PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan yaitu
faktor genetik yang merupakan model dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tercapainya dan tidaknya potensi bawaan. hal ini, jika faktor bawaan dan
Apakah masih batas normal atau tidaknya. Dimaksud normal dalam arti apabila
tersebut berada dalam batas 2 SD dibawah atau diatas mean kurva sebaran
normal. Nilai normal tumbuh kembang anak usia 0-1 tahun tinggi badan dengan
standar 5-76 cm, usia 1-2 tahun tinngi badan dengan standar 76-88cm, usia 2-3
tahun tinggi badan dengan standar 88-97 cm, 3-4 tahun tinggi badan standar 97-
103cm, usia 4—5 tahun tinggi badan dengan standar 103-110cm, usia 5-6 tahun
Pertumbuhan tak maksimal sering disebabkan oleh kualitas diet yang adekuat
proses tumbuh kembang. Jika nutrisi tidak terpenuhi dengan baik saat bayi dalam
kandungan atau anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang akan mengalami
BBRL (kurang dari 2,5 kg)/ kurang gizi juga dan mudah terkena infeksi perinatal
nutrisi buruk akan terjadi pertumbuhan janin terganggu dan penurunan potensia
stunting merupakan indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi
badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD.
terdapat 178 juta balita mengalami stunting. Afrika dan Asia menjadi dua benua
dengan angka kejadian balita stunting tertinggi di dunia dengan persentase
masing-masing 40% dan 36%. Indonesia sendiri masuk dalam 10 besar negara
dengan kasus balita stunting tertinggi di Asia bersama dengan negara Asia
oleh berita bahwa hamper 9 juta anak dibawah usia 5 tahun mengalami
satu dari tiga anak Indonesia mengalami stunting. Di Jawa Tengah stunting
sebanyak 28% 12. Berdasarkan data Dinkes Kota Semarang, kasus stunting pada
2014 tercatat ada 4,06%, 2015 tercatat 4,1%, sedangkan pada tahun 2016
2,67% Terjadi menurut 1% antara tahun 2016 ke 2017 . Berdasarkan data dari
penelitian candra dkk 2016. Prevalensi stunting tertinggi di kota semarang adalah
sedangkan pada tahun 2017 data dari ke dinas kesehatan kota semarang kasus
panjang badan lahir bisa disebabkan karena faktor genetik maupun karena
kurangnya pemenuhan gizi pada masa kehamilan, panjang badan lahir pendek
pada anak menunjukkan kurangnya zat gizi yang diasup Ibu selama masa
yang lahir memiliki panjang badan lahir pendek. (2) Asupan zat gizi tersebut
diperoleh dari Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping-Air Susu Ibu (MP-
eksklusif berhubungan secara signifikan dengan status gizi anak terutama untuk
z-score TB/U, (3) faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak
balita,(4) kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan
pada masa kehamialan serta setelah ibu melahirkan, masih terbatasnya layanan
ibu selama masa kehamilan) post care dan pembelajaran dini yang berkualitas,
masih kurang akses kepada makanan bergizi hal ini dikarenakan harga makanan
penting terhadap terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak. Pola asuh yang
myatakan bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kejadian stunting
kesiapapun16 .
Menurut penilitian dapat dilihat bahwa persentase anak baru masuk sekolah
dasar yang mengalami stunting paling banyak pada anak dengan tingkat
pengetahuan ibu yang kurang yaitu sebesar 46,7% dibandingkan dengan anak
yang memiliki tinggi badan normal paling banyak pada anak dengan tingkat
pengetahuan ibu yang cukup yaitu sebesar 91,2%. Berdasarkan hasil tersebut
ibu dengan kejadian stunting pada anak baru masuk sekolah dasar di Kecamatan
Peranan orang tua sangat penting dalam pemenuhan gizi anak karena anak
yang baik diperlukan pengetahuan gizi yang baik dari orang tua agar dapat