FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Mahasiswa
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.5
1. Var. Humanus
2. Var. Bovinum
3. Var. Avium
2.2 Patogenesis
2.2.1 Tuberkulosis Primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena bakteri dibatukkan
atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar
kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2
jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap bakteri
dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi
ini terisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada saluran napas
atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran
partikel <5 mm. bakteri akan dihadapi pertama kali oleh neutrophil,
kemudian oleh makrofag, kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial
bersama gerakan silia dengan sekretnya.3
Bila bakteri menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Disini bakteri dapat terbawa masuk ke organ
tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer atau afek primer atau sarang (focus) Ghon. Sarang primer ini
dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke
pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk
melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit,
terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam
vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang.
Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh
bagian paru menjadi TB milier.3
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran
kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer
limfangitis local + limfadenitis regional = kompleks primer (Ranke).
Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini
selanjutnya dapat menjadi :
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat ini yang banyak
terjadi
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis
fibrotic, kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi
pneumonia yang luasnya > 5 mm dan ±10% di antaranya dapat
terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant.
c. Berkomplikasi dan menyebar secara:
Perkontinuitatum yakni menyebar ke sekitarnya,
Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru
di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum
dan ludah sehingga menyebar ke usus,
Secara limfogen ke organ tubuh lain-lainnya,
Secara hematogen ke organ tubuh lainnya.3
d. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasinya radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarikmelepaskan napasnya.3
e. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, berat badan
menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara
tidak teratur.3
2.5 Diagnosis Tuberkulosis Paru
Dari uraian-uraian sebelumnya tuberkulosis paru cukup mudah dikenal
mulai dari keluhan-keluhan klinis, gejala-gejala, kelainan fisis, kelainan
radiologis sampai dengan kelainan bakteriologis. Tetapi dalam prakteknya
tidaklah selalu mudah menegakkan diagnosisnya. 3
Diagnosis tuberkulosis paru masih banyak ditegakkan berdasarkan
kelainan klinis dan radiologis saja. Kesalahan diagnosis dengan cara ini
cukupbanyak sehingga memeberikan efek terhadap pengobatan yang
sebenarnya tidak diperlukan. Oleh sebab itu dalam diagnosis tuberkulosis
paru sebaiknya di cantumkan status klinis, status bakteriologis, status
radiologis dan status radiologis dan status kemoterapi. 3
Diagnosis TB paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan
sputum atau dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan
positif apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen SPS BTA hasilnya positif.
Apabila hanya 1 spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan
rontgen dada atau pemeriksaan SPS diulang.
Pada orang dewasa, uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam
diagnosis, hal ini disebabkan suatu uji tuberkulin positif hanya
menunjukkan bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan
Mycobacterium tubeculosis. Selain itu, hasil uji tuberkulin dapat negatif
meskipun orang tersebut menderita TB. Misalnya pada penderita HIV
(Human Immunodeficiency Virus), malnutrisi berat, TB milier dan
morbili.
2.6 Pengobatan Tuberkulosis
2.6.1 Tujuan Pengobatan Tuberkulosis
Tujuan Pengobatan nenurut (Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. 27 Juli 2014). Pengobatan TB
bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.
2.6.1 Prinsip Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip – prinsip
sebagai berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa
jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) .
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap
intensif dan lanjutan.
2.6.3 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
a. Kategori 1. Pasien baru yaitu pasien yang belum pernah
mendapatkan OAT sebelumnya selama <1 bulan, maka
regimen terapinya adalah 2HRZE/4HR. Dosis obat dapat
dilihat pada tabel 1. Pada pasien baru yang diketahui
resisten isoniazid atau diketahui lingkungan sekitar risiko
tinggi resisten isoniazid, maka berikan 2HRZE/4HRE.
b. Kategori 2. Pasien yang sebelumnya pernah mendapat
terapi OAT
Kultur dan resisten OAT atau drug susceptibility test
(DST)
Jika hasil DST belum ada
o Pasien yang gagal terapi (sputum BTA atau kultur
tetap positif pada akhir bulan ke-5 pengobatan).
Pasien yang putus berobat (pasien yang putus
berobat selama >2bulan berturut-turut) atau kambuh,
berikan 2HRZES/1HRZE/5HRE.
Jika hasil DST sudah ada, sesuaikan terapi dengan
antibiotik spesifik patogen.
Nama Obat