 (Realisasi) 2016 (Realisasi) 2017 2030 (Proyeksi) (Perubahan)
(Perubahan) Total Budget Program (Pegawai, Modal dan Barang dan Jasa) (Kiri)
Total Budget Program (Pegawai, Modal dan Barang dan Jasa) (Kiri) Budget Program Tanpa Belanja Pegawai (Kiri)
Budget Program Tanpa Belanja Pegawai (Kiri) Proyeksi Indikator (Kanan)
Proyeksi Indikator (Kanan)
Distance-to-SDGs-Target approach (OECD, 2017)
Center for
Sustainable
Development
Goals Studies

Universitas
Padjadjaran

• Objective is to find where we are strong, where we are weak in terms of SDGs but with other
countries as a benchmark.
• It asks “How far is Indonesia (and also its 34 provinces) to achieve SDGs target, relative to the
other countries?”
• Distance should be read as:
“the number of standard deviations by which a country needs to improve in order to reach the
target” (OECD, 2017) !"#
$−#
,0
&

• We use three benchmark where Indonesia belongs to: (1) all countries (World); (2) Middle income
countries; (3) Lower middle income countries.
• No-left-behind principle, the objective is to look the disparity/inequality in SDGs indicator:
Quantile 5 – Quantile 1 Gap; Male – Female Gap; Urban – Rural Gap, using Williamson Index of
Inter-provincial inequality
∑. -. − -/ 0 1 ⁄1
.
)* =
-/
Inequality and youth unemployment is among the two
biggest challenges from SDGs’ economic dimension
Distance Average Data
0
SDGs Indicator Lower Lower
Middle World Middle World
1 middle middle

2
Poverty ($1.9) 0.4 0.5 0.3 14.1 8.4 12.7
3
Poverty (NatPovLine) 0.3 0.4 0.3 28.2 24.5 29.2
4
Gini 1.6 1.7 1.6 0.4 0.4 0.4
5
Electrification 0.4 0.4 0.3 75.5 86.7 83.8
6
Poverty (NatPovLine)

Manu VA/GDP
Unemployment rate

NEET (15-24)
Poverty ($1.9)

GDP/capita growth
Electrification
Gini

GDP/capita growth 1.2 0.9 1.0 2.3 1.7 1.3

Unemployment rate 0.1 0.1 0.2 7.8 9.7 8.3

NEET (15-24) 1.5 1.7 1.4 21.5 21.9 17.5

Manu VA/GDP 0.0 0.0 0.0 11.4 11.3 11.1

 Serious issue with inequality as Indonesia and most of its provinces are
clustered in low-income high-distance regions.

Top-left regions: low-

income, large
distance to target.
Smoking prevalence is not correlated with income. Almost all Indonesian
provinces are above threshold.
 6
5
4
3
2
1
0
Poverty ($1.9)

Poverty (NatPovLine)

Gini

Electrification

Economy
GDP/capita growth

Unemployment rate

NEET (15-24)

Manu VA/GDP

MYS (15+)

Education
Literacy (15-24)

Underweight

Birth with health workers

Under-5 child mortality

planning, Income inequality, schooling, NEET.

Neonatal mortality
Dimension urgency: Health, education, economy

Need for family planning

Teenager fertility rate

Health

Smoking prevalence (15+)

Un-met family planning need

Improved drinking water

Indicator urgency: Water/sanitation, smoking prevalence, family

Hand-wash facility

Improved sanitation
Disparity Monitoring Center for
Sustainable
Development
Goals Studies

Universitas
Padjadjaran

Rich-Poor Divide Gender Gap Urban-rural Inter-provincial

imbalance inequality
University Internet, mobile phone Internet GDP per capita
ICT skills Formal employment Formal employment University
Schooling years Schooling years ICT skills ICT skills
Sanitation ICT skills University Early childhood school
Birth with health workers Family planning access
Teenage fertility
Infant mortality
Drinking water
 Interlinkages Stunting dan Target Lainnya

4.1 All for free

3.4 Reduce pre-mature primary and
mortality from non- secondary
communicable disease education 5.1 End gender discrimination

1.3 Implement social protection 5.2 Eliminate women violence

systems to the poor
4.2 Access to early childhood care and
1.2 Halve national poverty
education for all
1.1 End extreme poverty
1.5 Build resilience of 5.3 Eliminate forced marriage
the poor
to climate and other 5.6 Universal access to
disasters reproductive health care services

1.4 Full access to basic

services and economic 5.5 Enhance women’s participation
resources in decision-making and public life

1.a Create pro-poor 2.2 End malnutrition 5.c Strengthen policies for gender
policy frameworks Stunted children under five equality
1.b Mobilize resources 5.4 Value unpaid domestic work
for ending poverty Potential Reinforcing

6.4 Increase water-use efficiency 5.b Use of technologies for women empowerment No data
2.1 End hunger 4.5 Eliminate gender disparities in all levels of education Potential Conflicting
3.1 Reduce maternal mortality 5.a Women equal rights to economic resources
3.2 End preventable young children deaths 12.3 Halve food waste and loss
 Kebutuhan Kolaborasi dalam SDGs
• Untuk Mencapai Global SDGs di Tahun 2030, dibutuhkan biaya yang jauh
lebih besar dari yang dikeluarkan sekarang. Di negara berkembang saja
dibutuhkan biaya investasi global tambahan 2.5. Trilyun USD lebih. Sektor
Privat dapat menolong mengisi gap ini
• Binis menyediakan 60% output ekonomi dan 90% pekerjaan di negara
berkembang.
• Namun bisnis yang hanya mengejar provit dan mengabaikan pengelolaan
lingkungan dan sosial impact akan menghambat progress SDGs.
(Source: OECD, 2018)
 Kebutuhan Kolaborasi dalam SDGs
• Riset menunjukkan matra: “Bussiness will do well by doing good; earning
more while reducing risks; Diversifying market lowering cost, and
Improving product quality while providing vital social services and
infrastructures”.
• Antonio Guterres; “Without the private sector we will not have the necessary
innovation, we will not have the necessary capacity to discover new markets,
new products, new services and to be able to develop new areas in the
economy” (UN, 2017).
• 5 pathway to follow: Blending Public and private funds; Measuring and
monitoring; social impact investment; OECD guidelines responsible conduct;
insuring no one left behind (Source: OECD, 2018)
 Dokumen SDGs UN (2016)
• “Aktivitas dunia bisnis, investasi dan inovasi adalah penggerak utama
produktivitas, pertumbuhan ekonomi inklusif dan penciptaan lapangan kerja .....
Kami memanggil semua sektor bisnis menggunakan segenap daya upaya
kreatifitas dan inovasi untuk mengatasi tantangan pembangunan berkelanjutan.”

Disisi lain..
• SDGs juga menciptakan peluang bisnis besar. United Nations Global Compact
menghitung, potensi bisnis beberapa sektor SDGs (Food, Cities, Health and Well
Being, Energy and Materials) mencapai US$ 12 triliun. Studi lebih spesifik Alphabeta
di sektor pangan dan pertanian, potensi bisnisnya lebih dari US$ 2,3 triliun per tahun
dengan investasi US$ 380 miliar. Sekitar 80 juta kesempatan kerja akan tercipta dan
hampir 70 persen peluang di negara berkembang, terutama Asia.
(Budiantoro, 2018)
 Sustainability Report OJK
• OJK memiliki roadmap dan regulasi keuangan berkelanjutan, yang berisi
tahapan agar bisnis terintegrasi SDGs. Regulasi itu tertuang dalam POJK No 51
tahun 2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa
Keuangan, Emiten dan Perusahaan Publik.
• POJK mewajibkan Lembaga Jasa Keuangan, Emiten dan Perusahaan Publik
menyampaikan laporan keberlanjutan (sustainability report). Januari 2019, bank
besar dan bank asing (buku 3 dan 4) wajib melaporkan sustainability report.
• Tahun selanjutnya, wajib bagi bank lebih kecil dan lembaga keuangan lain,
emiten dan perusahaan publik. Laporan keberlanjutan meliputi strategi
keberlanjutan dan kinerja 3 tahun terakhir pada aspek ekonomi, lingkungan
hidup dan sosial.
 How the private Sectors/Industries contribute to sustainable
development: Implikasi Studi SDGs Center UNPAD

Income, Wages, Support Health

Prices

Core business Supporting

Support Education
activities Economic Growth

Public Investment
Capacity Support
Environment, etc

(Millennium Project, 2005 and McArthur, 2016 )

 Implikasi Studi SDGs Center untuk Kontribusi SDGs Center for
Sustainable
Development

Private Sectors/Industri
Goals Studies

Universitas
Padjadjaran

ØNational/Provinsi/Kabupaten-Kota: Semua daerah unik “they have their own

urgency”. Prov miskin: kelaparan, kemiskinan; provinsi kaya ketimpangan dan
lingkungan. Implikasi kebijakannya dapat dibuat pokja-pokja private sectors
misalnya yang fokus ke pilar lingkungan, atau ke pilar sosial, ekonomi,
berbeda untuk setiap wilayah.
ØSwasta dapat berperan aktif memilih lokasi daerah untuk berkontribusi dalam
pencapaian SDGs, dan pilar, atau indikator yang akan diprioritaskan untuk
dibantu.
ØUntuk kontribusi dapat dilihat kebutuhan pembiayaan tambahan pemerintah
daerah pada setiap indikator yang akan dicapai.
ØImplikasi kontribusi pada indikator lemah pada benchmark global, disparity
impact, juga dapat dilakukan oleh private sectors.
ØImplikasi intervensi pada indikator yang paling memberikan dampak
interlinkages potitive pada indikator lainnya
 From CSR to Creating Shared Value (CSV)
Ø Beberapa perusahaan telah mengintegrasikan sustainable behaviour dalam aktivitas intinya.
Astra Grup telah menurunkan emisi 125 ribu ton karbon dioksida dan mengefisiensikan
energi setara Rp 408 miliar (sekitar 1.549 terajoule).
Ø Beberapa perusahaan makanan menambahkan zat gizi mikro (fortifikasi), untuk mengatasi
“kelaparan mikronutrien” yang beresiko kardiovaskuler seperti jantung dan stroke, cacat
bayi, gangguan mental, IQ kurang maupun kekebalan tubuh. Dalam suatu pertemuan dengan
Menteri Perindustrian, telah disepakati bahwa fortifikasi perlu diwajibkan pada perusahaan
makanan.
Ø Kedua contoh di atas adalah perwujudan dari creating shared value (CSV). CSR dalam era
SDGs perlu ditransformasikan pula menuju CSV. Secara filosofis keduanya memiliki
landasan mirip, yaitu doing well by doing good.
 Contoh Pengukuran Dampak Private Sectors (PWC, 2013)
Pilar Tahun Private Sectors Riset Dampak Industry
Lingkungan 2011 PUMA Menilai Dampak lingkungan pada masy dari greenhouse gas emissions, local air
emissions, water use, waste and land use. PUMA meaplikasikan Cradle-to-
Cradle products , hasilnya berkurang 30% dari konvensional>
2011 Dow Chemicals Melakukan studi dalam melibatkan nilai alam pada keputusan bisnis yang
dan TNC merupakan contoh dari partnership antara non-profit dan for-profit sectors untuk
menginisisasi perubahan pada konservasi dan keputusan bisnis.
Sosial 2005 Unilever Kerjasasama dengan Oxfam GB and Oxfam Novib (the Netherlands) untuk
mengukur dan mengelola total impact: A new language for business decissions
dalam mengukur poverty footprint di Indonesia.
2011 Coca Cola Coca-Cola dan SABMiller partnered dan Oxfam America mengukur dampak soft
drink value chain pada poverty. The methodology menyediakan pemahaman
comprehensive bagaimana bisnis mempengaruhi sustainable livelihoods, health
and well-being, diversity
and gender, empowerment, security and stability, and all key dimensions of
poverty dan job creation,
Ekonomi 2011 British land Mempublish laporan mengenai estimasi kontribusi pada ekonomi UK
2013 Centrica Centrica published ringkasan kontribusi operasinya berupa indirect impact dari
UK supply chain dan induced impacts pada UK economy
Mekanisme Pelaporan hasil Monitoring dan Measuring
 TERIMA KASIH
Zuzy Anna
SDGs Center - Universitas Padjadjaran
www.sdgcenter.unpad.ac.id
• Website: http://sdgcenter.unpad.ac.id
• Instagram: https://www.instagram.com/sdgscenterunpad/
• FB: https://www.facebook.com/SDGsCenterUnpad/
• Twitter: https://twitter.com/SDGsCenterUnpad
• Youtube: https://www.youtube.com/channel/UCR650UoPGt7IbC44thQBLEQ