Direktorat jendral pertambangan umum Pusat penelitian dan pengembangan teknologi mineral Pendahuluan Emas sejak dari zaman dahulu dikenal sebagai bahan perhiasan, dan lambing kemakmuran, serta dapat disimpan sebagai dana moneter. Sebagai negara yang memiliki banyak gunung api dan beriklim tropis, Indonesia mempunyai potensei endapan emas primer maupun sekunder yang cukup baik.. Geologi Endapan emas tersebar dalam batuan – batuan yang berusia prakambrium – tersier akhir. Terbagi menjadi dua endapan yaitu endapan primer dan endapan sekunder yang terbentuk karena kondisi geologi tertentu. Banyaknya gunung api di Indonesia menjadi faktor yang menyebabkan adanya kedua jenis endapan tersebut. Genesa Kebanyakan endapan emas berasal dari proses emanasi magmatis atau pengkonsentrasian dipermukaan. Beberapa endapan terbentuk Karena proses metasomatisme kontak dan sebagian lagi karena larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian dipermukaan secara mekanis menghasilkan endapan letakan ( placer ). Simmons dan printz ( 1973 ) mengelompokan berbagai jenis emas ke dalam tujuh kategori, yaitu lode emas kuarsa, endapan epitermal, endapan letakan muda, endapan emas fosil, endapan emas tersebar, endapan emas ikutan, dan endapan emas dalam air laut. Lode emas kuarsa terdiri dari berbagai jenis endapan. Walaupun demikian, semua lode adalah urat – urat kuarsa – emas yang berasal dari pengendapan larutan hidrotermal, baik berupa penggantian ( replacement ) unsur – unsur pada dinding batuan maupun pengisian pada rongga – rongga terbuka disepanjang zona rekahan. Lode biasanya terbentuk pada kedalaman lebih dari 1 KM dibawah permukaan bumi dan umumnya berasosiasi dengan batuan pra – cambium. Sekitar 20 – 25 % produksi emas dunia berasal dari tipe endapan ini. Endapan epitermal biasanya berupa urat – urat hidrotermal kuarsa, karbonat, barit, dan flourit yang mengandung emas native atau emas telurida serta sejumlah perak. Endapan ini terjadi akibat pengisian rongga – rongga oleh larutan hidrotermal dan umumnya banyak terjadi pada batuan vulkanik tersier yang mengalami proses alterasi kuat. Endapan epitermal biasanya <= 1 KM dari permukaan dan sebarannya bisa mencapai kurang lebih 1 KM. Endapan emas letakan ( placer ) biasanya berupa material pasir kerikil, terkonsolidasi ataupun tidak dengan sejumlah kecil emas native dan mineral berat. Terbentuk disepanjang lembah sungai atau pada teras – teras sungai lama. Endapan ini jarang ditemukan sebagai endapan pantai atau residu. Seperempat sampai sepertiga bagian dari produksi emas dunia berasal dari endapan ini. Endapan emas fosil adalah endapan emas letakan uang secara geologi terbentuk dalam rentang waktu yang cukup lama, umumnya berumur pra – cambium serta telah mengalami proses litifikasi menjadi batuan konglomerat yang merupakan bagian dari batuan landas ( bad rock ). Konglomerat tersebut terdiri dari kerakal – kerakal kuarsa dan sejumlah mineral berharga seperti emas native, uraninit, dan logam – logam kelompok platina, yang tertanam dalam masa dasar pirit dan mineral – mineral mika. Endapan emas tersebar ( disseminated ) terdiri dari butiran butiran halus emas yang tersebar dalam batu gamping lumpur dan batu gamping dolomitan. Bijih ini terbentuk karena proses penggantian oleh larutan hidrotermal terhadap unsur – unsur pada batuan induk. Emas yang biasanya berukuran sub mikroskopis diendapkan bersama – sama silica, pirit, dan mineral sulfida lainnya, serta barit. Perak hadir dalam jumlah kecil didalam endapan, tapi arsenic, antimony, dan air raksa merupakan unsur – unsur jejak yang kerap hadir pada saat mineralisasi terjadi. Emas yang terkandung dalam air laut dapat dikatakan sebagai sumber emas paling besar walaupun kadarnya rendah, sekitar 0,011 – 0,05 ppb. Endapan emas jenis ini masih belum bisa ditentukan keberadannya, apakah hadir sebagai unsur terlarut ( sebagai anion khloro – aurat ). Atau sebagai suspense. Sampai saat ini ekstraksi emas dari air laut secara komersial belum bisa dilakukan. Mineralogy karena sifat emas yang kurang reaktif, emas dialam terbentuk dalam mineral pembawa emas yang terbatas jenisnya. Mineral pembawa emas bernilai ekonomis terdiri dari emas native, electrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur – unsur belerang, antimon, dan selenium. Mineral pembawa emas di alam biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan atau yang lazim dikenal sebagai mineral pengganggu. Mineral penggangu yang umum adalah kuarsa disamping karbonat, turmalin, fluorspar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiai dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Logam emas bersifat lunak dan mudah ditempa ( malleable ). Kekerasan berkisar antara 2 ½ - 3 skala mosh serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya.