Anda di halaman 1dari 17

Makalah Kehamilan Ektopik

Disusun Oleh ;

1. Alfiah Dewi (E2016004)


2. Aprilia Hastuti (E2016007)
3. Arlita Agustin (E2016008)
4. Cindy Refantika (E2016013)
5. Nanda Dwi Saputra (E2016031)
6. Nikita Fauzia Hanifa (E2016033)
7. Yeny Nur Arifah (E2016045)

DIV FISIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan ektopik adala suatu kehamila yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan beshubungan dengan besarnya kemungkinan yang terjadi keadaan yang
gawat.keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.
kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dihadapi oleh setiap
dokter,karena sangat sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu
itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita untuk pertaa kali adalah dokter umum dan
dokter ahli lainnya , maka dari itu, perli diketahui oleh setiap dokter klinik kehamilan
ektpopik,terganngu serta diagnosis direferensialnya. Hal yang perlu diingat adalah bahwa
setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haidyang
disertai dengan nyeri perut bagian bawah,perlu difikirkan kehamilan ektopik terganggu.

B. TUJUAN

Dalam pembuatan makalah ini kami bertujuan membahas tentang bagaimana kita
mengertahui dan memahami penyebab, tanda dan gejala serta, cara penanganan
kahamilan ektopik pada ibu agar kita sebagai mahasiswa fisioterapi yang akan datang
dapat mengetahui secara pasti sesuai dengan ilmu yang terkandung yang kita dapatkan
sekarang.
BAB II
KEHAMILAN EKTOPIK

A. PENGERTIAN KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan ektopik adalah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi


dan tumbuh tidak ditempat yang normal yaitu dalam endometrium kavum uteri. Istilah
kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga
banyak dipakai. Diantara kehamilan ektopik yamg banyak terjadi ialah terjadi di tuba
(90%), khususnya di ampulla (Wiknjosastro, 2007).

B. DEFINISI

Kehamilan etopik terja bila telufr yang di buahi berinplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kafum uteri.kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan
ektopik karena kehamilan pada parts interstisialis tuba dan kanalis serfitalis masih
termasukdalam uterus,tetapi jelas bersifat ektopik . sebagian besar kehamilan ektopik
berlokasi dituba.sangat jarang terjadi inplantasi pada ofarium,rongo perut,kanalis
serfikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter,dan di fertikel pada uterus.berdasarkan
inplantasi hasil konsepsi pada tuba ,terdapat kehamilan pars interstisialis tuba kehamilan
pars ismikatuba kahamilan ampularis tuba dan kehamilan infundibulum tuba.

C. FREKUENSI

Pemakaian antibiotika dapat meningkatkan frekuensi kehamilan


ektopik.antiboditika dapat mempertahankan terbentuknya tuba yang menggalami infeksi
,tetapi perlekatan menyebapkan pergerakan silia dan peritalisis tuba tergungu dan
menghambat perjalanan kofum yang di buahi oleh ampula kerahim sehingga implatasi
terjadi pada tuba. Kontrasepsi juga mempegaruhi frekuensi kehamilan ektopik dengan
jumlah kelahiran diruma sakit. Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum didalam
ovarium. Satu ovum dikeluarkan dari folikel ovarium dan masuk kedalam rongga
abdomen pada pertengan daur seksual bulanan. Ovum ini kemudian berjalan melewati
salah satu tuba fallopi menuju uterus, dan jika sudah dibuahi oleh sperma, akan tertanam
didalam uterus, tempat diman ovum akan berkembang menjadi janin. Ovum dikelilingi
oleh satu lapis sel-sel granulose yang disebut folikel primordial. Pada tahap ini ovum
sendiri belum matang, membutuhkan dua pembagian sel lagi untuk mencapai
kematangan. Yang disebut oosit primer. Pada kehamilan minggu ke-30, jumlah ovum
telah mencapai kira-kira 6 juta, sebagian besar telah berdegenerasi, sehingga hanya kira-
kira 2 juta ovum didalam kedua ovarium pada saat melahirkan (Guyton, 1997).
Menurut Prawirohardjo (2007) berdasarkan lokasinya, kehamilan ektopik dapat dapat
dibagi dalam beberapa golongan yaitu sebagai berikut:
a).Tuba Fallopii
Tuba fallopi terdiri atas beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1. pars interstisialis
2. isthmus
3. ampulla
4. infundibulum
5. fimbria
b). Uterus terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1. kanalis servikalis
2. divertikulum
3. koruna
4. tanduk rudimenter
c).Ovarium
d). Intraligamenter
e).Abdominal
Abdominal terdiri dari 2 bagian yaitu sebagai berikut:
1. primer
2. Skunder
sedangkan pada lokalisasi selebihnya tidak disebutkan karena sulit untuk menentukan
tempat terjadinya kehamilan ektopik. Seandainya disebutkan atau bila dinyatakan tidak
dapat dibuktikan.

Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik (Ayuzha, 2009)


Kehamilan ektopik adalah implantasi ovum yang telah dibuahi dimana saja selain
lokasi normal dalam uterus. Setiap hambatan yang mengganggu lewatnya ovum
disepanjang perjalanannya melewati oviduktus ke uterus mempermudah terjadinya
kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik ini disebabkan oleh peradanagan di oviduktus.
Kehamilan ovarium mungkin terjadi jika ovum yang dibuahi dalam folikel tepat saat
folikel ruptur (Cotran, 2007).
Kehamilan ektopik merupakan kejadian kehamilan diluar kavum uteri, insidennya
menunjukkan peningkatan. Insiden kehamilan ektopik di inggris sebesar 10-12 per 100
kehamilan. 65% diantaranya terjadi pada umur sekitar 25-34 tahun. Setelah satu
kehamilan ektopik terjadi kembali sekitar 10-20%. Sampai saat ini tempat yang paling
sering terjadi kehamilan ektopik adalah tuba falopi dan lebih jarang terjadi di ovarium.
Pada beberapa kasus, ditemukan kelainan pada tuba falopi seperti radang kronis.
Diperkirakan akibat adanya cacat pada transpor tuba falopi. Adanya IUD memberikan
peningkatan resiko kehamilan ektopik (Underwood, 1999).
Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa menjadi
normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka suatu saat tuba
tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang sangat hebat dan
mematikan. Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut
harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang ditanggungnya (Prawirohardjo, 2007).

Gambar 2. Kehamilan ektopik terjadi dibagian dalam saluran telur dan luar kantung
rahim (Britannica, 1998)

jacoeb (2007) membagi kehamilan ektopik dari segi endokkrinologi, maka kehamilan
dibagi atas tiga masa yaitu:
1) Kehamilan muda
Masa ini ditandai oleh meningkatnya pembentukan hCG dari sel-sel tofoblas dan
perubahan korpus luteum menjadi korpus luteum gravitiditatis. Korpus luteum
graviditatis ini nantinya akan memproduksiestrogen dan progesteron.
2) Kehamilan pertengahan triwulan petama
Pada masa ini produksi hCG yang semula meningkat mulai menurun. Estrogen dan
progesteron tidak dihasilkan lagi oleh korpus luteum graviditatis, melainkan oleh
plasenta.
3) Kehamilan triwulan kedua dan ketiga
Pada masa ini plasenta menghasilkan steroid seks dalam jumlah yang sangat
besar. Selain itu terjadi pula peningkatan hormon PRL dari hipofisis anterior.
Plasenta juga membentuk human chorionic somatomammottropin (hCS), human
placental lactogen (hPL), atau human chorionic thytrotropin (hCT).
D. Faktor Penyebab Kehamilan Ektopik
Penyebab utama kehamilan ektopik adalah salpingitis akut: aglutinasi permanen pada
lipatan endosalping dapat memungkinkan lewatnya sperma yang berukuran lebih kecil
sementara ovum yang telah difertilisasi (morula) terperangkap dalam kantung tertutup
yang terbentuk akibat perlengketan. Kegagalan kontrasesps, perubahan hormonal dan
terminasi kehamilan sebelumnnya juga berperan untuk meningkatkan kehamilan resiko
kehamilan ektoipik (Norwitz, 2008).
E. ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebapnya
tidak di ketahui. tetapi kehamilan di mulai dengan pembuahan telur dibagian ampula tuba
dan dalam parjalanan keuterus tulur mengalami hambatan sehingga padasaat nidasi masih
di tuba dipermudah.
1) Faktor dalam lumen tuba.
a. endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba
menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk dan hal ini sering
disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen
tuba menyempit.
d. Faktor pada dinding tuba :
- endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam
tuba.
- devertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur
yang dibuahi ditempat itu.
e. Faktor diluar dinding tuba :
- perlekatan peritubal dengan distori atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur.
- tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
f. Faktor lain :
- migrasi luar ovum, yaitu perjalan dari ovarium kanan ketuba kiri atau
sebaliknya. Hal ini dapat memperpanjang sel telur yang dibuahi ke uterus.
- Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
prematur.
- ertilisai in vitro.
F. PATOFISIOLOGI
Proses patologi implantasi ofum yg dibuahi yg terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan halnya di fakum uteri,telur dituba bermidasi secara kolumner atau
interkolumner.pada yang pertama telur berimlantasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping perkembangan sel telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya fasku arisasi dan
biasanya telur mati ecara dani dan kemudian diresorbsi.pada imdasi interkulumner telur
bermadasi antara 2 jonjot endosalping setelah tempat di midasi tertutup,maka telur
dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis.kerna pembentuk an desidua di -tuba tidak sempurna malah
kadang-kadang tidak tampak dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan
masuk ke dalam lapisan otot-otot dengan menusuk jaringan dan pembuluh darah
perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor seperti tempat
implatas,tebel dinding tuba,dan banyaknya pendarahan oleh infasi inrofoblas. Pengarang
Profesor Doktor Dokter Sarwono Prawiroharjo,SpOG (13 Maret 1906 -10 Oktober 1983)
Dan profesor Doktor Hanifa Wiknjosastro,SpOG (18 September 1915 -18 Februwari
1995).

Gambar 3. Komplikasi Kehamilan Ektopik (Klikdokter, 2008/b)

Menurut Mochtar (1998) Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada
pula yang belum diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik yaitu
sebagai berikut, faktor uterus yaitu tumor rahim yang menekan tuba. Faktor tuba yaitu
penyempitan lumen tuba oleh Karena infeksi endosalfing, tuba sempit, panjang dan
berlekuk-lekuk. Gangguan Fungsi rambut getar (silia tuba).
G. ANATOMI DAN FISIOLOGI KEHAMILAN EKTOPIK
a. Anatomi Kehamilan Ektopik
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kehamilan ektopik paling banyak
terjadi di tuba, adapun anatomi kehamilan ektopik adalah sebagai berikut :
Tuba Fallopii Menurut Manuaba (2004) tuba fallopi berasal dari duktus Mulleri,
panjangnya sekitar 11-14 cm.
Tuba fallopii terdiri dari:
1) Pars interstisialis: 3-5 cm dalam dinding uterus.
2) Pars istmika, bagian tersempit dengan diameter 2-3 mm.
3) Pars ampula, bagian terlebar dengan diameter 4-10 mm.
4) Pars infundibulum tubae, fimbriae dapat melakukan ovum pick up mechanism.
5) Otot tuba identik dengan otot polos, yaitu: longitudinal dan sirkular, yang kedua otot
ini dipengaruhi otot perbandingan antara estrogen dan progestron.
6) Mukosa berlipat-lipat, terutama di bagian ampula:
a) Epitel kubik sampai silindris dengan sebagian mempunyai villi.
b) Mempunyai kelenjar yang dapat mengeluarkan cairan.
c) Villi berfungsi untuk mengalirkan cairan ke arah uterus.
d) Gerak villi dipengaruhi oleh perbandingan estrogen dan progestron.
Estrogen mengaktifkan gerak villi, sedangkan progestron menghambat gerak
villi.

7) Sitem pembuluh darah tuba, yaitu: Ramus tubarisus art uterina asenden dan Ramus
tubarius art ovarika, melalui ligamentum infundibulopelvikum.

8) Sistem aliran limfe – bersama dengan fundus uteri melalui ligamentum


infundibulopelvikum menuju kelenjar limfe para aorta.

Didnding tuba merupakan lapisan luar dari kapsularis yang merupakan lapisan
dalam dari hasil konsepsi. karena tuba tidak dan bukan merupakan temoat normal bagi
kehamilan, maka sbagian besar kehamilan tuba akan terganggu pada umur enam sampai
sepuluh minggu kehamilan. nasib dari konsepsi bias mati dan kemudian diresorbsi,
terjadi abortus tuba, ibu mengalami keguguran dan terjadi rupture tuba. bila robekan kecil
maka hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba, sedangkan dari robekan terjadi pendarahan
yang banyak (Lutan, 1998).

Perdarahan yang terjadai karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh


villikoriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari
dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat
terjadi sebagian atau seluruhnya, tergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila
pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan
kemudian didorong oleh darah kearah ostium tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam
tuba tergantung pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus pada lumen tuba lebih sering
terjadi pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi
korialis kearah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismmika (Wiknjosastro,
2007).

Gambar 4. Tuba fallopi terlihat pada kanan atas dan kanan bawah (Academic, 2008)

Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Karena


tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh
secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Mukosa pada tuba bukan merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vasakularisasi
kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna (Rachimhadhi, 2007).
Ditemukan meningkatnya kejadian kehamilan ektopik mungkin sekali berkaitan
dengan meningkatnya infeksi tuba falopi. Diperkirakan akibat adanya cacat pada transpor
tuba falopi. Adanya IUD memberikan peningkatan resiko kehamilan ektopik. Pada
peristiwa ini yang terkenal dengan nama abortus tuba., ovum untuk sebagian atau seluruh
nya ikut memasuki lumen tuba dan keluar daari ostrium tuba abdominalis. Abortus tuba
biasanya terjadi pada kehamilan pada ampulla; darah yang keluar dan kemudian masuk
ke rongga Peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi olah tekanan dari
dinding tuba (Wiknjosastro, 2007).

b. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah advokat yang sedikit gepeng kearah muka
belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri
atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5.25 cm,
tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri
dan serviks uteri.uterus ini sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dengan
jaringan ikat dan ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik
(Wiknjosastro, 2007).
Uterus merupakan genitalia vital bagi wanita. Bentuk uterus seperti buah pir
dengan ukuran 7,5x5,5x2,5 cm, berat normal sekitar 55-60 gram. Dapat dibagi 2/3
korpus uteri dan 1/3 serviks uterina. Uterus merupakan jaringan dengan susunan otot
tiga lapis, longitudinal, sirkular, dan oblika dengan anyaman sedemikian rupa. Fungsi
uterus sangat berat khususnya untuk prokreasi dengan jangka waktu yang panjang
sekitar 280-288 hari. Berat uterus pada wanita hamil sekitar 9-12 kilogram (Manuaba,
2004).
Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang terpenting,
mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri ats jaringan ikat yang tebal, dan berjalan
dari serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding pelvis. Didalamnay ditemukan
banyak pembuiluh darah, antara lain vena dan arteria uterina. Ligamnetum sakro-
uterinum sisnistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus supaya
tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, ke arah
os sakrum kiri dan kanan. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni
ligamentum yang menahan uterus dari dalam antefleksi dan berjalan dari sudutfundus
uteri kiri dan kanan (Wiknjosastro,2007).http:/en.academikru/pictures/anwiki/71/gray
589.Dikes 13 maret 2010

Gambar 5. Uterus terlihat pada bagian atas (Skygle, 2008)

c. Vagina
Vagina adalah sebuah tabung berlapis otot yang membujur keatas dan condong
kebelakang, sejak dari vestibulum hingga ke rahim. Selain berlapis otot juga
dikelilingi jaringan pembuluh darah yang akan penuh ketika ada ransangan seksual.
Dalam keadaan biasa tabung menyempit karena dinding-dinding saling mendekat.
Vagina adalah saluran penghubung antara vestibulum pudendi dan seik uteri. Panjang
dinding depan 9 cm dan dinding belakang 14 cm, epitelnya adalah epitel gepeng
berlapis yang mengandung banyak glikogen (Daili, 2007).
vagina menerima aliran darah dari cabang desenden art uterine cabang Art
hipogastrik, memelihara serviks, dua pertiga vagina bagian atas berasal dari duktus
mulleri. Art uterine masuk melalui ligamentum kardinale mackonrodt, dekat serviks.
vagina yang berasal dari kloaka mendapatkan darah dari Art pundendalis interna,
ranting dari Art rektalis mediana, keduanya mengadakan anantomosis disekitar
vagina bagian bawah dan cabang vagina Art vesikalis inferior (Jones, 2005).
Gambar 6. Vagina (Lolitafiles, 2009)

Gambar 7. Vaginal fornix (Materinstvo, 2008)

Epitel vagina terdiri dari epitel bertingkat yang cukup tidak mengandung kelenjar,
tetapi dapat terjadi transudasi karena dibawah epitel vagina banyak terdapat banyak
pembuluh darah, khususnya hubungan seks. Mukosa vagina 1/3 bagian bawah
mempunyai lipatan-lipatan horizontal yang disebut “rugae”. Pada gadis atau mereka
yang tidak mempunayai anak, rugae-rugae tersebut masih jelas tampak. Pada dinding
vagina sering terdapat kista garner, sebagai sisa dari duktus wolfii. Asalkan tidak
menggangu gartner, tidak memerlukan pengobatan. (Manuaba. 2004).

Vagina mendapatkan darah dari arteria uterina, yang melalui cabangnya keserviks
dan vagina memberikan darah kebagian bawah 1/3 atas vagina. Arteria vesikalis
inferior, yang melalui cabangnya memberi darah 1/3 bagian tengah. Arteria
hemoroidalis mediana dan arteria pudendus interna, yang memberikan darah ke
bagian 1/3 bawah vagina Cabang desenden Art uterine cabang Art hipogastrik,
memelihara serviks, dua pertiga vagina bagian atas berasal dari duktus mulleri. Art
uterine masuk melalui ligamentum kardinale mackonrodt, dekat serviks. Vagina yang
berasal dari kloaka mendapatkan darah dari Art pundendalis interna, ranting dari Art
rektalis mediana, keduanya mengadakan anantomosis disekitar vagina bagian bawah
dan cabang vagina Art vesikalis inferior. (Wiknjosastro, 2007).
d. Ovarium
Terletak di bagian belakang fossa ovarika. Ovarium berkaitan dengan uterus
melalui ligamentum ovarii properium di bagian belakang ligamentum lantum, sistem
pembuluh darah berasal dari ramus ovarika – art ovarika dan ramus ovarika – art
uterina asenden. Mesovarium adalah bagian dari ligamentum latum yang
menghubungkan ovarium dengan ligamentum latum. Bagian ovarium yang mengarah
ke peritenium, tertutup oleh lapisan epitel kubik atau silindris, disebut “Eputhelium
germinativum”. Ukuran ovarium 1,5 x 3 x 2,5 cm dengan berat 4-6 gram. Pada
korteks ovarii terdapat folikel dengan berbagai kematangan yang setiap bulan siap
untuk terjadi ovulasi. Jumlah folikel sekitar ribuan, namun yang mampu dalam siklus
primordial sampai graaf folikel, hanya sekitar 600 buah, jika wanita tersebut tidak
kawin (Manuaba. 2004).

Gambar 8. Ovarium (Radiographics, 2004)

Secara normal,sel telur dibuaaha di tubafalopi dan tertanam dirahim meskipun


begatu jika pipa menyempit atau tersumbat sel telur bisa bergerak lambat atau
tersangkut sel. telur yang dibuahi bisa tidak pernah sampai ke rahim, mengakibatkan
kehamilan ectopik. Kehamilan ectopic biasanya terjadi di salah satu tuba falopi
(sebagai kehamilan tubal) tetapi bisa terjadi di tempat lain. Janin dalam kehamilan
ektopik tidak bisa bertahan hidup. http://ayajha 2.files.wordpres.com/2009/08/etro I.-
Diaskes 3 April 2010.s

H. Fisiologi Kehamilan Ektopik


Manusia baru mulai terbentuk ketika sebuah sel sperma dari sekian juta yang
keluar waktu bersenggama berhasil membuahi sel telur (ovum). Dari berjuta-juta sel
sperma yang masuk pada ujung atas vagina, hanya beberapa ribu saja yang berhasil
menerobos masuk ke dalam rongga rahim. Dari jumlah itu hanya beberapa ratus yang
mampu mencapai saluran telur melalui bagian tanduk (cornu) rahim. Manusia baru
sebenarnya mulai tersusun ketika kromosom-kromosom dari sel sperma dan sel telur itu
bergabung menjadi satu. Dengan dikendalikan oleh gen, sel kemudian membelah diri
sampai terbentuk manusia baru, seperti yang telah diuraikan di depan (Jones, 2005).
Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel
mani bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur, pembuhan sel telur
oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang menggelumbung dari tuba falopii. Di sekitar
sel telur banyak berkumpul sperma yang banyak mengeluarkan ragi untuk melindungi
zat-zat yang melindungi ovum, kemudian masuklah satu sel mani dan bersatu bersatu
dengan sel telur. Peristiwa ini yang disebut pembuahan (Mochtar, 1998).
Sel sperma mempunyai kepala, badan, dan ekor. Dikepala terletak kromosom,
sedang badannya merupakan sumber tenaga, dan ekornya bertugas sebagai pendayung
ketika berenang di daerah kelamin wanita. Ketika mencapai sel telur, kepalanya
menembus kulit luar sel telur. Kepala itu kemudian terpisah dari badan dan ekor, yang
tertinggal di kulit telur dan hancur Sel telur di bentuk sebelum wanita dilahirkan, dan
sesudah itu tidak ada sel telur bersatu yang berkembang. Hal iini berbeda dengan yang
terjadi pada pria. Pada pria, sel sperma secara terus menerus dibentuk sejak masa remaja
hingga lanjut usia (Sadler, 1997).

Gambar 9. Struktur sperma (Wikimedia, 2008)

Gambar 10. Struktur ovum (Tutorvista, 2009)

Ketika memasuki sel telur, kepala sel sperma (tempat kromosom tersimpan)
terkupas kulitnya sehingga kromosom terbuka. Dengan demikian, bertemulah dua
kelompok kromosom yang masing-masing terdiri dari 23 buah, untuk kemudian bersatu
dan membentuk sel baru yang berkromosom 46. Dengan cara ini, jumlah kromosom
dalam sel manusia dapat dipertahankan agar tetap 46 buah (Jones, 2005).
Fertillisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampulla tuba.
Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakan ke kavum uteri dan di tempat yang akhir ini
mengadakan inplantasi di endometrium. Keadaan paa tuba yang menghambat atau
menghalangi gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa inplantasi terjadi pada endosalping;
selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada ovum yang dibuahi memberi
pradisposisi untuk implantasi diluar kavum uteri, akan tetapi kiranya hal ini tidak banyak
terjadi (Rachimhadhi, 2007). Pembuahan adalah proses penyatuan gamet pria dan
wanita., terjadi di ampulla tuba falopi. Spermatozoa bergerak dengan cepat kedalam
saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus didalam
tuba.Spermatozoa dapat bertahan hidup didalam saluaran reprodiksi wanita selam kira-
kira 24 jam (Sadler 1997).

gambar 10. Sperma menembus ovum (Dicts, 2009)

Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak oleh rambut
getar tuba menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya
bersarang diruang rahim, peristwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan
sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira enam sampai tujuh hari. Untuk menyuplai darah
dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri atau plasenta hasil dari
nidasi ini adalah blastula. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua.
Blastula ini akan masuk kedalam desidua. Bila nidasi telah terjadi dimulailah diferensiasi
sel-sel blastula (Mochtar, 1998). Wanita memiliki sifat kewanitaannya, karena setiap sel
dalam tubuhnya memiliki 44 otosom dan dua kromosom X, kecuali sel telurnya. Sifat
kewanitaan itu di perkuat oleh tidak adanya kromosom Y dalam sel-sel tubuh. Karena
tidak memiliki kromosom Y, maka alat kelamin akan berkembang sebagaimana
mestinya. Juga didapat bukti-bukti, dengan tidak adanya kromosom Y membuat seorang
wanita memiliki jiwa yang fiminin (Jones, 2005).

Gambar 11. Proses kehamilan (Britannica, 1998)


Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditatis dan trofoblas, uterus menjadai besar dan lembek; endometrium dapat berubah
pula menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium
yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik,
hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang
atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya
ditemukan pada sebagian kehamilan etopik. Setelah janin mati, desidua dalam uterus
mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping, tetapi kadang-
kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai pada kehammilan ektopik
terganggu berasal dari uterus dan disebabkan olehpelepasan desidua yang degrenatif
(Wiknjosastro, 2007).http://media- 2.wep britania.com/eb-media /89/2689-004-554fi
Dikes Apil2010.

I. PENANGANAN
Penanganan pada kehamila ektopik pada umunya adalah laparotomi.dalam
tinadakan demikian,beberapa hal harus diperhatikan dan di pertimbangkan yaitu kondisi
penderita pada saat itu,keinginan penderita akan sistem reproduksinya,lokasi kehamilan
ektopik,kondisi anatomi organ pelvik, kemampuan tehnik bedah mikro dokter
operator,dan kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat. Hasil pertimbangan ini
menentukan apakah perlu dilakukan salpigetomi pada kehamilan tuba atau dapat
dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpigostomi atau
reanastomosis tuba,apabila kondisi penderita buruk misalnya dalam keadaan syok , lebih
baik dilakukan salping gektomia. Pada khusus kehamilan ektopik dipars ampularis tuba
yang belum pecah pernah ditangani dengan menggunakan kemo terpi untuk menghindari
tindakan pembedahan.kriteria khusus dengan pengobatan cara ini : kehamilan dipars
ampullaris tuba belum pecah,diameter kantung gistasi kurang atau sama dengan 4
cm,pendarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml.

J. PROGNOSIS
Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat
bilateral,sebagai wanita menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat
mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan antara 0% - 14,6 %.untuk wanita dan anak yang sudah
cukup,sebabnya pada operasi dilakukan salpigektomia bilateralis dengan sendirinya hal
ini perlu disetujui oleh suami istri sebelumnya.
BAB III

A. KESIMPULAN
Penyebab utama kehamilan ektopik adalah salpingitis akut: aglutinasi permanen
pada lipatan endosalping dapat memungkinkan lewatnya sperma yang berukuran
lebih kecil sementara ovum yang telah difertilisasi (morula) terperangkap dalam
kantung tertutup yang terbentuk akibat perlengketan. Kegagalan kontrasesps,
perubahan hormonal dan terminasi kehamilan sebelumnnya juga berperan untuk
meningkatkan kehamilan resiko kehamilan ektoipik.

B. SARAN
Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena penyakit tersebut
memahami dan mengerti mengenai penyakit sehingga bisa dilakukan penanganan
labih awal dan menghindari terjadinya kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga
menghindari terjadinya terjangkitnya penyakit ini. Keperawatan harus memberikan
asuhan yang berkualitas untuk menghindari angka kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA

Academic. 2008. (Online). http://en.academic.ru/pictures/enwiki/71/Gray589.png.


Diakses 13 Maret 2010.Oleh Jacoeb, T.Z. 2007.Ektopik tiologi Reproduksi Pada
Wanita. Dalam : Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Cetakan Kesembilan.Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Ayuzha. 2009. (Online). http://ayuzha2.files.wordpress.com/2009/08/etro1. jpg.


Diakses 3 April 2010.Oleh Jarcho. 1949. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu
Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Kesembilan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.P

Britannica. 1998. (Online). http://media-2.web.britannica.com/eb-media/98/26998-


004-554F159B.jpg. Diakses 10 April 2010. Jones, L.W. 2005. Setiap Wanita Panduan
Terlengkap Tentang Kesehatan Kebidanan dan Kandungan. Delapratasa Publishing.

Pengarang Profesor Doktor Doktor Sarwono Prawiharjo, SpOG (13 Maret 1906- 10
Oktober 1983),Dan Profesor Doktor Hanifah Wiknjosastro,SpOG (18 September
1915-18 Febuari1995). Penerbit yayasan bina pustaka sarwoso prawiroharjo bagian
kebidanan dan kandungan fakultas kedokteran unefersitas indonesia, jln selenba raya
6,kota pos1432 jakarta pusat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ssssssssssssssssss
    Ssssssssssssssssss
    Dokumen9 halaman
    Ssssssssssssssssss
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • SK Kosong
    SK Kosong
    Dokumen11 halaman
    SK Kosong
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • PROPOSAL Kesmas SD
    PROPOSAL Kesmas SD
    Dokumen11 halaman
    PROPOSAL Kesmas SD
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Rundown Fixxx
    Rundown Fixxx
    Dokumen3 halaman
    Rundown Fixxx
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Surat Peminjaman Alat Seminar
    Surat Peminjaman Alat Seminar
    Dokumen2 halaman
    Surat Peminjaman Alat Seminar
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • SK Kosong
    SK Kosong
    Dokumen18 halaman
    SK Kosong
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • SK Kosong
    SK Kosong
    Dokumen18 halaman
    SK Kosong
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Oooooo
    Oooooo
    Dokumen28 halaman
    Oooooo
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bhs Jawa (Ninis)
    Tugas Bhs Jawa (Ninis)
    Dokumen1 halaman
    Tugas Bhs Jawa (Ninis)
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • OUTPUT Tugas
    OUTPUT Tugas
    Dokumen3 halaman
    OUTPUT Tugas
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • PROPOSAL Kesmas SD
    PROPOSAL Kesmas SD
    Dokumen11 halaman
    PROPOSAL Kesmas SD
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Auskultrasi Paru
    Auskultrasi Paru
    Dokumen14 halaman
    Auskultrasi Paru
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • FV
    FV
    Dokumen8 halaman
    FV
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • OUTPUT Tugas
    OUTPUT Tugas
    Dokumen3 halaman
    OUTPUT Tugas
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • IKM
    IKM
    Dokumen7 halaman
    IKM
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • PENATALAKSANAAN PARKINSON
    PENATALAKSANAAN PARKINSON
    Dokumen40 halaman
    PENATALAKSANAAN PARKINSON
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Ipg 2
    Ipg 2
    Dokumen11 halaman
    Ipg 2
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Perbedaan NDT
    Perbedaan NDT
    Dokumen11 halaman
    Perbedaan NDT
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • C
    C
    Dokumen8 halaman
    C
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Pencegahan Osteoartritis
    Pencegahan Osteoartritis
    Dokumen16 halaman
    Pencegahan Osteoartritis
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Spina Bifida
    Spina Bifida
    Dokumen19 halaman
    Spina Bifida
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Auskultrasi Paru
    Auskultrasi Paru
    Dokumen14 halaman
    Auskultrasi Paru
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Pencegahan Osteoartritis
    Pencegahan Osteoartritis
    Dokumen16 halaman
    Pencegahan Osteoartritis
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Perkusi Paru
    Perkusi Paru
    Dokumen13 halaman
    Perkusi Paru
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6 Spina Bifida
    Kelompok 6 Spina Bifida
    Dokumen29 halaman
    Kelompok 6 Spina Bifida
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • TENNIS ELBOW Intereferensi
    TENNIS ELBOW Intereferensi
    Dokumen12 halaman
    TENNIS ELBOW Intereferensi
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Fraktur P
    Fraktur P
    Dokumen16 halaman
    Fraktur P
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bhs Jawa (Ninis)
    Tugas Bhs Jawa (Ninis)
    Dokumen1 halaman
    Tugas Bhs Jawa (Ninis)
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat
  • Collagen Vasculer Disease
    Collagen Vasculer Disease
    Dokumen14 halaman
    Collagen Vasculer Disease
    Nikita Fauzia Hanifa
    Belum ada peringkat