Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit atau yang lebih terkenal dengan
istilah Patient Safety adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
menjadi lebih aman. Komponen-komponen yang termasuk di dalamnya adalah
pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisa insiden, kemampuan belajar dari insiden, dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai hak untuk mendapatkan
asuhan pasien yang aman melalui suatu system yang dapat mencegah terjadinya
kejadian yang tidak diharapkan atau KTD.

Kesadaran akan hal tersebutlah yang mendasari pelaksanaan program patient


safety. Dalam upaya mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan pada pasien
yang dirawat perlu ditumbuh kembangkan kepemimpinan dan budaya rumah sakit
yang mencakup keselamatan pasien dan peningkatan mutu pelayanan. Dalam sarana
pelayanan kesehatan -rumah sakit dalam hal ini- terdapat berbagai pasien dengan
berbagai keadaan dan berbagai macam kasus penyakit.Tiap-tiap pasien adalah suatu
pribadi yang unik dengan berbagai kelainan dan kekhasan masing-masing.

Dalam hal kasus penyakit terdapat juga berbagai macam kondisi pasien yang
akan berpengaruh terhadap cara pemberian pelayanan dan perawatan yang diberikan
karena kondisi pasien yang sarat risiko. Salah satu risiko yang mungkin timbul adalah
pasien jatuh (fall).

Untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya pasien jatuh -dengan atau


tanpa cidera- perlu dilakukan pengkajian di awal maupun kemudian pengkajian ulang
secaraberkala mengenai risiko pasien jatuh,termasuk risiko potensial yang
berhubungan dengan jadwal pemberian obat serta mengambil tindakan untuk
mengurangi semua risiko yang telah diidentifikasikan tersebut.

1
1.2. Pengertian
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian yang mengakibatkan sesorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
(makalah IPSG,2013).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar
menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja dan tidak termasuk jatuh
karena pukulan keras,kehilangan kesadaran atau kejang. Kejadian jatuh tersebut
adalah penyebab spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang
dalam keadaan sadar mengalami jatuh.
Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk
terjadinya jatuh. Jatuh adalah suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang
pada saat istirahat yang dapat dilihat / dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat
dilihat karena suatu kondisi akibat penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya

1.3. Tujuan
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien rawat
inap.Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan,
dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk
riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program
tersebut harus diterapkan di rumah sakit

1.4. Elemen Penilaian


Penilaian keselamatan yang dipakai Indonesia saat ini dilakukan dengan
menggunakan instrument Akreditasi Rumah Sakit yang dikeluar kan oleh KARS.
Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (PatientSafety) edisi kedua pada tahun 2008 yang
terdiri dari dari 7 standar, yakni:
1. Hak pasien.
2. Mendididik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambunganpelayanan.
4. Penggunaan metoda metoda peningkatankinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalammeningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatanpasien

2
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf

Untuk mencapai ke tujuh standar diatas Panduan Nasional tersebut menganjurkan


’Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang terdiri dari:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

1.5. Sasaran
Semua pasien di Rumah Sakit Umum Al-Rohmah.

BAB II
RUANG LINGKUP

3
Ruang lingkup pengelolaan pasien jatuh meliputi pasien rawat jalan dan rawat
inap baik dewasa dan anak-anak (0-13Tahun) dengan menggunakan metoda yang
sudah ditentukan. Pengelolaan yang dimaksud adalah pengkajian awal risiko jatuh,
pengkajian ulang, intervensi,monitoring dan evaluasi. Pengkajian risiko jatuh ini telah
dapat dilaksanakan sejak pasien mulai mendaftar sampai pasien pulang atau keluar
Rumah Sakit.

Tim Patient Safety atau Tim Keselamatan Pasien yang dibentuk di Rumah
Sakit Umum Al-Rohmah telah menetapkan instrument pengelolaan pasien resiko
jatuh yaitu Morse Fall Scale (MFS) sebagai instrument mengidentifikasi pasien
dewasa. Penilaian pasien anak anak menggunakan skoring Humpty Dumpty scale..
sedangkan pasien di rawat jalan menggunakan Get up and go test

BAB III
TATA LAKSANA

4
TATA LAKSANA PENGELOLAAN RISIKO JATUH PASIEN
3.1. PENGKAJIAN
Pengkajian risiko jatuh ini telah dapat dilaksanakan sejak pasien mulai
mendaftar, yaitu dengan menggunakan skala jatuh. Tim Patient Safety atau Tim
Keselamatan Pasien yang dibentuk oleh Rumah Sakit Umum Al-Rohmah telah
menetapkan Morse Fall Scale (MFS) sebagai instrumen yang digunakan untuk
mengidentifikasi pasien dewasa dan penilaian pasien anak (0-13 tahun)
menggunakan scoring Humpty Dumpty dan di rawat jalan menggunakan get up and
go test
Prinsip pencegahan injury termasuk pendidikan mengenai hal-hal yang
membahayakan keamanan dan strategi pencegahan, pengontrolan lingkungan dan
mesin-mesin (keamanan aktif atau pasif dikemudian hari yang mungkin mencegah
injury dari produk atau alat yang digunakan), dan penguatan pada pengaturan diantara
peralatan, pengaman, tenaga kerja dan sebagainya.
Keamanan aktif termasuk pemberian pengaturan pada tingkah laku seseorang
yang dapat menguntungkannya. Keamanan pasif atau automatik termasuk pengaturan
yang menggunakan mesin dan peralatan dan tidak membutuhkan tingkah laku
seseorang yang spesifik untuk menjadi aktif. Pengaman tempat tidur adalah contoh
dari keamanan pasif.
Keamanan pasif adalah lebih menguntungkan dari pada keamanan aktif dalam
pengerjaannya, karena tidak membutuhkan penjelasan atau pendidikan kepada klien
atau individu tersebut. Salah satu risiko keamanan pasien selama berada dalam
pelayanan di rumah sakit adalah kemungkinan pasien jatuh (fall).

3.1.1. Morse Fall Scale (MFS)


Merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pasien yang berisiko jatuh. Dengan menghitung skor MFS pada pasien dapat
ditentukan risiko jatuh dari pasien tersebut, sehingga dengan demikian dapat
diupayakan pencegahan jatuh yang perlu dilakukan.

Instrumen Morse Fall Scale / Skala Jatuh Morse:

KETERANGAN KRITERIA SCORE


5
Riwayat Jatuh Pasien terjatuh selama di rumah sakit atau jika ada
riwayat secara fisiologis seperti serangan atau 25
gangguan cara berjalan sebelum dirawat (< 3 bulan
terakhir)

Pasien tidak pernah jatuh 0

Diagnosis Lebih dari satu diagnosis 15


Sekunder Tidak punya diagnosis sekunder 0

Bantuan Pasien menggunakan kruk, tongkat atau walker 15


Ambulasi Pasien mencengkeram furniture untuk mendukung 30
berjalan

Pasien berjalan tanpa alat bantu (bahkan tanpa bantuan 0


perawat), bedrest

Akses Intravena Pasien menggunakan alat intravena 20

Pasien tidak menggunakan alat Intra vena 0

Gaya berjalan terganggu : 20

Gaya berjalan Pasien mungkin kesulitan bangun dari kursi, menekan


lengan kursi ketika bangun. Kepala pasien menunduk
dan pasien melihat ke tanah. Karena keseimbangan
buruk, pasien menggenggam furniture, bantuan orang
lain dan alat bantu jalan dan tidak dapat berjalan tanpa
bantuan. Langkah pendek dan pasien mungkin
menyeret kakinya. Jika pasien menggunakan kursi
roda, pasien diberi skor berdasarkan gaya berjalan
yang digunakan ketika pasien berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur.
Gaya berjalan lemah : 10
Pasien mampu mengangkat kepala tanpa kehilangan
keseimbangan pada saat berhenti, langkah pendek dan
pasien mungkin menyeret kakinya
Gaya nerjalan normal : 0
Pasien berjalan dengana kepala tegak, tangan berayun
dengan bebas di sisi dan melangkah tanpa ragu-ragu.

6
Status Mental Status mental diukur dengan mengecek pengkajian diri 15
pasien dari kemampuan dirinya untuk ambulasi.
Tanyakan kepada pasien “Apakah mampu pergi ke
kamar mandi sendiri atau butuh bantuan?

Jika jawaban pasien tidak konsisten, tidak realistis,


pasien dipertimbangkan menjadi overestimate dan
forgetfull limitation

Jika jawaban pasien konsisten dengan apa yang 0


tertulis berarti klien normal

TOTAL SCORE ………

Setelah dilakukan skoring, tentukan tingkat risiko jatuh sebagai berikut :

Tingkat Risiko Jatuh Pasien Skore Pengelolaan pasien

Risiko Rendah 0-24 Perawatan Yang Baik

Risiko Sedang 25-44 Intervensi Risiko Jatuh Sedang

Risiko Tinggi ≥ 45 Intervensi Risiko Jatuh Tinggi

3.1.2. Humpty dumpty

Merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi pasien
anak yang berisiko jatuh. Dengan menghitung skor humpty dumpty pada pasien anak
dapat ditentukan risiko jatuh dari pasien tersebut, sehingga dengan demikian dapat
diupayakan pencegahan jatuh yang perlu dilakukan.
Instrumen Humpty dumpty:
Parameter Kriteria Skor

Kurang dari 3 tahun 4

7
Usia 3 sampai kurang dari 7 tahun 3

7 sampai kurang dari 13 tahun 2

13 tahun keatas 1

Jenis Kelamin Laki-laki 2

Perempuan 1

Penyakit neurologis 4
Diagnosis
Diagnosis yang memerlukan oksigenasi (penyakit
3
respiratori, anemia, anoreksia, syncope/dizziness dll)

Penyakit gangguan tingkah laku/psikis 2

Diagnosis lainnya 1

Gangguan Tidak dapat berorientasi 3


Kognitif Berorientasi sebagian pada kemempuan diri 2

Mampu berorientasi penuh pada kemampuan diri 1

Faktor Riwayat jatuh sebelumnya atau jatuh dari ranjang 4


Lingkungan Pasien menggunakan alat bantu atau diletakkan di 3
buaian

Pasien diletakkan di tempat tidur 2

Pasien dapat berjalan bebas 1

Pengaruh Dari Kurun waktu 24 jam 3


Pembedahan/Seda Kurun waktu 48 jam 2
si/Anesthesi
Lebih dari 48 jam /tidak ada 1

Penggunaan obat-obatan secara bersamaan:


Sedative(kecuali pasien ICU yang tersedasi,
Penggunaan 3
hypnotics,barbiturat, phenothiazine, anti depresan,
Obat-Obatan
laxatives, diuretic, narcotic

Salah satu dari penggunaan obat diatas 2

Penggunaan obat lain/tidak ada 1

TOTAL SKOR ......

8
Setelah dilakukan skoring, tentukan tingkat risiko jatuh sebagai berikut

Tingkat risiko jatuh Skore Pengelolaan pasien

Risiko Rendah 7 - 11 Lakukan intervensi untuk semua


pasien

Risiko Tinggi 12 atau lebih Lakukan intervensi untuk semua


pasien jatuh risiko tinggi

Tingkatan risiko jatuh terbagi menjadi risiko tinggi, sedang dan rendah.
Untuk pasien dengan risiko jatuh yang tinggi pada tempat tidur pasien dipasang
kode atau lambang berupa gambar orang yang akan jatuh dengan latar warna
merah, sedangkan risiko sedang berlatar warna kuning. Kode jatuh ini harus
menempel pada tempat tidur pasien dan mudah terlihat oleh petugas. Kode berupa
gambar orang yang akan jatuh tersebut dipasang menempel pada tempat tidur
dengan maksud agar bila pasien pindah maka kode akan terbawa bersama pasien.

Apabila pasien jatuh maka petugas harus dapat segera melakukan


penanganan pasien jatuh sesuai dengan SPO yang ada. Buat pelaporan mengenai
pasien jatuh ke Tim Patient Safety. Dari laporan insiden ini nantinya akan
digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk memperbaiki sistem sehingga dapat
mengurangi atau menekan angka KTD karena jatuh.
Pengkajian tersebut dilakukan oleh perawat dan kemudian dapat dijadikan
dasar pemberian rekomendasi kepada dokter untuk tata laksana lebih lanjut. Perawat
memasang stiker penanda risiko jatuh berwarna kuning di pergelangan tangan pasien
dan mengedukasi pasien dan atau keluarga tentang maksud pemasangan gelang
tersebut.
3.1.3. Get up and go test untuk pasien rawat jalan
Asesmen risiko jatuh get up & go adalah untuk mengidentifikasi pasien resiko jatuh
dan menilai kemungkinannya dengan form asesmen resiko jatuh get up & go
di rawat jalan.

Pengkajian (beri tanda centang )


No Penilaian pengkajian Ya Tidak
a. Cara berjalan pasien (salah satu atau lebih)
1. Tidak seimbang/ sempoyongan/ limbung
2. Jalan dengan menggunakan alat bantu (kruk,
9
tripot, kursi roda, orang lain.)
b. Menopang saat akan duduk: tampak memegang
pinggiran kursi atau meja/ benda lain sebagai
penopang saat akan duduk.

Hasil (beri tanda centang)


No Hasil Penilaian/Pengkajian Keterangan
1. Tidak beresiko Tidak ditemukan a dan b
2. Resiko rendah Ditemukan salah satu dari a atau b
3. Resiko tinggi Ditemukan a dan b

Tindakan (beri tanda centang)


No Hasil kajian Tindakan Ya Tidak TTD & TTD
Nama pasien/keluarga
petugas
1. Tidak beresiko Tidak ada
tindakan
2. Resiko rendah Edukasi
3. Resiko tinggi 1. Pasang pita
kuning
2. Edukasi

3.1.4. Faktor dalam ruang lingkup Pelayanan Rumah Sakit Pada Pasien Dengan
Resiko Jatuh :
a. Faktor lingkungan
Perawat senantiasa memperhatikan risiko pasien jatuh diantara nya: lantai
yang licin, penerangan yang kurang, tidak ada pegangan/tumpuan, adanya tangga
disetiap perbatasan ruangan, adanya furniture diruangan yang memungkinkan ruang
gerak pasien terbatas, alas kaki klien yang licin, tempat tidur yang disertai dengan
pengaman (pagar tempat tidur). Antisipasi faktor-faktor lingkungan dilakukan dengan
mengadakan ronde lingkungan di tiap-tiap bagian. Dengan ronde lingkungan akan
ditemukan hal-hal yang mungkin akan menjadi risiko untuk terjadinya jatuh. Bila
ditemukan maka perlu dilakukan penanganan segera atau diberi tanda (merah/kuning)
agar dapat terlihat oleh pasien, keluarga maupun petugas sehingga akan lebih hati-
hati.
b. Faktor pasien.

10
Faktor pasien yang menjadi perhatian perawat ruangan di RSU Al-Rohmah antara
lain: obat yang digunakan pasien (multi pharmacy), penglihatan, perubahan status
mental/perilaku pasien, kekurangan cairan dan elektrolit, kelemahan fisik atau
anggota gerak, riwayat atau penyakit yang sedang diderita dan lainnya.Untuk
mengantisipasi dan mencegah terjadinya pasien jatuh -dengan atau tanpa cidera- perlu
dilakukan pengkajian di awal maupun kemudian pengkajian ulang secara berkala
mengenai risiko pasien jatuh, termasuk risiko potensial yang berhubungan dengan
jadwal pemberian obat serta mengambil tindakan untuk mengurangi semua risiko
yang telah diidentifikasikan tersebut.
Pengkajian risiko jatuh ini telah dapat dilaksanakan sejak pasien mulai mendaftar,
yaitu dengan menggunakan skala jatuh. Resiko jatuh dapat terjadi karena beberapa
hal, diantaranya :
1. Salah memperkirakan jarak dari tempat tidur ke lantai.
2. Merasa lemah atau pusing pada saat mencoba untuk bangun.
3. Merubah posisi terlalu cepat dan kehilangan keseimbangan ketika mencoba
untuk bangun dari kursi. Hal ini umum terjadi khususnya pada pasien lanjut
usia.
4. Tidak mengenal lingkungan sekelilingnya.
5. Meminum obat yang membuat kesadaran mereka terhadap lingkungan
berkurang.
6. Berada di tempat gelap.
7. Gangguan status mental (misalnya:Bingung atau disorientasi.
8. Gangguan mobilitas (misalnya:gangguan berjalan, kelemahan fisik, menurunnya
mobilitas tungkai bawah,gangguan keseimbangan)
9. Riwayat jatuh sebelumnya
10. Obat-obatan (sedatif dan penenang,obat-obatan yang berlebihan)
11. Berkebutuhan khusus dalam haltoileting (memerlukan bantuan untuk buang air,
mengalami inkontinensia,diare dan tidak dapat menahankeinginan buang air
12. Usia lanjut.

Antisipasi dari faktor pasien adalah melibatkan keluarga / penunggu pasien


dalam pencegahan jatuh ini, mengajak untuk terlibat dan berperan aktif.Mengajarkan
hal-hal atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah pasien jatuh, misalnya
tidak meninggalkan pasien sendiri, menutup pengaman tempat tidur dan anjurkan
keluarga untuk memberitahukan perawat bila akan meninggalkan pasien. Segala
upaya pencegahan jatuh telah perawat lakukan dalam upaya meminimalkan dan tidak
terjadinya pasien jatuh.

3. Penerapan SPO oleh perawat

11
Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya terbesar
dirumah sakit (sebesar 40 – 60%) dan pelayanan keperawatan yang diberikan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, memiliki peran kunci dalam
mewujudkan keselamatan pasien. Dengan latar belakang pendidikan Diploma III
Keperawatan dan S1Keperawatan, perawat ruangan sudah dapat menerapkan dengan
baik dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional : Identifikasi Risiko Pasien
Jatuh Dengan Menggunakan Skala Jatuh, hal ini diketahui bahwa perawat langsung
akan menilai pasien baru diruangan dengan menggunakan skala jatuh dan setelah
diperoleh nilainya maka akan memasang kode jatuh tersebut. Perawat di ruangan
sudah memahami tanggung jawab dalam hal: Memberikan informasi pada pasien dan
keluarga tentang kemungkinan kemungkinan resiko :
a) Melaporkan kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD) kepada yang
berwenang

b) Berperan Aktif dalam melakukan pengkajian terhadap keamanan dan


kualitas/mutu pelayanan
c) Meningkatkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan professional
lainnya
d) Mengusulkan peningkatan kemampuan staf yang cukup
e) Membantu pengukuran terhadap peningkatan patient safety
f) Meningkatkan standar baku untuk program pengendalian infeksi (infection
control)
g) Mengusulkan SOP dan protocol pengobatan yang dapat memimalisasi
kejadian error
h) Berhubungan dengan badan-badan profesional yang mewakili para dokter
ahli farmasi dan lain-lain
i) Meningkatkan cara pengemasan dan pelabelan obat.
j) Berkolaborasi dengan system pelaporan nasional untuk mencatat,menganalisa
dan mempelajari kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD)
k) Mengembangkan mekanisme peningkatan kesadaran, sebagai contoh untuk
pelaksanaan akreditasi.
l) Karakteristik dari pemberi pelayanan kesehatan menjadi tolok ukur terhadap
excellence dalam patient safety

3.2.INTERVENSI RISIKO JATUH


3.2.1 Intervensi Risiko Jatuh Dewasa
3.2.1.1. Risiko jatuh Rendah
a. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien.
b. Posisikan tempat tidur serendah mungkin,roda terkunci,kedua sisi
pegangan tempat tidur terpasang dengan baik.
12
c. Jalur untuk pasien berjalan tidak ada hambatan,tidak licin dan jauhkan
dari kabel-kabel atau bahan berbahaya lainnya.
d. Gunakan sandal anti licin.
e. Ruangan dalam keadaan rapi/tidak kacau.
f. Benda –benda pribadi dalam jangkauan seperti telephone genggam,
tombol panggilan (bila tersedia), air minum, kaca mata dll.
g. Pencahayaan yang adequat ( sesuai kebutuhan pasien)
h. Alat bantu berada dalam jangkauan ( Tongkat /alat penopang)
i. Pantau efek obat obatan yang dapat meningkatkan risiko jatuh seperti
(obat sedasi, anti hipertensi, diuretic, benzodiazepin) konsultasikan
dokter atau ahli farmasi.
j. Konsultasikan pada dokter mengenai kebutuhan fisioterapi pada
pasien gangguan keseimbangan/gaya berjalan/penurunan fungsional
k. Beri edukasi pada pasien atau keluarga mengenai pencegahan jatuh.

3.2.1.2. Intervensi Risiko Jatuh Sedang


a. Lakukan tindakan pencegahan jatuh secara umum
b. Tempelkan stiker berbentuk lingkaran berwarna kuning bertuliskan fall
risk pada gelang identitas.
c. Pasang kode atau lambang berupa gambar orang yang akan jatuh dengan
latar warna kuning dan bertuliskan RISIKO JATUH SEDANG di tempat
tidur pasien.
d. Tingkatkan observasi bantuan yang sesuai saat ambulasi.
e. Keluarga menemani pasien yang berisiko jatuh, bila tidak ada
keluarga, pasien diminta menekan bel bila membutuhkan bantuan.
f. Anjurkan pasien menggunakan alas kaki atau sepatu yang tidak licin.
g. Lakukan penilaian ulang risiko jatuh bila ada perubahan kondisi atau
perubahan pengobatan dalam waktu 24 jam

3.2.1.3. Intervensi Jatuh Risiko Tinggi


a. Tempelkan stiker berbentuk lingkaran berwarna kuning bertuliskan fall
risk pada gelang identitas.
b. Pasang kode atau lambang berupa gambar orang yang akan jatuh dengan
latar warna merah dan bertuliskan RISIKO JATUH TINGGI di tempat
tidur pasien..
c. Lakukan tindakan pencegahan jatuh secara umum
d. Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detail
seperti analisis cara berjalan sehingga dapat ditentukan intervensi
spesifik seperti menggunakan terapi fisik atau alat bantu jalan jenis
terbaru untuk membantu mobilisasi.
e. Pasien ditempatkan di ruang yang terdekat dengan nurse station untuk
memudahkan pengawasan (bila memungkinkan).
f. Handrail kokoh dan mudah dijangkau pasien.
g. Siapkan alat bantu jalan.
h. Lantai kamar mandi dengan karpet antislip atau tidak licin serta
anjuran menggunakan tempat duduk di kamar mandi saat pasien
mandi.
i. Dampingi pasien bila ke kamar mandi, jangan tinggalkan sendiri di

13
toilet, pintu kamar mandi jangan dikunci.
j. Lakukan penilaian ulang risiko jatuh tiap 12 jam.

3.2.2. Intervensi Untuk Pasien Anak


3.2.2.1 Intervensi risiko jatuh rendah
a. Orientasi Ruangan
b. Tempat tidur dalam posisi rendah dan terkunci. Kunci bed pakem
c. Pengaman samping tempat tidur berfungsi dengan baik
d. Tempat tidur bayi yang dapat naik turun.(untuk pasien yang dapat
berdiri sendiri)
e. Penggunaan alas kaki yang tidak licin dan baju pasien yang sesuai
dengan ukuran tubuh supaya tidak terpeleset.
f. Keluarga harus mendampingi pasien bila akan ke kamar mandi, bila
perlu hubungi petugas.
g. Bel pasien dapat dijangkau. Edukasi cara penggunaannya
h. Lingkungan bersih dari alat yang tidak terpakai, pencahayaan cukup,
pengaturan furniture dan bersih dari bahan berbahaya
i. Edukasi orang tua tentang upaya kewaspadaan terhadap resiko jatuh
j. Pendokumentasi pencegahan jatuh dan termasuk rencana
perawatannya
k. Pengawasan rutin.

3.2.2.2. Intervensi Risiko Jatuh Tinggi


a. Identifikasi pasien dengan stiker lingkaran berwarna kuning
bertuliskan fall risk
b. Tempelkan gambar/simbol risiko jatuh berwarna merah bertuliskan
Resiko jatuh tinggi diatas/ area yang mudah terlihat disekitar tempat
tidur pasien.
c. Lengkapi pasien dengan ambulasi
d. Letakkan pasien di tempat tidur aman dan pastikan bel pasien
berfungsi dengan baik.
e. Memindahkan pasien dekat dengan nurse station.
f. Pengawasan pasien lebih intensif.
g. Evaluasi perubahan kondisi pasien setelah pemberian obat-obatan.
h. Memindah semua barang yang tidak berguna dari kamar pasien.
i. Pintu kamar pasien harus terbuka sepanjang waktu kecuali untuk
kondisi isolasi khusus yang melarang pintunya terbuka.

3.2.3. Intervensi Pada Pasien Jatuh


Tindakan yang harus dilakukan petugas ketika menemui pasien jatuh dalam
masa perawatan di rumah sakit :
a. Petugas menempatkan pasien pada posisi yang aman dan memeriksa
kondisi pasien.
b. Petugas langsung melapor kepada dokter.

14
c. Pindahkan kamar pasien lebih dekat dengan nurse station bila
memungkinkan
d. Petugas mengikuti tatalaksana yang diberikan dokter.
e. Pemerikaksaan neurologi dan tanda vital
f. Selalu melakukan pemantauan terhadap pasien resiko tinggi secara
berkala kepada pasien.
g. Membuat laporan tertulis sebagai kejadian tidak diharapkan (KTD).
h. Melaporkan kepada kepala ka unit

3.2.4. Intervensi resiko jatuh di poli rawat jalan

4. s akan
melakukan
skrining awal atau
asesmen resiko /
5. menilai jika
pasien beresiko
jatuh sesuai
dengan resiko
jatuh
6. rawat jalan time
up & go
Perawat melakukan pemasangan tanda peringatan pasien
1. Petugas akan melakukan skrining awal atau asesmen resiko/ menilai jika
pasien beresiko jatuh sesuai dengan resiko jatuh rawat jalan get up and go

15
2. Petugas melakukan pemasangan tanda peringatan pasien resiko jatuh sesuai
hasil asesmen dan menginformasikan kepada pasien atau keluarga bahwa
akan dilakukan pemasangan pita warna kuning di salah satu lengan pasien.

7. memasang
tanda harus
petugas wanita
7.2. Tindakan keperawatan :
Strategi secara umum :
1. Tawar kan bantuan kekamar mandi secara berkala
2. Perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien.
3. Gunakan 2-3 sisi pegangan tempat tidur.
4. Informasikan pada pasien jangan ragu untuk meminta bantuan.
5. Perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh
misalnya sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya.
6. Bila pasien jatuh (Jatuh dilantai) perawat mengecek penyebab sering
terjadinya jatuh, misalnya terlalu banyak furniture, daerah yang gelap,
dan sedikit hidrasi (perawat menganjutkan untuk minum 6-8 gelas
perhari).
7. Mengorientasikan pasien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan
sistem komunikasi yang ada.
8. Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak.
9. Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam
hari.
10. Mewaspadai obat-obatan yang dapat menyebabkan risiko pasien
jatuh di rumah sakit seperti daftar di bawah ini :

Golongan Obat Nama Obat


Psikotropika Klordiazepoksid, klorpromazin, Carbamazepin, THP,
Ergotamin kafein

Narkotika Petidin, fentanil, morfin,codein

16
Antihistamin Klorfeniramin maleat, cetirizin, mebhidrolin

Antikejang Diazepam, phenobarbital

Diuretik Furosemid, Manitol, Spironolakton

Sedatif Midazolam, Alprazolam, Clobazam

Anti hipoglikemi Insulin, Glimepirid,Glibenklamid,

Antihipertensi Captopril, lisinopril, propanolol, bisoprolol, amlodipin,


nifedipin, irbesartan, nicardipin, diltiazem

Dalam buku "Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of


Care" disebutkan upaya-upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh
di rumah sakit, yaitu:
• Membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya.
• Menunjukkan pada pasien alat bantu panggilan darurat.
• Posisikan alat bantu panggil darurat dalam jangkauan.
• Posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien.
• Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar
danlorong.
• Posisikan sandaran tempat tidur rumah sakit di posisi rendah ketika
pasien sedang beristirahat, dan posisikan sandaran tempat tidur yang nyaman
ketika pasien tidak tidur.
• Posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat berada di bangsal RS.
• Menjaga roda kursi roda di posisi terkunci ketika stasioner.
• Gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien.
• Gunakan lampu malam hari atau pencahayaan tambahan.
• Kondisikan permukaan lantai bersih dan kering. Bersihkan semua
tumpahan.
• Kondisikan daerah perawatan pasien rapi.
• Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke
tempat tidur dan meninggalkan tempat tidur.

17
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang diperlukan dalam asesmen risiko jatuh pasien adalah


formulir pengkajian risiko jatuh untuk pasien dewasa dan anak-anak. Ini juga
termasuk pengkajian ulangnya. Selain itu, kegiatan monitoring dan evaluasi yang
dilakukan terhadap pengelolaan risiko pasien jatuh di rumah sakit juga harus
terdokumetasikan yang meliputi :
1. Pengkajian dengan benar risiko pasien jatuh dengan menggunakan metode
fall morse scale dan humpty dumpty scale.
2. Tata laksana risiko pasien jatuh dilakukan sesuai prosedur
3. Angka kejadian insiden pasien jatuh di rumah sakit
4. Pelaporan insiden jatuh dan dilakukan audit
5. Peningkatan fasilitas kesehatan dan pengembangan.

DAFTAR PUSTAKA

Aller,B,”Morse Falls Scale Assesment “www.mnhospitals.org/.....Falls...../Morse Fall


Scale (diunduh tanggal 2 Juni 2015 )
Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI dengan KARS, 2011, Standar Akreditasi
Rumah Sakit, hal 231-232
Depkes RI, 2006, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Jakarta
EP1,”Pediatric Fall Risk”www.humpty dumpty scale (diunduh tanggal 10 Juni 2015)
http://www.patientsafety.gov/SafetyTopics/fallstoolkit/notebook/05_fallspolicy.pdf,
(diunduh tanggal 2 Juni 2015).
18
19

Anda mungkin juga menyukai